V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

dokumen-dokumen yang mirip
Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

Versi 27 Februari 2017

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Membangun Kedaulatan Energi Nasional

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 2014

Sembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN ENERGI

Kedaulatan Energi dan Ketenagalistrikan

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Otonomi Energi. Tantangan Indonesia

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PENYEDIAAN DAN KONSUMSI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012

BAB I PENDAHULUAN. energi fosil. Jumlah konsumsi energi fosil tidak sebanding dengan penemuan

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dan target untuk mendukung pengembangan dan penyebaran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

PERTEMUAN MULTILATERAL I PENYUSUNAN RKP 2017 KEDAULATAN ENERGI

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA

1. BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada pasokan dengan kecenderungan kebutuhan yang pasti meningkat di kemudian hari, ketergantungan yang sangat besar pada bahan bakar fosil yang dipenuhi dari impor, serta pemanfaatan yang belum efisien. Di sisi lain, potensi Indonesia dalam energi terbarukan belum dimanfaatkan secara optimal. Tantangan dan potensi tersebut memberi arah pengembangan sektor energi di Indonesia yaitu, mengalihkan sumber energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan. Forum kerja sama G20 dapat dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Mitigasi perubahan iklim dapat menjadi argumen utama bagi kerja sama antar negara anggota G20 antara lain lewat komitmen keterbukaan dalam berbagi informasi teknologi yang paling efisien dalam pengembangan energi terbarukan. Indonesia dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk menurunkan biaya produksi dalam pengembangan energi terbarukan. Kata kunci: Indonesia, G20, bauran energi, pengembangan energi terbarukan. 1. Kondisi Umum dan Tantangan Sektor Energi Indonesia Kondisi umum sektor energi Indonesia dicerminkan oleh beberapa karakteristik. Pertama, kebutuhan yang lebih besar dibandingkan pasokan, dengan kecenderungan permintaan yang meningkat di masa-masa yang akan datang. Hal ini ditunjukkan oleh rasio elektrifikasi yang belum mencapai 100%. Tahun 2014 rasio elektrifikasi Indonesia adalah 84%. Meskipun target (81%) terlampaui, rasio elektrifikasi nasional yang masih di bawah 100% memiliki implikasi dua hal, yaitu pasokan yang belum memenuhi kebutuhan serta adanya kepastian meningkatnya permintaan di masa yang akan datang. Kebutuhan energi nasional juga akan meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan makin besarnya jumlah penduduk 1. Sebagai gambaran, konsumsi energi final pada kurun waktu 2000 2012 meningkat dari 764 juta SBM (setara barrel minyak) pada tahun 2000 menjadi 1.079 juta SBM pada tahun 2012, meningkat rata-rata 2,91% setiap tahun (BPPT 2014). Kesenjangan antara kebutuhan dan pasokan melahirkan tantangan pertama sektor energi nasional: keharusan meningkatkan pasokan energi. Karakteristik yang kedua sektor energi Indonesia adalah ketergantungan yang tinggi pada bahan bakar fosil (bahan bakar minyak/bbm, batubara dan gas alam). Hal ini dapat dilihat dari bauran energi (energy mix) yang menunjukkan, 92% kebutuhan energi Indonesia 1 Berdasarkan proyeksi Bappenas dan BPS, rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia untuk periode 2012 2035 adalah 0,96% per tahun. 1 pengembangan energi Indonesia 2015 2019 siwi nugraheni QUICKWINS & STRATEGI INDONESIA DI G20-2015

