BAB I PENDAHULUAN. Dunia perfilman selalu menarik untuk diamati. Akan selalu ada hal unik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Selain itu, manusia juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana. ilmiah, yang objeknya representatif perempuan muslim dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

( dan menurut Dosen Filsafat dan Teologi Hindu di IHDN BAB I PENDAHULUAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Usulan Penelitian B. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama,

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN TEKNIK PENULISAN PROPOSAL

BAB 5 KESIMPULA DA SARA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat setiap bisnis film di bioskop tetap eksis dan mulai mampu bersaing

TAHAP-TAHAP PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bandarlampung sebagai tempat penelitian ini karena sekolah ini merupakan salah

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuanga di BWI dan untuk mengetahui persepsi nadzir terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. kompetitornya dan mampu menghasilkan profit yang maksimal (Thompson et al.,

B A B 5 K E S I M P U L A N D A N I M P L I K A S I

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I Pendahuluan A. Kedudukan Karya Tulis di Perguruan Tinggi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

METODE PENELITIAN. deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif. Menurut Nazir (2013) metode penelitian

PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI INFORMATIKA & KOMPUTER INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan bagaimana konsumen dipengaruhi oleh lingkungannya, kelompok referensi,

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya sebagai media hiburan saja melainkan sebagai media komunikasi

METODE PENELITIAN. lazim dipakai dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenoligis.

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang memiliki karakter yang berbeda dengan bahasa asing lainnya terutama

BAB I PENDAHULUAN. Festival film merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap karya film.

BAB 1 PENDAHULUAN. Animasi berasal dari kata Animation yang dalam bahasa Inggris to animate yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film,

BAB I PENDAHULUAN. oleh beberapa hal. Guru sebagai pendidik, fasilitas, metode pembelajaran,

Nama kelompok : Perbedaan secara umum Penelitian Eksperiman dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencarian informasi erat kaitannya dengan kebutuhan akan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan pada PT Sinar Media Tiga Malang yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, salah satu gangguan jiwa yang paling

BAB III METODE PENELITIAN. mendalam. Dalam bab ini peneliti akan menggunakan Analisis Wacana yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat suatu pekerjaan. Terutama Indonesia pada saat sekarang ini masih

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia perfilman selalu menarik untuk diamati. Akan selalu ada hal unik yang dapat dibahas secara lebih mendalam di setiap sebuah pemutaran film. Mulai dari genre film tersebut, adegan di setiap scene-nya, alur cerita, pola permasalahan, karakter para pemain hingga dialek atau bahasa yang diucapkan. Dibandingkan dengan unsur-unsur seperti genre film, adegan, alur cerita dan lainnya, tidak banyak yang mendalami mengenai dialek atau bahasa yang dipakai oleh para pemain, walaupun dialek atau bahasa yang diucapkan sangat berperan penting dalam membantu penggambaran kondisi, latar, atau alur dari cerita yang berusaha untuk disampaikan melalui sebuah film. Penggunaan dialek memberikan unsur keunikan tersendiri pada sebuah film. Biasanya, tidak hanya terdapat satu penggunaan dialek saja. Hal tersebut tergantung pada cerita yang diangkat dalam film tersebut. Seperti pada film Sea Fog karya sutradara Bong Joon-ho dan Sung Bo Shim. Pada film yang bercerita tentang pencari suaka asal Cina yang diselundupkan ke Korea tersebut, Dialek Jeolla sangat dominan digunakan. Dialek tersebut berusaha menggambarkan identitas regional para penyelundup yang berasal dari Provinsi Jeolla, tentu saja dengan penggunaan dialek tersebut memudahkan penonton untuk memahami mengenai latar belakang yang berusaha digambarkan dalam film Sea Fog. 1

