BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp.

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRAN KULTUR PAKAN ALAMI

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BUDIDAYA PAKAN ALAMI UNTUK BENIH IKAN AIR TAWAR

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. benih ikan (BBI) Kota Gorontalo. Balai Benih Ikan Kota Gorontalo terletak di Jl. Andalas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan makanan pada saat masa penggantian dari makanan kuning telur ke

MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

MODUL: BUDIDAYA Daphnia

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. secara taksonomi termasuk ke dalam kelompok crustacea renik yang

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BUDIDAYA CACING RAMBUT (Tubifex sp.) DENGAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK SEBAGAI PAKAN ALAMI LARVA IKAN GURAMI

BAB 3 BAHAN DAN METODE

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

Pematangan Gonad di kolam tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang-layang atau mengambang di

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

BAB 3 BAHAN DAN METODE

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

f. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, g. karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan ba

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

III. BAHAN DAN METODE

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan

BAB III BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Persentase endapan limbah padat = x 100%

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

MODUL: BUDIDAYA Chlorella

III. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

MODUL: PEMELIHARAAN LARVA SAMPAI UKURAN PASAR

BAB II KERANGKA TEORI

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

bio.unsoed.ac.id HEWAN AVERTEBRATA SEBAGAI PAKAN IKAN LELE, Suatu Bahan Penyuluhan:" Pemanfaatan Belatung Ampas Tahu Sebagai Pakan PURWOKERTO

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

PEMBENIHAN TERIPANG PUTIH (Holothuria scabra)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri dan klasifikasi Moina sp 1. Ciri-ciri dan morfologi Moina sp Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik yang termasuk dalam filum Crustacea, kelas Entomostraca, ordo Phylopoda, dan subordo Cladocera. Ukuran Moina sp berkisar antara 500-1.000 mikron. Ciri khas dari Moina sp adalah bentuk tubuh pipih ke samping, dinding tubuh bagian punggung membentuk suatu lipatan sehingga menutupi bagian tubuh beserta anggota-anggota tubuh pada kedua sisinya. Bentuk tubuh Moina sp tampak seperti sebuah cangkang kerang-kerangan. Cangkang di bagian belakang membentuk sebuah kantong yang berguna sebagai tempat penampungan dan perkembangan telur. Ciri-ciri morfologi Moina sp adalah berwarna merah karena mengandung haemoglobin, bergerak aktif, bentuk tubuh Moina sp membulat, perkembangbiakannya secara sexual dan parthenogenesis, bentuk tubuhnya bulat, segmen badan tidak terlihat. Pada bagian ventral kepala terdapat paruh. Pada bagian kepala terdapat lima pasang apendik atau alat tambahan, yang pertama disebut antena pertama (antennule), yang kedua disebut antenna kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Sedangkan tiga pasang alat tambahan lainnya merupakan alat tambahan yang merupakan bagian-bagian dari mulut. Tubuh Moina sp ditutupi oleh cangkang dari kutikula yang mengandung khitin yang transparan, dibagian dorsal (punggung) bersatu tetapi dibagian ventral (perut) berongga/terbuka dan terdapat lima pasang kaki yang tertutup oleh cangkang. Ruang antara cangkang dan tubuh bagian dorsal merupakan tempat pengeraman telur. Pada ujung post abdomen terdapat dua kuku yang berduri kecil-kecil (Mudjiman, 2008). 1 2 3 4 5

Keterangan: 1. Sayap 2. Punggung 3. Kepala 4. Mata 5. Alat gerak Gambar 1. Struktur tubuh Moina sp 2. Klafisikasi Moina sp Mudjiman (2008), mengklasifikasikan Moina sp adalah sebagai berikut : Kingdom: Animalia Phylum: Arthropoda Subphylum: Crustacea Class: Branchiopoda Order: Cladocera Family: Moinidae Genus: Moina Spesies : Moina sp Klasifikasi dalam biologi membedakan plankton dalam dua kategori utama yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton meliputi semua tumbuhan yang berukuran kecil seperti spirulina, chorella, sedangkan yang termasuk dalam zooplankton adalah semua organisme renik yang meliputi hewan yang umumnya renik. Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam air. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya (Nontji, 2005).

