Jakarta, Agustus 2014 Direktur Pembinaan PTK Dikdas. Sumarna Surapranata, Ph.D NIP

dokumen-dokumen yang mirip
Peran Guru TIK. Jakarta, Agustus 2014 Direktur Pembinaan PTK Dikdas. Sumarna Surapranata, Ph.D NIP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG MUATAN LOKAL KURIKULUM 2013

SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM

INTEGRASI MUATAN LOKAL PADA KURIKULUM 2013

Pemahaman Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa Dalam Kurikulum 2013

MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Interaksi dengan Orangtua Siswa, Pengelolaan Peran Guru TIK.

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10

Pelaksanaan Penilaian, Pengelolaan Layanan BK dan Persiapan Peminatan, Interaksi dengan Orangtua Siswa, Pengelolaan Peran Guru TIK.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Panduan Muatan Lokal SMA

Pengembangan Silabus dan RPP Kurikulum Catatan Pengantar

Muatan Lokal dalam Kurikulum /27/2017 Nafan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional, pasal 1 ayat 1 tentang ketentuan umum menyatakan Pendidikan

MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) HANDOUT PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SMK TAHUN 2015

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

MODEL PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

KURIKULUM 2013 PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

MATERI PELATIHAN GURU

PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI

EVALUASI PEMBELAJARAN. Sosialisasi KTSP

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI. : Kerajinan dari Bahan Tekstil (Kain Flanel).

PANDUAN UNTUK INSTRUKTUR NASIONAL PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 TAHUN 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS JENJANG SMP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG MATA PELAJARAN PEDAGOGI

PANDUAN PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Paket 11 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BI

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR

Pengertian Bahan Ajar

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP

Pengertian Bahan Ajar

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI KELOMPOK KOMPETENSI I

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

PERENCANAAN PEMBELAJARAN: SILABUS & RPP. Hj. Yeti Mulyati Universitas Pendidikan Indonesia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

Pelaksanaan Penilaian, Pengelolaan Layanan BK dan Persiapan Peminatan, Interaksi dengan Orangtua Siswa, Pengelolaan Peran Guru TIK.

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VALIDASI. DOKUMEN KURIKULUM / KTSP 2013 ) Tahun Pelajaran 2014 / 2015 INSTRUMEN VALIDASI/VERIFIKASI DOKUMEN KURIKULUM / KTSP 2013

SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH

PENERAPAN PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA SMP SASARAN DI KOTA PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT TAHUN Syamsul Gultom.

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Jakarta, Agustus 2014 Direktur Pembinaan PTK Dikdas. Sumarna Surapranata, Ph.D NIP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Kerajinan modifikasi dari limbah organik.

2 Menetapkan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 3. Peraturan Pemerintah

Perihal Keunggulan Dan Kelemahan Kurikulum 2013

Latar Belakang Otonomi daerah; Desentralisasi; Multikultural; Pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekh

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN SENI BUDAYA (SENI RUPA)

GS-SD/ME-KUR-2013-PELAKSANAAN PEMBELAJARAN [2014] INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

URGENSI SATUAN ACARAPERKULIAHAN (SAP)DALAM PEMBELAJARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATERI PELATIHAN GURU

MATERI PELATIHAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012

Kurikulum 2013 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Buku Pegangan Pembekalan Admin Program Guru Pembelajar

PROSEDUR PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

MATERI PELATIHAN 1: KONSEP TEMATIK INTEGRATIF

Transkripsi:

1

2

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya penyusunan perangkat materi Bimtek Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP). Materi pendampingan disusun oleh tim pengembang terdiri atas unsur pengarah, pengembang kurikulum 2013, Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Dikbud, Unit Implementasi Kurikulum 2013 (UIK), Badan PSDMK&PMP, Narasumber (NS), instruktur nasional (IN), dosen, widyaiswara, dan dari unsur lapangan yaitu pengawas, kepala sekolah, guru SMP pelaksana Kurikulum 2013. Materi bimtek ini merupakan bahan acuan bagi narasumber, peserta bimtek pendampingan, dan kepala sekolah SMP pendamping serta kepala SMP sasaran dalam memantapkan pelaksanaan Kurikulum 2013 melalui program pendampingan dengan pola in on in on in. Pola pendampingan In berarti para kepala SMP berhimpun di Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) untuk mendiskusikan berbagai kendala yang terkait dengan implementasi Kurikulum di sekolahnya, dan pola On berarti kepala SMP pendamping melakukan kunjungan pendampingan ke SMP sasaran dalam rangka melakukan refleksi dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dalam implementasi kurikulum 2013. Materi/bahan ajar pada bimtek pendampingan kepala sekolah SMP meliputi Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013, Penyusunan KTSP, Integrasi Muatan Lokal, Integrasi Ekskul Kepramukaan, Matrikulasi, Pemahaman terhadap buku guru dan buku siswa, Penyusunan i

RPP, Media Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Penilaian, Pengelolaan Layanan BK dan Persiapan Peminatan, Interaksi dengan Orangtua Siswa, Pengelolaan Peran Guru TIK. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih serta penghargaan atas dedikasi yang tinggi para tim pengembang materi yang berupaya untuk menggali dan mengantisipasi sejumlah permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah dan berupa mencari alternatif solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan perbaikan mutu implementasi Kurikulum 2013 secara berkelanjutan. Semoga materi bimtek ini dapat membantu narasumber, peserta bimtek, kepala SMP pendamping, kepala SMP sasaran dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta, Agustus 2014 Direktur Pembinaan PTK Dikdas Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985031002 ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II HAKIKAT MUATAN LOKAL... 2 A. Pengertian Muatan Lokal... 2 B. Tujuan... 3 C. Prinsip Muatan Lokal... 3 D. Lingkup dan Jenis Muatan Lokal... 4 E. Bentuk Muatan Lokal... 4 F. Mekanisme Pengembangan Muatan Lokal... 5 G. Mekanisme Pelaksanaan... 5 H. Daya Dukung Pelaksanaan Muatan Lokal... 6 I. Aktifitas Pembelajaran... 7 BAB III ANALISIS POTENSI DAERAH DALAM INTEGRASI MUATAN LOKAL PADA KURIKULUM 2013... 9 A. Analisis Potensi Daerah... 9 B. Langkah-Langkah Analisis Potensi Daerah dan Penentuan Bentuk Mulok... 9 iii

BAB I PENDAHULUAN Indonesia sangat kaya dengan berbagai hasil budaya dan keunikan lainnya. Semua itu merupakan kearifan lokal yang harus terus dijaga dan dikembangkan sehingga jati diri kita sebagai anak bangsa manjadi kuat. Oleh karena itu ketahanan budaya dari pengaruh arus globalisasi semakin tangguh dan dapat dibanggakan. Upaya paling efektif untuk menjaga, memelihara, dan mengembangkan hasil budaya dan keunikan tersebut yaitu melalui pendidikan. Berkaitan dengan ini, pemerintah sudah membuat berbagai regulasi berupa peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 77B ayat 6 dinyatakan bahwa Struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan dasar berisi muatan umum. Muatan umum sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. muatan nasional untuk satuan pendidikan; dan b. muatan lokal untuk satuan pendidikan sesuai dengan potensi dan keunikan lokal Hal ini berarti bahwa pada struktur kurikulum berisi muatan nasional yang diakomodir dalam mata pelajaran kelompok wajib A dan muatan lokal yang diakomodir dalam mata pelajaran wajib kelompok B. Bahan ajar ini membahas tentang konsep muatan lokal, sedangkan langkah-langkah pengembangan dan integrasinya pada kurikulum 2013 dituangkan pada Handout Integrasi Muatan Lokal pada Kurikulum 2013 dan Lembar kerja sebagai suplemen dari bahan ajar ini. 1

