Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : LIMBAH IKAN SEBAGAI ALTERNATIF UMPAN BUATAN UNTUK ALAT TANGKAP PANCING TONDA

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

BAB III BAHAN DAN METODE

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

IV. METODE PENELITIAN

MAKSIMISASI PENDAPATAN NELAYAN PANCING ULUR DI DESA TETE B KABUPATEN TOJO UNA-UNA

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

BAB III BAHAN DAN METODE

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

PANCING RAWAI BANK INDONESIA

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

VIII. ANALISIS FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Mulyadi, Ekonomi Kelautan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 15

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

3 METODOLOGI PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

C E =... 8 FPI =... 9 P

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

ANALISIS VARIASI HARGA IKAN DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL WILAYAH BALI BULAN MEI Oleh : I Wayan Sudana SPi *

rovinsi alam ngka 2011

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

4 FORMULASI MASALAH PADA UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

3 METODOLOGI PENELITIAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

PANCING ULUR BERUMPON

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

ANALISA POLA PEMBIAYAAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP JARING INSANG (GILL NET) NELAYAN BULAK KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

LIMBAH IKAN SEBAGAI ALTERNATIF UMPAN BUATAN UNTUK ALAT TANGKAP PANCING TONDA Indah Wahyuni Abida Firman Farid Muhsoni Aries Dwi Siswanto Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo E-mail: abid_utm@yahoo.com ABSTRAK Masalah yang dihadapi alat tangkap pancing adalah ketersediaan umpan yang tidak kontinyu. Tujuan penelitian ini untuk memanfaatkan limbah ikan agar mempunyai nilai tambah, mengetahui kemampuan dan kemanfaatan teknologi umpan buatan. Metode yang digunakan eksperimen, dengan uji anova dan analisa usaha. Daerah uji di perairan desa Pangeranan Kabupaten Bangkalan perairan Laut Jawa. dengan koordinat 06 0.59.734 LS dan 112 0.42.827 BT. Hasil dari uji coba lapangan mendapatkan ikan Karapu Lumpur, Kerapu Toke, Pari, Keting. Rata-rata penangkapan 38 ekor dengan berat 11,4 kg tiap trip, dengan rata-rata hasil umpan alami sebanyak 51,5%, limbah rajungan 19,9%, limbah pemindangan 17,3% dan limbah udang 11,3%. Perlakuan terbaik menggunakan umpan alami (ikan belanak). Sedangkan perbandingan antara umpan buatan menunjukkan hasil yang sama (tidak berbeda nyata). Perhitungan analisis ekonomi mendapatkan hasil nilai NPV>0 (Rp. 30.655.975), Gros B/C rasio<1 (1,57), nilai Net B/C>1 (5,2). Nilai pay back period 3,69 tahun, Sedangkan rentabilitas 27,07%. Kata Kunci : Pancing Tonda, Umpan Buatan, Bangkalan PENDAHULUAN tangkap pancing adalah bahwa dalam pengoperasian alat tangkap ini memerlukan Semakin bertambahnya jumlah umpan. Ketersediaan umpan terkadang nelayan akan menyebabkan persaingan tidak kontinyu sehingga mempengaruhi dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan penangkapan yang tidak bisa kontinyu. akan semakin besar. Disisi lain, kondisi Sedangkan pancing yang menggunakan sumberdaya ikan yang semakin menipis. umpan buatan hanya mengandalkan warna Pancing yang merupakan alat tangkap pasif dan tidak mempunyai bau yang spesifik keberadaannya semakin tersisihkan. sehingga hasil tangkapan kurang optimal. Walaupun sebenarnya alat tangkap ini Disisi lain, ikan umpan harganya relatif mempunyai beberapa kelebihan: alat tinggi sehingga akan menyebabkan biaya tangkap pancing lebih ramah lingkungan operasi dari alat tangkap pancing semakin dibandingkan dengan alat tangkap yang tinggi. Oleh karena itu, perlunya membuat lain, hasil yang didapkan oleh alat tangkap umpan buatan yang harganya murah, ini relatif ikan yang mempunyai nilai mempunyai bau yang spesifik dan bentuk ekonomis yang tinggi. menyerupai sebenarnya sehingga hasilnya Masalah yang sering dihadapi alat lebih efektif dibandingkan dengan umpan 15

