GANYONG DAN SPIRULINA SEBAGAI PRODUK PANGAN ALTERNATIF

dokumen-dokumen yang mirip
SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis.

L102. Staf Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi UMS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

POTENSI GANYONG SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT DALAM UPAYA MENUNJANG KETAHANAN PANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

T E M P E 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang. termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan.

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dengan masalah sampah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta. memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

Nur Rahmah Fithriyah

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimen. Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Kimia Universitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

KORELASI ANTARA WAKTU PANEN DAN KADAR GULA BIJI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

BAB 1 PENDAHULUAN. utama, pertama asupan makanan dan utilisasi biologik zat gizi (Savitri, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. berkurang, ditambah lagi semakin besarnya impor pangan, pakan, dan bahan baku

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

NAMA TEKNOLOGI/ALAT : Penanganan pasca panen biomassa Alga Spirulina sebagai bahan baku industri non pangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

HASIL DAN PEMBAHASAN

Medan, November 2010 Ketua peneliti, Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP, MSc, PhD

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan makanan pada saat masa penggantian dari makanan kuning telur ke

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

2011, No BAB 9 FORMAT

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kentang di Indonesia semakin meningkat akibat pertambahan

Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

IKAN PINDANG AIR GARAM

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Transkripsi:

GANYONG DAN SPIRULINA SEBAGAI PRODUK PANGAN ALTERNATIF Nita Noriko dan Risa Swandari Program Studi Biologi, Universitas Al Azhar Indonesia Email : nita_noriko@uai.ac.id Indonesia masih menghadapi masalah kurangnya pemenuhan karbohidrat dan protein bagi masyarakat (Nurcahyo dan Briawan, 2010). Pemenuhan zat gizi tersebut sebagian besar diperoleh dari beras, tepung terigu maupun hewan. Keterbatasan produksi lokal akansumber zat gizi tersebut berdampak pada peningkatan jumlah impor bahan pangan seperti terigu (Suarni, 2009). Keadaan ini menuntut inovasi untuk mendapatkan bahan makanan alternatif yang berasal dari sumber daya alam yang berada di Indonesia. Ganyong (Canna edulis Kerr) adalah tumbuhan yang banyak dijumpai di Indonesia demikian juga Spirulina platensis yaitu mikroalgae yang dijumpai pada air tawar. Penelitian ini bertujuan menemukan jenis Ganyong (Canna edulis Kerr) yang berpotensi untuk dijadikan sumber karbohidrat dan teknik kultur Spirulina platensis. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan Ganyong merah dan putih berhasil ditanam di rumah kaca dan kebun. Ganyong merah di kebun percobaan menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan ganyong putih baik di kebun percobaan maupun rumah kaca. Spirulina platensis juga berhasil ditumbuhkan dalam medium air tanah dan NPK 16:16:16 pada kondisi semi steril baik laboratorium maupun rumah kaca. Kata kunci : zat gizi, produksi lokal, inovasi, pangan alternative, ganyong, Spirulina platensis PENDAHULUAN Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) pada tahun 2007 mengemukakan bahwa pada sekitar 1,7 juta balita di Indonesia mengalami gizi buruk. Angka ini menurut United Nation Children s Fund (UNICEF) menempatkan Indonesia pada posisi lima negara di dunia yang pertumbuhannya terhambat yaitu mencapai 7,7 balita (Natalia, 2013). Keadaan ini jika tidak segera ditanggulangi akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Faktor penyebab kondisi ini adalah keterbatasan ekonomi masyarakat untuk menjangkau pangan bergizi, geografi serta perubahan budaya akan sumber pangan. Berdasarkan kondisi geografi dan sumber daya alam Indonesia, penyedian pangan dengan karbohidrat yang tinggi bisa diperoleh dari sumber selain beras seperti jagung, sagu, dan umbi-umbian. Demikian juga halnya dengan protein, sumber zat gizi tersebut juga dapat dipenuhi dari selain protein hewani. Canna edulis Kerr. (ganyong) merupakan tanaman yang tersebar diseluruh Indonesia dan sudah dikenal oleh masyarakat. Akan tetapi pemanfaatannya sebagai sumber karbohidrat semakin menurun dan ditinggalkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan informasi akan kandungan gizi tanaman ini tidak diketahui masyarakat, Menurut Margono dkk (1993) umbi ganyong memiliki kandungan gizi yang berpotensi untuk dijadikan sumber pangan alternatif pengganti beras karena tiap 100 gram terdiri dari kalori 95,00 kal; protein 1,00 g; lemak 0,11 g; karbohidrat 22,60 g; kalsium 21,00 g; fosfor D. 121