Pada phylum Arthropoda, jenis Moina sp, banyak terdapat di perairan tawar karena pada sungai banyak terdapat makanan Moina sp yaitu fitoplankton dan juga terdapat banyak zat hara yang terbawa oleh arus (Juwana, 2001). A. Kandungan Gizi Moina sp Mudjiman (2008), menyatakan bahwa kandungan gizi pada pakan alami Moina sp umumnya terdiri dari air, protein, lemak, serat kasar, dan abu. Untuk lebih jelasnya kandungan gizi dan kegunaan pakan alami Moina sp disajikan dalam bentuk Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Kandungan gizi dan kegunaan pakan alami jenis Moina sp Jenis pakan alami kadar air % Kadar kandungan gizi ( % bobot kering) kegunaan protein lemak serat kasar abu 37,38 13,29-11,00 pakan larva Moina sp 99,60 umur 2-6 hari Sumber: Mudjiman, 2008. B. Persiapan wadah kultur Moina sp Menurut Darmanto (2000), Sebelum digunakan wadah kultur pakan alami Moina sp, terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Tujuannya adalah untuk membasmi hama penyakit yang bersarang dalam wadah tersebut. Wadah yang digunakan terbuat dari akuarium dengan ukuran 50 x 65 x 50 cm. Kemudian di isi dengan air sampai dengan ketinggian 40 cm untuk menjaga kestabilan suhu maka diberikan aerasi untuk mensuplai oxigen, kemudian permukaan wadah kultur Moina sp ditutup dengan menggunakan waring untuk mencegah masuknya hama pengganggu dan predator lainnya. C. Penyediaan bibit Moina sp

Bibit Moina sp dapat diambil dari perairan tawar seperti saluran pada irigasi, selokan dan comberan. Untuk mengetahui populasi (gerombolan) kutu air ini dapat diamati dengan menggunakan alat berbentuk lempengan putih. Alat ini dibenamkan sampai dasar atau dikait dengan tali agar bisa melayang (mengambang) pada kedalaman tertentu. Pengamatan dilakukan dengan memantau air di sekitar atau di atas lempeng. Jika pada perairan tersebut terdapat kutu air akan tampak gumpalan putih (kelabu) yang bergerak seperti awan (Priyambodo, 2009). Sebelum bibit Moina sp diambil, terlebih dahulu menyiapkan media pembibitannya. Untuk budidaya Moina sp digunakan wadah berupa akuarium. Wadah diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Selanjutnya, wadah diisi air tawar setinggi 40 cm dan diaerasi dengan 1 2 buah batu aerasi. Suhunya diusahakan konstan dalam kisaran 27 30 0 C (Priyambodo, 2009). Ke dalam wadah ini dimasukkan air tawar dan pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 0,2 gr/liter. Kemudian media ini diaerasi selama 2 minggu. Warna air akan berubah menjadi coklat jika ditumbuhi oleh phytoplankton, khususnya Diatomae. Jika Diatomae belum tumbuh, aerasi dilanjutkan selama 1 minggu lagi. Selanjutnya wadah ini disaring dengan kain blacu atau trilin. Air saringan dimasukkan ke dalam wadah lain dalam keadaan tetap diaerasi. Sehari kemudian bibit Moina sp yang diambil dari perairan atau dari balai pembibitan langsung dimasukkan kedalamnya. Dalam proses penangkaran, air media diberikan pupuk susulan berupa sari pupuk kandang yang dibuat dari pelumatan 0,2 kg pupuk kandang dalam 1 liter air. Pemupukan susulan ini sekaligus sebagai upaya penambahan volume air media. D. Penebaran bibit Moina sp