yang selama ini dipergunakan nelayan, sehingga produktivitas penangkapan nelayaan pancing bisa meningkat. Umpan yang biasanya dipakai pada alat tangkap tonda, rawai maupun tuna long line terdiri dari berbagai jenis ikan (seperti lemuru, tembang, ikan bandeng dan potongan ikan tuna, cakalang dan tongkol) yang berukuran 15-20 cm atau ikan besar yang telah dipotong-potong disesuaikan dengan besar mata pancing yang digunakan. Namun penggunaan umpan ikan alami menemui beberapa kendala serius. Kendalakendala tersebut adalah : (1) Aktifitas operasi berkurang atau batal dilakukan karena tidak tersedianya ikan-ikan jenis umpan. (2) Nelayan payang atau purse seine yang dapat menangkap jenis-jenis ikan umpan tidak menghendaki hasil tangkapannya dijual ke nelayan rawai, kemungkinan disebabkan oleh persaingan. (3) Kesulitan mendapatkan ukuran ikan umpan yang ideal, sehingga nelayan menggunakan potongan ikan tongkol atau cakalang sebagai umpan. (4) Seandainya ada ukuran ikan umpan yang dikehendaki, masalah lain yang timbul adalah tingkat kesegaran ikan, mengingat bahwa mata pancing dikaitkan pada leher ikan umpan maka kualitas ikan umpan yang kurang baik berakibat lepasnya ikan umpan sebelum mendapatkan hasil tangkapan (Darmawan dan Andi S., 1995). Industri ikan mengeluarkan limbah yang belum sepenuhnya dimanfaatkan, yaitu berupa bagian-bagian tubuh ikan seperti sirip, ekor, insang dan jerohan yang keseluruhannya berjumlah sekitar 25 % dari bobot ikan (Nursyam, 1991). Pemanfaatan 17 limbah ikan yang telah dilakukan saat ini adalah sebagai pupuk tanaman, kecap atau krupuk (Ilyas dan Suparno, 1985). Sedangkan pemanfaatannya sebagai bahan ransum ikan lele dan terasi telah dilakukan, dengan hasil yang masih dapat diterima (Nursyam, 1991). Selain itu, limbah ikan juga masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan umpan buatan pada operasi penangkapan ikan-ikan yang bersifat menyenangi bau-bauan (tepung dan minyak ikan) atau sebagai perangsang. Karena terbatasnya unit-unit dan juga karena sifat dari limbah pengalengan ikan, maupun terbatasnya konsumen, maka limbah ini sering tidak praktis atau tidak ekonomis bila diolah menjadi produk ikan olahan yang akan dikonsumsi manusia. Tujuan dari kegiatan adalah memanfaatkan limbah ikan agar mempunyai nilai tambah dan mengetahui kemampuan dan kemanfaatan teknologi umpan buatan dari limbah pemindangan, pengolahan udang dan rajungan berkaitan dengan peningkatan produktifitas dan pendapatan industri penangkapan rawai tonda skala kecil. METODE PENELITIAN Penelitian uji produktifitas umpan memakai metode eksperimen, dengan perlakuan ini menggunakan beberapa perlakuan: 1. Umpan buatan dari limbah pemindangan (Perlakuan A) 2. Umpan buatan dari limbah pengolahan udang (Perlakuan B) 3. Umpan buatan dari limbah pengolahan rajungan (Perlakuan C) 4. Tanpa umpan buatan/umpan alami (Perlakuan D)

