BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan jenis New Zealand

BAB V HASIL. abrasi ileum melalui laparotomi, umur 8-12 minggu dengan berat badan antara

KADAR KORTISOL, TISSUE PLASMINOGEN ACTIVATOR (tpa) SERTA DERAJAT ADHESI PASCA LAPAROSKOPI DAN LAPAROTOMI

BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. induksi selama 9 bulan didapatkan 18 ekor mencit berhasil tumbuh tumor pada

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 24 ekor mencit betina strain C3H berusia 8

BAB V HASIL. masing kelompok dilakukan inokulasi tumor dan ditunggu 3 minggu. Kelompok 1

KADAR KORTISOL, TRANSFORMING GROWTH FACTOR β (TGF-β), SERTA DERAJAT ADHESI PASCA LAPAROSKOPI DAN LAPAROTOMI

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL. berat badan gram. Kemudian dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu,

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sampel 24 ekor mencit jantan strain Swiss, setelah

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Subjek Penelitian ini adalah Hematopoetic Stem cell dari darah perifer Dewasa yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Anestesiologi. proposal disetujui.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Empat puluh pasien karsinoma mammae stadium III B yang memenuhi kriteria

III. METODE PENELITIAN. pendekatan Pre test - Post Test Only Control Group Design. Perlakuan hewan coba dilakukan di animal house Fakultas Kedokteran

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan one-group

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian survei observational potong lintang (cross

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

III. METODE PENELITIAN. menggunakan pre dan post-test design. Pre-test pada penelitian ini adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hewan penelitian adalah tikus jantan galur wistar (Rattus Norvegicus), umur

BAB IV METODE PENELITIAN. post test design (randomized control trial post test only design) yang menggunakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan eksperimental murni, dengan rancanganpost-test control

BAB IV METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KADAR KORTISOL DARAH SEBAGAI RESPON TERHADAP STRESS, KADAR INTERLEUKIN-6 (IL-6) DAN DERAJAT ADHESI PASCA LAPAROTOMI DAN LAPAROSKOPI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian hewan coba pengaruh infiltrasi levobupivakain

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian. 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri

BAB V HASIL PENELITIAN. ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar

BAB IV METODE PENELITIAN. hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group

III. METODOLOGI PENELITIAN. one group design. Desain ini melibatkan satu kelompok dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. menjadi 2 kelompok, yaitu 16 orang sebagai kelompok kontrol dan kelompok

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik RSUD Gunung Jati Cirebon, dengan populasi

BAB IV METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding. x = g/kgbb/hr

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 12 ekor tikus Wistar. Pada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik

BAB V HASIL. menghasilkan ekstrak kering sebanyak 45,60 gram (21,92%). Streptozotocin dua ekor tikus diambil lagi secara acak untuk diperiksa gula

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest

BAB 3 METODE PENELITIAN

Gambar 6. Desain Penelitian

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

BAB V HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Gizi dan Biokimia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dikendalikan sepenuhnya seperti aktivitas fisik sehari-hari.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi.

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu farmakologi khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. suplementasi vitamin C terhadap jumlah fibroblas dan kolagen padat disekitar

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Sampel penelitian ini berjumlah 30, dimana masing-masing kelompok terdiri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 7

BAB III METODE PENELITIAN O X 1 O O X 2 O

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi.

Transkripsi:

BAB V HASIL Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara random dibagi menjadi dua kelompok dengan jumlah masing-masing kelompok 6 ekor kelinci. Enam ekor kelinci yang dilakukan abrasi ileum melalui laparatomi (K1), 6 ekor kelinci yang dilakukan abrasi ileum melalui laparoskopi (K2), umur 8-12 minggu dengan berat badan antara 2500 3000 gram. Kelompok perlakuan 1 (K1), pada akhir penelitian tidak didapatkan kelinci yang mati atau masuk dalam kriteria eksklusi, sehingga jumlah kelinci tetap 6 ekor sampai akhir penelitian. Hasil yang didapatkan pada kelompok ini, terjadi adhesi intraperitoneum grade 3 pada 5 ekor kelinci dan grade 4 pada 1 ekor kelinci. Jumlah rata-rata (mean) peningkatan kadar kortisol 17.827 ± 5.477 ng/ml, dan jumlah rata-rata (mean) kadar IL-1α cairan peritoneum adalah 20.887 ± 2.589 pg/ml. Kelompok perlakuan 2 (K2), jumlah 6 ekor kelinci, dilakukan laparoskopi, pada akhir penelitian didapatkan 1 ekor kelinci yang mati pada hari ke lima dan tetap masuk dalam kriteria inklusi, jumlah kelinci yang tetap hidup 5 ekor sampai akhir penelitian. Hasil yang didapatkan pada kelompok ini, terjadi adhesi intraperitoneum grade 0 pada 4 ekor kelinci, grade 1 pada 2 ekor kelinci. Jumlah rata-rata peningkatan kadar kortisol 13.600 ± 4.113 ng/ml, dan jumlah rata-rata (mean) kadar IL-1α cairan peritoneum adalah 10.613 ± 0.888 pg/ml. 42

