PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

Katalog BPS :

BAB III URAIAN SEKTORAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

III. METODE PENELITIAN

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

Kerjasama : KATALOG :

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

BAB II URAIAN SEKTORAL

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

II.1. SEKTOR PERTANIAN

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

III. METODE PENELITIAN

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011


BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

Produk Domestik Bruto (PDB)

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BERITA RESMI STATISTIK

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012


Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO


Transkripsi:

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura Municipality 2010 / 2011 Nomor Katalog / Catalog Number : 6340.9471 Nomor Publikasi / Publication Number : 9471.1004 Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : vii + 57 Halaman / Page Naskah / Editor : Badan Pusat Statistik (BPS) Jayapura BPS-Statistics of Jayapura Municipality Gambar Kulit / Art Disigner : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jayapura BPS-Statistics of Jayapura Municipality Diterbitkan Oleh / Published by : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jayapura BPS-Statistics of Jayapura Municipality Dicetak Oleh / Printed by : CV Sekar Wangi Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya Mey be cited with reference to the source

WALIKOTA JAYAPURA Drs. BENHUR TOMI MANO, MM

WALIKOTA JAYAPURA SAMBUTAN Pemerintah Kota Jayapura menyambut dengan gembira dan penuh syukur atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Jayapura Tahun 2010. Penerbitan Publikasi ini merupakan langkah maju bagi Pemerintah Daerah Kota Jayapura dalam penyajian data yang bermanfaat untuk mengetahui perkembangan perekonomian di Kota Jayapura baik secara menyeluruh maupun menurut masing-masing sektor, sehingga diharapkan data ini mempunyai nilai tambah dalam penetapan Kebijakan Pemerintah Daerah maupun Rencana Strategi Daerah. Untuk itu atas nama masyarakat dan Pemerintah Daerah Kota Jayapura menyampaikan terima kasih atas kerjasama BPS Kota Jayapura yang telah bekerja dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab. Akhirnya, saya mengharapkan kepada semua pihak untuk dapat menggunakan publikasi ini sebagai landasan dalam menyusun perencanaan program yang lebih baik, sistematik, menyeluruh, dan terpadu. Jayapura, Agustus 2011 WALIKOTA JAYAPURA/ MAYOR OF JAYAPURA Drs. Benhur Tomi Mano, MM i

KATA PENGANTAR Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Jayapura tahun 2010 disusun oleh BPS Kota Jayapura sebagai salah satu publikasi tahunan yang terbitkan oleh BPS Kota Jayapura. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Jayapura tahun 2010 ini menggunakan tahun dasar 2000 dengan berbagai pertimbangan teknis sebagaimana dijelaskan dalam bab pendahuluan. Dalam penghitungan PDRB dengan menggunakan tahun dasar 2000 klasifikasi sektor ekonomi yaitu 9 sektor. Data yang disajikan adalah data tahun 2010 dalam bentuk nominal dan persentase, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000. Dalam penyajian ini juga ditampilkan PDRB perkapita dan pendapatan regional perkapita. Dikarenakan belum lengkapnya data yang tersedia, maka beberapa data yang disajikan terutama dalam tahun 2010 masih bersifat sementara yang akan disempurnakan pada penerbitan berikutnya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya publikasi ini kami ucapkan terima kasih. Jayapura, Agustus 2011 BPS Kota Jayapura, K e p a l a, Muchlis M Sotting, B.St NIP. : 19571221 198003 1 001 ii

DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... 1. PENDAHULUAN... 1.1. Pengertian PDRB... 1.2. Metode Penghitungan... 1.3. Kegunaan PDRB... 2. TINJAUAN EKONOMI KOTA JAYAPURA TAHUN 2010... 2.1. Perkembangan PDRB 2007-2010... 2.2. Struktur Ekonomi... 2.3. Pertumbuhan Ekonomi... 2.4. PDRB Perkapita... 3. PERKEMBANGAN DAN PERANAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI... 3.1. Pertanian... 3.2. Pertambangan dan Penggalian... 3.3. Industri Pengolahan... 3.4. Listrik dan Air Bersih... 3.5. Bangunan... 3.6. Perdagangan, Hotel dan Restoran... 3.7. Pengangkutan dan Komunikasi... 3.8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan... 3.9. Jasa-jasa... i ii iii v vii 1 1 1 3 4 4 6 9 12 14 14 15 16 17 19 19 20 21 22 iii

4. PDRB MENURUT KELOMPOK SEKTOR... 24 A. CAKUPAN DAN METODE PENGHITUNGAN NILAI TAMBAH SEKTOR-SEKTOR EKONOMI. 28 B. DAFTAR ISTILAH PENTING 41 LAMPIRAN... 45 iv

DAFTAR TABEL Tabel A. PDRB Kota Jayapura, 2007-2010 (juta rupiah)... 5 Tabel B. Struktur Ekonomi menurut Sektor, 2007-2010 (persen)... 7 Tabel C. Pertumbuhan PDRB menurut Sektor, 2007-2010 (persen)... 11 Tabel D. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kota Jayapura Tahun 2010 (persen) 12 Tabel E. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pertanian di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen) 14 Tabel F. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen). 16 Tabel G. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen) 17 Tabel H. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Listrik dan Air Bersih di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen) 18 Tabel I. Tabel J. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen). 19 Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen). 20 Produk Domestik Regional Bruto Kota Jayapura Tahun 2010/ 2011 v

Tabel K. Tabel L. Tabel M. Tabel N. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen). 21 Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen). 22 Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Jasa-Jasa di Kota Jayapura, 2009-2010 (%).. 23 PDRB Kota Jayapura menurut Kelompok Sektor, 2009-2010 (juta rupiah)... 25 Produk Domestik Regional Bruto Kota Jayapura Tahun 2010/ 2011 vi

