BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bangsa Indonesia bisa maju maupun juga tidak itu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DESA LEBAKWANGI. kuantitas maupun kualitas masyarakat itu. Banyak sedikit jumlah penduduk di suatu tempat

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

BAB V PENUTUP. belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan tingginya angka putus

WALI KOTA METRO PERATURAN WALI KOTA METRO NOMOR TAHUN 2011 TENTANG. SISTEM ONLINE PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SMP/MTs, SMA/MA DAN SMK

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

WALIKOTA PONTIANAK PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR : 29 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PPDB Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut berdampak pada rendahnya angka partisipasi pendidikan (APK)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

Pemanfaatan IPTEK dalam Meminimalkan Anak Putus Sekolah Pada Tingkat Sekolah Menengah Umum

BAB I PENDAHULUAN. arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu negara sangatlah ditentukan oleh kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan. Aktivitas belajar dapat merangsang siswa terlibat secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Jumlah anak usia sekolah setingkat SMP (jiwa)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (Rivai, 2004: 309). Prestasi kerja karyawan akan membawa dampak bagi

BAB III SETTING WILAYAH PENELITIAN. Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah Islamiyah Muara Telang didirikan

BAB I PENDAHULUAN. sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan merupakan tujuan hidup yang didambakan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kualitas hidup. Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut organisasi nirlaba. Salah satunya adalah organisasi nirlaba yang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. menarik berbagai manfaat dari kehidupannya. Maka dari itu seorang guru harus

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Gambaran Umum Kelurahan Sumberwungu. Melakukan survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke

BAB III MEKANISME JUAL BELI TANAH SAWAH DENGAN SISTEM BATA DI DESA BRUDU KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa

PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN PELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Kegiatan untuk mengembangkan potensi tersebut harus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena anak putus sekolah menjadi suatu keprihatinan pada saat ini. Ketika kita

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

1. PENDAHULUAN. negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya alam terbesar di sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KOTA METRO NOMOR : /KPTS/D3/02/2012

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau pun potensi yang dimilikinya. masalah yang cukup besar bagi kemajuan negara ini.

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG

PENGUKURAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN OPERASIONAL PENDIDIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN PELAJARAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar

RAPAT EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DEPARTEMEN PENDIDIKAN Rabu, 06 Pebruari 2008

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bangsa Indonesia bisa maju maupun juga tidak itu tergantung pada kualitas warganya dalam kepemilikan sumber daya manusia yang baik. Terutama bagi para pemuda sebagai calon penerus bangsa dimasa depan. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam memberikan arah jalan agar mempunyai kualitas sumber daya manusia bagi bangsa sehingga menjadi lebih baik dan memiliki daya saing yang mampu membawa negara ini menjadi lebih baik dari masa sebelumnya. Anak merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu untuk diperhatikan keseluruhan dalam perkembangan hidupnya, karena merupakan aset bagi perjalanan roda kehidupan yang akan mengantarkan untuk membangun bangsa dimasa depan. Anak akan berkualitas bila dalam pertumbuhannya penuh dengan adanya perhatian dari keluarga sebagai awal yang memberikan pelajaran dalam kepekaan hidup, saling bekerjasama dan berinteraksi secara baik dan terbangun dengan kebiasaan yang baik pula. Masyarakat sebagai kehidupan yang lebih luas bagi perkembangan anak harus memberikan kontribusi atau nilai dalam perkembangan anak untuk meniadakan hal-hal yang buruk dan bisa memberikan gambaran terhadap anak supaya dalam kehidupannya membiasakan hidup dengan berperilaku baik, dan tidak akan mudah terpengaruh dengan hal yang mengarahkan kearah yang berperilaku negatif. Negara sebagai penanggung jawab 1

