Konferensi Akuakultur Indonesia 2013

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN PATIN PASUPATI SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

3. METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

Analisis keragaan pertumbuhan benih kerapu hibrida... (Tatam Sutarmat)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang

I. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA

KARAKTER FENOTIPE DAN GENOTIPE IKAN KERAPU HIBRIDA CANTIK (Epinephelus fuscoguttatus x E. polyphekadion)

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL HIJAU (Tetraodon nigroviridis, Marion de Procé (1822)) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS PROVINSI RIAU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG

TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

KARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU SUPER RD

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS

ANALISIS MORFOMETRIK IKAN NILA ( Oreochromis niloticus L.) DI KELURAHAN SAYANG-SAYANG KOTA MATARAM SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH TAKSONOMI HEWAN II

PERBEDAAN KARAKTERISTIK ANTARA IKAN LELE DUMB0 DAN LELE AFRIKA (CZarias gariepimus Burchell) \i :*t.,\ Oleh : *,, Imron Hamsyah C SKRIPSI

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN :

Fluktuasi asimetri ikan nila (Oreochromis niloticus) di Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Dunia Air, Banyuwangi

MERISTIK, MORFOMETRIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI TAPUNG RIAU

Abstract Keywords : Osteochilus wandersii, Rokan Kiri River, morphometric, meristic, growth patterns

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009)

KARAKTERISTIK MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN LAIS DANAU (Ompok hypophthalmus Bleeker, 1846) DI SUNGAI TAPUNG DAN SUNGAI SIAK

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 : Juni 2015

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR

DAYA DUKUNG LAHAN TAMBAK BUDIDAYA IKAN KERAPU (Ephinepelus spp) DI KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN. Agung Pamuji Rahayu*

HASIL DAN PEMBAHASAN

Irin Iriana Kusmini, Rudy Gustiano, dan Mulyasari. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

Keywords: Kampar rivers, Ompok sp, relative growth, Siak rivers

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

STUDI MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG ANITA RAHMAN

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

MORFOMETRIK IKAN TAPAH (Wallago leeri Bleeker, 1851) DARI SUNGAI SIAK DAN SUNGAI KANDIS PROVINSI RIAU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

Gambar 3. Karakter morfometrik dan meristik Kryptopterus spp. yang diukur


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

- Keterkaitan faktor fisika-kimia perairan terhadap karakter morfometrik tubuh. spp. dari bebcrapa lokasi penelitian di sungai Kampar dan sungai

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

Abstract. Keywords : Thynnichthys thynnoides, Pinang Luar Oxbow Lake, morphometric, meristic, growth patterns

Peningkatan Produksi dan Kualitas Benih Kerapu dengan Program Hybridisasi

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL PISANG (Tetraodon lunaris) DI PERAIRAN LAUT DAN PAYAU KABUPATEN BENGKALIS. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

MENGENAL LEBIH DEKAT KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) HASIL BUDIDAYA

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

Abstrak. notopterus, Sungai Sail, morfometrik, meristik, pola. Abstract

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk

Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.)

II. BAHAN DAN METODE

MORFOMETRI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus) STRAIN GIFT DI EMPAT BALAI BENIH IKAN SKRIPSI. Oleh Heny Tri Wijayanti NIM.

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

IDENTIFIKASI IKAN MAS (Cyprinus carpio)

MORFOMETRIK IKAN SELAIS PANJANG LAMPUNG (Kryptopterus apogon) DI SUNGAI KAMPAR KIRI DAN SUNGAI TAPUNG, PROVINSI RIAU

BAB III METODE PENELITIAN

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

IDENTIFIKASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

STUDI VARIASI MORFOMETRI IKAN BELANAK (Mugil cephalus) DI PERAIRAN MUARA ALOO SIDOARJO DAN MUARA WONOREJO SURABAYA

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

Morfologi Ikan BENTUK TUBUH

Kelas Osteichthyes/ Teleostei/ Teleostomi

II. TINJAUAN PUSTAKA

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN IKAN PARANG PARANG (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) DI PERAIRAN BENGKALIS