DAFTAR GRAFIK Grafik 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000, 2007-2010... 6 Grafik 2. Grafik Struktur Perekonomian Kota Jayapura, 2007-2010... 8 Grafik 3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Jayapura, 2007-2010... 10 Grafik 4. PDRB Perkapita Kota Jayapura, 2007-2010... 13 Grafik 5. Pertumbuhan PDRB Kota Jayapura menurut Kelompok Sektor, 2007-2010... 26 Grafik 6. Distribusi Persentase menurut Kelompok Primer, Sekunder, Tersier Tahun 2010... 27 Produk Domestik Regional Bruto Kota Jayapura Tahun 2010/ 2011 vii

1. PENDAHULUAN 1.1. Pengertian PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah. Penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menngunakan harga yang berlaku pada tahun bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dan saat ini menggunakan tahun 2000. 1.2. Metode Penghitungan Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan empat metode pendekatan yakni : a. Pendekatan Produksi Pendekatan ini disebut juga pendekatan nilai tambah dimana Nilai Tambah Bruto (NTB) diperoleh dengan cara mengurangkan nilai output yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap sektor ekonomi. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi. b. Pendekatan Pendapatan Pada pendekatan ini, nilai tambah dari kegiatan-kegiatan ekonomi dihitung dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus 1

usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya idak mencari untung, surplus usaha (bunga netto, sewa tanah dan keuntungan) tidak diperhitungkan. c. Pendekatan Pengeluaran Pendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat untuk keperluan konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial; pembentukan modal; dan ekspor. Mengingat nilai barang dan jasa hanya berasal dari produksi domestik, total pengeluaran dari komponen-komponen diatas dikurangi nilai impor sehingga nilai ekspor yang dimaksud nilai ekspor neto. Penjumlahan seluruh komponen pengeluaran akhir ini disebut PDRB atas dasar harga pasar. d. Metode Alokasi Metode ini digunakan jika data pada suatu unit produksi di suatu daerah tidak tersedia. Nilai tambah suatu unit produksi di daerah tersebut dihitung dengan menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber yang tingkatannya lebih tinggi, misalnya data suatu kabupaten diperoleh dari alokasi data propinsi. Beberapa alokator yang dapat digunakan adalah nilai produksi bruto atau neto, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alokator lainnya yang dianggap cocok untuk menghitung nilai suatu unit produksi. 2

1.3. Kegunaan PDRB PDRB yang disajikan secara berkala dapat menggambarkan perkembangan ekonomi suatu daerah dan juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mengevaluasi dan merencanakan pembangunan regional. PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan tingkat pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik secara agregat maupun sektoral. Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap niali total PDRB atas dasar harga berlaku. Selain itu, pendapatan per kapita yang diperoleh dari perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pada tahun bersangkutan dapat digunakan untuk membandingkan tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah lainnya. Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku terhadap PDRB atas dasar harga konstan dapat juga digunakan untuk melihat inflasi atau deflasi yang terjadi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Regional yang disajikan secara berkala akan dapat diketahui : a. Tingkat pertumbuhan ekonomi; b. Gambaran struktur perekonomian; c. Perkembangan pendapatan per kapita; d. Tingkat kemakmuran masyarakat; e. Tingkat inflasi dan deflasi. 3

2. TINJAUAN EKONOMI KOTA JAYAPURA TAHUN 2010 2.1. Perkembangan PDRB 2007-2010 Kinerja makro kegiatan ekonomi suatu daerah secara umum dapat diketahui dari kemampuan daerah tersebut mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan bagi kebutuhan hidup masyarakatnya, yang diindikasikan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perhitungan PDRB yang disajikan secara berkala mampu menggambarkan perkembangan ekonomi suatu daerah sehingga berguna sebagai alat persiapan perencanaan pembangunan regional, alat analisis dan evaluasi kebijakan ekonomi. Pembangunan ekonomi Kota Jayapura terus mengalami perubahan, hal ini ditandai dengan meningkatnya total PDRB setiap tahunnya, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan perkembangan produksi riil dan perkembangan harga/inflasi karena dipengaruhi oleh perubahan jumlah produksi dan perubahan harga. Oleh sebab itu, perubahan angka ke arah yang lebih besar tidak selalu menunjukkan adanya peningkatan karena kecenderungan harga yang semakin tinggi (inflasi). Perekonomian Kota Jayapura menunjukkan tren positif, terlihat dari nilai PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2009 yang sebesar Rp. 6,82 triliun meningkat menjadi Rp. 8,01 triliun pada tahun 2010. 4

Berbeda dengan PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB atas dasar harga konstan hanya dipengaruhi oleh perubahan jumlah produksi saja. Pada penghitungan ini dianggap sejak tahun 2000 tidak ada perubahan harga-harga sesuai dengan judul tabel yaitu atas dasar harga konstan 2000. Maka setiap nilai tambah atau PDRB dihitung dengan menggunakan harga-harga pada tahun 2000. Aktifitas ekonomi di Kota Jayapura mampu melakukan peningkatan jumlah produksi selama tahun 2010, dilihat dari nilai PDRB atas dasar harga konstannya yang meningkat dari Rp. 3,12 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp. 3,37 triliun. Tabel A. PDRB Kota Jayapura, 2007-2010 (juta rupiah) Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK 2000 (1) (2) (3) 2007 4,015,695.29 2,187,362.50 2008 5,125,418.29 2,548,994.45 2009*) 6,816,480.77 3,122,226.57 2010**) 8,010,377.38 3,369,725.77 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 5

Grafik 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000, 2007-2010 M i l i a r 9,000.00 8,000.00 7,000.00 6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 4,015.70 2,187.36 5,125.42 2,548.99 8,010.38 6,816.48 3,122.23 3,369.73 ADHB ADHK 2000 1,000.00 0.00 2007 2008 Tahun 2009 2010 Mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 perekonomian di Kota Jayapura selalu mengalami peningkatan yang cukup berarti baik itu dari PDRB atas dasar harga berlaku maupun PDRB atas dasar harga konstan, hal ini menunjukkan bahwa perekonomian di Kota Jayapura dalam kondisi stabil. 2.2 Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu wilayah biasa disajikan dari PDRB atas dasar harga berlaku. Dari struktur ekonomi akan terlihat gambaran besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah sehingga dapat mencerminkan peringkat nilai tambah yang dikontribusikan dalam perekonomian Kota Jayapura. Perubahan-perubahan kontribusi sektoral ini dapat menggambarkan kinerja masing-masing sektor, ciri khas ekonomi, andalan, potensi, hasil pembangunan ataupun perubahan kebijakan publik dari pemerintah daerah. Sektor perekonomian yang menjadi kontributor utama pada tahun 6