Membahas lebih dalam mengenai dialek, istilah dialek itu sendiri berasal dari kata Yunani dialektos yang pada mulanya dipergunakan di sana dalam hubungannya dengan keadaan bahasanya. Di Yunani terdapat perbedaanperbedaan kecil di dalam bahasa yang dipergunakan oleh pendukungnya masing - masing, tetapi sedemikian jauh hal tersebut tidak sampai menyebabkaan mereka merasa mempunyai bahasa yang berbeda (Meillet, 1967:69). Kemudian, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dialek {/di a lek/ /dialék/ n Ling} adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakainya (misalnya bahasa dari suatu daerah tertentu, kelompok sosial tertentu, atau kurun waktu tertentu) lalu, menurut Yeon Jaehoon (2012) jika spesifik mengenai penggunaan dialek pada bahasa Korea, terdapat 6 jenis dialek berbeda, yaitu dialek Seoul/Gyeonggi, Chungcheon, Gangwon, Gyeongsang, Jeolla, dan Jeju. Selain dari 6 dialek tersebut, sebenarnya terdapat beberapa dialek di wilayah Korea Utara, namun, karena keterbatasan data, jenis dialek lainnya belum mampu untuk ditampilkan oleh peniliti. Dalam sebuah dialek bahasa Korea, terdapat penambahan imbuhan yang berbeda dari penggunaan bahasa standar, maka agar dapat memahami jenis dialek yang digunakan, diperlukan pemahaman terhadap akhiran dan imbuhan dari tiap dialek. Begitu juga dalam penggunaan dialek pada bahasa Korea, sangat perlu untuk memahami akhiran imbuhan, klasifikasi dan fungsi ketatabahasaan bahasa Korea standar agar mampu memahami jenis dialek lainnya. Kesulitan tersebut sering menambah keengganan penonton untuk menilik lebih dalam mengenai penggunaan dialek. Bahkan, tidak banyak yang berpendapat bahwa memahami 2

dialek dalam sebuah penggunaan bahasa memiliki urgensi tersendiri. Umumnya, kebiasaan penggunaan bahasa standar memudarkan kepekaan terhadap pengucapan dialek yang berbeda. Dalam bahasa Korea sendiri adanya penggunaan dialek standar menurunkan popularitas dari penggunaan jenis dialek lainnya. Dialek Jeolla contohnya, dibandingkan dengan dialek lainnya dialek Jeolla merupakan salah satu jenis dialek yang sangat jarang ditemui, terutama dalam dunia perfilman. Dibandingkan dengan penggunaan dialek Jeolla, dalam dunia perfilman atau hiburan biasanya lebih sering menggunakan dialek Gyeongsang. Sehingga menemukan film Sea Fog dengan penggunaan dialek Jeolla yang digambarkan dengan jelas menambah ketertarikan penulis untuk kemudian lebih mendalami dialek tersebut dengan berusaha membuat komparasi antara akhiran dialek Jeolla dengan bahasa Korea standar. 1. 2 RUMUSAN MASALAH Masalah yang akan dibahas dalam penulisan Skripsi ini adalah : 1. Bagaimana klasifikasi dan apa saja akhiran bahasa Korea dialek Jeolla dalam film Sea Fog? 2. Bagaimana perbandingan perbedaan akhiran bahasa Korea dialek Jeolla dengan bahasa Korea standar secara gramatikal atau ketatabahasaan dalam film Sea Fog? 3

1. 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan dalam rumusan masalah yang sudah dikemukakan, penyusunan penelitian ini adalah sebagai penerapan teori dan metode dialektologi. Dalam penelitian ini terdapat tujuan teoritis dan tujuan praktis. Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui klasifikasi dan akhiran bahasa Korea dialek Jeolla yang ada pada film Sea Fog. 2. Untuk mengkaji perbandingan gramatikal akhiran bahasa Korea dialek Jeolla dan bahasa Korea Dialek standar dalam film Sea Fog. Dari tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaatnya dari penyusunan penelitian ini adalah: 1. Menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan. 2. Diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan mengenai bahasa Korea, khususnya dialek Jeolla, lalu sebagai referensi penelitian selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang dialek Jeolla. 3. Diharapkan menambah khazanah atau perkembangan dalam mengembangkan ilmu kebahasaan atau telaah Korea. 4. Diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan sumber informasi baru mengenai ilmu kebahasaan atau telaah Korea. 4