Pemasukan bibit dilakukan selang 18 24 jam setelah pemupukan awal. Hal ini dimaksudkan supaya tidak terlalu banyak bibit yang mati. Padat penebarannya sekitar 30 ekor/l. Apabila padat penebarannya kurang maka perkembangannya akan kurang pesat. Sebaliknya jika padat penebarannya lebih tinggi akan terjadi pemborosan penggunaan bibit. Moina sp yang digunakan sebagai bibit dipilih yang berukuran lebih dari 500 mikron. Sehat, tidak lemah, dan tidak sedang bertelur. Moina sp yang lemah ditandai oleh warna tubuhnya yang pucat. Sebelum ditebarkan, bibit Moina sp perlu dicuci terlebih dahulu dengan kain saringan halus dan disemprot dengan air bersih. Dengan demikian, kotoran-kotorannya akan lolos, sedangkan bibit Moina sp tetap tinggal di atas saringan. Bibit Moina sp yang akan digunakan sebaiknya jangan diambil dari bak pemeliharaan yang kepadatannya rendah, atau dari tempat yang banyak ditumbuhi oleh organisme penyaing, misalnya Brachionus (Priyambodo, 2009). E. Reproduksi Perkembangbiakan Moina sp dapat dilakukan melalui dua cara yaitu asexual atau parthegonesis (melakukan penetasan tanpa di buahi) dengan cara sexual (melakukan penetasan telur dengan melakukan perkawinan/pembuahan terlebih dahulu). Pada kondisi perairan tidak menguntungkan, induk betina menghasilkan telur istirahat yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan sudah baik kembali. Moina mulai menghasilkan anak setelah berumur empat hari dengan jumlah anak selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata berselang 1,25 hari, dengan rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari, sedangkan umur hidup Moina adalah sekitar 13 hari (Anonim, 2012). Moina biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik, seperti pada kolam dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan kotoran hewan, Moina akan tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 C dan ph

antara 6,5 9. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Moina adalah bakteri. Untuk menangkap mangsa, Moina akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang menyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut. Untuk lebih jelasnya siklus hidup Moina sp disajikan pada Gambar 2 berikut (Anonim, 2012). Gambar 2. Siklus hidup Moina sp F. Pemupukan Salah satu metode kultur Moina sp yang sering digunakan adalah metode pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik berupa pupuk kandang (kotoran ayam). Pupuk organik dapat berfungsi sebagai sumber makanan secara langsung untuk Moina sp dan organisme makanan ikan lainnya atau diuraikan oleh bakteri menjadi bahan-bahan organik yang merangsang pertumbuhan fitoplankton berupa Rhodophycea atau alga merah. Pupuk organik yang bisa digunakan untuk kultur Moina sp adalah kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran babi, kotoran kambing/domba, dan kotoran kuda. Namun, dari berbagai jenis kotoran tersebut kotoran ayam dianggap lebih baik dari pada kotoran kandang lainnya (Kadarwan (1974) dalam Casmuji (2002). G. Pemeliharaan Moina sp.