BAB II HAKIKAT MUATAN LOKAL Berdasarkan struktur kurikulum 2013 pada jenjang pendidikan dasar, terdapat mata pelajaran yang berada pada kelompok A dan kelompok B. Mata pelajaran kelompok A adalah Mata pelajaran kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Sedangkan mata pelajaran Kelompok B adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Mata pelajaran kelompok B terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Hal ini berarti mata pelajaran kelompok B merupakan mata pelajaran yang memuat konten muatan lokal. Berdasarkan hasil revisi Permendikbud Nomor 81A tentang Muatan Lokal dinyatakan bahwa muatan lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dan/atau satuan pendidikan dapat berbentuk sejumlah bahan kajian terhadap keunggulan dan kearifan daerah tempat tinggalnya yang menjadi: 1. Bagian mata pelajaran kelompok B pada struktur kurikulum; dan/atau 2. Mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok B sebagai mata pelajaran muatan lokal dalam hal pengintegrasian tidak dapat dilakukan. Terkait dengan muatan lokal ini, kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat membantu guru di sekolah untuk melakukan kajian dan analisis tentang potensi daerah yang akan diintegrasikan ke dalam mata pelakjaran kelompok B atau menjadi mata pelajaran tersendiri alam kelompok B. A. Pengertian Muatan Lokal Muatan local adalah bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan 2

keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal merupakan bahan kajian yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya. B. Tujuan Muatan lokal sebagai bahan kajian yang membentuk pemahaman terhadap potensi daerah tempat tinggalnya bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik agar: 1. mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya dan spiritual di daerahnya; dan 2. melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan nasional C. Prinsip Muatan Lokal Pengembangan muatan lokal untuk satuan pendidikan selain memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan KTSP juga memperhatikan prinsip-prinsip berikut. 1. Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik. 2. Keutuhan Dalam Pengembangan Semua Kompetensi. Substansi kurikulum muatan lokal mencakup keseluruhan dimensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). 3. Fleksibilitas dalam Jenis, Bentuk, dan Pengaturan Waktu. Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan. 4. Kebermanfaatan. 3

Penetapan muatan lokal berorientasi pada upaya pengenalan, pelestarian, dan pengembangan potensi daerah untuk kepentingan nasional dan menghadap tantangan global. D. Lingkup dan Jenis Muatan Lokal Lingkup muatan lokal berupa potensi dan keunikan lokal yang terkait dengan seni budaya; prakarya; pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan; bahasa; dan/atau teknologi. Jenisnya dapat berupa bahasa daerah, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. E. Bentuk Muatan Lokal Bentuk muatan local dapat berupa bahankajian tentang keunggulan dan kearifan daerah tempat tinggalnya, dapat berupa: a. bagian mata pelajaran kelompok B pada struktur kurikulum; dan/atau b. mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok B sebagai mata pelajaran muatan lokal dalam hal pengintegrasian tidak dapat dilakukan. 1. Dokumen Lingkup muatan lokal baik yang menjadi bagian mata pelajaran maupun berupa mata pelajaran yang berdiri sendiri sekurang-kurangnya terdiri atas: a. kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti, b. silabus yang memuat pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penilaian otentik, dan c. buku teks pelajaran (buku siswa dan buku guru) yang berbasis aktivitas. 4