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

STUDI MORFOMETRI DAN JUMLAH KROMOSOM IKAN NILA. (Oreochromis niloticus L.) STRAIN GIFT DAN JICA DI SENTRA

3. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Variasi Morfologi Kerapu Hybrid Cantik (Epinephelus fuscoguttatus X Epinephelus polyphekadion) dengan Populasi Asal Berdasarkan Penciri Morfometrik dan Meristik Daniar Kusumawati dan Suko Ismi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut email: ornamental_research@yahoo.co.id Abstract Daniar Kusumawati dan Suko Ismi. 2013. Morphological variation of The Beautiful Hybrid Grouper (Epinephelus fuscoguttatus X Epinephelus polyphekadion) with The Original Population Base on Morphometrics and Meristik Identifier. Konferensi Akuakultur Indonesia 2013. Hibridization impact on increasing diversity of many grouper. Increasing diversity, increasing morphological variation. This diversity can be expressed by meristic and morphometric. The aim of this observation was to know the variation of morphological between cantik hybrid grouper and the wild type, tiger grouper and camouflage grouper based on morphometric and meristic character. Morphological variation analysis was performed descriptively based on pigment pattern. Quantitative analysis of meristic was performed based on the number of spine fin. And morphometric was performed based on total lenght of whole body and some part of body. The observation showed that pigment pattern of cantik grouper has similarities with camouflage grouper. In meristic, showed that soft spine of dorsal fin can be used as distinguishing character between cantik grouper and the wild type (tiger and camouflage grouper). In morphometric, head proportion of cantik and camouflage grouper was tend to similar with correlation value 0.9975. Furthermore, body proportion of cantik and tiger grouper was tand to similar with correlation value 0.99979. And based on correlation on overall proportion of comparison morphometric character, cantik grouper has similarities to tiger grouper with correlation value 0.995637. Keywords: Cantik; Grouper; Hybrid; Meristic; Morphometric Abstrak Kegiatan hibridisasi berdampak terhadap peningkatan diversitas pada berbagai jenis kerapu. Semakin meningkatnya diversitas kerapu maka variasi morfologinyapun akan semakin meningkat. Variasi morfologi dapat dilihat secara meristik maupun morfometrik. Tujuan dilakukannya penetian ini adalah untuk mengetahui variasi morfologi antara kerapu hibrid cantik dengan populasi asalnya yaitu kerapu macan dan batik berdasarkan penciri morfometrik dan meristik. Analisis variasi morfologi dilakukan secara deskriptif meliputi pola pigmen yang muncul. Analisa kuantitatif meristik berdasarkan jumlah jari-jari sirip dan morfometrik berdasarkan ukuran panjang total dan pada beberapa komponen bagian tubuh yang telah ditentukan. Berdasarkan pola pigmen, ikan cantik memiliki pola pigmen yang cenderung mirip dengan kerapu batik. Secara meristik, jumlah jari-jari lemah pada sirip dorsal merupakan penciri bagi kerapu cantik. Secara morfometrik, proporsi bentuk kepala pada kerapu cantik memiliki kecederungan lebih mirip dengan kerapu batik dengan nilai korelasi 0,9975 sementara pada proporsi bentuk badan cenderung mirip kerapu macan dengan nilai korelasi 0,99979. Dan jika berdasarkan korelasi antara keseluruhan proporsi perbandingan karakter morfometrik, performansi morfologi ikan kerapu cantik cenderung memiliki kemiripan dengan kerapu macan sebesar 0,995637. Kata kunci: Cantik; Kerapu; Hybrid; Meristik; Morfometrik Pendahuluan Budidaya kerapu sudah cukup berkembang di masyarakat khususnya di daerah Buleleng, Bali. Seiring dengan berkembanganya budidaya kerapu, trend hibridisasi pada ikan kerapu juga semakin berkembang sebagai salah satu terobosan dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam pemeliharaan larva maupun benih kerapu yaitu rentan penyakit dan tumbuh lambat. Hibridisasi dilakukan sebagai langkah dalam meningkatkan variasi genetik dari para tetuanya (Gjedrem, 2005) akibat adanya kegiatan inbreeding dalam kurun waktu lama yang menyebabkan 192