Mudjiman (2008), menyatakan bahwa dalam masa pemeliharaan, kepadatan Moina sp perlu diamati secara teratur. Pengamatan dapat dilakukan melalui pengambilan contoh (sampling). Pengambilan contoh air media dilakukan dengan mengaduk air media secara merata. Pengambilan contoh air media dilakukan tiga kali dengan sebuah gelas piala kecil ukuran 100 ml. Pakan alami hidup bebas di berbagai perairan, baik perairan tawar, payau maupun laut yang mampu berkembang biak secara cepat. Pakan alami ikan ini dapat diproduksi secara massal pada lingkungan yang terkendali dan memiliki daya penyesuaian diri (toleransi) yang tinggi terhadap perubahan lingkungan. Pakan alami memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Disamping itu, juga memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai dengan lebar bukaan mulut larva ikan. Seperti contoh pakan alami jenis Moina sp yang memiliki sel padat, tetapi dindingnya tipis serta tidak beracun. Moina sp merupakan organisme renik yang hidup diperairan tawar. Moina sp dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan dengan suhu antara 22 0-31 0 C dengan ph antara 6,6 7,4. Pakan alami Moina sp menjadi dewasa dalam waktu 5 hari dari total umurnya yaitu 30 hari. Berkembang biak secara parthenogenesis, yaitu telur yang dihasilkan induk betina ditampung dalam kantong telur yang terletak di punggung. Di dalam kantong ini telur akan menetas tanpa harus dibuahi oleh induk jantan. Perkembangan larva (nauplius) sampai dewasa sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Setiap dua hari sekali, Moina sp mampu menghasilkan anak sebanyak 33 ekor. Dengan demikian, keturunan yang dihasilkan semasa hidupnya sebanyak 500 ekor. Moina sp memiliki ukuran sekitar 1000 5000 mikron. Kesehatan Moina sp dapat dilihat dari warna tubuhnya. Moina sp yang sehat berwarna coklat kemerahan dengan saluran pencernaan penuh berisi makanan. Jika Moina sp menggerombol di permukaan atau banyak yang sedang bertelur, menunjukkan bahwa kualitas

air media sudah menurun. Jika dalam keadaan seperti ini Moina sp tetap dipelihara maka hasilnya akan jelek (Mudjiman, 2008). Dengan pemeliharaan yang baik, Moina sp dapat mencapai puncak perkembangannya dalam waktu 7 10 hari. Kepadatan pada puncak perkembangannya mencapai 3000 5000 ekor/l. Jika waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kepadatan 3000 ekor/l itu lebih dari 10 hari, berarti pemeliharaan kurang benar. Dalam kondisi seperti ini sebaiknya Moina sp segera dipanen (Mudjiman, 2008). Moina sp hidup pada perairan yang baik ialah pada suhu berkisar antara 14-30 0 C, ph berkisar 6,5-9,0, DO berada di kisaran 3-5 ppm kecerahan 60-80 cm. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhannya adalah bakteri dan phytoplankton (Mudjiman, 2008). H. Pemanenan Moina sp. Anonim (2009), menyatakan jika kepadatan telah mencapai 4 ekor/ml (4000 ekor/l), Moina sp harus segera dipanen karena jika terlambat dipanen, Moina sp akan mati dan hilang dengan percuma. Pemanenan didahului dengan mematikan aerasi air media. Setelah beberapa menit, kotoran-kotoran akan mengendap dan Moina sp akan berkumpul di dekat permukaan air. Selanjutnya Moina sp disedot dengan selang plastik kecil dan ditampung di dalam sebuah ember yang dipasang kain saringan ukuran 200-250 mikron. Hasil tangkapan dipindahkan ke wadah lain yang diletakkan di tempat yang teduh. Cara pemanenan seperti ini dapat dilakukan sampai beberapa kali dan disesuaikan dengan keperluan. Jika dalam populasi Moina sp yang dipanen terdapat jentik-jentik nyamuk maka jentik nyamuk tersebut harus dipisahkan dengan menggunakan kain saringan 800 1000 mikron. Dengan mata saringan tersebut, Moina sp akan lolos ke bawah sedangkan jentik-jentik nyamuk akan tertahan di atas saringan.