12 ekor wistar Adaptasi 1 minggu random alokasi Kelompok 1 (6 ekor) Kelompok 2 (6 ekor) Kortisol Awal Kortisol Awal Laparatomi Laparoskopi Kortisol akhir Kortisol akhir 7 hari Laparatomi II 7 hari Laparatomi II Adhesi intraperitoneum o grade 3: 5 ekor o grade 4: 1 ekor Mean kadar kortisol darah 17.827 ± 5.477 ng/ml Mean kadar IL-1α cairan peritoneum adalah 20.887 ± 2.589 pg/ml Adhesi intraperitoneum o grade 0: 4 ekor o grade 1: 2 ekor Mean kadar kortisol darah 13.600 ± 4.113 ng/ml Mean kadar IL-1α cairan peritoneum adalah 10.613 ± 0.888 pg/ml Gambar 5.1. Consolidated report penelitian 43

6 5 4 Jumlah tikus 3 2 Grade 0 Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4 1 0 Kelompok 1 Kelompok 2 Gambar 5.2. Histogram derajat adhesi kelompok perlakuan pada kelinci yang dibuat adhesi intraperitoneal 1.1. Derajat Adhesi Intraperitoneum Pada masing- masing kelompok dilakukan perlakuan sesuai yang telah ditetapkan. Berdasarkan data statistik deskriptif derajat adhesi intraperitoneum diperoleh rerata derajat adhesi pada kelompok K1 adalah 3.17 ± 0.408 ; pada kelompok K2 adalah 0.33 ± 0.516. Didapatkan hasil rerata derajat adhesi yang lebih rendah pada kelompok K2 dibanding kelompok K1. Tabel 5.1. Nilai Rerata Derajat Adhesi Intraperitoneum Kelompok n Rerata ± SD Kelompok K1 6 3.17 ± 0.408 Kelompok K2 6 0.33 ± 0.516 44

Uji normalitas variabel derajat adhesi intraperitoneum dengan Shapiro- Wilk (n < 50) menunjukkan bahwa variabel tersebut berdistribusi tidak normal (p < 0,05), sehingga untuk mengetahui beda derajat adhesi intraperitoneum masingmasing kelompok dilakukan uji beda non parametrik. Tabel 5.2 Uji perbedaan derajat Adhesi berdasarkan kelompok laparotomy dan laparoscopy Kelompok Laparotomi Laparoskopi p Adhesi 3 (3 4) 0 (0 1) 0,002* Mann Whitney test Uji beda non parametrik bivariat dengan menggunakan uji Mann-Whitney (p < 0,05) menunjukkan bahwa semua kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang bermakna dengan p =0.002 Gambar 5.3. Boxplot derajat adhesi intraperitoneum kelinci yang dibuat adhesi pada masing-masing kelompok 45

1.2. Kadar Kortisol Darah Pada masing kelompok dilakukan perlakuan sesuai yang telah ditetapkan. Berdasarkan data statistik deskriptif kadar kortisol darah diperoleh rerata kadar kadar kortisol darah pada kelompok K1 adalah 25,1 4,127 ng/ml; pada kelompok K2 adalah 18,73 3,920 ng/ml. Didapatkan hasil rerata kadar kortisol lebih tinggi pada kelompok K1 dibanding kelompok K2. Tabel 5.3. Nilai Rerata Kadar Kortisol Darah Kelompok n Rerata ± SD Kelompok K1 6 25,1 4,127 Kelompok K2 6 18,73 3,920 Tabel 5.4.Deskriptif dan Normalitas data Kortisol pre dan post Kelompok Mean SD Median (min max) p Kortisol pre Laparotomi 7,28 3,015 7,73 (2,21 10,4) 0,583 Laparoskopi 5,13 3,024 4,2 (2,3 9,3) 0,207 Kortisol post Laparotomi 25,1 4,127 26,3 (17,5 29,11) 0,232 Laparoskopi 18,73 3,920 17,75 (14,1 23,6) 0,356 Uji normalitas kadar kortisol darah dengan Shapiro-Wilk (n < 50) menunjukkan bahwa variabel tersebut berdistribusi normal (p > 0,05). 46

Uji homogenitas variabel dengan menggunakan Levene s test (p > 0,05), diperoleh data kadar kortisol darah adalah homogen (p = 0,21), sehingga untuk mengetahui beda kadar kortisol darah masing-masing kelompok dilakukan uji beda parametrik. TabeL 5.5. Uji perbedaan kenaikan kadar Kortisol pre terhadap post berdasarkan laparotomi dan laparoscopi Kelompok Kortisol pre Kortisol post p Laparotomi 7,28 3,015 25,1 4,127 0,001* Laparoskopi 5,13 3,024 18,73 3,920 < 0,001* Paired t test Uji beda cortisol pre terhadap post pada masing masing perlakuan dengan menggunakan uji Paired t test (p < 0,05) didapatkan perbedaan yang bermakna dengan p = 0,001. Tabel 5.6. Uji perbedaan kenaikan kadar Cortisol berdasarkan kelompok laparotomi dan laparoskopi Kelompok Laparotomi Laparoskopi p Kortisol 25,1 4,127 18,73 3,920 0,021* Independent t test Sedangkan uji beda kadar kortisol darah post masing masing perlakuan dengan menggunakan uji Independent t test (p < 0,05), didapatkan perbedaan yang bermakna dengan p = 0.021. 47