2010 adalah sektor Bangunan yang mampu meningkatkan pertumbuhannya walaupun kecil dengan kontribusi sebesar 23,69 persen, diikuti oleh sektor Jasa-Jasa sebesar 21,35 persen, sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 19,01 persen, dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 18,13 persen. Hal ini bukan berarti produksi sektor Jasa-Jasa, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran turun tetapi yang terjadi pertumbuhan ketiga sektor ini pada tahun 2010 kalah cepat bila dibandingkan dengan sektor Bangunan. Sementara itu, sektor-sektor lainnya seperti sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan, serta sektor Listrik dan Air Bersih kontribusinya masih relatif kecil (dibawah 4 persen) terhadap struktur perekonomian Kota Jayapura. Ketiga sektor tersebut masing-masing hanya memberikan kontribusi sebesar 0,47 persen, 3,14 persen, dan 0,38 persen. Tabel B. Struktur Ekonomi menurut Sektor, 2007-2010 (persen) Sektor 2007 2008 2009*) 2010**) (1) (3) (4) (5) (6) Pertanian 6.57 5.59 4.56 4.26 Pertambangan dan Penggalian 0.58 0.55 0.47 0.47 Industri Pengolahan 4.33 3.81 3.24 3.14 Listrik dan Air Bersih 0.65 0.54 0.43 0.38 Bangunan 17.87 18.58 19.41 23.69 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 20.04 19.43 17.75 18.13 Pengangkutan dan Komunikasi 21.60 20.43 18.43 19.01 Keuangan,Persewaan, dan Jasa Perusahaan 11.12 11.59 15.36 9.56 Jasa-Jasa 17.24 19.48 20.35 21.35 JUMLAH 100.00 100.00 100.00 100.00 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 7

BPS Kota Jayapura Beberapa subsektor yang merupakan subsektor potensial seperti perikanan dan kelautan serta pariwisata belum mampu memberikan peran yang besar terhadap perekonomian Kota Jayapura. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia dan ketertinggalan penerapan teknologi. Selain itu, dampak mahalnya tarif transportasi dan masalah perizinan secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi tingkat perekonomian Kota Jayapura, khususnya dalam menghasilkan output (produk). Grafik 2. Grafik Struktur Perekonomian Kota Jayapura, 2007-2010 Jasa-Jasa 100.00 Keuangan,Persewaan, dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Bangunan 90.00 80.00 P e r s e n 70.00 60.00 50.00 40.00 Listrik dan Air Bersih 30.00 Industri Pengolahan 20.00 Pertambangan dan Penggalian Pertanian 10.00 0.00 2007 2008 2009 2010 Tahun 8

2.3. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mencerminkan tingkat produktivitas penduduk dalam menghasilkan barang dan jasa di suatu daerah pada suatu periode, atau mencerminkan kinerja sektor-sektor ekonomi, seperti adanya pertambahan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa, dan pertambahan produksi barang modal. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas merupakan salah satu sasaran yang perlu dicapai dalam pelaksanaan pembangunan agar kesejahteraan masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dari perbandingan perubahan nilai PDRB dua tahun berurutan terhadap total PDRB tahun sebelumnya, baik atas dasar harga berlaku maupun konstan. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 dilihat dari PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 17,51 persen. Namun nilai pertumbuhan ini tidak dapat dijadikan jaminan bahwa produktivitas penduduk tahun 2010 lebih besar dibandingkan pada tahun 2009, karena masih dipengaruhi faktor inflasi. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil, maka digunakan PDRB atas dasar harga konstan karena faktor inflasinya yang sudah dieliminir. Secara riil atau menurut harga konstan, pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura tahun 2007 sebesar 13,21 persen dengan penyumbang terbesar dari sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sedangkan pada tahun 2008 aktifitas ekonomi meningkat sebesar 16,53 persen dengan penyumbang terbesar dari sektor Jasa-Jasa. Pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura meningkat menjadi 22,49 persen pada tahun 2009. Tingginya pertumbuhan ini terdorong oleh tumbuhnya sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 65,78 persen dimana pada tahun sebelumnya hanya tumbuh sebesar 16,12 persen. 9

Grafik 3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Jayapura, 2007-2010 25.00 22.49 P e r s e n 20.00 15.00 10.00 13.21 16.53 5.00 7.93 0.00 2007 2008 2009 2010 Tahun Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 sebesar 7,93 persen, dimana sektor Bangunan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi sebesar 19,99 persen. Hal ini disebabkan potensi Kota Jayapura sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan yang semakin meningkat menuntut adanya peningkatan pembangunan dalam bidang konstruksi, baik itu perumahan, gedung perkantoran, maupun pusat perbelanjaan. Sedangkan pada sektor Pengangkutan dan Komunikasi mengalami pertumbuhan 15,55 persen atau menempati urutan kedua sektor yang mengalami pertumbuhan terbesar. Pertumbuhan negatif dialami sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 10

