BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kesiapan Pelaksanaan e-procurement di Instansi Pemerintahan Daerah. Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang studi kesiapan perusahaan jasa

BAB I PENDAHULUAN. atau individu dan biasanya melalui sebuah kontrak (Wikipedia,2008). 1. Meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan konstruksi. Proses pelelangan yang baik akan menghasilkan output

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. penentu baik buruknya pelaksanaan proyek kosntruksi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi

KAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian, pengolahan data dan analisis data maka

Tesis STUDI MENGENAI HAMBATAN DAN KESULITAN PENERAPAN KONSEP GREEN INFRASTRUCTURE

TESIS STUDI KESIAPAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI DALAM PENERAPAN E-PROCUREMENT DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROPINSI SUMATERA SELATAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SOPPENG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pekerjaan proyek konstruksi, waktu (time) adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TESIS KAJIAN TERHADAP KESIAPAN PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI PEMERINTAHAN DAERAH BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NO. 54 TAHUN 2010

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data kuesioner yang diberikan kepada 41 responden,

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN

TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN PROYEK PADA INDUSTRI KONSTRUKSI. Laporan Tugas Akhir. sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari

BAB I PENDAHULUAN. Ruko atau rumah toko adalah suatu proyek konstruksi yang pada umumnya

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR MENENGAH DAN KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA

EVALUASI PENERAPAN SISTEM E-PROCUREMENT DALAM PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DI KABUPATEN GIANYAR BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK. Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2)

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan penyedia barang/

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS

Kata kunci: Gugurnya Penawaran, E-Procurement, Pekerjaan Jasa Konsultan

KAJIAN TERHADAP KESIAPAN DAN EFEKTIVITAS DALAM PELAKSANAAN E-PROCUREMENT

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR I -E TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembanganpembangunan proyek konstruksidi Indonesia semakin pesat,

ANALISIS PENERAPAN VALUE ENGINEERING (VE) PADA PROYEK KONSTRUKSI MENURUT PERSEPSI KONTRAKTOR DAN KONSULTAN

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai. tujuan perusahaan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen

ANALISIS MENGENAI PENYEBAB DAN DAMPAK PENINGKATAN BIAYA MATERIAL PADA PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia

FAKTOR RISIKO DALAM REKRUTMEN TENAGA KERJA YANG MEMPENGARUHI BIAYA TENAGA KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri konstruksi mempunyai peranan yang sangat besar untuk

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

KUISIONER PENELITIAN PENENTUAN FAKTOR PENGENDALI dan RATING FAKTOR PENGENDALI. Judul penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN DINAS BINA MARGA PROPINSI JAWA TENGAH. Tesis.

KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KAB.MUSI RAWAS, H. RUDI IRAWAN,S.Sos,M.Si Pembina Utama Muda NIP

JURNAL EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM DESA SIMPANG PERIUK KOTA LUBUKLINGGAU. Oleh Wawan Alamsyah INTISARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PANITIA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI FISIK DI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Fikri Al Abqori/ NIM : ; Tri Febrianto Pamungkas/ NIM :

BUPATI MUSI RAWAS UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejalan dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 5

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

1. Secara keseluruhan tingkat kepuasan (performance) perusahaan penyedia. barang/ jasa konstruksi dan konsultansi terhadap pelaksanaan e-

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. peluang memperoleh keuntungan dan resiko menderita kerugian, baik secara

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

ANALISIS PEMAHAMAN KONTRAKTOR TERHADAP PERATURAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (003K)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melaksanakan

Nomor : Jakarta, 12 Desember 2007 Lampiran :

ANALISA KENDALA PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI KOTA SURABAYA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA ACARA PEMBUKAAN DOKUMEN PENAWARAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan mengenai

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

E:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc

lelang, melakukan lelang, sampai tanda tangan kontrak untuk menangani

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang timbul dalam setiap proyek konstruksi, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan. keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal.

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2014

PAPARAN BUPATI SERUYAN TENTANG PELAKSANAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SERUYAN TAHUN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

PENGARUH MOTIVASI DAN PENGAWASAN TERHADAP KEPUASAN KERJA DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PT GAWIH JAYA

Mendorong Partisipasi dan Akuntabilitas melalui UU KIP

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS UTARA. NOMOR Ob TAHUN 2016 TENTANG INSENTIF APARATUR PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) MUSI RAWAS UTARA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

PENENTUAN PERINGKAT FAKTOR RISIKO DALAM REKRUTMEN TENAGA KERJA YANG MEMPENGARUHI BIAYA TENAGA KERJA PADA PROYEK DI JAWA TENGAH

TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN PROYEK PADA INDUSTRI KONSTRUKSI

1. Mohon perhatikan Keterangan Penilaian sebelum mengisi kuisioner :

TESIS PENGARUH KARAKTERISTIK TUKANG BATU LOKAL TERHADAP PRODUKTIVITAS

LAMPIRAN. SURAT EDARAN Nomor : SE - 237/MK.1/2011 TENTANG

IDENTIFIKASI TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KONSULTAN PENGAWAS TERHADAP PEKERJAAN KONSTRUKSI DI YOGYAKARTA

TINJAUAN MANAJEMEN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI. Gatot Nursetyo. Abstrak. Kata kunci : Jasa konstruksi,profesionalisme, kemitraan.

Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 10 No. 1 PENGADAAN BAHAN PUSTAKA DI PERGURUAN TINGGI : SUATU PENGALAMAN DI PERPUSTAKAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

RENCANA AKSI DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER KOTA SOLOK TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PENGELOLAAN TENDER PENGADAAN BARANG DAN JASA YANG BERSIH DAN TRANSPARAN

Transkripsi:

103 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian, pengolahan data dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kesiapan Pelaksanaan e-procurement di Instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan hasil analisis perhitungan persentase rata-rata kesiapan pelaksanaan e-procurement di Instansi Pemerintahan Daerah yang dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Persentase kesiapan pelaksanaan e-procurement di Instansi Pemerintahan Daerah No Instansi Siap Netral Kurang siap Keterangan 1. Teknis 42,86% 57,14% 0 % Siap 100% 2. Non teknis 50,00% 25,00% 25,00% Siap 50% 3. Teknis dan non teknis 0 % 75,00% 25,00% Siap 0% Pada tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa untuk instansi teknis persentase kesiapannya sebesar 100%. Hal ini dikarenakan instansi teknis lebih sering melakukan kegiatan pelelangan dan telah mempunyai tenaga ahli yang memiliki pengetahuan dalam pelaksanaan pelelangan secara elektronik. Persentase kesiapan untuk instansi non teknis sebesar 50% sedangkan instansi teknis dan non teknis persentase kesiapannya sebesar 0%. Dapat

104 disimpulkan bahwa instansi teknis dan non teknis adalah belum siap dalam pelaksanaan kegiatan lelang secara elektronik. Hal ini dikarenakan instansi teknis dan non teknis belum memiliki sarana dan prasarana berupa peralatan teknologi yang mampu melakukan seluruh proses pelaksanaan e-procurement serta belum memiliki tenaga ahli yang mempunyai pengetahuan dalam pelaksanaan lelang secara elektronik. 2. Tingkat Kesulitan Pelaksanaan e-procurement di Instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan hasil analisis perhitungan persentase rata-rata tingkat kesulitan pelaksanaan e-procurement di Instansi Pemerintahan Daerah yang dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Persentase tingkat kesulitan pelaksanaan e-procurement di Instansi Pemerintahan Daerah No Instansi Sulit Netral Tidak Sulit Keterangan 1. Teknis 0 % 85,71% 14,29% Sulit 0% 2. Non teknis 25,00% 50,00% 25,00% 3. Teknis dan non teknis 25,00 % 75,00% 0 % Sulit 100% Pada tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa untuk instansi teknis persentase tingkat kesulitannya sebesar 0% atau dengan kata lain instansi teknis tidak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan pelelangan secara elektronik.

105 Persentase tingkat kesulitan untuk instansi non teknis yang sulit sebesar 25%, untuk instansi non teknis yang netral sebesar 50% dan untuk instansi non teknis yang tidak sulit sebesar 25%. Sedangkan instansi teknis dan non teknis persentase tingkat kesulitannya sebesar 100%. Dapat disimpulkan bahwa instansi teknis dan non teknis adalah kesulitan dalam pelaksaan kegiatan lelang secara elektronik. 3. Tingkat Partisipasi Penyedia Jasa dalam Mengikuti Pelaksanaan Lelang dengan Metode e-procurement di Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan hasil analisis tingkat partisipasi penyedia jasa adalah netral maka dapat disimpulkan bahwa sehubungan dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 yang mewajibkan pelaksanaan lelang secara elektronik, sebagai pihak penyedia jasa wajib melakukan kegiatan pelelangan dengan metode e-procurement jika mau mengikuti pelelangan yang ada di Pemerintahan Daerah khususnya di Kabupaten Musi Rawas. Walaupun dapat dilihat dari hasil analisis dari pihak penyedia jasa mengalami kesulitan pada ketersediaan tenaga ahli yang memiliki pengetahuan dalam melaksanakan pelelangan secara elektronik. 4. Analisis Hubungan antara Kesiapan dan Tingkat Kesulitan Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa besarnya koefisien korelasi adalah 0,742 dan dapat dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kesiapan dan