pada tahun 2013 masih dipasok dari sumber-sumber energi tak terbarukan tersebut (lihat Diagram 5.1). Diagram 5.1. Bauran Energi Indonesia, tahun 2013 Energi Baru & Terbarukan 8% Gas Alam 18% Batubara 30% Minyak 44% Sumber: DEN 2014 Sebesar 44% kebutuhan energi Indonesia dipenuhi dari BBM, sementara di sisi lain, produksi minyak dalam negeri semakin menurun. Ketergantungan pada kebutuhan BBM di satu sisi dan produksi yang cenderung turun di sisi lain menyebabkan Indonesia menjadi negara pengimpor (net importer country) untuk BBM (termasuk Liquid Petroleum Gas (LPG)) sejak tahun 2004, dengan volume impor yang juga semakin meningkat dari tahun ke tahun (lihat Diagram 5.2). Data pada tahun 2013 menunjukkan bahwa produksi minyak domestik adalah 852 ribu barrel per hari, sementara konsumsi adalah 1.641 ribu barrel per hari; dengan selisih sebesar 789 ribu barrel per hari harus dipenuhi dari impor (BP 2015). Diagram 5.2. Perkembangan rata-rata produksi, konsumsi dan impor BBM Indonesia, per hari, dari tahun 1965 2013 (dalam ribu barrel) 1800 1600 1400 1200 impor konsumsi 1000 800 produksi 600 400 200 - Tahun 1965-2013 2004 Sumber: BP statistical review of the world energy 2015 workbook (diolah) 2 pengembangan energi Indonesia 2015 2019 siwi nugraheni QUICKWINS & STRATEGI INDONESIA DI G20-2015

Dengan harga beli BBM yang fluktuatif mengikuti harga internasional dan harga jual di dalam negeri yang ditentukan pemerintah membuat pemerintah harus menyediakan subsidi ketika harga beli melebihi harga jual. Besarnya subsidi BBM ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Selama empat tahun berturut-turut (2011-2014) besarnya subsidi BBM & LPG meningkat dari 164,7 triliun rupiah pada tahun 2011 menjadi 229 triliun rupiah di tahun 2014 (lihat Diagram 5.3). Diagram 5.3. Rencana dan Realisasi Subsidi Sektor BBM dan LPG di Indonesia, 2011 2014 (dalam triliun Rupiah) 300 250 200 150 100 50 0 246,5 229 211,9 193,8 199,9 164,7 129,7 137,4 2011 2012 2013 2014 Rencana Realisasi Sumber: APBN dan Katadata (untuk data tahun 2014) Dalam hal batubara, Indonesia sebetulnya adalah produsen yang signifikan di tingkat dunia. Pada tahun 2014, produksi batubara Indonesia menyumbang 7,2% produksi total dunia, terbesar ketiga setelah Tiongkok (46,9%) dan USA (12,9%) (BP 2015). Kondisi saat ini menunjukkan, sebagian besar hasil produksi batubara Indonesia diekspor, dengan volume ekspor yang jauh di atas konsumsi dalam negeri. Perbandingan antara produksi dan konsumsi batubara Indonesia ditunjukkan oleh Diagram 5.4. Diagram 5.4 Produksi dan Konsumsi Batubara Indonesia, 2006 2014 (dalam juta toe) 300 250 200 150 100 50 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 produksi konsumsi Sumber: BP (2015) 3 pengembangan energi Indonesia 2015 2019 siwi nugraheni QUICKWINS & STRATEGI INDONESIA DI G20-2015