untuk memberikan hak seorang warganya dalam pemenuhan hidup, apa lagi bagi kehidupan anak agar tidak salah dalam memberikan pendidikan bagi anak karena kondisinya yang masih labil dan sangat peka serta tanggap terhadap kejadian yang ada dalam kehidupan di lingkungan sekitarnya. Pada umumnya di Indonesia permasalahan ekonomi menjadi alasan utama timbulnya masalah sosial yang terjadi di masyarakat sekarang ini. Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi seperti untuk persediaan kebutuhan makan dalam keseharian, kesehatan, dan kebutuhan lainya. Harga yang kian hari semakin mahal, namun pendapatan yang cenderung tetap tidak ada perubahan dalam peningkatan pendapatan. Bagi orang yang tergolong miskin dalam arti penghasilannya yang hanya cukup untuk makan keseharian bagi keluarganya, lalu untuk kebutuhan yang lain seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya itu sudah menjadi hal yang sangat sulit untuk bisa dipenuhinya. Bila dalam kehidupnya tidak bisa bertahan untuk menghadapi perkembangan hidup yang semakin maju, maka berdampak kepada tingkat kesejahteraan yang secara otomatis akan semakin menurun dan kebutuhan pendidikan bagi orang miskin tidak akan bisa ditingkatkan. Angka anak putus sekolah di Indonesia masih terbilang cukup tinggi, menurut kutipan yang peneliti dapatkan menyebutkan, yaitu pengamat Pendidikan Muhammad Zuhdan, sebagaimana dilansir (dalam, suaramerdeka.com, 09/03/2013), mengatakan bahwa tahun 2010 tercatat terdapat 1,3 juta anak usia 7 15 tahun di Indonesia terancam putus sekolah. Tingginya angka putus sekolah ini, salah satunya akibat mahalnya biaya pendidikan. Tentu saja kondisi ini sangat 2

memprihatinkan, mengingat bahwa seluruh anak di Indonesia harus memperoleh pendidikan dasar minimal 12 tahun ( jenjang SD SMA ). Data dari Mendikbud menyebutkan, bahwa pada tahun 2007 dari 100% anak-anak yang masuk SD, yang melanjutkan sekolah hingga lulus hanya 80% nya, sedangkan 20% lainnya harus putus sekolah. Dari 80% siswa SD yang lulus sekolah, hanya 61% nya yang melanjutkan sekolah ke jenjang SMP sekolah yang setingkat lainnya. Kemudian setelah itu hanya 48% yang akhirnya lulus sekolah. Sementara itu, 48% yang lulus dari jenjang SMP hanya 21% nya saja yang melanjutkan ke jenjang SMA. Sedangkan yang bisa lulus jenjang SMA hanya sekitar 10%. Persentase ini menurun drastis dimana jumlah anak-anak yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tinggal 1,4% saja. Dari data ini sangat jelas bahwa masih banyak anak di Indonesia ini putus sekolah (Andastry, Fonita. 2013. Tingginya Angka Putus Sekolah di Indonesia ). Data anak putus sekolah di Jawa Timur, peneliti dapatkan dari kutipan Dinas Pendidikan (Dispendik) Jawa Timur, bahwa jumlah anak putus sekolah di Jawa Timur mencapai angka fantastis. Untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) saja, per tahun mencapai 7.600 siswa SD yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Dari data yang diperoleh dari sumber di lingkungan Dinas Pendidikan (Dispendik) Jatim, jumlah total siswa SD Negeri dan swasta dan yang sederajat di Jatim terkumpul sebanyak 4.222.205 anak. Itu terinci dalam data masing-masing SD Negeri dan swasta sebanyak 3.394.645 orang. Sisanya adalah siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Jatim yang mencapai bilangan 827.560 anak. Kalau 3