28,61 persen, hal ini dikarenakan adanya penurunan nilai tambah pada subsektor Bank sebesar 44,33 persen. Secara series selama kurun waktu 4 tahun, yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, sektor Pengangkutan dan Komunikasi mempunyai tren yang cukup baik karena pertumbuhannya selalu meningkat walaupun tidak terlalu tinggi. Sementara itu, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan pertumbuhannya sangat fluktuatif. Tabel C. Pertumbuhan PDRB menurut Sektor, 2007-2010 (persen) Sektor 2007 2008 2009*) 2010**) (1) (2) (3) (4) (5) Pertanian 4.54 5.22 4.77 7.88 Pertambangan dan Penggalian 6.29 12.85 7.84 8.44 Industri Pengolahan 6.61 5.96 7.08 7.81 Listrik dan Air Bersih 4.55 2.58 4.69 4.02 Bangunan 15.91 17.61 18.65 19.99 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 9.08 9.51 11.14 10.70 Pengangkutan dan Komunikasi 13.54 14.17 14.50 15.55 Keuangan,Persewaan, dan Jasa Perusahaan 48.28 16.12 65.78-28.61 Jasa-Jasa 5.47 32.05 28.95 14.13 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara Sumber utama pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura berasal dari sektor Bangunan (3,94 persen), sektor Jasa-Jasa (3,27 persen), dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi (2,62 persen). Sedangkan sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Listrik dan Air Minum, serta sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan merupakan sektor dengan sumbangan terkecil, masing-masing sebesar 0,05 persen, 0,03 persen, dan -4,27 persen. 11

Tabel D. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kota Jayapura Tahun 2010 (persen) Sektor Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2010 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2010 (1) (2) (3) 1. Pertanian 7.88 0.51 2. Pertambangan dan Penggalian 8.44 0.05 3. Industri Pengolahan 7.81 0.29 4. Listrik dan Air Bersih 4.02 0.03 5. Bangunan 19.99 3.94 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 10.70 1.50 7. Pengangkutan dan Komunikasi 15.55 2.62 8. Keuangan,Persewaan, dan Jasa Perusahaan -28.61-4.27 9. Jasa-Jasa 14.13 3.27 Kota Jayapura 7.93 7.93 2.4 PDRB Perkapita Penduduk merupakan pelaku pembangunan yang menghasilkan output (PDRB). PDRB atas dasar harga berlaku yang diberi penimbang yaitu jumlah penduduk disebut dengan PDRB perkapita. PDRB perkapita dapat memberikan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi sehingga bisa digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk Kota Jayapura. Tingkat pertumbuhan PDRB Perkapita dapat juga dipakai sebagai bahan pertimbangan kemampuan Kota Jayapura untuk memperluas atau mempertinggi output/keluaran pada tingkat yang lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan populasinya. Semakin tinggi PDRB yang diterima oleh penduduk Kota Jayapura, maka tingkat kesejahteraannya juga dapat 12

BPS Kota Jayapura dikatakan bertambah baik, walaupun ukuran ini tidak dapat memperlihatkan kesenjangan antar penduduk. PDRB perkapita Kota Jayapura tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp 3.470.009,03 dibandingkan tahun 2006 yaitu dari Rp. 15.202.866,69 pada tahun 2006 menjadi Rp.18.672.875,72 pada tahun 2007. Sedangkan PDRB perkapita tahun 2008 dibandingkan tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp. 3.515.082,24. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar Rp. 5.949.668,78 dibandingkan tahun 2008, yaitu dari Rp 22.187.957,96 menjadi Rp. 28.137.626,75. Sementara itu, pada tahun 2010 terjadi kenaikan sebesar Rp 3.066.975,34 dibandingkan tahun 2009 menjadi Rp. 31.204.602,08. Grafik 4. PDRB Perkapita Kota Jayapura, 2007-2010 31.20 35.00 28.14 30.00 J u t a 25.00 22.19 18.67 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 2007 2008 2009 2010 Tahun 13

3. PERKEMBANGAN DAN PERANAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI 3.1 Pertanian Sektor Pertanian merupakan sektor primer yang didalamnya terdapat penggunaan sumber daya hayati untuk memproduksi bahan pangan, bahan baku, dan sumber energi. Sektor ini terbagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor Tanaman Bahan Makanan, subsektor Tanaman Perkebunan, subsektor Peternakan dan hasilnya, subsektor Kehutanan, dan subsektor Perikanan. Tabel E. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pertanian Sektor di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen) Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2009*) 2010**) 2009*) 2010**) (1) (2) (3) (4) (5) Pertanian 4.77 7.88 4.56 4.26 Tanaman Bahan Makanan 2.72 4.02 0.85 0.76 Tanaman Perkebunan 2.22 5.43 0.23 0.22 Peternakan dan hasilnya 3.13 4.46 0.52 0.48 Kehutanan 3.80 3.59 0.13 0.13 Perikanan 5.84 9.82 2.82 2.67 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 14

Pertumbuhan positif sektor Pertanian sebesar 7,88 persen menunjukkan kinerja pada tahun 2010 yang berhasil mencapai nilai riil sebesar Rp. 219,04 miliar. Pertumbuhan ini terdorong oleh pertumbuhan subsektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 4,02 persen, subsektor Tanaman Perkebunan sebesar 5,43 persen, subsektor Peternakan dan hasilnya sebesar 4,46 persen, subsektor Kehutanan sebesar 3,59 persen, dan subsektor Perikanan sebesar 9,82 persen. Secara nominal atau berdasarkan harga berlaku, PDRB sektor Pertanian tahun 2010 mencapai Rp. 341,40 miliar, meningkat bila dibandingkan capaian di tahun 2009 senilai Rp. 310,91 miliar. Kontribusi terbesar diberikan oleh subsektor Perikanan sebesar 2,67 persen, menurun jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai 2,82 persen. Sementara itu kontribusi terkecil diberikan oleh subsektor Kehutanan sebesar 0,13 persen. 2. Pertambangan dan Penggalian Sektor Pertambangan dan Penggalian juga merupakan sektor primer. Sektor ini meliputi subsektor Minyak dan Gas Bumi, Pertambangan Tanpa Migas dan Penggalian. Karena wilayah Kota Jayapura tidak ada pertambangan migas maupun tanpa migas maka yang dihitung di sini hanya subsektor Penggalian. Sektor Pertambangan dan Penggalian pada tahun 2010 mencatat angka pertumbuhan sebesar 8,44 persen dengan capaian nilai riil sebesar Rp. 18,06 miliar. 15