F. Mekanisme Pengembangan Muatan Lokal Mekanisme pengembangan muatal lokal pada Kurikulum 2013 di satuan pendidikan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. analisis konteks lingkungan alam, sosial dan/atau budaya; b. identifikasi muatan lokal; c. perumusan kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal; d. penentuan tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap kompetensi dasar; e. pengintegrasian kompetensi dasar ke dalam muatan pembelajaran yang relevan; f. penetapan muatan lokal sebagai bagian dari muatan pembelajaran atau menjadi muatan pembelajaran yang berdiri sendiri; g. penyusunan silabus; dan h. penyusunan buku teks pelajaran. G. Mekanisme Pelaksanaan Pelaksanaan muatan lokal memperhatikan rambu-rambu berikut. a. Muatan lokal diselenggarakan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan sumber daya pendidikan yang tersedia. b. Setiap satuan pendidikan dapat menambah beban belajar maksimal 2 (dua) jam/minggu untuk muatan lokal yang ditetapkan sebagai muatan pembelajaran yang berdiri sendiri, berdasarkan pertimbangan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan dan atau daerah. 5

c. Kebutuhan sumber daya pendidikan sebagai implikasi penambahan beban belajar muatan lokal ditanggung oleh pemerintah daerah yang menetapkan. H. Daya Dukung Pelaksanaan Muatan Lokal Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi: a. Kebijakan Muatan Lokal Pelaksanaan muatan lokal harus didukung dengan kebijakan Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan satuan pendidikan sesuai kewenangannya. b. Sumber Daya Pendidikan 1) Tenaga Pendidik Tenaga pendidik yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi tenaga pendidik sesuai dengan mata pelajaran muatan lokal yang diampunya. Apabila tidak terpenuhi maka satuan pendidikan harus mengusahakan tenaga pendidik memperoleh sertifikat pelatihan pada aspek mata pelajaran yang sesuai. Tenaga pendidik muatan lokal dapat berasal dari luar satuan pendidikan, seperti: satuan pendidikan terdekat, tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan lain-lain. 2) Sarana dan Prasarana Satuan Pendidikan Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal yang ditetapkan oleh pemerintah daerah harus dipenuhi oleh pemerintah daerah, sedangkan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan harus dipenuhi oleh satuan pendidikan. Peran Kepala Sekolah terkait dengan integrasi muatan lokal pada kurikulum 2013 antara lain: 1. Meyusun perencanaan muatan lokal 6

2. Melakukanpendampingan di sekolah untuk melakukan integrasi muatan lokal pada kurikulum 2013 di SD dan SMP. 3. Memfasilitasi pelaksanaan muatan lokal di sekolah terkait dengan sumberdaya sekolah Untuk mendukung peran kepala sekolah terkait dengan integrasi muatan lokal, maka modul ini akan membantu kepala sekolah untuk: 1. Analisis potensi daerah dan penentuan bentuk muatan lokal (integrasi atau mata pelajaran tersendiri) serta menyusun kompetensi dasar muatan lokal. 2. Mengembangkan silabus muatan lokal 3. Menyusun bahan ajar muatan local I. Aktifitas Pembelajaran Aktifitas pembelajaran untuk materi Integrasi Muatan Lokal mengacu pada pendekatan scientific, dimana peserta diklat diminta untuk mencari tahu, menggali informasi dan mencoba mengerjakan tugas kelompok; yang diakhiri dengan melakukan presentasi dan menyajikan hasil kerja kelompok. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan scientific dilakukan sebagai berikut : 1. Fasilitator menayangkan permasalahan terkait dengan muatan lokal dan integrasinya. Peserta diklat membaca masalah terkait dengan integrasi muatan lokal pada kurikulum 2013 yang disajikan oleh fasilitator melalui bahan tayang. Selanjutya fasilitator memberikan HandoutIntegrasi Muatan Lokal Pada Kurikulum 2013, LK 1, LK2, LK3 dan LK4; selanjutnya meminta peserta diklat membacanya. 2. Selanjutnya fasilitator meminta peserta diklat untuk membuat pertaanyaan dan berdiskusi tentang masalah yang disajikan 7