diprosentase, angka anak putus sekolah di Jatim mencapai 0,18 % atau sekitar 7.600 siswa. Rata-rata, usia putus sekolah hanya bisa melanjutkan sampai kelas V SD (Khairy, Rakhman. 2012. Di Jatim Setiap Tahun 7.600 siswa SD Putus Sekolah ). Data anak putus sekolah di Kabupaten Pasuruan peneliti peroleh dari Suara Pasuruan menyebutkan, bahwa dari data Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan, tercatat ada 308 siswa Sekolah Dasar (SD) yang putus sekolah pada tahun ajaran 2010/2011, ditambah dengan 100 pelajar setingkat SMP/MTs dan 59 pelajar di level SMA/SMK/MA. Jumlah tersebut akhirnya turun di tahun ajaran berikutnya, khususnya untuk pelajar di level SMP yang turun sebanyak 32 anak, sehingga menyisakan 68 siswa yang putus sekolah, serta 19 anak SMA sederajat yang kembali melanjutkan pendidikannya. Hanya saja, untuk siswa SD, terdapat kenaikan sebanyak 11 anak yang lebih memilih untuk berhenti dari bangku sekolah dasar. Sementara itu, pada tahun ajaran 2012/2013 sendiri, terjadi lompatan yang sangat signifikan, di mana dari 319 anak SD yang putus sekolah tahun lalu, kini menurun drastis hingga menyisakan 236 anak yang putus sekolah. Penurunan tersebut diikuti oleh pelajar SMP sederajat, yakni dari 68 siswa putus sekolah menjadi 63 siswa saja. Sedangkan untuk siswa SMA sederajat, terdapat penurunan 10 anak, di mana dari 40 anak putus sekolah, kini melorot hingga tersisa 30 anak saja. Budi Wibowo, Kasubag Penyusunan Program dan Pelaporan Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan mengatakan, faktor utama penyebab dari siswa putus sekolah tersebut lebih dominan oleh faktor ekonomi dan lingkungan di mana siswa yang bersangkutan itu tinggal. Ini data-data yang peneliti dapatkan 4

mengenai anak putus sekolah dari tingkat Nasional, Jawa Timur, dan Kabupaten Pasuruan (Admin. 2013. Angka Putus Sekolah di Kabupaten Pasuruan Terus Turun ). Pada dasarnya anak yang mengenyam pendidikan dengan bersekolah akan mendapatkan pengetahuan yang lebih dengan memiliki keterampilan yang sangat berarti dalam kehidupannya untuk lebih baik lagi. Fenomena yang terjadi sekarang yakni banyak anak yang putus sekolah disebabkan oleh faktor ekonomi yang harus bayar mahal dalam mengenyam pendidikan. Orang tua yang memiliki ekonomi rendah memutuskan anaknya agar tidak bersekolah karena terkendala biaya, dan menyuruh anaknya untuk menganjurkan membantu orang tuanya mencari tambahan penghasilan dengan memperkerjakannya, karena bagi orang awam pendidikan tidak terlalu penting hanya menghabiskan biaya saja dan lebih memilih mempekerjakan anaknya agar bisa langsung menghasilkan uang. Fenomena anak putus sekolah ini akan memberikan masalah sosial bagi kelangsungan hidup dan juga perkembangan diri bagi individu anak, karena anak tidak mendapatkan hak-hak sebagai kebutuhannya seperti halnya termasuk hak pendidikan yang seharusnya diperolehnya. Tidak hanya faktor kemiskinan atau perekonomian yang menjadi kendala bagi anak sehingga menyebabkan putus sekolah, ada suatu hal lainnya yang menjadi faktor penyebab yaitu pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan ini memberikan dampak yang besar bagi kondisi anak, bila dalam lingkungannya memandang dunia pendidikan kurang begitu penting, maka akan berpotensi besar 5