terjadinya reduksi variasi genetik (Pillay, 1990) pada masing-masing spesies kerapu. Dengan berkembanganya kegiatan hibridisasi di masyarakat, maka berdampak pula terhadap meningkatnya diversitas jenis kerapu baik dilihat secara genetic maupun fenotip. Dalam identifikasi awal, morfologi merupakan karakter fenotip yang dijadikan informasi awal dalam membedakan suatu spesies. Variasi morfologi dapat ditinjau berdasarkan karakter morfometrik dan meristik. Karakter morfometrik merupakan karakter yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total, panjang baku, panjang cagak, dan sebagainya, sedangkan meristik adalah karakter yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung dan sebagainya (Affandi et al., 1992; Afrianto et al., 1996). Secara umum variasi karakter morfometrik dan meristik merupakan studi pendekatan awal yang dapat dijadikan informasi pelengkap dalam identifikasi suatu individu (Cadrin, 2000). Jika ditinjau secara lebih khusus, karakter morfometrik dapat digunakan dalam membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga hubungan filogenik (Widianto, 2008; Murta, 2000), membedakan antar spesies ikan (Astarloa et al., 2011; Rahmawati, 2009), serta varietas ikan (Kuhajda et al., 2007). Ikan kerapu cantik yang merupakan ikan hybrid hasil persilangan antara betina kerapu macan dan jantan kerapu batik, memiliki peforma morfologi yang berbeda dengan populasi asalnya (wild type). Identifikasi variasi morfologi berdasarkan karakter morfometrik dan meristik pada ikan kerapu hybrid cantik perlu dilakukan untuk melihat dan mendeskripsikan pola keragaman morfologis antara populasi asal serta hubungan kekerabatan dengan populasi asalnya yaitu kerapu macan dan batik. Tujuan dilakukannya penetian ini adalah untuk mengetahui variasi morfologi berdasarkan penciri morfometrik dan meristik antara kerapu cantik dengan populasi asalnya yaitu kerapu macan dan batik. Melalui penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi awal untuk mendeskripsikan keragaman morfologis yang dapat dijadikan penciri serta hubungan kekerabatan antara kerapu cantik dengan populasi asalnya. Bahan dan Metode Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut. Ikan sampel yang diteliti merupakan hasil perbenihan dengan umur yang sama yaitu 5 bulan. Ikan diambil secara acak sebanyak 25 ekor, kemudian dilakukan pengamatan karakter fenotipik yang meliputi pola pigmen (warna tubuh), morfometrik dan meristik. Penentuan karakter morfometrik dan meristik berdasarkan morfologi ikan yang diamati. Pada ikan kerapu ditentukan 19 karakter morfometrik (Tabel 1 dan Gambar 1) dan 5 karakter meristik yang meliputi penghitungan jumlah jari-jari keras maupun jari- jari lemah pada tiap-tiap sirip yang dimiliki oleh ikan kerapu. Tabel 1. Karakter morfometrik yang diamati. No. Karakter Morfometrik Keterangan 1 Panjang total (TL) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip caudal yang paling ujung 2 Panjang standar (SL) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan pangkal sirip cudal 3 Tinggi badan (TB) Jarak tertinggi antara dorsal dan ventral 4 Lebar badan (LB) Jarak lurus terbesar antara kedua sisi abdomen 5 Panjang kepala (PK) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung terbelakang dari keping tutup insang (operculum) 6 Tinggi kepala (TK) Panjang garis tegak antara pangkal kepala bagian atas dengan pangkal kepala bagian bawah 7 Lebar kepala (LK) Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada kedua sisi kepala 8 Diameter mata (DM) Panjang garis tengah rongga mata 9 Jarak interorbital (JO) Jarak lurus antara kedua mata 193