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.121-D.127 70,00 g; zat besi 1,90 mg; vitamin B1 0,10 mg; vitamin C 10,00 mg; air 75,00 g. Kandungan protein yang rendah pada ganyong dapat ditingkatkan dengan cara menggabungkannya dengan sumber pangan yang mengandung protein tinggi seperti Spirulina platensis (spirulina). Kandungan protein Spirulina platensis yang dikultur pada hari ke 15 setelah sub kultur di laboratorium dengan medium Aiba dan Ogawa dapat mencapai 36,06% dari berat keringnya (Risman dkk (2010). Spirulina platensis yang dikultur di laboratorium Prodi Biologi Universitas Al Azhar Indonesia pada medium Aiba dan Ogawa mencapai 39,07%, Spirulina platensis juga mengandung Asam lemak tak jenuh yaitu asam lemak oleat 38,26% dan linoleat 3,92% (Rachman dkk., 2011), sedangkan penelitian Angka dan Suhartono (2000) mengemukakan bahwa kandungan asam linolenat dapat mencapai 20% total lipid. Zat gizi kombinasi ganyong dan spirulina dalam bentuk tepung (Cannalina) saat tengah diteliti di Universistas Al Azhar Indonesia. Oleh sebab itu penelitian awal tentang pertumbuhan ganyong dan spirulina dilakukan. METODOLOGI Penelitian terdiri atas penanaman ganyong dan kultur Spirulina platensis. Penanman ganyong dilakukan di rumah kaca dan kebun percobaan sedangkan kultur spirulina di laboratorium semi steril dan rumah kaca. Bibit tanaman berasal dari Trubus. Tanaman Ganyong ditumbuhkan pada area tanam dengan tidak membatasi intensitas cahaya matahari. Spirulina platensis ditumbuhkan dengan menggunakan air yang mengandung pupuk NPK (16:16:16) 0,075% dan penambahan NaOH 1% untuk mempertahankan ph medium 9,5. Penelitian ini dilakukan pada Universitas Al Azhar Indonesia, Kebun Percobaan Pondok Kelapa dan Laboratorium Pangan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. HASIL DAN PEMBAHASAN Penanaman ganyong dilakukan di rumah kaca dan kebun percobaan.berdasarkan rencana penelitian Canna edulis Kerr. (ganyong) yang akan diteliti adalah ganyong yang berwarna putih. Berbeda dengan kondisi di lapangan, ternyata setelah dua minggu daun yang tumbuh berwarna merah. Temuan ini sangat menarik, oleh sebab itu dilakukan upaya untuk mencari bibit umbi ganyong putih. Berdasarkan pengamatan terdapat perbedaan antara ganyong putih dan merah yang meliputi warna daun, batang, bunga, D. 122

Noriko & Swandari, Ganyong dan Spirulina dan umbi. Selanjutnya dilakukan penanaman ganyong merah dan putih di rumah kaca untuk dibandingkan pertumbuhannya dengan yang ditanam di kebun pecobaan. Tabel 1. Perbedaan ganyong putih dan merah No Variabel Ganyong putih Ganyong merah Keterangan 1 Warna Daun hijau merah tua Gambar 1A dan B 2 Warna Batang hijau hijau kemerahan Gambar 1A dan B 3 Warna Bunga kuning merah oranye Gambar 1C dan D 4. Warna Umbi putih kecokelatan putih kemerahan Gambar 1F dan E Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan ganyong merah dan putih di rumah kaca lebih lambat dibandingkan dengan yang ditanam di kebun percobaan. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa variable (Tabel 1) dan pembentukan umbi ganyong putih yang terhambat ( Gambar1 F). A B C D E F Gambar 1 Perbedaan Ganyong Putih dan Merah. Kondisi ganyong merah dan putih di rumah kaca menunjukkan hambatan pertumbuhan yaitu 43 cm dan 71 cm, sedangkan pada kebun percobaan 145 cm dan 127 cm. Hal ini disebabkan ganyong yang ditanam di pot pada rumah kaca kebutuhan nutrisinya tidak mencukupi. Pertumbuhan tinggi dan jumlah daun ganyong merah di kebun percobaanlebih unggul dibandingkan dengan ganyong putih. Selain itu ganyong merah juga sudah pada usia 227 hari juga sudah dapat dipanen. Hal ini sejalan dengan Yulfia dkk. (2012) di wilayah Keban Agung Kecamatan Kedurang tentang kadar gula yang lebih tinggi pada ganyong merah yaitu 8,2% Brix. D. 123