Secara nominal, sektor Pertambangan dan Penggalian mencapai nilai tambah sebesar Rp. 37,52 miliar sehingga kontribusinya terhadap pembentukan PDRB hanya sebesar 0,47 persen. Kecilnya share sektor ini disebabkan karena sebagian besar bahan galian yang digunakan di Kota Jayapura di ambil dari daerah lain. Tabel F. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen) Sektor Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2009*) 2010**) 2009*) 2010**) (1) (2) (3) (4) (5) Pertambangan dan Penggalian 7.84 8.44 0.47 0.47 Minyak dan Gas Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 Pertambangan Tanpa Migas 0.00 0.00 0.00 0.00 Penggalian 7.84 8.44 0.47 0.47 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 3. Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan meliputi subsektor Industri Besar/Sedang, subsektor Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga dan subsektor Industri Pengilangan Minyak Bumi. Industri Pengolahan yang ada di Kota Jayapura adalah Industri Besar/Sedang dan Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga. Nilai PDRB sektor Industri Pengolahan atas dasar harga konstan tahun 2010 sebesar Rp. 124,10 miliar meningkat dibanding tahun 2009 dengan nilai Rp. 115,11 miliar. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan subsektor Industri Besar/Sedang sebesar 3,36 persen dan pertumbuhan subsektor Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga sebesar 12,57 persen. 16

Tabel G. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen) Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor Sektor 2009*) 2010**) 2009*) 2010*) (1) (2) (3) (4) (5) Industri Pengolahan 7.08 7.81 3.24 3.14 Industri Besar/Sedang 3.03 3.36 1.97 1.89 Industri Kecil Kerajinan RT 11.77 12.57 1.27 1.25 Industri Pengilangan Minyak Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara Sementara itu capaian nilai PDRB atas dasar harga berlaku sektor Industri Pengolahan pada tahun 2010 sebesar Rp. 251,62 miliar dengan kontribusi dari subsektor Industri Besar/Sedang sebesar 1,89 persen dan kontribusi subsektor Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga sebesar 1,25 persen. Walaupun pertumbuhan sektor Industi Pengolahan cenderung meningkat, namun kontribusinya selama empat tahun terakhir terus menurun terhadap pembentukan PDRB Kota Jayapura. Hal ini terjadi karena masih terbatasnya kapasitas infrastruktur ekonomi dan sumber daya manusia yang siap dan mampu membaca peluang pasar, sehingga diharapkan inovasi dalam setiap kebijakan yang diambil pemerintah dapat semakin mendorong tumbuhnya iklim usaha Industri Pengolahan di Kota Jayapura. 3.4 Listrik dan Air Bersih Dalam suatu perekonomian, sektor Listrik dan Air Bersih merupakan sektor penunjang untuk kegiatan produksi sektor-sektor lain, dan sebagai infrastruktur dalam kegiatan 17

produksi maupun memenuhi kebutuhan primer masyarakat. Sektor ini terdiri dari subsektor Listrik yang sebagian besar produksinya dihasilkan oleh PLN dan subsektor Air Bersih yang produksinya dihasilkan oleh PDAM. Tabel H. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Listrik dan Air Bersih Sektor di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen) Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2009*) 2010**) 2009*) 2010**) (1) (2) (3) (4) (5) Listrik dan Air Bersih 4.69 4.02 0.43 0.38 Listrik 3.85 4.86 0.28 0.26 Air Bersih 5.92 2.82 0.14 0.13 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara Produksi listrik menunjukkan peningkatan setiap tahunnya dimana pada tahun 2010 subsektor ini tumbuh sebesar 4,86 persen sehingga menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 12,47 miliar. Sementara itu, nilai tambah yang tercipta pada subsektor Air Bersih juga meningkat sebesar Rp. 230,75 juta menjadi Rp. 8,43 miliar pada tahun 2010 dengan laju pertumbuhan sebesar 2,82 persen. Secara nominal, nilai tambah yang dihasilkan sektor ini sebesar Rp. 30,76 miliar, dengan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota Jayapura hanya sebesar 0,38 persen, terkecil dibanding kontribusi sektor-sektor lain. 18

3.5 Bangunan Sektor Bangunan menghasilkan produk akhir berupa bangunan, baik yang berupa sarana maupun prasarana yang bertujuan mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai sektor. Sektor Bangunan termasuk dalam kelompok sektor sekunder, dimana input sektornya berasal dari sektor primer. Pada tahun 2010, sektor Bangunan memberi kontribusi dan laju pertumbuhan yang paling besar terhadap PDRB Kota Jayapura, masing-masing senilai 23,69 persen dan 19,99 persen. Tabel I. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan Sektor di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen) Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2009*) 2010**) 2009*) 2010**) (1) (2) (3) (4) (5) Bangunan 18.65 19.99 19.41 23.69 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 3.6. Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Jayapura pada tahun 2010 menciptakan nilai tambah riil sebesar Rp. 485,56 miliar dengan laju pertumbuhan 10,70 persen. Pertumbuhan ini terdorong oleh pertumbuhan subsektor Perdagangan sebesar 10,86 persen, pertumbuhan subsektor Hotel sebesar 10,97 persen, dan pertumbuhan subsektor Restoran sebesar 8,11 persen. 19

Tabel J. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen) Sektor Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2009*) 2010**) 2009*) 2010**) (1) (2) (3) (4) (5) Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11.14 10.70 17.75 18.13 Perdagangan 11.64 10.86 15.61 16.04 Hotel 7.81 10.97 1.20 1.18 Restoran 9.95 8.11 0.94 0.91 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara Secara nominal, sektor ini juga meningkat menjadi Rp. 1,45 triliun dengan kontribusi yang dominan dari subsektor Perdagangan sebesar 16,04 persen, diikuti dengan kontribusi yang sangat kecil dari subsektor Hotel dan Restoran masing-masing sebesar 1,18 persen dan 0,91 persen. 3.7. Pengangkutan dan Komunikasi Peranan sektor ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu daerah, karena dapat memfasilitasi masyarakat dalam hal bermobilitas dan berinteraksi. Pada tahun 2010, sektor Pengangkutan dan Komunikasi mengalami pertumbuhan positif sebesar 15,55 persen dengan nilai tambah yang diciptakan sebesar Rp. 606,79 miliar lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang hanya mencapai Rp. 525,12 miliar. Pertumbuhan ini terdorong oleh pertumbuhan subsektor Angkutan Jalan Raya sebesar 20