Tempat Kegiatan, Pembuatan umpan buatan akan dilakukan di (1) Laboratorium Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo, yaitu di laboratorium Nutrisi, Kualitas air dan Mesin Pellet, (2) uji coba umpan buatan dilaksanakan di Perairan Madura. Bahan dan Alat, bahan umpan buatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah limbah ikan yang didapat dari pengolahan ikan di masyarakat, yang diolah menjadi tepung dan minyak limbah ikan ditempatkan dalam wadah bak plastik. Tempat pembuatan tepung limbah ikan dan kemudian dijadikan pelet di laboratorium Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo, Ikan Uji, Ikan uji yang digunakan untuk penelitian adalah ikan hasil tangkapan alat tangkap rawai yang terdapat di perairan Madura. Alat yang Digunakan adalah Alat tangkap rawai yang digunakan terdiri dari 200 pancing, Prosedur Mendapatkan Umpan Buatan, Prosedur ini dilakukan dalam ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) Analisis komposisi kimia umpan buatan, (2) Pengamatan perubahan kualitas (tekstur, kadar air, kandungan bakteri total, dan ketengikan umpan buatan), (3) Penelitian uji umpan terhadap respon hasil tangkap ikan. Analisa Anova dilakukan untuk mengetahui hubungan tersebut maka digunakan Uji Anova dengan rancangan acak kelompok. Dilakukan juga analisis Efisiensi Usaha untuk mengetahui penampilan usaha di bidang perikanan yang berkaitan dengan efisiensi dalam hal ini usaha penangkapan ikan dapat dilakukan dengan analisa Benefit-Cost Ratio, Pay Back Periode dan Rentabilitas usaha. HASIL DAN PEMBAHASAN Daerah penangkapan alat tangkap rawai pada waktu penelitian dilakukan disekitar perairan desa Pangeranan Kabupaten Bangkalan di perairan Laut Jawa. Tepatnya titik uji coba lapangan ada pada sekitar koordinat 06 0.59.734 LS dan 112 0.42.827 BT. Area ini merupakan wilayah perairan yang umum dilakukan operasi penangkapan ikan oleh masyarakat nelayan. Rata-rata jarak daerah penangkapan dari pantai berkisar 1-4 mil. Kandungan Gizi Umpan Buatan Pembuatan pelet dilakukan dengan mencampurkan tepung ikan asil dari limbah ikan dengan bahan lain, yaitu tepung kanji dan tepung jagung dengan komposisi seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi umpan buatan Bahan Komposisi (%) Limbah (dalam bentuk tepung) 62 Tepung Kanji 11 Tepung Jagung 27 100 Setelah umpan buatan dalam bentuk pelet jadi dilakukan dilakukan proses pembungkusan dengan menggunakan kain kasa, agar umpan buatan saat dilakukan proses pemancingan tidak mudah hancur. Hasil pembuatan umpan buatan dilakukan uji laboratorim untuk mengetahui kandungan gizi umpan 16

buatan. Hasil dari uji kandungan gizi bisa dilihat pada Tabel 2. Hasil dari uji coba lapangan dengan beberapa kali melakukan proses penangkapan mendapatkan ikan Karapu Lumpur, Kerapu Toke, Pari, Keting. Ikan yang didapatkan tidak terlalu bervariasi disebabkan karena lokasi tempat penebaran alat tangkap termasuk daerah yang mempunyai substrat berlumpur sehingga jenis ikan di daerah tersebut tidak terlalu banyak, tidak seperti pada daerah yang mempunyai substrat karang. Jenis ikan yang tertangkap termasuk jenis ikan-ikan demersal, hal ini disebabkan karena kedalaman dalam pemasangan alat tangkap mencapai pada daerah dasar sehingga ikan yang tertangkap termasuk jenis ikan demersal. Total hasil tangkapan yang didapatkan dalam tujuk kali penangkapan (hauling) mencapai 266 ekor, dengan berat sebanyak 80,1 kg. Rata-rata dalam satu kali penangkapan mendapatkan hasil sebanyak 38 ekor dengan berat rata-rata 11,4 kg. Rata-rata dari hasil uji coba umpan alami mendapatkan hasil 51,5%, umpan dari bahan limbah pengolahan rajungan 19,9%, umpan dari limbah pemindangan 17,3% dan umpan dari limbah pengolahan uang sebanyak 11,3%. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik adalah alat tangkap yang menggunakan umpan alami (ikan belanak). Ini menunjukkan bahwa umpan buatan tidak dapat bekerja secara optimal, hal ini bisa disebabkan karena umpan buatan yang dibuat kurang mempunyai bau yang tajam sehingga kurang optimal untuk menarik ikan, bentuk umpan buatan dan warnanya yang kurang menarik sehingga ikan tidak tertarik untuk memangsa umpan buatan tersebut (bentuk terlalu besar, warna kurang mencolok), Daya tahan umpan buatan di dalam air yang kurang bagus sehingga saat dimasukkan ke dalam air umpan buatan akan mudah hancur. Sedangkan perbandingan antara umpan buatan (umpan buatan dari pemindangan, pengolahan rajungan dan pengolahan udang) menunjukkan hasil yang sama (tidak berbeda nyata). Kesimpulannya umpan buatan dari bahan limbah pemindangan, pengolahan rajungan dan pengolahan udang relatif mempunyai hasil yang sama. Walaupun umpan yang dari limbah rajungan relatif mendapatkan hasil yang lebih banyak, kemudian dari limbah pemindangan dan yang terakhir dari limbah pengolahan udang. Analisa ekonomi penggunaan umpan buatan Perhitungan Analisis penangkapan dilakukan selama 6 tahun. Besar discount factor yang digunakan sebesar 12% sesuai dengan yang disebutkan oleh Gittinger J.P. (1986), menyatakan bahwa untuk negaranegara sedang berkembang pengukuran suatu proyek usaha menggunakan discount factor diasumsikan sebesar 8%-15% dalam nilai yang sebenarnya. Angka yang dipilih adalah 12%, untuk itu hasil perhitungan analisis penangkapan di Selat Madura menggunakan discount factor 12%. Perhitungan analisis ekonomi mendapatkan nilai NPV sebesar Rp. 30.655.975, menunjukkan bahwa besar NPV > 0 dapat disimpulkan bahwa 17

kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap rawai ini menguntungkan. Selain itu juga bisa dilihat dari besar gros B/C rasio yang menunjukkan hasil 1,57 atau < 1, dan nilai Net B/C Rasio sebesar 5,2 atau > 1. Nilai ini menunjukkan bahwa usaha pennagkapan dengan menggunakan alat tangkap rawai ini memang menguntungkan. Nilai pay back period sebesar 3,69, ini menunjukkan bahwa pada usaha penangkapan dengan alat tangkap rawai ini modal akan kembali dalam jangka waktu 3,69 tahun kemudian terhitung mulai pertama kali menanamkan modal. Sedangkan nilai rentabilitas 27,07%, dari hasil perhitungan rentabilitas yang demikian berarti usaha penangkapan dengan menggunakan alat tangkap rawai ini menguntungkan nilai rentabilitasnya lebih besar dari suku bunga deposito Bank umum yang berlaku sekarang yaitu sekitar 12%. KESIMPULAN Hasil uji lapang menunjukkan umpan buatan memberikan pengaruh hasil tangkap yang berbeda dengan umpan ikan alami, dimana umpan alami justru lebih efektif digunakan dari pada umpan ikan buatan. Hal ini bisa disebabkan umpan buatan kurang mempunyai bau yang tajam, bentuk umpan buatan dan warnanya yang kurang menarik dan daya tahan umpan buatan di dalam air yang kurang bagus. Rata-rata dari hasil uji coba umpan alami mendapatkan hasil 51,5%, umpan dari bahan limbah pengolahan rajungan 19,9%, umpan dari limbah pemindangan 17,3% dan umpan dari limbah pengolahan uang sebanyak 11,3%. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa penangkapan menggunakan alat tangkap rawai ini menguntungkan, hal ini bisa dilihat dari nilai NPV>0, Selain itu juga bisa dilihat dari besar gros B/C rasio yang menunjukkan hasil 1,14 atau < 1, dan nilai Net B/C Rasio sebesar 1,18 atau > 1. Nilai pay back period sebesar 3,69 tahun, Sedangkan nilai rentabilitas 27,07%. Saran Perlunya pembuatan umpan buatan dengan bau yang lebih spesifik, bentuk dan warna yang lebih disukai ikan dan mempunyai daya tahan yang lebih baik di dalam air. DAFTAR PUSTAKA Darmawan dan Andri Sofyan. 1995. Penggunaan Umpan Buatan Dengan Aroma Tambahan Sebagai Upaya Mendapatkan Alternatif Pengganti Umpan Benar. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Ilyas dan Suparno, 1985. Penelitian Pengembangan Limbah Perikanan. dalam : Winarno, 1985 (ed). Monografi Perta ma Limbah Pertanian. Kantor Menteri Muda Urusan eningkatan Produksi Pangan. Jakarta. Nursyam, H., 1991. Ransum ikan lele (Clarias batrachus, Linn.) dari limbah ikan tuna. Thesis Fakultas 18

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 19