fasilitator, Handout Integrasi Muatan Lokal pada Kurikulum 2013, LK1, LK2, LK3 dan LK4. untuk menggali lebih dalam halhal yang masih belum dimengerti. 3. Peserta diklat melakukan diskusi kelompok untuk mempertegas pemahaman dan menjawab masalah, pertanyaan terkait dengan Handout Integrasi Muatan Lokal pada Kurikulum 2013, LK1, LK2, LK3 dan LK4 serta menggunakan Bahan Ajar Integrasi Muatan Lokal pada Kurikulum 2013. Setelah memperoleh pemahaman yang sama diantara anggota kelompok, selanjutnya peserta diklat mencoba untuk mengerjakan LK i, LK2, LK3 dan LK4. Saat berdiskusi dan kerja kelompok fasilitator membimbing, mengarahkan, memfasilitasi peserta diklat. 4. Selanjutnya pengalaman, temuan dan kendala yang dijumpai peserta diklat saat melakukan diskusi dan mengerjakan tugas kelompok, dianalisis dan disimpulkan 5. Peserta diklat diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. 8

BAB III ANALISIS POTENSI DAERAH DALAM INTEGRASI MUATAN LOKAL PADA KURIKULUM 2013 A. Analisis Potensi Daerah Integrasi muatan lokal (Mulok) pada kurikulum 2013 berasal dari hasil analisis potensi daerah dan hasil analisis kbutuhan daerah. Berdasarkan revisi Permendikbud Nomor 81A tahun 2013, yang dimaksud dengan potensi daerah adalah kemampuan yg mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan atau kekuatan yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Sedangkan kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut adalah seperti kebutuhan untuk: a. melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah; b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai dengan keadaan perekonomian daerah; c. meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik dan untuk mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi pariwisata; dan d. meningkatkan kemampuan berwirausaha. B. Langkah-Langkah Analisis Potensi Daerah dan Penentuan Bentuk Mulok Untuk mempermuah melakukan analisis potensi daerah, perhatikan format berikut. Melalui format 1 ini sekolah akan dibantu untuk menggali potensi daerah terkait dengan laingkup muatan lokal. 9

Format 1. Analisis Potensi Daerah. Pertanyaan 1. Potensi apa yang mungkin bias dikembangkan menjadi muatan lokal di sekolah Saudara. a. Seni budaya (seni lukis, seni tari, seni musik, seni teater) b. Prakarya c. Penjasor d. Kesehatan e. Bahasa f. Teknologi 2. Dari pertanyaan nomor 1 potensi manakah yang dapat dikembangkan di sekolah sesuai dengan kondisi SDM dan fasilitas yang dimiliki? Mengapa memilih potensi tersebut? 3. Apakah ada potensi lain yang diperlukan untuk pengembangan potensi daerah (kebutuhan daerah)? Isilah sesuai potensi di daerah Sebutkan apa saja! Berdasarkan hasil kajian no 1 akan ditemukan lingkup muatan lokal yang merupakan keunggulan yang berada di daerah tertentu antara lain bidang seni budaya; prakarya; pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan; bahasa; dan/atau teknolog. Setelah itu sekolah harus menentukan bentuk muatan lokal yang akan di integrasikan pada kurikulum 2013 (bentuk melalui mata pelajaran yang ada atau menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri). Untuk menentukan bentuk muatan lokal yang akan diintegrasikan di sekolah, maka sekolah harus melakukan kajian KD yang ada pada kurikulum 2013 (SMP / SD) pada ke 3 mata pelajaran kelompok B (seni budaya, Prakarya dan Penjaskesor) khusus untuk KD pengetahuan dan KD keterampilan. 10