1. 4 RUANG LINGKUP PENELITIAN Penulis membatasi penelitian pada akhiran kalimat yang menggunakan dialek Jeolla yang ada dalam film Sea Fog yang kemudian dianalisis serta dibantu dengan referensi dari penutur asli dialek Jeolla. 1. 5 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai bentuk akhiran pada dialek sudah pernah dilakukan sebelumnya, yang menjadi pembeda dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian sebelumnya terletak di jenis dialek yang diteliti. Penelitian sebelumnya meneliti tentang dialek Provinsi Gyeongsang yang ditulis oleh Zahrani Balqis (2011) yang berjudul Studi Perbandingan: Akhiran Kalimat Bahasa Korea Dialek Provinsi Gyeongsang yang Muncul dalam Film Haeundae dan Bahasa Korea Standar. Untuk meneliti tentang akhiran Bahasa Korea Dialek Provinsi Jeolla yang muncul dalam film Sea Fog ini, penulis menggunakan teks film Sea Fog yang diunduh dari www.kacting.com dan studi pustaka dengan buku serta referensi dari penutur asli bahasa Korea dialek Jeolla. 1. 6 METODE DAN SISTEMATIKA PENELITIAN Metode dan sistematika penelitian tersusun dari unsur - unsur berikut : 5

1) OBJEK PENELITIAN Objek dalam penelitian ini akan difokuskan ke akhiran - akhiran atau morfem pembentuk kalimat yang ada pada naskah film Sea Fog. 2) METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Cooper dan Schindler (2014), penelitian kualitatif terdiri dari susunan teknik interpretasi yang menjelaskan, menranformasikan, menerjemahkan, dan menjelaskan makna. Cooper dan Schindler (2014) juga menjelaskan bahwa penelitian kualitatif disebut sebagai penelitian interpretatif. Hal ini disebabkan penelitian kualitatif berusaha untuk membentuk pemahaman melalui deskripsi yang rinci, misalnya dengan membangun teori-teori namun tidak seringkali mengujinya. 3) METODE PENGUMPULAN DATA meliputi: Metode pengumpulan data yang penulis gunakan pada penelitian ini (1) Studi Kasus Penulis mencari akhiran atau morfem - morfem bahasa Korea dialek Jeolla dari kasus yang ada di dalam naskah film ini dan membandingkan serta menganalisisnya dengan padanannya pada bahasa Korea standar. 6

(2) Studi Kepustakaan Menurut Cooper dan Schindler (2014), studi kepustakaan menguji penelitian terbaru maupun penelitian sebelumnya, data, atau laporan sebagai dasar dari penelitian yang diusulkan. Studi kepustakaan dimulai dari diskusi literatur terkait dan data sekunder yang relevan dari perspektif komprehensif, yang bergerak menjadi studi yang lebih spesifik dari masalah yang dihadapi. Studi kepustakaan bergantung pada pemilihan sumber buku, jurnal profesional dan akademis, laporan, tesis, dan lain-lain Pada penelitian ini, penulis menemukan teori - teori mengenai akhiran atau morfem - morfem penyusun kalimat dari berbagai literatur untuk menjadi landasan dalam menganalisis data yang diperoleh terkait dengan penelitian ini. (3) Wawancara Menurut Cooper dan Schindler (2014), wawancara merupakan teknik pengumpulan data primer untuk mengumpulkan data dalam metode kualitatif. Pada sebuah penelitian, wawancara merupakan metode pengumpulan data yang tepat selama masa penyelidikan. Coooper dan Schindler (2014) juga membagi wawancara ke dalam tiga jenis, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Pada wawancara terstruktur, seorang interviewer telah mengetahui informasi yang akan dibutuhkan dan telah mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden. Sedangkan, dalam wawancara tidak terstruktur tidak terdapat pertanyaan yang spesifik atau topik 7