Gambar 5.4. Boxplot kadar kortisol darah kelinci yang dibuat adhesi pada masing-masing kelompok 1.3. Kadar IL-1α Cairan Peritoneum Pada masing kelompok dilakukan perlakuan sesuai yang telah ditetapkan. Berdasarkan data statistik deskriptif kadar IL-1α cairan peritoneum diperoleh 48

rerata kadar IL-1α cairan peritoneum pada kelompok K1 adalah 20,89 2,589 pg/ml; pada kelompok K2 adalah 10,61 0,887 pg/ml. Didapatkan hasil rerata kadar IL-1α yang lebih tinggi pada kelompok K1 dibanding kelompok K2. Tabel 5.7. Nilai Rerata Kadar IL-1α Cairan Peritoneum Kelompok n Rerata ± SD Kelompok K1 6 20,89 2,589 Kelompok K2 6 10,61 0,887 Uji normalitas kadar IL-1α cairan peritoneum dengan Shapiro-Wilk (n < 50) menunjukkan bahwa variabel tersebut berdistribusi normal (p > 0,05). Uji homogenitas variabel dengan menggunakan Levene s test (p > 0,05), diperoleh data kadar IL-1α cairan peritoneum adalah tidak homogen (p = 0,000). Tabel 5.8. Uji beda IL-1 berdasarkan kelompok laparotomi dan laparoscopik Kelompok Laparotomi Laparoskopi p IL-1 20,89 2,589 10,61 0,888 < 0,001* Independent t test Uji beda bivariat pada variabel kadar IL-1α cairan peritoneum dengan menggunakan uji Independent t test (p < 0,05) didapatkan perbedaan yang bermakna dengan p < 0,001. 49

Gambar 5.5. Boxplot kadar IL-1 cairan peritoneum yang dibuat adhesi pada masing-masing kelompok 1.4. Korelasi Kadar Kortisol Darah dengan Kadar IL-1α Cairan Peritoneum Tabel 5.9. Hasil korelasi Variabel Mean SD r p Kortisol post 21,92 5,078 0,688 0,013* IL-1 15,75 5,674 Korelasi Pearson Analisis statistik untuk mengetahui korelasi antara kadar koertisol darah yang merupakan variabel numerik, dengan kadar IL-1α cairan peritonium yang 50

juga merupakan variabel numerik, menggunakan uji korelasi Korelasi Pearson ( p < 0.05 ). Gambar 5.6. Scatter plot korelasi antara kadar kortisol darah dan kadar IL-1 pada kelinci yang dibuat adhesi (p = 0.013, r = 0,668) Hasil uji korelasi didapatkan hubungan yang bermakna dengan sifat hubungan positif sedang ( r = 0.688 ) antara kadar kortisol darah dan kadar IL- 1α cairan peritoneum pada kelinci yang dibuat adhesi intraperitoneum dengan p = 0.013, yang berarti semakin tinggi kadar IL-1 cairan peritoneum, maka kadar kortisol darah juga meningkat. 1.5. Korelasi Kadar IL-1α Cairan Peritoneum dengan Derajat Adhesi Tabel 5.10. hasil korelasi Variabel Mean SD r p IL-1 15,75 5,674 0,833 0,001* Adhesi 1,75 1,545 Korelasi Spearman 51

Analisis statistik untuk mengetahui korelasi antara kadar IL-1α cairan peritoneum yang merupakan variabel numerik, dengan derajat adhesi intraperitoneum yang merupakan variabel ordinal, menggunakan uji korelasi Spearman ( P= 0.05). Hasil uji korelasi didapatkan korelasi searah yang sangat kuat (r = 0,833) antara kadar IL-1α cairan peritoneum dan derajat adhesi intraperitoneum pada kelinci yang dibuat adhesi intraperitoneum dengan p= 0.001, yang berarti semakin tinggi kadar IL-1 cairan peritoneum, maka derajat adhesi intraperitoneum semakin tinggi pula. Gambar 5.7. Scatter plot korelasi antara kadar IL-1α cairan peritoneum dan derajat adhesi pada kelinci yang dibuat adhesi (p = 0.001, r = 0,833) Dari hasil analisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa antara kadar IL-1 cairan peritoneum dengan derajat adhesi intraperitoneum terdapat hubungan yang bermakna, dengan sifat hubungan positif kuat. 52