10 Pajang predorsal (P.Pd) 11 12 13 14 Panjang prepectoral (P.Pp) Panjang rahang atas (P.Ra) Panjang rahang bawah (P.Rb) Panjang batang ekor (P.Be) Jarak antara ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terdepan dari sirip dorsal Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah dengan pangkal sirip pectoral Jarak dari ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terbelakang tulang rahang atas Jarak dari ujung terdepan mulut bagian bawah dengan ujung terbelakang tulang rahang bawah Jarak antara pangkal belakang sirip dorsal dengan pangkal sirip ekor Gambar 1. Skema karakter morfometrik yang diukur. Panjang total (a); panjang standar (b); panjang kepala (c); tinggi kepala (d); tinggi badan (e); diameter mata (f); panjang predorsal (g); panjang prepectoral (h); panjang batang ekor (i). Dari data karakter morfometrik yang diperoleh, dilakukan analisa data dengan melakukan perbandingan karakter morfometrik yang telah ditentukan (Tabel 2). Perbandingan antara karakter morfometrik digunakan sebagai standarisasi dalam identifikasi karakter fenotip yang memiliki ukuran (Affandi et al., 1992). Hal ini dikarenakan ukuran tiap ikan pada umur yang sama bersifat relative tidak stabil karena dipengaruhi oleh lingkungan habitat tempat tinggal. Tabel 2. Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan kerapu macan (E. fuscoguttatus), batik (E. polyphekadion) dan cantik (E. fuscoguttatus X E. polyphekadion). No Karakter Morfometrik 1 SL : TL 2 PK : TL 3 TB : TL 4 LB : TL 5 P.Pd : TL 6 P.Pp : TL 7 P.Be : TL 8 JO : LB 9 TK : PK 10 LK : PK 11 P.Pd : PK 12 P.Pp : PK 13 DM : PK 14 P.Ra : PK 15 P.Rb : PK 16 TK : TB 17 P.P.p : P.Pd 18 P.Rb : P.Ra 194

Hasil dan Pembahasan Pola pigmen Pola pigmen pada ikan merupakan salah satu karakter fenotip penciri yang paling mudah untuk membedakan antar spesies. Pada ikan kerapu cantik yang merupakan hasil kawin silang antara betina kerapu macan dan jantan kerapu batik, pola pigmen mengalami perubahan (Gambar 2). Hasil perbandingan pola pigmen antara kerapu cantik dan populasi asal yaitu kerapu macan dan kerapu batik, menunjukkan bahwa pola pigmen pada kerapu cantik cenderung berbintik rapat dengan terdapat bercak berwarna hitam pada bagian dorsal (Gambar 2 C ). Pada populasi asalnya yaitu kerapu batik memiliki pola pigmen yang berbintik memanjang (oval) namun tidak rapat (Gambar 2 B ). Sementara itu pada kerapu macan, pola pigmen bergaris membentuk motif octagonal dengan terdapat bercak dengan motif abstrak memanjang dari dorsal hingga ventral (Gambar 2 A ). Jika dilihat secara keseluruhan, ikan kerapu cantik cenderung memiliki kesamaan pola pigmen dengan kerapu batik namun dengan bentuk berbintik yang cenderung lebih bulat dan rapat, selain itu juga memiliki ciri dari kerapu macan yaitu bercak berwarna hitam pada bagian dorsal. Meristik Gambar 2. Pola pigmen pada ikan kerapu macan (A), Batik (B), dan Cantik (C). Secara meristik, pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah jari jari pada sirip yang terbagi dalam 2 jenis yaitu jari-jari sirip keras dan jari-jari sirip lemah mengeras. Jari- jari sirip keras secara umum tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlubang), dan tidak dapat dibengkokkan. Biasanya jari keras ini berupa duri cucuk atau patil, dan berupa alat untuk mempertahankan diri. Sedangkan jari-jari lemah mengeras kurang lebih seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan dan berbuku-buku. Bentuknya berbeda-beda tergantung dari jenis ikannya. Jari-jari lemah mengeras ini sebagian keras atau mengeras, pada satu samping bergigi-gigi, bercabang atau satu sama lain saling berdekatan atau menempel (Rahardjo, 1985). Berdasarkan hasil pengamatan pada karakter meristik, ikan kerapu cantik memiliki ciri spesifik yang dapat membedakan antara populasi asalnya yaitu kerapu macan dan batik yaitu pada jari-jari lemah sirip dorsal memiliki jari-jari sirip lemah jauh lebih sedikit yaitu berkisar antara 12 13 jika dibandingkan dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik yang memiliki jari-jari lemah sirip dorsal berkisar antara 14 15 (Tabel 3). Tabel 3. Karakter meristik pada ikan kerapu macan, batik dan cantik. Jenis Kerapu No Karakter Meristik 1 Jumlah jari-jari sirip caudal (ekor) C. 18-20 C. 17 C. 18-19 2 Jumlah jari-jari sirip anal (belakang) A. III, 8 A. III, 8 9 A. III, 8 3 Jumlah jari-jari sirip dorsal (punggung) D. XI, 14-15 D. XI - XII, 14 D. X - XI, 12-13 4 Jumlah jari-jari sirip ventral (perut) V. I, 5 V. I, 5 V. I, 5 5 Jumlah jari-jari sirip pectoral (dada) P. 17-18 P. 15 P. 16-18 195