Misalnya : mata pelajaran seni budaya, aspek senii tari. KD pada seni tari kelas VII memiliki KD pengetahuan dan keterampilan seperti di bawah ini: KD pengetahuan (3.1) : Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang waktu dan tenaga. KD keterampilan (4.1) : Melakukan gerak tari berdasarkan unsur ruang waktu dan tenaga Jika ditelaah dari KD 3.1 dan 4.1 diatas, belum secara spesifik menentukan jenis tari yang akan dikembangkan. Oleh karena itu sekolah dapat menentukan jenis seni tari yang berkembang di daerah setempat, misalnya tari jaipong (Jawa barat), tari pendet (Bali), tari topeng (betawi) dan seterusnya. Hal ini berarti secara otomatis bentuk integrasi muatan lokal ada dalam bentuk integrasi pada mata pelajaran yang ada. Namun jika kompetensi yang akan dikembangkan merupakan kompetensi yang tidak terdapat pada KD pengetahuan atau KD keterampilan yang terdapat pada kurikulum 2013, sekolah dapat menentukan integrasi muatan lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri dan masuk kelompok mata pelajaran B. Jika hal ini terjadi maka sekolah harus menyusun KD pengetahuan dan KD keterampilan, silabus dan bahan ajarnya. Secara skematis analisis potensi dan kebutuhan daerah dapat dilihat pada gambar 1. 1. Perumusan Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah berisikan kemampuan dan muatan pembelajaran untuk mata pelajaran pada sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah yang mengacu pada Kompetensi Inti. Rumusan kompetensi dasar (KD) merupakan turunan dari kompetensi inti (KI). Rumusan KD pengetahuan meliputi dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. 11

Contoh: Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang waktu dan tenaga Rumusan KD keterampilan meliputi dimensi kognitif atau dimensi psikomotorik (salah satu diantara keduanya) dan dimensi pengetahuan. Contoh : melakukan gerak tari berdasarkan unsur ruang waktu dan tenaga (KD ini merupakan dimensi psikomotorik). IDENTIFIKASI PRODUK DAERAH IDENTIFIKASI POTENSI DAERAH IDENTIFIKASI PRODUK YANG AKAN DIINTEGRASIKAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAERAN PRODUK YANG AKAN DIINTEGRASIKAN SESUAI SUMBERDAYA SEKOLAH ANALISIS KD MAPEL MUATAN LOKAL KOMPETENSI KEBUTUHAN LOKAL MUATAN LOKAL INTEGRASI PADA MAPEL YANG ADA MUATAN LOKAL INTEGRASI PADA MAPEL YANG ADA BERDIIRI SENDIRI SEBAGAI MAPEL MAPEL MUATAN LOKAL 12

Gambar 1. Skema Analisis Potensi dan Kebutuhan Daerah Kompetensi Dasar merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti dan terdiri atas: a. Kompetensi Dasar sikap spiritual; b. Kompetensi Dasar sikap sosial; c. Kompetensi Dasar pengetahuan; dan d. Kompetensi Dasar keterampilan. Khusus untuk menyusun rumusan KD, yang perlu dirumuskan hanya KD untuk pengetahuan dan KD untuk keterampilan, KD sikap dapat mengikuti mata pelajaran yang lain. Langkah-langkah penyusunan KD: 1. Identifikasi kemampuan apa yang diharapkan dapat dikuasai peserta didik terkait muatan lokal hasil analisis LK1 yang belum terakomodir di mata pelajaran kelompok B. 2. Tentukan level kemampuan yang diharapkan dapat dicapai peserta didik, misalnya : a. KD pengetahuan : berdasarkan rumusan kompetensi inti (KI) level dimensi kognitif untuk pengetahuan sampai menerapkan, sehingga sekolah dapat menggunakan kognitif level 2 (memahami) dan kognitif level 3 (menerapkan). b. KD keterampilan: berdasarkan rumusan kompetensi inti (KI) level keterampilan, ada pada: 1) ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) 2) ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) 3. Rumuskan KD sesuai level kemampuan yang diharapkan dapat dicapai siswa: Misalnya : mata pelajaran bahasa daerah 13