Karakteristik sektor energi Indonesia yang berikutnya adalah sumber-sumber energi baru dan terbarukan yang justru potensial masih belum dimanfaatkan secara optimal (lihat Diagram 1.), salah satunya adalah panas bumi. Indonesia adalah negara yang berada di kawasan cincin api (ring of fire) yang memberikan potensi sumber energi panas bumi (geothermal). Dari potensi yang dimiliki Indonesia, baru sekitar 8% saja yang sudah dimanfaatkan. Indonesia adalah negara tropis dengan matahari yang bersinar sepanjang tahun, sehingga sumber energi surya melimpah. Radiasi sinar matahari di wilayah Indonesia rata-rata memberikan potensi setara dengan 4,80 kwh/m2/hari; tetapi baru dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik berkapasitas 42,78 MW. Begitu pula dengan sumber energi terbarukan lainnya. Tabel 5.1 menggambarkan potensi dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan di Indonesia pada tahun 2013. Tabel 5.1. Potensi dan kapasitas terpasang beberapa sumber energi baru dan terbarukan di Indonesia pada tahun 2013 No. Sumber Energi Baru dan Potensi Kapasitas Terpasang Terbarukan 1. Panas Bumi 16.502 MW 1.341 MW (per Mei 2013) 2. Hidro 75.000 MW 7.059 MW 3. Mini-hidro 769,7 MW 512 MW 4. Biomassa 13.662 MW 1.364 MW 5. Energi Surya 4,80 kwh/m2/day 42,78 MW 6. Energi Angin 3 6 m/s 1,33 MW 7. Gas Metana Batubara (CBM) 453 TSCF Sumber: Ditjen EBTKE 2013 Ketergantungan yang tinggi pada bahan bakar fosil yang harus diimpor, di sisi lain pemanfaatan sumber energi yang justru dihasilkan di dalam negeri belum optimal melahirkan tantangan-tantangan berikutnya, yaitu: pengalihan produksi batubara yang semula untuk ekspor ke pemenuhan kebutuhan dalam negeri (domestik) serta pengembangan sumber energi baru (e.g. panas bumi) dan terbarukan (e.g. matahari, hidro, angin). Karakteristik keempat dari sektor energi Indonesia saat ini adalah pemanfaatannya yang belum efisien, dicerminkan oleh intensitas 2 energi primer yang tergolong tinggi. Data dari Ditjen EBTKE (Statistik EBTKE 2014) menyatakan besarnya intensitas energi primer di Indonesia adalah 502 SBM untuk setiap miliar rupiah, atau 565 TOE per satu juta US$. Sebagai perbandingan, intensitas energi Malaysia adalah 493 TOE per satu US$ dan negaranegara maju yang tergabung dalam OECD rata-rata memiliki intensitas energi SBM sebesar 164 TOE per satu US$. 2 Intensitas energi mengukur besarnya energi yang digunakan untuk menghasilkan satu satuan Produk Domestik Bruto (PDB). Rumus intensitas energi adalah jumlah konsumsi energi per PDB. Makin tinggi angka intensitas energi menunjukkan makin rendah tingkat efisiensi penggunaan energi (boros). 4 pengembangan energi Indonesia 2015 2019 siwi nugraheni QUICKWINS & STRATEGI INDONESIA DI G20-2015

2. Arah dan Sasaran Pengembangan Sektor Energi Indonesia 2015 2019 Kondisi dan karakteristik sektor energi Indonesia seperti yang disebutkan di atas menuntun pada arah utama pengembangan sektor energi di Indonesia, yaitu meningkatkan pasokan energi, terutama dari sumber energi terbarukan serta mendorong langkah konservasi energi (meningkatkan efisiensi energi). Secara normatif, pengembangan sektor energi Indonesia dalam jangka menengah (2015 2019), seperti yang tercantum dalam Nawa Cita, adalah mewujudkan kedaulatan energi, dengan sasaran utama: meningkatkan produksi energi utama (migas dan batubara), meningkatkan pemanfaatan sumber energi yang dapat dipasok dari produksi dalam negeri (gas bumi dan batubara), meningkatkan kapasitas pembangkit listrik dan tingkat elektrifikasi, membangun infrastruktur energi (kilang minyak, FSRU Floating Storage Regasification Unit-, pipanisasi gas, SPBG Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas-, pembangkit listrik tenaga sumber energi terbarukan seperti panas bumi dan surya), serta meningkatkan efisiensi energi dengan menurunkan tingkat intensitas energi. Dalam kurun waktu 2015 2019, tujuan pengembangan sektor energi adalah: 1) menjamin penyediaan energi dan bahan baku domestik dengan sasaran antara lain mengoptimalkan kapasitas penyediaan energi fosil, meningkatkan alokasi energi domestik, meningkatkan akses dan infrastruktur energi, meningkatkan diversifikasi energi serta meningkatkan efisiensi energi dan pengurangan emisi; 2) mewujudkan subsidi energi yang lebih tepat sasaran dengan harga yang kompetitif, serta; 3) meningkatkan investasi di bidang energi. 3. Kebijakan Pengembangan Sektor Energi Indonesia 2015 2019 Untuk mencapai tujuan dan sasaran pengembangan sektor energi 2015 2019, dicanangkan beberapa langkah kebijakan. Pertama, dalam rangka meningkatkan produksi dan cadangan energi primer maka diperlukan pembangunan kilang minyak baru. Menurunnya produksi minyak Indonesia antara lain disebabkan oleh tidak dibangunnya kilang minyak baru dalam beberapa tahun terakhir. Bila memungkinkan, momentum menurunnya harga minyak dunia yang meningkatkan pendapatan Pertamina dapat dimanfaatkan oleh perusahaan milik negara tersebut untuk melakukan eksplorasi sumur minyak dan membangun kilang baru, dengan tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan asing untuk melakukannya. Selain biaya tinggi, tantangan usaha eksplorasi baru adalah menyederhanakan proses perijinan. Saat ini, untuk melakukan kegiatan eksplorasi minyak dan gas di Indonesia dibutuhkan ratusan perijinan. Di sektor kelistrikan, rencana membangun pembangkit listrik berdaya 35.000 MW (yang dicanangkan di tahun 2013) sebagai proyek lima tahun, diharapkan dapat membantu mengatasi kekurangan pasokan. Setelah sempat tersendat karena capaian tahun awal yang tidak memenuhi target (7000 MW per tahun), tekad pemerintahan baru untuk tetap melaksanakan proyek tersebut patut diapresiasi. Kendala yang menyebabkan tidak tercapainya target, seperti pembebasan lahan, harus menjadi pembelajaran bukan hanya demi keberlanjutan proyek pembangunan pembangkit listrik, tetapi juga proyek-proyek infrastruktur lain. 5 pengembangan energi Indonesia 2015 2019 siwi nugraheni QUICKWINS & STRATEGI INDONESIA DI G20-2015