Morfometrik Berdasarkan hasil pengamatan pada beberapa karakter morfometrik yang telah ditentukan, antara ikan kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik pada umur yang sama memiliki ukuran yang berbeda-beda secara morfometrik (Tabel 4). Jika dilihat berdasarkan ukuran panjang totalnya (TL), tinggi badan (TB) dan lebar badan (LB), ikan kerapu cantik memiliki ukuran tubuh jauh lebih besar dan panjang jika dibandingkan dengan populasi asalnya yaitu kerapu macan dan batik. Pada kerapu batik memiliki ukuran panjang total, tinggi dan lebar badan paling kecil diatara kedua kerapu yang lain. Nampaknya, kerapu cantik hasil persilangan antara betina kerapu macan dan jantan kerapu batik mampu memperbaiki performansi pertumbuhan jauh lebih cepat dibandingkan dengan populasi asal dan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diketahui benih kerapu hybrid cantik mampu memperbaiki kualitas performansi dari tetuanya dengan meningkatkan efisiensi hasil produksi sebesar 28,95% 81,17% dan menurunkan abnormalitas hingga mencapai 86,33% (Ismi et al., 2013). Hibridisasi pada interspesies dimaksudkan untuk tujuan meningkatkan laju pertumbuhan, mentransfer sifat yang diinginkan antara spesies, menggabungkan sifat yang diinginkan dari dua spesies dalam satu kelompok ikan, mengurangi reproduksi yang tidak diinginkan melalui produksi ikan steril atau keturunan mono-seks, memanfaatkan dimorfisme seksual, meningkatkan produksi, meningkatkan toleransi terhadap lingkungan, dan meningkatkan ketahanan tubuh pada kondisi budaya (Bartley et al., 2001). Performa ikan hasil hibridisasi diketahui memiliki peforma yang jauh lebih baik dari pada kedua induknya. Tabel 4. Karakter Morfometrik pada ikan kerapu macan, batik dan cantik. No Karakter Morfometrik MACAN BATIK CANTIK 1 Panjang total (TL) 12,15 + 0,27 10,15 + 0,31 13,25 + 0,78 2 Panjang standar (SL) 10,15 + 0,21 8,50 + 2,12 10,90 + 0,57 3 Tinggi badan (TB) 3,55 + 0,35 2,60 + 0,42 3,65 + 0,49 4 Lebar badan (LB) 1,57 + 0,01 1,06 + 0,12 1,71 + 0,00 5 Panjang kepala (PK) 3,91 + 0,09 2,69 + 0,19 3,93 + 0,37 6 Tinggi kepala (TK) 3,23 + 0,06 2,16 + 0,37 3,22 + 0,37 7 Lebar kepala (LK) 1,86 + 0,13 1,20 + 0,14 1,91 + 0,01 8 Diameter mata (DM) 0,76 + 0,00 0,53 + 0,01 0,77 + 0,04 9 Jarak orbital (JO) 1,21 + 0,08 0,85 + 0,06 1,28 + 0,09 10 Panjang predorsal (P.Pd) 3,34 + 0,18 2,21 + 0,14 3,41 + 0,32 11 Panjang prepectoral (P.Pp) 3,80 + 0,23 2,77 + 0,16 4,03 + 0,31 12 Panjang rahang atas (P.Ra) 1,78 + 0,13 1,32 + 0,07 1,72 + 0,11 13 Panjang rahang bawah (P.Rb) 2,22 + 0,01 1,54 + 0,02 2,34 + 0,10 14 Panjang batang ekor (P.Be) 1,43 + 0,08 0,95 + 0,09 1,39 + 0,12 11 Panjang sirip punggung 5,10 + 0,14 4,10 + 0,14 5,70 + 0,14 12 Panjang sirip ekor 1,95 + 0,07 1,40 + 0,14 2,60 + 0,14 13 Lebar sirip ekor 2,90 + 0,14 2,35 + 0,21 3,25 + 0,07 14 Panjang sirip perut 1,51 + 0,01 1,45 + 0,07 1,65 + 0,07 15 Panjang sirip belakang 2,05 + 0,07 1,45 + 0,07 2,30 + 0,14 16 Panjang sirip dada 2,25 + 0,07 1,25 + 0,07 2,05 + 0,07 Tabel 5. Perbadingan antara karakter morfometrik pada ikan kerapu macan, batik dan cantik. No Karakter Morfometrik 1 SL : TL 0,84 0,84 0,82 2 PK : TL 0,32 0,27 0,30 3 TB : TL 0,29 0,26 0,28 4 LB : TL 0,13 0,11 0,13 196