Jika hasil panen tidak habis sekali pakai maka kelebihannya dapat disimpan di dalam freezer. Keesokan hari atau lusanya Moina sp beku masih dapat digunakan lagi untuk makanan hewan-hewan peliharaan. Keadaan Moina sp ini masih segar meskipun sudah tidak dapat hidup lagi. Untuk menjaga kualitas selama penyimpanan. Moina sp dibungkus dengan kantong plastik kedap udara. Pemanenan dilakukan menggunakan plankton net dengan menghentikan aerasi, juga dapat dilakukan dengan penyedotan dan penyaringan medium dengan saringan ukuran 200-250 mikron dan 800-1500 mikron untuk memisahkan Moina sp dengan jentik-jentik nyamuk (Anonim, 2006). Pemanenan dapat dilakukan pada hari ke tujuh sepuluh jika populasinya sudah mencukupi. Pemanenan tersebut dilakukan dengan cara menggunakan seser halus. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari disaat matahari terbit, pada waktu tersebut Moina sp akan banyak berkumpul dibagian permukaan media untuk mencari sinar. Dengan tingkahlakunya tersebut akan sangat mudah bagi para pembudidaya untuk melakukan pemanenan. Moina sp yang baru dipanen tersebut dapat digunakan langsung untuk konsumsi larva atau benih (Anonim, 2006). I. Tinjauan penelitian sebelumnya Kadarwan (1974) dalam Casmuji (2002) melakukan penelitian tentang kultur Moina sp dengan menggunakan pupuk kandang sebagai media penumbuhannya. Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam telah bercampur dengan tanah (yang telah matang) yang berfungsi sebagai sumber makanan secara langsung untuk Moina sp dan organisme makanan ikan lainnya atau diuraikan oleh bakteri menjadi bahanbahan organik yang merangsang pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton. Pupuk kandang kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik dengan dosis 1 kg /m 3 air. Kantong plastik

dilubangi dengan paku agar pupuk kandang tersebut dapat larut dalam air, selanjutnya pupuk kandang tersebut digantung dimasukkan ke dalam bak fiber, adapun kandungan unsur hara dari beberapa pupuk kandang yang biasa dipergunakan dalam budiaya pakan alami. Winarlin, Halic (2010) melakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah kotoran ayam untuk produksi pakan alami (Moina sp). Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perkembangan kelimpahan plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton (Moina sp.) sejak satu hari setelah penebaran sampai sampai dengan akhir penelitian cenderuang meningkat. Penggunaan pupuk kandang/kotoran ayam menghasilkan pertumbuhan zooplankton (Moina sp.) lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan fitoplankton. Perlakuan yang dilakukan pada penelitian tersebut adalah perlakukan A menggunakan pupuk kandang 250 gram, kemudian pada perlakuan B menggunakan pupuk kandang dengan dosis 500 gram serta pada perlakuan C menggunakan pupuk kandang dengan dosis 750 gram. Pengamatan hasil penelitian dilakukan pada hari ke-6. Dari hasil pengamatan dari ketiga perlakuan tersebut dapat diuraikan bahwa pada perlakukan A (dosis pupuk kandang 250 gram) memperlihatkan hasil produksi Moina sp yang rendah, sementara pada perlakuan B (dosis pupuk kandang 500 gram) dan Perlakuan C (dosis pupuk kandang 750 gram) memperlihatkan hasil produksi Moina sp yang cukup tinggi. Dari hasil penelitian tersebut, didapatkan suatu kesimpulan bahwa penggunaan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam dapat memberikan produksi dan hasil yang lebih baik dalam penumbuhan pakan alami Moina sp. Dengan demikian, kotoran ayam dapat dijadikan sebagai media dalam kultur Moina sp dalam rangka untuk meningkatkan hasil dalam kegiatan memproduksi Moina sp sebagai makanan utama bagi larva dan benih ikan budidaya (Casmuji, 2002).

J. Hipotesis Penelitian Hipotesa dari penelitian ini adalah : Ho = Pemberian dosis pupuk kandang yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kepadatan pakan alami Moina sp. H 1 = Pemberian dosis pupuk kandang yang berbeda memberikan pengaruh terhadap tingkat kepadatan pakan alami Moina sp. Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Jika Fhitung < Ftabel pada (0,05) maka terima Ho atau tolak H 1 Jika Fhitung > Ftabel pada (0,05) maka terima H 1 atau tolak Ho.