Kebijakan yang kedua berkaitan dengan upaya meningkatkan peran energi terbarukan dalam bauran energi Indonesia. Ketika seluruh potensi sumber energi sudah disediakan alam, maka yang diperlukan adalah membangun infrastruktur untuk memanfaatkannya. Tantangan utama dalam pembangunan infrastruktur adalah ketersediaan dana. Dimulainya (lagi) pembangunan PLTU Batang dengan skema pembiayaan Public-Private Partnership (PPP) dapat dijadikan contoh sekaligus pembelajaran untuk mengatasi keterbatasan dana APBN. Biaya produksi beberapa sumber energi terbarukan masih belum dapat bersaing dengan produk energi (termasuk listrik) dari sumber fosil. Penghapusan subsidi untuk energi dari bahan bakar fosil diharapkan mampu meningkatkan daya saing energi terbarukan. Hasil penghematan anggaran negara dari hapusnya subsidi bahan bakar fosil dapat digunakan untuk membangun inftrastruktur energi, terutama dari sumber energi terbarukan. Bukan hanya itu, penghapusan subsidi juga akan mendorong masyarakat (konsumen) menuju perilaku yang lebih hemat energi. Langkah yakin pemerintah untuk menghapus subsidi BBM harus didukung. Penurunan biaya produksi energi terbarukan juga sangat dipengaruhi oleh teknologi. Tidak dimungkiri, pengembangan energi terbarukan di Indonesia juga dihadapkan pada kurangnya sumber daya manusia di dalam negeri yang menguasai teknologi inovasi sumber energi terbarukan. Kerja sama dengan negara-negara yang menguasai teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi dalam pengembangan energi terbarukan harus didorong. Kebijakan ketiga bertujuan meningkatkan aksesibilitas masyarakat pada sumber energi dengan harga terjangkau yang antara antara lain dicapai dengan membangun jaringan pipa gas (pipanisasi) untuk memenuhi kebutuhan energi bagi rumah tangga. Konversi minyak tanah ke LPG yang dilakukan pada tahun 2007 sebaiknya dilihat sebagai langkah transisi. Meskipun kebijakan tersebut mampu mengurangi besarnya subsidi (subsidi untuk minyak tanah lebih tinggi dibandingkan dibandingkan subsidi untuk LPG), tetapi sebagian besar (lebih dari 60%) LPG masih berasal dari impor. Penggunaan gas alam untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga lebih masuk akal, sebab gas alam tersedia di Indonesia. Persoalan yang dihadapi jika ingin menggunakan gas alam ini sebagai sumber energi rumah tangga adalah (lagi) ketersediaan infrastruktur, termasuk jaringan pipa dari sumber energi ke permukiman. Selain itu, pasokan gas untuk kebutuhan dalam negeri ini juga berhadapan dengan kontrak jangka panjang ekspor gas alam Indonesia. 4. Peluang Indonesia dalam Forum G20 untuk Pengembangan Sektor Energi Indonesia 2015 2019 Agenda utama pengembangan sektor energi di negara-negara yang tergabung dalam forum G20 adalah meningkatkan efisiensi energi serta meningkatkan pemanfaatan sumber energi terbarukan. Kedua agenda tersebut selaras dengan tujuan dan sasaran strategis pengembangan sektor energi Indonesia 2015 2019. Keselarasan tujuan nasional dengan agenda forum menciptakan peluang dalam memanfaatkan kesertaan Indonesia di forum G20 dalam pengembangan sektor energi di dalam negeri. Dalam hal peningkatan efisiensi energi, Indonesia akan tetap pada komitmen menghapus subsidi BBM. Namun harus diakui bahwa penghapusan subsidi BBM akan menyebabkan biaya hidup kelompok masyarakat miskin, terutama yang tinggal di perkotaan, 6 pengembangan energi Indonesia 2015 2019 siwi nugraheni QUICKWINS & STRATEGI INDONESIA DI G20-2015