5 TK : TL 0,27 0,21 0,24 6 P.Pd : TL 0,28 0,22 0,26 7 P.Pp : TL 0,31 0,28 0,30 8 P.Be : TL 0,12 0,09 0,10 9 JO : LB 0,77 0,80 0,75 10 TK : PK 0,83 0,80 0,82 11 LK : PK 0,48 0,45 0,49 12 P.Pd : PK 0,86 0,82 0,87 13 P.Pp : PK 0,97 1,03 1,03 14 DM : PK 0,19 0,20 0,20 15 P.Ra : PK 0,46 0,49 0,44 16 P.Rb : PK 0,57 0,57 0,60 17 TK : TB 0,91 0,83 0,88 18 P.P.p : P.Pd 1,14 1,25 1,18 19 P.Rb : P.Ra 1,25 1,16 1,36 Berdasarkan 16 karakter morfometrik yang telah ditentukan, terdapat 19 perbadingan antara masing-masing karakter morfometrik (Tabel 2). Berdasarkan hasil analisa data morfometrik, terdapat variasi proporsi hasil perbadingan karakter morfometrik antara kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik (Tabel 5). Berdasarkan proporsi bentuk tubuh melalui hasil korelasi antara komponen perbandingan karakter morfometrik SL:TL, TB:TL, LB:TL, P.Be:TL (Tabel 6), kerapu cantik dan kerapu macan memiliki nilai korelasi yang paling tinggi yaitu 0,99979 dibandingkan korelasi antara kerapu cantik dan kerapu macan serta kerapu macan dan kerapu batik yang masing-masing memiliki nilai korelasi sebesar 0,99978 dan 0,99968. Berdasarkan nilai korelasi tersebut, dapat dikatakan bahwa proporsi bentuk tubuh kerapu cantik cenderung memiliki kesamaan dengan kerapu macan dari pada dengan kerapu batik. Tabel 6. Matrik korelasi proporsi bentuk tubuh berdasarkan perbandingan karakter morfometrik SL:TL, TB:TL, LB:TL, P.Be:TL pada kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik. Macan 1 Batik 0,99968 1 Cantik 0,99979 0,99978 1 Berdasarkan proporsi bentuk kepala melalui analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik komponen kepala, PK:TL, TK:TL, P.Pd:TL, P.Pp:TL, TK:PK, LK:PK, P.Pd:PK dan P.Pp:PK diperoleh nilai korelasi bentuk kepala kerapu cantik dengan kerapu batik yang paling tinggi yaitu sebesar 0,99919 sedangkan nilai korelasi antara kerapu cantik dengan kerapu macan sebesar 0,99885 dan kerapu macan dengankerapu batik sebesar 0,99749 (Tabel 7). Berdasarkan nilai korelasi tersebut tersebut dapat dikatakan bahwa proporsi pada seluruh komponen kepala pada kerapu cantik cenderung memiliki kesamaan proporsi dengan kerapu batik. Tabel 7. Matrik korelasi proporsi bentuk kepala berdasarkan perbandingan komponen karakter morfometrik PK:TL, TK:TL, P.Pd:TL, P.Pp:TL, TK:PK, LK:PK, P.Pd:PK dan P.Pp:PK pada kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik. Macan 1 Batik 0,990115 1 Cantik 0,995306 0,9975 1 Sementara itu, pada proporsi bentuk rahang melalui analisis korelasi komponen perbandingan karakter morfometrik P.Ra : PK, P.Rb : PK dan P.Ra : P.Rb (Tabel 5), diketahui 197