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.121-D.127 Tabel 2. Perbedaan pertumbuhan Ganyong Merah dan Putih di Rumah Kaca dan Kebun Percobaan No Variabel Kondisi Rumah Kaca Kondisi Kebun Percobaan Ganyong Putih 1 Umur tanaman 244 hari dirumah kaca 227 hari (pernah dirumah kaca) 2 Jumlah daun 4 / tanaman 2 / tanaman 3 Tinggi Tanaman 71 cm 127 cm 4 Keadaan Umbi Belum layak panen Belum layak panen Ganyong Merah 1 Umur tanaman 244 hari dirumah kaca 227 hari 2 Jumlah daun 5-6/tanaman 7/tanaman 3 Tinggi Tanaman 43 cm 145 cm 4 Keadaan Umbi Belum layak panen Layak dipanen Pertumbuhan ganyong Berdasarkan hasil pengukuran pertumbuhan ganyong merah berusia 56 hari (Gambar 2) diperoleh informasi tinggi batang rata-rata adalah 29.206 cm, tinggi maksimum 50 cm, terendah 19.8 cm, Standar Deviasi (SD) tinggi 8.02, Diameter batang rata rata 2.84 cm, maksimal 4 cm, minimal 2 cm, SD 0.629. Panjang daun rata-rata 40.01 cm, maksimal 47.6 cm, minimal 27.7 cm, SD 4.26. Lebar daun rata-rata 21.147 cm, maksimal 25.9 cm, minimal 14.8 cm SD 14.511. Jumlah daun rata-rata 16 helai pada tiap rumpun SD yang tinggi antara tanaman yang satu dan lainnya memberikan informasi bahwa tanaman ganyong mudah melakukan reproduksi vegetatif berupa tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru. Hal ini memberikan kontribusi positif pada produktifitas umbi, daun maupun batang. Pertumbuhan ganyong merah pada usia 143 hari memperlihatkan peningkatan pertumbuhan yaitu mencapai tinggi rata-rata 137.90 cm, dengan tinggi maksimum 200 cm, minimum 81.0 cm, SD 40.204. Diameter batang ratarata 3.90 cm, maksimum 5.00 cm, minimum 2.00 cm, SD 2.846. Pengamatan terhadap ganyong putih yang berusia 116 hari yang pada awalnya telah berada dirumah kaca selama 60 hari (grafik) memperlihatkan tinggi rata-rata 29.206 cm, maksimum 50 cm, terendah 19.80 cm, SD 10.378. Diameter batang rata rata 2.84 cm, tertinggi 4.00 cm, terendah 2.00 cm, SD 0.579. Panjang daun rata-rata 40.10 cm, tertinggi 47.60 cm, terendah 27.7 cm, SD 6.170. Lebar daun rata-rata 21.146 cm, tertinggi 25.90 cm, terendah 14.8 cm, SD 3.057. Jumlah daun rata-rata pada tiap rumpun 17 helai. D. 124

Noriko & Swandari, Ganyong dan Spirulina Ganyong putih yang ditanam di kebun percobaan langsung pada usia 86 hari memperlihatkan morfologi yang lebih baik dibandingkan yang sebelumnya ditanam di kebun percobaan dengan tinggi rata-rata 118.00 cm. Tinggi maksimum 178 cm, terendah 33.2 cm, SD 45.581. Diameter batang rata rata 4.30 cm, tertinggi 6.00 cm, terendah 2.30 cm, SD 0.980. Panjang daun rata-rata 52.60 cm, tertinggi 63.50 cm, terendah 21.7 cm, SD 11.411. Lebar daun rata-rata 26.40 cm, tertinggi 30.80 cm, terendah 14.5 cm, SD 4.388. Akan tetapi jumlah daun rata-rata pada tiap rumpun lebih sedikit dari yang pernah ditanam di rumah kaca yaitu 7 helai, maksimum 12 helai dan minimum 2 helai, SD 3 helai (Gambar 2 ). Gambar 2 Grafik Pertumbuhan Ganyong Putih dan Merah. Panjang daun rata-rata 52.22 cm, dengan panjang maksimum 77.60 cm, minimum 34.4 cm, SD 10.688. Lebar daun rata-rata 22.70 cm, maksimum 28.50 cm, minimum 14.2 cm SD 3.90. Jumlah daun rata-rata pada tiap rumpun 7 helai, maksimum 11 helai dan minimum 4 helai, SD 2 helai. Perbandingan ganyong putih dan merah Perbandingan tinggi, diameter batang, panjang daun dan lebar daun Ganyong putih 116 hari dan Ganyong merah 56 hari menunjukkan pertumbuhan yang lebih unggul dibandingkan dengan ganyong putih 116 hari dengan jumlah daun yang relatif sama seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Fenomena ini perlu diteliti lebih lanjut Kultur dan pemanenan Spirulina platensis Spirulina platensis yang diperoleh dari Universitas Diponegoro dikultur di laboratorium dalam suasana semi steril dengan sumber penerangan lampu neon sebesar 3000-4500 lux. Medium yang dipakai adalah medium buatan Universitas Diponegoro yang dilarutkan dalam aqua steril. Akan tetapi setelah dikultur berkali-kali tidak menunjukkan pertumbuhan yang baik. Selanjutnya dilakukan uji coba Spirulina platensis yang berasal D. 125