106 tingkat kesulitan dalam pelaksanaan e-procurement memiliki hubungan yang kuat (0,60-0,799). Koefisien korelasi bertanda negatif ( - ) menunjukkan bahwa hubunganya berlawanan arah, artinya kesiapan semakin siap/tinggi karena tingkat kesulitannya semakin rendah dan sebaliknya kesiapan semakin rendah karena tingkat kesulitannya semakin tinggi. Besarnya nilai signifikasi adalah 0,00 dimana α = 0,01, maka dapat diketahui bahwa nilai signifikasi lebih kecil dari nilai α (0,00 < 0,01) jadi dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara kesiapan dengan tingkat kesulitan pelaksanaan e-procurement. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran dan masukan kepada Pemerintahan Daerah Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan e-procurement seperti yang telah diamanatkan dalam Pepres No.54 tahun 2010, antara lain: 1. Diharapkan kepada Pemerintahan Daerah untuk lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana di masing-masing instansi berupa peralatan teknologi yang mampu melakukan seluruh kegiatan pelelangan yang ada dan seluruh proses pelaksanaan e-procurement, khususnya instansi non teknis serta instansi teknis dan non teknis. 2. Diharapkan kepada Pemerintahan Daerah untuk mengadakan sosialisasi tentang pelaksanaan lelang dengan menggunakan metode e-procurement

107 kepada seluruh instansi yang ada di Pemerintahan Daerah serta meningkatkan sumber daya manusianya dengan mengikuti kursus atau sertifikasi pengadaan barang dan jasa agar lebih banyak tersedianya tenaga ahli di bidang e-procurement, khususnya instansi non teknis serta instansi teknis dan non teknis. 3. Diharapkan kepada Pemerintahan Daerah untuk juga mengadakan sosialisasi tentang pelaksanaan lelang dengan menggunakan metode e-procurement kepada seluruh penyedia jasa yang ada di Kabupaten Musi Rawas dan sekitarnya agar keberhasilan pelaksanaan e-procurement dapat tercapai menuju pelaksanaan full e-procurement. 4. Diharapkan metode penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian di daerahnya.

KUISIONER PENELITIAN Kajian Terhadap Kesiapan Pelaksanaan e-procurement di Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Presiden No.54 tahun 2010 Dalam rangka menyelesaikan studi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Program Pasca Sarjana, Prodi Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Manajemen Konstruksi, saya mengadakan penelitian ini untuk tesis dengan judul: Kajian Terhadap Kesiapan Pelaksanaan e-procurement di Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Presiden No.54 tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan dari Pemerintah Daerah khususnya Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan dalam pelaksanaan e- procurement yang diamanatkan dalam Pepres No. 54 tahun 2010. Daftar Kuisioner ini dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pengisiannya. Ketulusan dan kerelaan menjawab pertanyaan pada kuisioner ini sangat saya harapkan dan saya berjanji bahwa semua jawaban anda hanya untuk keperluan akademik saja dan dijaga kerahasiaannya. Terima kasih atas bantuan dan peran serta anda. I. DATA LEMBAGA PEMERINTAHAN DAERAH 1. Nama Instansi/Lembaga :.. 2. Alamat Instansi/Lembaga :.. 3. Jenis Instansi/Lembaga : a. Teknis b. Non Teknis c. Teknis dan non Teknis 4. Jumlah rata-rata proyek yang di laksanakan dalam satu anggaran: a. < 20 proyek b. 20-30 proyek c. > 30 proyek

5. Jumlah anggota panitia lelang: a. 3 orang b. 5 orang c. 7 orang 6. Jumlah proyek dalam satu anggaran: a. < 1 miliar :.. kegiatan b. > 1 miliar : kegiatan 7. Jumlah perusahaan yang mengikuti pelelangan dengan metode e-procurement untuk masing-masing kegiatan: a. kurang dari 3 b. sama dengan 3 c. lebih dari 3 II. DATA RESPONDEN 1. Apakah jabatan anda dalam Instansi pemerintahan : 2. Pendidikan terakhir : a. D.III b. S.1 c. S.2 d. lainnya 3. Berapa lama anda bekerja di Instansi pemerintahan : a. < 5 tahun b. 5 10 tahun c. > 10 tahun 4. Berapa lama pengalaman kerja sebagai panitia lelang : a. < 2 tahun b. 2 4 tahun c. > 4 tahun