KD pengetahuan : memahami kosa kata bahasa daerah (isi apa nama bahasa daerah) KD keterampilan : mengucapkan kosa kata bahasa daerah (isi apa nama bahasa daerah). 2. Penyusunan Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 dinyatakan bahwa silabus paling sedikit memuat: a. Identitas mata pelajaran (khusussmp/mts/smplb/paket B dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan); b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; c. Kompetensi inti,merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, d. kelas dan mata pelajaran; e. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau f. mata pelajaran; g. tema(khusussd/mi/sdlb/paket A); h. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi; i. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan; j. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik; 14

k. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan l. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. Lebih jauh dijelaskan pada Standar proses bahwa silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah penyusunan silabus: 1. Analisis KD pengetahuan dan KD keterampilan. Tentukan KD pengetahuan nomor berapa yang menjadi satu kesatuan dengan KD keterampilan nomor berapa. 2. Buatlah komponen silabus seperti uraian diatas (bisa gunakan format berikut). 3. Isikanlah sesuai dengan penjelasan berikut. Format penyusunan Silabus. SILABUS MATA PELAJARAN:... Satuan Pendidikan :... Kelas :... Kompetensi Inti : KI1... KI 2... KI 3... KI 4... 15

KOMPETE MATE PEMBELAJA PENILAI ALOK SUMB NSI RI RAN AN ASI ER DASAR POKO WAKT BELAJ K U AR Cara pengisian kolom : Kolom KD : dit: : dituliskan semua KD dari KI1 dan KI2; sedangkan KD3 dan KD 4 yang sepadan Kolom Materi pokok pembelajaran : dituliskan berdasarkan KD dari 3 dan KD dari KI 4, berbentuk kata benda atau kata kerja yang dibendakan Kolom Pembelajaran : dilakukan dari mulai mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan Kolom Penilaian : dituliskan jenis dan bentuk penilaian dari KD1 sampai KD4 Kolom Waktu Kolom Belajar Alokasi Sumber : prediksi waktu yang diperlukan untuk 1 silabus. Dituliskan frekuensi pertemuan : dituliskan sumber belajar yang digunakan peserta didik saat belajar 3. Penyusunan Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instructor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. 16

(National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training). Yang termasuk bahan ajar antara lain meliputi: 1. Lembarinformasi(information sheet) 2. Operation sheet 3. Jobsheet 4. Worksheet 5. Handout 6. Modul Berdasarkan Permendikbud Nomor 71 Tahun 2013 dinyatakan bahwa bahan ajar terkait kurikulum 2013 terdiri dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru. Buku teks pelajaran adalah buku siswa yang akan digunakan pada proses pembelajaran, sedangkan buku panduan guru yang akan digunakan guru saat proses pembelajaran. Langkah-langkah penyusunan bahan ajar antara lain: 1. Identifikasi kebutuhan bahan ajar terkait dengan jumlah kegiatan pembelajaran yang sesuai silabus. Kompete nsi dasar Indikat or Materi Pembelajar an Topik Kegiatan Pembelajar an Uraian Materi pembelajar an Langkahlangkah pembelajar an 3.1 4.1 17

Cara pengisian: Kolom Kompetensi Dasar : diisi dengan KD dari KI 3 dan KD dari KI 4 dalam materi pokok yang sama. Kolom Indikator pengetahuan dan keteraampilan. : diisi dengan indikator dari KD Kolom Materi pembelajaran indikator pengetahuan dan keterampilan : diisi dengan materi pokok dari Kolom Topik kegiatan pembelajaran : ddiisi dengan topik dari setiap kegiatan pembelajaran mengacu pada indikator dan materi pembelajaran. Kolom Langkah-langkah pembelajaran : diisi dengan rancangan kegiatan pembelajaran mengacu pada pendekatan scientific. 2. Gunakan hasil analisis no 1 untuk menyusun bahan ajar yang menggabungkan antara uraian materi pembelajaran dengan langkahlangkah kegiatan pembelajaran. Gunakan uraian materi pembelajaran menjadi outline bahan ajar pada setiap topik kegiatan pembelajaran yang akan disusun. 18