11,06 persen, subsektor Angkutan Laut sebesar 11,62 persen, subsektor Angkutan Sungai sebesar 3,61 persen, dan subsektor Jasa Penunjang Angkutan sebesar 13,64 persen. Tabel K. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen) Sektor Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2009*) 2010**) 2009*) 2010**) (1) (2) (3) (4) (5) Pengangkutan dan Komunikasi 14.50 15.55 18.43 19.01 Angkutan Jalan Raya 10.65 11.06 3.98 4.32 Angkutan Laut 10.63 11.62 1.94 1.90 Angkutan Sungai 3.38 3.61 0.07 0.06 Angkutan Udara 0.00 0.00 0.00 0.00 Jasa Penunjang Angkutan 11.93 13.64 0.59 0.61 Komunikasi 17.24 18.33 11.86 12.12 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara Komunikasi merupakan subsektor yang menunjukkan perkembangan paling pesat, dimana pada tahun 2010 subsektor ini tumbuh sebesar 18,33 persen. Semakin maraknya penggunaan telepon seluler diduga memacu pertumbuhan subsektor ini. 3.8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian di Kota Jayapura baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya maka kebutuhan akan peranan dari sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan akan semakin meningkat. Tahun 2010 sektor ini mengalami pertumbuhan negatif sebesar 28,61 persen dimana pada tahun 2009 tumbuh 21

65,78 persen. Semua subsektor dalam sektor ini tumbuh positif kecuali subsektor Bank, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor Sewa Bangunan yakni sebesar 23,38 persen. Pertumbuhan terendah terjadi pada subsektor Bank yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 44,33 persen. Dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan PDRB, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan pada tahun 2010 memberikan kontribusi sebesar 9,56 persen. Tabel L. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen) Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor Sektor 2009*) 2010**) 2009*) 2010**) (1) (2) (3) (4) (5) Keuangan,Persewaan, dan Jasa Perusahaan 65.78-28.61 15.36 9.56 Bank 84.31-44.33 12.14 5.92 Lembaga Keuangan Bukan Bank 31.27 18.82 0.99 1.10 Sewa Bangunan 26.84 23.38 1.82 2.12 Jasa Perusahaan 14.57 15.42 0.40 0.43 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 3.9 Jasa-Jasa Sektor Jasa-Jasa terdiri dari subsektor Jasa Pemerintahan Umum dan Jasa Swasta. Jasa Swasta terbagi lagi menjadi kelompok Jasa Sosial Kemasyarakatan, Jasa Hiburan dan Rekreasi, serta Jasa Perorangan dan Rumahtangga. Nilai PDRB atas dasar harga konstan untuk sektor Jasa-Jasa tahun 2010 senilai Rp. 823,77 miliar. Nilai tambah terbesar berasal dari kegiatan pada subsektor Pemerintahan Umum, yakni sebesar Rp. 685,42 miliar atau 83,21 persen dari keseluruhan nilai sektor Jasa-Jasa. 22

Sementara sisanya berasal dari kegiatan pada subsektor Jasa Swasta. Secara nominal sektor Jasa-Jasa Kota Jayapura mencapai Rp. 1,71 triliun, dengan kontribusi terhadap pembentukan PDRB sebesar 21,35 persen. Tabel M. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Jasa-Jasa Sektor di Kota Jayapura, 2009-2010 (%) Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2009*) 2010**) 2009*) 2010**) (1) (2) (3) (4) (5) Jasa-Jasa 28.95 14.13 20.35 21.35 Pemerintahan Umum 32.60 13.56 17.05 17.96 Jasa Sosial Kemasyarakatan 17.54 18.34 1.22 1.28 Jasa Hiburan dan Rekreasi 9.25 18.19 1.25 1.26 Jasa Perorangan dan RT 12.52 13.60 0.84 0.86 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 23

4. PDRB MENURUT KELOMPOK SEKTOR Pengelompokkan dari sembilan sektor ekonomi menjadi tiga kelompok, didasarkan pada output-input untuk terjadinya proses produksi tiap sektor: a. Sektor Primer Jika outputnya masih merupakan proses tingkat dasar, yang termasuk kelompok ini adalah: 1. Sektor Pertanian 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian b. Sektor Sekunder Jika inputnya berasal dari sektor primer, yang termasuk sektor ini adalah: 1. Sektor Industri 2. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 3. Sektor Bangunan c. Sektor Tersier Biasanya outputnya berupa jasa pelayanan, yang termasuk kelompok ini adalah: 1. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 3. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4. Sektor Jasa-Jasa 24

Kelompok sektor tersier di Kota Jayapura mampu meningkatkan jumlah produksinya menjadi Rp. 2,25 triliun dengan pertumbuhan sebesar 4,52 persen, jauh lebih kecil dibanding pertumbuhan tahun 2009 yang mencapai 27,00 persen. Sementara itu, walaupun nilai tambah yang diciptakan lebih kecil dari kelompok sektor tersier, kelompok sektor sekunder mampu meningkatkan jumlah produksinya dengan pertumbuhan sebesar 17,69 persen, lebih besar dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura. Tabel N. PDRB Kota Jayapura menurut Kelompok Sektor, 2009-2010 (juta rupiah) Kelompok Sektor PDRB ADHB PDRB ADHK 2000 2009*) 2010**) 2009*) 2010**) (1) (2) (3) (4) (5) Primer 343,243.51 378,923.00 219,691.11 237,103.22 Sekunder 1,572,843.29 2,180,169.58 750,921.19 883,776.01 Tersier 4,900,393.96 5,451,284.80 2,151,614.27 2,248,846.54 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 25