banyak anak yang enggan untuk melanjutkan bersekolah karena sudah tidak ada sedikitpun minat dalam mencoba masuk dunia pendidikan. Daerah yang dipilih oleh peneliti menjadi tempat penelitian ini yaitu berada di Dusun Tamanan, Desa Randugong, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Mayoritas penduduk masyarakat bekerja sebagai petani. Tidak semua masyarakat mempunyai sawah atau kebun sendiri hanya beberapa orang yang memilikinya. Sebagian besar lagi bekerja sebagai buruh tani yang bekerja kepada pemilik kebun atau sawah. Bila mengandalkan dari penghasilan menjadi buruh tani saja tanpa mendapatkan penghasilan tambahan dari usaha lainnya, maka hanya mampu untuk memenuhi makan kesehariannya saja dan kemungkinan besar sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan lainnya termasuk menyekolahkan anaknya yang pada saat ini biaya pendidikan tidak bisa disangkal lagi dalam kenyataannya sangat mahal. Tidak semua anak mau untuk bersekolah meski orang tuanya menginginkan anaknya agar bersekolah seperti anak-anak lain seusianya, hal ini karena lingkungan sekitarnya yang dalam keseharian aktifitas teman-teman bermainnya kebanyakan rata-rata tidak bersekolah karena beberapa alasan, diantaranya keberadaan ekonomi yang termasuk golongan bawah yang penghasilannya hanya bisa dimakan sehari itu saja, siang hari bekerja serabutan membantu orang tuanya dan bila tidak bekerja hanya nongkrong bermain tanpa ada usaha untuk belajar sedikitpun, kebanyakan waktunya berada di warung kopi nongkrong tanpa mengenal waktu, pada malam harinya ada yang bekerja lagi bila ada pekerjaan yang biasanya mencari belut di sawah. Orang tuanya pun tidak 6

begitu membatasi anaknya karena merasa dirinya butuh bantuan anaknya dan dengan hal seperti itu juga anaknya sulit untuk bisa diatur orang tuanya karena merasa bisa untuk mencukupi kebutuhannya sendiri bahkan bisa membantu memberikan tambahan ekonomi kepada orang tuanya. Teman sangat besar pengaruhnya dalam hal baik maupun buruk atau positif negatifnya bagi perkembangan kehidupan anak. Dusun Tamanan, Desa Randugong, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan ini masih terbilang banyak anak yang belum lulus sampai tingkat pendidikan SMA/sederajat. Suatu hal yang mempengaruhi dalam mengenyam pendidikan ada yang putus sekolah, dan juga ada yang tidak bersekolah. Padahal daerah yang lebih pelosok atau pinggiran lebih banyak anak-anak yang bersekolah, maka dari itu peneliti mengambil penelitian mengenai Problematika Orang Tua Dalam Upaya Memenuhi Pendidikan Anak, supaya mengetahui kondisi dan keadaaan yang sebenarnya telah terjadi di daerah yang akan diteliti oleh peneliti. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanan problematika yang dihadapi orang tua dalam upaya memenuhi pendidikan anak? 2. Bagaimana upaya orang tua dalam mengatasi problematika pemenuhan pendidikan anak? 7

C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui problematika orang tua dalam upaya memenuhi pendidikan anak. 2. Mengetahui upaya orang tua dalam mengatasi problematika pemenuhan pendidikan anak. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Bisa dijadikan bahan kajian teoritis, khususnya mahasiswa jurusan ilmu kesejahteraan sosial. Guna untuk dijadikan model penelitian yang efektif dan efisien terhadap objek yang menjadi sasaran. Manfaat bagi peneliti bisa diambil ilmunya untuk dimanfaatkan sebagai referensi bahan penyelesaian penelitian sejenis. 2. Secara Praktis Manfaat penelitian ini bagi masyarakat setempat diharapkan mampu memprioritaskan pentingnya pendidikan bagi masa depan anak. Memberikan kesempatan kepada anaknya agar bisa memperoleh pendidikan dengan baik serta memperoleh prestasi dan keterampilan yang mampu mengantarkan hidupnya menjadi lebih baik lagi bagi kehidupan kedepan. 8

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini sebagai mana rumusan masalah yaitu batasan fokus terhadap penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang Problematika Orang Tua Dalam Upaya Memenuhi Pendidikan Anak (Studi Anak Tidak Tuntas Wajib Belajar Sampai 12 Tahun di Dusun Tamanan, Desa Randugong, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur), diantaranya yaitu; Problematika orang tua dalam upaya memenuhi pendidikan anaknya, faktor-faktor apa saja yang mendukung orang tua dalam pemenuhan pendidikan bagi anaknya, faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat orang tua dalam pemenuhan pendidikan bagi anaknya, dan respon dari orang tua terhadap pentingnya pendidikan bagi anaknya. 9