bahwa korelasi kerapu cantik dengan kerapu macan maupun kerapu cantik dengan batik tidak terlalu dekat dengan masing-masing nilai korelasi sebesar 0,99958 dan 0,9987 (Tabel 8). Korelasi antara kerapu macan dan batik diketahui memiliki nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 0,99976. Berdasarkan nilai korelasi tersebut, dapat dikatakan bahwa proporsi bentuk rahang baik rahang atas maupun bawah pada kerapu cantik telah mengalami modifikasi. Sehingga secara morfologi proporsi bentuk rahang cenderung tidak memiliki kedekatan hubungan dengan populasi asalnya yaitu kerapu macan dan batik. Tabel 8. Matrik korelasi proporsi bentuk rahang berdasarkan perbandingan komponen karakter morfometrik P.Ra : PK, P.Rb : PK dan P.Ra : P.Rb pada kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik. Macan 1 Batik 0,999759 1 Cantik 0,999575 0,998696 1 Sementara itu pada perbandingan diameter mata dengan panjang kepala (DM : PK) (Tabel 5), ketiga kerapu memiliki proporsi diameter mata yang hampir sama besar yaitu masing-masing sebsar 0,19; 0,20; 0,20. Dan jika melihat proporsi jarak orbital dengan lebar badan (JO : LB) (Tabel 5), ketiga kerapu juga memiliki kecenderungan proporsi yang sama, namun pada kerapu batik memiliki proporsi jarak orbital yang lebih lebar yaitu sebesar 0,80 dan kerapu cantik memiliki proporsi yang paling sempit yaitu sebesar 0,75. Jika berdasarkan hasil korelasi tiap-tiap bentuk badan, kepala dan rahang, dapat dikatakan bahwa proporsi bentuk badan pada kerapu cantik memiliki kecenderungan kemiripan dengan kerapu macan. Sementara itu pada proporsi bentuk kepala, kerapu cantik cenderung memiliki kecenderungan kemiripan dengan kerapu batik. Pada proporsi bentuk rahang, rahang kerapu cantik telah mengalami modifikasi sehingga korelasi kemiripan dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik tidak cukup dekat. Pada proporsi bentuk rahang, kerapu macan cenderung memiliki kemiripan dengan kerapu batik. Namun demikian, apabila seluruh proporsi perbandingan karakter morfometrik di antara ketiga kerapu yaitu dikorelasikan, maka diperoleh nilai korelasi yang tinggi pada ikan kerapu macan dan kerapu cantik yaitu sebesar 0,995637, sementara itu nilai korelasi antara kerapu macan dengan batik dan kerapu batik dengan cantik dengan masing masing bernilai sebesar 0,991999 dan 0,986253 (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan performansi morfologi ikan kerapu cantik cenderung lebih mirip dengan kerapu macan daripada dengan kerapu batik. Tabel 9. Matrik korelasi seluruh komponen perbandingan karakter morfometrik antara kerapu cantik, macan dan batik. Macan 1 Batik 0,991999 1 Cantik 0,995637 0,986253 1 Kesimpulan Berdasarkan pola pigmen, ikan cantik memiliki pola pigmen yang cenderung mirip dengan kerapu batik. Secara meristik, jumlah jari-jari lemah pada sirip dorsal merupakan penciri bagi kerapu cantik. Secara morfometrik, proporsi bentuk kepala pada kerapu cantik memiliki kecederungan lebih mirip dengan kerapu batik dengan nilai korelasi 0,9975 sementara pada proporsi bentuk badan cenderung mirip kerapu macan dengan nilai korelasi 0,99979. Dan jika berdasarkan korelasi antara keseluruhan proporsi perbandingan karakter morfometrik, performansi morfologi ikan kerapu cantik cenderung lebih mirip dengan kerapu macan sebesar 0,995637. 198

Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Safei, M.F. Rahardjo dan Sulistiono. 1992. Ikhtiologi: Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 344pp. Afrianto, E., S.A. Rifai, E. Liviawaty dan H. Hamdhani. 1996. Kamus Istilah Perikanan. Kanisius. Yogyakarta. 148pp. Astarloa, J.M.D., S.I. Bezzis, M.G. Castro, E. Mabragana, D. Hernandes, S.M. Delpiani, D.E. Figueroa, M.B. Cousseau, M.Y.D. Antoni and L. Tringalis. 2011. Morphological, Morphometric, Meristic and Osteological Evidence for Two Species of Hake (Actinopterygii: Gadiformes: Merluccius) in Argentinean Waters. Journal of Fish Biology, 78: 1336 1358. Bartley, D.M., K. Rana and A.J. Immink. 2001. The Use of Inter-specific Hybrids in Aquaculture and Fsheries. Reviews in Fish Biology and Fisheries, 10 : 325 337. Cadrin, S. X. 2000. Advances in Morphometric Identification of Fshery Stocks. Fish Biology and Fisheries, 10: 91 112. Gjedrem, T. 2005. Selection and Breeding Programs in Aquaculture. Springer. Netherland. 364 pp. Ismi, S., Y.N. Asih dan D. Kusumawati. 2013. Peningkatan produksi dan kualitas benih kerapu Dengan program hibridisasi. Laporan Teknis Kegiatan tahun 2012. Belum dipublikasi. Kuhajda, B.R., R.L. Mayden and R.M. Wood. 2007. Morphologic comparisons of hatchery-reared specimens of Scaphirhynchus albus, Scaphirhynchus platorynchus, and S. albus X S. platorynchus hybrids (Acipenseriformes: Acipenseridae). Journal of Applied Ichtyology, 23 : 324 347. Murta, A.G. 2000. Morphological Variation of Horse Mackerel (Trachurus trachurus) in The Iberian and North African Atlantic: Implications for Stock Identification. Journal of Marine Science, 57: 1240 1248. Pillay, T.V.R. 1990. Aquaculture. Principles and Practices. Capture 8. Reproduction and Genetic Selection. Handbook. The University Press. Cambridge. 156 173. Rahardjo, M.F. 1985. Ichtyologi. Fakultas Perikanan Departemen Perairan Institut Pertanian Bogor Rahmawati, P.F. 2009. Analisa Variasi Karakter Morfometrik dan Meristik Kepiting Bakau (Scylla spp.) di Perairan Indonesia. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 97pp. Widianto, I.N. 2008. Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 82pp. 199