Dalam perekonomian Kota Jayapura, kelompok sektor tersier masih merupakan kelompok sektor yang dominan, baik nilai tambah maupun kontribusinya. Untuk tahun 2010 kontribusi kelompok sektor tersier mencapai 68,05 persen dengan nilai tambah yang meningkat dari Rp. 4,90 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp. 5,45 triliun pada tahun 2010. Persentase kontribusi kelompok sektor ini lebih kecil dibanding pada tahun 2009 karena kontribusi sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terhadap nilai tambah perekonomian Kota Jayapura menurun drastis. Grafik 5. Pertumbuhan PDRB Kota Jayapura menurut Kelompok Sektor, 2007-2010 30.00 27.00 25.00 P e r s e n 20.00 15.00 10.00 5.00 14.31 13.71 4.66 18.63 15.00 16.31 5.74 5.00 17.69 7.93 4.52 Primer Sekunder Tersier 0.00 2007 2008 2009 2010 Tahun 26

Sementara itu, kelompok sektor sekunder memberi kontribusi sebesar 27,22 persen, dimana nilai tambah yang terbentuk mencapai Rp. 2,18 triliun. Kontribusi kelompok sektor primer terhadap pembentukan nilai tambah PDRB Kota Jayapura hanya sebesar 4,73 persen dan cenderung terus turun. Hal ini sejalan dengan terjadinya proses transformasi struktur ekonomi mencakup pergeseran secara perlahan-lahan aktivitas Pertanian ke arah sektor non Pertanian, dari sektor Industri ke sektor Jasa. Grafik 6. Distribusi Persentase menurut Kelompok Primer, Sekunder, Tersier Tahun 2010 4.73 27.22 68.05 Primer Sekunder Tersier 27

A. CAKUPAN DAN METODE PENGHITUNGAN NILAI TAMBAH SEKTOR-SEKTOR EKONOMI 1. Sektor Pertanian Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang-barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja. Sektor pertanian meliputi lima subsektor yaitu : subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, dan perikanan. 1.1. Tanaman Bahan Makanan Mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Data produksi diperoleh dari BPS dan Dinas Pertanian, sedangkan data harga bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh BPS. Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku pada tahun yang bersangkutan. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu : mengalikan produksi pada tahun yang bersangkutan dengan harga pada tahun 2000, 28

kemudian dikurangkan lagi dengan biaya antara yang dihitung dengan harga konstan 2000. 1.2. Tanaman Perkebunan Komoditi yang dicakup disini adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti kelapa, kopi dan sebagainya. Termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa rakyat dan kopi olahan. Data produksi dan harga diperoleh dari dinas perkebunan. NTB atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 dihitung dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada tanaman bahan makanan. 1.3. Peternakan dan hasil-hasilnya Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak, seperti sapi, babi, kambing, domba, telur, susu segar serta hasil pemotongan hewan. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak neto. Data mengenai jumlah ternak yang dipotong, produksi susu dan telur diperoleh dari Dinas Peternakan, sedangkan data mengenai harga ternak diperoleh dari BPS. NTB atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan rasio nilai tambahnya. 29

1.4. Kehutanan Sebagaimana subsektor lainnya dalam sektor pertanian, output subsektor kehutanan dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga masing-masing tahun dan ini disebut output atas dasar harga berlaku. Penggunaan harga pada tahun dasar menghasilkan output atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya NTB dihitung dengan menggunakan rasio nilai tambah terhadap output. 1.5. Perikanan Mencakup semua hasil dari kegiatan seperti perairan umum, tambak, kolam, sawah dan karamba, serta pengolahan sederhana seperti penggaram ikan. Data produksi diperoleh dari Dinas Perikanan dan data harga diperoleh dari BPS. Penghitungan NTB atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 dilakukan dengan cara yang sama seperti pada subsektor tanaman bahan makanan. 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor ini terdiri atas tiga subsektor yaitu : pertambangan minyak dan gas bumi (migas); pertambangan tanpa migas; dan penggalian. PDRB Kota Jayapura hanya mencakup sub sektor penggalian. 2.1. Penggalian Subsektor ini mencakup kegiatan penggalian seperti karang, pasir dan tanah liat. Penghitungan output atas dasar harga konstan 2000 menggunakan perubahan output sektor bangunan atas dasar harga konstan (2000=100) dikalikan dengan rasio NTB 30

terhadap output tahun 2000, sehingga diperoleh NTB atas dasar harga konstan. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan dengan Indeks Harga Perdagangan Besar penggalian (2000=100). Selanjutnya untuk memperoleh NTB atas dasar harga berlaku output ini dikalkan dengan rasio NTB terhadap output pada masing-masing tahun. 3. Sektor Industri Pengolahan Sektor ini mencakup tiga sub sektor yakni industri besar dan sedang; industri kecil dan kerajinan rumah tangga; dan industri pengilangan minyak bumi. Industri besar dan sedang mempunyai tenaga kerja 20 orang dan lebih, industri kecil 5-19 orang, sedangkan industri kerajinan rumah tangga 1-4 orang. Di Kota Jayapura hanya mencakup dua subsektor saja yaitu subsektor industri besar/ sedang dan subsektor industri kecil kerajinan rumah tangga. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengurangkan output dengan biaya antara, sedangkan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai output atas dasar harga berlaku dengan indeks harga yang sesuai dengan kelompoknya masing-masing. NTB diperoleh dengan cara mengalikan output atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahun dengan rasio nilai tambah pada tahun dasar. 31

4. Sektor Listrik dan Air Bersih Sektor ini terdiri dari dua subsektor, yaitu : subsektor listrik dan subsektor air bersih 4.1. Listrik Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umun Listrik Negara (PLN) maupun perusahaan Non PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perusahaan maupun perorangan) dengan tujuan untuk dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan listrik yang dicuri. Metode penghitungan yang dilakukan untuk subsektor ini untuk harga berlaku adalah dengan pendekatan Produksi, yaitu nilai tambah bruto diperoleh dari nilai output dikurangi dengan biaya antara. Sedangkan penghitungan untuk harga konstan digunakan metode Revaluasi, yaitu output diperoleh dari perkalian antara produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. 4.2. Air Bersih Kegiatan ini mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta baik yang dilakukan oleh PAM maupun bukan PAM. Metode penghitungan NTB harga berlaku maupun harga konstan sama dengan cara penghitungan subsektor listrik. 32