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.121-D.127 dari Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI). Uji coba kultur pertama dilakukan dalam medium dari Universitas Diponegoro yang dilarutkan pada aquadest steril. Perbandingan Spirulina platensis dengan aquadest steril adalah 1 : 4. Hasil kultur memperlihatkan pertumbuhan yang positif, dengan indikasi perubahan warna yang semakin hijau. Pengamatan pada mikroskop menunjukkan ada perbedaan morfologi antara Sprirulina platensis yang berasal dari Universitas Diponegoro dan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI). Spirulina platensis dari Universitas Diponegoro menunjukkan morfologi seperti spiral. Upaya untuk menemukan teknik kultur Spirulina platensis terus dilakukan dengan pertimbangan menemukan medium yang ekonomis dan nantinya dapat diimplementasikan di masyarakat. Pengujian kultur Spirulina platensis dilakukan di laboratorium semi steril. Medium yang diuji coba adalah NPK 16:16:16 yang dilarutkan pada beberapa cairan aquadest steril, minuman air kemasan viro dan air tanah Universitas Al Azhar Indonesia, pada ph antara 10 11. Sumber penerangan adalah lampu neon sebesar 3000-4500 lux. Hasil pengujian pertumbuhan yang terbaik adalah pada medium NPK 16:16:16 yang dilarutkan pada air tanah Universitas Al Azhar dengan ph 10 11. Upaya menemukan kondisi yang dapat diimplementasikan di masyarakat terus dilakukan dengan mengkultur Spirulina platensis pada rumah kaca. Medium yang digunakan adalah NPK dilarutkan pada air tanah Universitas Al Azhar yang tidak disterilkan pada ph 10 11. Sumber penerangan di rumah kaca adalah adalah sinar matahari. Pengujian dilakukan secara bertahap untuk menghindari kondisi ekstrim yang dapat mengganggu pertumbuhan Spirulina platensis seperti suhu, dan intensitas cahaya matahari. Tahap pertama adalah meletakkan Spirulina platensis pada paparan sinar matahari pada pukul 16.00 sampai 10.00 pagi hari berikutnya. Selanjutnya lamanya paparan sinar matahari ditambahkan sampai pukul 11.00, 12.00, 13.00, 14.00 dan akhirnya Spirulina platensis dapat bertahan hingga 24 jam di rumah kaca pada paparan sinar matahari. Teknik yang digunakan adalah penyaringan dengan kertas saring. KESIMPULAN 1. Pertumbuhan ganyong merah lebih baik dari pertumbuhan ganyong putih, baik di dalam rumah kaca maupun pada kebun percobaan. 2. Spirulina platensis berhasil ditumbuhkan di dalam rumah kaca dengan medium NPK dan air tanah. D. 126

Noriko & Swandari, Ganyong dan Spirulina DAFTAR PUSTAKA Angka Sl, Suhartono TS. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir Lautan. Institut Pertanian Bogor, Halaman: 49-56 Margono, T. Suryati, D. Hartinah, S. 1993. Tentang Pengolahan Pangan. Buku Panduan Teknologi Pangan Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation. Kantor Natalia, L.D. Rahayuning, D.Fatimah, S. 2013. Hubungan ketahanan pangan pada tingkat keluarga dan tingkat kecukupan zat gizi dengan status gizi batita di desa Gondangwinangun tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013 Vol. 2 No 2 http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm. Nurcahyo K, Briawan D. 2010. Konsumsi Pangan, penyakit Infeksi, Dan Status Gizi Balita Pasca Perawatan Gizi Buruk. Jurnal Gizi Dan Pangan, 5 (3) : 164-170 Rachman, A. Masduki, A. Djayanegara, I. 2011. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Sumber Cobalt 60 terhadap Kandungan Protein, Karbohidrat Dan Lemak Mikroalgae Spirulina Platensis Risman, M. Djayanegara, I., Masduki, A. 2010. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Sumber Co-60 (Cobalt) Terhadap Kandungan Asam Lemak. [Skripsi] Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Jakarta: Universitas Al-Azhar Indonesia. Yulia., Harsono, P. Prasetyo. 2012. Keragaan pertumbuhan ganyong (Canna edulis Ker) pada berbagai ketinggian tempat berdasarkan ciri morfologi di kabupaten Bengkulu Selatan. Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 1 no 2: 85-88, halaman 88. D. 127