akan merangkak naik, jika belum tersedia sumber energi alternatif. Sementara pembangunan sumber energi alternatif membutuhkan investasi yang tidak seluruhnya dapat dibiayai oleh dana pemerintah. Peluang kerjasama antar negara dalam forum G20 di bidang investasi untuk membangun infrastruktur energi, terutama sumber energi terbarukan yang produknya dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, harus dicari. Pengembangan energi terbarukan harus menjadi agenda jangka panjang pengembangan energi di Indonesia, bukan hanya demi tercapainya ketahanan dan kedaulatan energi, tetapi juga atas nama pengurangan emisi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim. Tingginya biaya di satu sisi dan keterbatasan dana pemerintah di sisi lain adalah tantangan utama pengembangan energi dari sumber terbarukan. Penguasaan teknologi yang berbeda di antara anggota G20 menyebabkan biaya produksi energi terbarukan per satuan unit energi (kwh) juga bervariasi. Dalam membangun sumber energi terbarukan, seperti energi surya misalnya, tantangan utama yang dihadapi Indonesia selain kebutuhan akan dana investasi adalah tingkat efisiensi yang masih relatif rendah dibanding negara-negara maju, sehingga biaya untuk menghasilkan energi dari pembangkit listrik tenaga matahari masih tergolong mahal. Kemajuan teknologi adalah salah satu aspek yang dapat memangkas biaya pengembangan energi terbarukan. Demi kepentingan bersama melakukan mitigasi perubahan iklim, Indonesia dapat mendorong komitmen negara-negara anggota G20 yang memiliki teknologi paling efisien untuk berbagi informasi menyangkut inovasi di bidang energi terbarukan. Jika komitmen tersebut dapat menjadi agenda dalam kerjasama forum G7 (Kompas, 2015), usulan komitmen yang sama di forum G20 mestinya tidak menemui hambatan berarti. Namun harus diingat, mekanisme transfer teknologi tetap harus memperhatikan tidak terciptanya ketergantungan yang berkepanjangan pada negara lain. Daftar Pustaka Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), 2014. Outlook Energi Indonesia 2014: pengembangan energy untuk mendukung program substitusi BBM, Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdara Energi (PTPSE) BPPT. British Petroleum (BP), 2015. BP Statistical Review 2015: Indonesia s energy market, BP. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), 2015. Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2015-2019, Biro Perencanaan dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (BPKS-KESDM). Kompas, 2015. Tajuk Rencana: Komitmen untuk Energi Terbarukan, Kompas, Kamis, 11 Juni 2015, halaman 6. 7 pengembangan energi Indonesia 2015 2019 siwi nugraheni QUICKWINS & STRATEGI INDONESIA DI G20-2015