5. Sektor Bangunan Mencakup segala kegiatan pembangunan fisik (konstruksi) baik berupa gedung, jalan, jembatan dan konstruksi lainnya. Perkiraan output menggunakan hasil Sensus Ekonomi 2006 yang disesuaikan dan data tahunan dari laporan realisasi pengeluaran pembangunan pemerintah, selanjutnya ditambah dengan output bangunan yang dikerjakan oleh swasta dan masyarakat. Perhitungan atas dasar harga konstan 2000 memakai cara ekstrapolasi dengan jumlah tenaga kerja sebagai ekstrapolatornya. 6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor perdagangan, subsektor hotel dan subsektor restoran. Pada dasarnya kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan perdagangan, penyediaan akomodasi/ hotel, serta penjualan makanan dan minuman seperti restoran, warung, kedai, pedagang keliling dan sejenisnya. 6.1. Perdagangan Besar dan Eceran Output perdagangan merupakan jumlah margin perdagangan yang timbul dari seluruh komoditi yang diperdagangkan. Output atas dasar harga berlaku diperkirakan berdasarkan jumlah tenaga kerja dikalikan dengan rata-rata output per tenaga kerja. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan nilai output dengan rasio nilai tambah. Sementara NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan Indeks Harga Perdaganan Besar sebagai deflator. 33

6.2. Hotel Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel, dan hostel. Output diperoleh dari perkalian jumlah malam kamar dengan rata-rata tarif per malam kamar. NTB diperoleh dengan mengalikan output dengan rasio nilai tambahnya. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi atau metode deflasi dengan indeks tarif hotel tertimbang sebagai deflatornya. 6.3. Restoran Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan dan penjualan makanan dan minuman jadi. Output diperoleh dari perkalian antara jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan nilai output dengan rasio nilai tambah. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan IHK makanan sebagai deflator. 7. Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang baik melalui darat, laut, sungai/ danau dan udara termasuk jasa penunjang angkutan dan komunikasi. 34

7.1. Angkutan Jalan Raya Subsektor ini meliputi semua kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum seperti bis, truk, taksi, ojek, dan sebagainya. Perkiraan NTB atas dasar harga berlaku didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang yang diperoleh dari Dinas Perhubungan. Sementara NTB atas dasar konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks produksi masing-masing jenis angkutan jalan raya. 7.2. Angkutan Laut Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi didalam dan keluar daerah. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan indikator produksi (jumlah barang dan penumpang yang diangkut) dengan indikator harganya. Output atas dasar harga konstan bisa dihitung dengan metode revaluasi ataupun ekstrapolasi. Untuk penghitungan NTB diperoleh dengan cara perkalian antara rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. 7.3. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Jenis kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kendaraan/ kapal sungai dan danau baik bermotor maupun tidak bermotor. NTB atas dasar harga berlaku dan konstan 2000 dihitung dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada angkutan laut. 35

7.4. Jasa Penunjang Angkutan Jenis kegiatan yang dicakup adalah kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar usaha pengangkutan meliputi pelayanan jasa terminal dan parkir, keagenan, ekspedisi, bongkar muat, pergudangan dan lain sebagainya. Output atas dasar harga berlaku dari kegiatan ini diperkirakan berdasarkan pendekatan produksi. 7.5. Komunikasi Subsektor ini mencakup jasa pos giro, telekomunikasi dan jasa penunjang komunikasi. a. Pos dan Giro Meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya. Perkiraan NTB atas dasar harga berlaku didasarkan pada data produksi yang diperoleh dari PT POS sedangkan NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi. b. Telekomunikasi Mencakup kegiatan pemberian jasa telekomunikasi dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegraf dan teleks. NTB atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari 36

PT. Telkom, PT. Indosat serta perusahaan penyedia jasa telekomunikasi lainnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan IHPB umum sebagai deflator. c. Jasa Penunjang Komunikasi Mencakup kegiatan wartel/ warpostl/ warparpostel, radio panggil dan telepon seluler. Output diperoleh dari perkalian antara indikator produksi masing-masing kegiatan dengan output per indikatornya. NTB atas dasar berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai output dengan rasio NTB sedangkan NTB atas dasar konstan 2000 dihitung secara ekstrapolasi dengan indikator masing-masing kegiatan sebagai ekstrapolatornya. 8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor ini meliputi kegiatan bank, lembaga keuangan bukan bank, sewa bangunan serta jasa perusahaan. 8.1. Bank Kegiatan yang dicakup dalam subsektor bank adalah kegiatan yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain. Output subsektor ini diperoleh dari data yang diberikan oleh Bank Indonesia. 8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank Mencakup kegiatan asuransi, koperasi, lembaga pembiayaan, pegadaian dan dana 37

pensiun. Output diperoleh dengan mengalikan rata-rata output per lembaga atau perusahaan (diperoleh dari hasil SKPR) dengan jumlah seluruh usaha yang ada. NTB atas dasar berlaku diperoleh dengan mengurangkan output dengan biaya antara sedangkan NTB atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi dengan IHK Umum sebagai deflator. 8.3. Sewa Bangunan Mencakup usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usah persewaan tanah. Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara konsumsi rumah tangga per kapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas, perkiraan sewa rumah milik sendiri, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data usaha persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Sensus Penduduk (SP). Sedangkan output usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara luas bangunan yang disewakan dengan tarif sewa per meter persegi. 8.4. Jasa Perusahaan Subsektor ini meliputi kegiatan pemberian jasa yang pada umumnya melayani perusahaan, seperti jasa hukum dan notaris, jasa akuntan dan pembukuan, jasa persewaan alat-alat dan jasa perusahaan lainnya. Output atas dasar harga berlaku berdasarkan jumlah perusahaan dikalikan dengan rata-rata output per perusahaan. 38