yang akan didiskusikan, biasanya diawali dengan naratif responden terkait. Wawancara semi-stuktur biasanya diawali dengan sedikit pertanyaan spesifik dan selanjutnya mengikuti alur pemikiran individu dengan investigasi yang dilakukan oleh interviewer. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode wawancara semistruktur. Penulis telah mengetahui informasi yang dibutuhkan dan telah menyusun beberapa hal yang terkait dengan akhiran dan morfem - morfem penyusun kalimat. Penulis melakukan wawancara dengan penutur asli yang berhubungan mengenai bahasa Korea dialek Jeolla dan bahasa Korea standar melalui media sosial. 4) METODE ANALISIS DATA Analisis penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif, menurut Cooper dan Schindler (2014), penelitian yang mencoba untuk menemukan jawaban atas pertanyaan siapa, apa, kapan, dimana, dan, bagaimana. Pada penelitian ini, penulis mencoba untuk mendiskripsikan atau menjelaskan subjek dengan cara membuat gambaran mengenai sekumpulan masalah, orang, atau kejadian. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran dari aspek-aspek yang relevan dari kejadian atau fenomena yang menarik dari seorang individu, organisasi, orientasi industri atau perspektif lain. Terkait dengan hal tersebut, data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara individu dan studi kepustakaan dapat membantu pemahaman mengenai kejadian atau fenomena yang ada. 8

Pada penelitian ini, penulis akan melakukan analisis deskripsi tentang akhiran atau morfem penyusun kalimat pada Bahasa Korea Dialek Jeolla dalam naskah film serta mendeskripsikan masalah atau kendala - kendala berdasarkan padanannya pada bahasa Korea standar. Analisis deskriptif yang dilakukan oleh penulis terhadap wawancara, telaah dokumen naskah film, studi pustaka, dan observasi adalah sebagai berikut: (1) Mengumpulkan akhiran Bahasa Korea Dialek Jeolla pada naskah film Sea Fog. (2) Menerjemahkan akhiran Bahasa Korea Dialek Jeolla yang ditemukan. (3) Mengumpulkan akhiran Bahasa Korea Dialek Jeolla yang ditemukan. (4) Menganalisis perbedaan akhiran Bahasa Korea Dialek Jeolla dan bahasa Korea standar. (5) Mengklasifikasi akhiran Bahasa Korea Dialek Jeolla yang ditemukan. (6) Mengevaluasi perbedaan akhiran Bahasa Korea Dialek Jeolla dan bahasa Korea standar dengan referensi dari hasil wawancara dengan penutur asli bahasa Korea dialek Jeolla dan bahasa Korea standar. (7) Merevisi hasil analisis bila diperlukan. 9

(8) Menyusun pembahasan terkait dengan penemuan masalah ataupun hasil dari wawancara dan observasi yang telah diuji terlebih dahulu, kemudian menyusun kesimpulan dan rekomendasi terkait hasil analisis tersebut. Sehingga akan tercipta sistematika penulisan skripsi yang terdiri dari empat bab, yaitu : 1) Bab I adalah Pendahuluan, merupakan pengantar yang akan memberikan gambaran mengenai penulisan skripsi ini. Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. 2) Bab II adalah Landasan Teori, yang merupakan acuan yang diterapkan untuk melakukan pembahasan pada penulisan skripsi ini. Pada bab ini berisikan teori-teori yang dapat mendukung penulisan serta berisikan profil provinsi Jeolla atau region Honam. 3) Bab III adalah Analisis. Dalam bab ini berisi analisis dan klasifikasi dari perbedaan akhiran bahasa Korea dialek Jeolla dari bahasa Korea standar yang penulis temukan dalam film Sea Fog. 4) Bab IV adalah Kesimpulan. Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari pembahasan dari Skripsi ini, kemudian daftar pustaka dan lampiran. 10