HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SMP KRISTEN EBEN HAEZAR 2 MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

Hubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sahara Miranda* Elman Boy**

KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK DI BLU RSU PROF. Dr. R.D. KANDOU

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terletak pada satu titik yang tajam (Ilyas, 2006), kelainan refraksi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan yang kabur atau penurunan penglihatan. adalah keluhan utama yang terdapat pada penderitapenderita

BAB I PENDAHULUAN. sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL

Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16

Kelainan refraksi pada siswa SMP daerah pedesaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

BAB I PENDAHULUAN. 2 dekade terakhir ini. Perdebatan semakin meningkat pada abad ini tentang

KELAINAN REFRAKSI PADA PELAJAR SMA NEGERI 7 MANADO

Kesowo Pangestu Adji 1, Imam Masduki 2 ABSTRACT. Objective: To value correlation between myopia and good learning achievement.

BAB I PENDAHULUAN. dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu mata. Ruang pandang penglihatan yang lebih luas, visus mata yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA BERKACAMATA TENTANG KELAINAN REFRAKSI DI SMA NEGERI 3 MEDAN TAHUN Oleh : RAHILA

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

HUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN.

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan

Keluhan Mata Silau pada Penderita Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia. Ambient Lighting on Astigmatisma Compared by Miopia Sufferer

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MIOPI PADA MURID SMA NEGERI 3 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut

Pengaruh Pemberian Kacamata Koreksi pada Penderita Miopia terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 34 Surabaya

Metode. Sampel yang diuji adalah 76 anak astigmatisma positif dengan derajat dan jenis astigmatisma yang tidak ditentukan secara khusus.

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Derajat Kelainan Refraksi pada Anak di RS Mata Cicendo Bandung

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Mata adalah panca indera penting yang perlu. pemeriksaan dan perawatan secara teratur.

KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2014-JULI 2016

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. panjang, sehingga fokus akan terletak di depan retina (Saw et al., 1996). Miopia

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENGGUNAAN GADGET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DAN SIKAP PENCEGAHAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TERHADAP KEJADIAN MIOPIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diatasi (American Academy of Ophthalmology, 2010).

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

Isnina Adi Indrarini, Henry Setyawan S, Lintang Dian Saraswati, Ari Udiyono

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia,

Hubungan Lama Aktivitas Membaca dengan Derajat Miopia pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FK Unand Angkatan 2010

Pengaruh Aktivitas Luar Ruangan Terhadap Prevalensi Myopia. di Desa dan di Kota Usia 9-12 Tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan

HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DAN POLA KEBIASAAN MEMBACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN HIPERMETROPIA DI POLIKLINIK MATA RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2009

PERBEDAAN PENGLIHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA MIOPIA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN DESKRIPTIF PASIEN KELAINAN REFRAKSI DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA PERIODE JANUARI- JUNI 2015 SKRIPSI

KASUS KELAINAN REFRAKSI TAK TERKOREKSI PENUH DI RS DR. KARIADI PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2003

BAB II. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi. yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu:

Kadek Gede Bakta Giri 1, Made Dharmadi 2

PERBEDAAN PENGLIAHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA MIOPIA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. prestasi belajar pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Fakultas

The Incidence of Refractive Disorders in Students of FK Ukrida in Connection with The Activity of Viewing Gadgets

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA

HUBUNGAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA ANAK DI SDN CEMARA DUA SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan adalah salah satu indera yang sangat penting bagi manusia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimana tidak ditemukannya kelainan refraksi disebut emetropia. (Riordan-Eva,

REFRAKSI. Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. paparan masing masing subjek kasus dan kontrol. Penelitian ini merupakan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DENGAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Surabaya periode Januari-Juni 2015, maka dapat diambil kesimpulan. perempuan (57,5%). usia tahun (28,9%).

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP OFTALMOLOGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Angka kejadian ambliopia pada usia sekolah di SD Negeri 6 Manado

The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengontrol variabel penelitian (Machfoed, 2007). Pada penelitian ini

Hubungan pengetahan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies pada pemulung di tempat pembuangan akhir Sumompo Manado

BAB I PENDAHULUAN. hampir 25% populasi atau sekitar 55 juta jiwa (Anma, 2014). Hasil Riset

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh MUHAMMAD IRFAN RIZALDY PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELAS TERHADAP KELAINAN REFRAKSI MIOPIA PADA SISWA KELAS 5 SD DI SD X SEMARANG

Perbedaan Efektivitas Antara Kacamata dan Soft lens TerhadapProgesivitas Derajat Miop.

Transkripsi:

HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SMP KRISTEN EBEN HAEZAR 2 MANADO Nandy E. Rumondor Laya M. Rares Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email : nandy_edverson@yahoo.com Abstract: Eye health in school students is one of the important factors that determining the learning achievement. Refractive disorders can disturb the information process while studying. This study aimed to determine the relation between refractive disorders with students learning achievement. This was an observational research with cross sectional design and the studied problems occur by itself without intervention from the researcher. There were 50 respondents from VIII grade students of SMP Kr. Eben Haezar 2 Manado, taken from simple random sampling. The result of this study showed that students with refractive disorders (p = 0,0, p < 0,05) were significantly related with students learning achievements. Conclusion refractive disorders were significantly related with students learning achievement. Keywords: refractive disorders, learning achievement Abstrak: Kesehatan mata pada anak di usia sekolah menjadi salah satu faktor yang penting dalam menentukan prestasi belajar. Dengan adanya kelainan refraksi dapat mengganggu proses penerimaan informasi anak saat belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kelainan refraksi dengan prestasi belajar anak. Metode penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan sifat observational dan masalah yang diteliti terjadi dengan sendirinya tanpa intervensi dari peneliti. Sampel penelitian adalah anak SMP Kr. Eben Haezar 2 Manado kelas VIII berjumlah 50 orang yang diambil secara acak. Hasil penelitian ini menunjukkan penderita kelainan refraksi (p = 0,0, p < 0,05) berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar. Simpulan kelainan rerfraksi berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar. Kata kunci: kelainan refraksi, prestasi belajar Kelainan refraksi merupakan salah satu kelainan mata yang paling sering terjadi. Saat ini kelainan refraksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Tiga kelainan refraksi yang paling sering dijumpai yaitu miopia, hipermetropia, dan astigmatisma. Jenis kelainan refraksi yang keempat yaitu presbiopia. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Jumlah pasien yang menderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% dari populasi atau sekitar 55 juta jiwa. 2

Berdasarkan data dari WHO pada 2004 prevalensi kelainan refraksi pada umur 55 tahun sebanyak 2,8 juta orang (0,97%). 3 Dari data tersebut ditemukan bahwa kelainan yang timbul akibat kelainan refraksi yang tidak di koreksi. Melihat situasi yang ada WHO merekomendasikan untuk dilakukannya skrining penglihatan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan bagi anak sekolah. 46 Berkaitan dengan hal tersebut maka pada anak usia sekolah tingkat taman kanakkanak sampai sekolah menengah tingkat pertama sangat rentan terhadap kelainan refraksi apabila sedini mungkin tidak di koreksi akibatnya akan berpengaruh pada kegiatan belajar dan dapat mempengaruhi prestasi belajar. KELAINAN REFRAKSI Kelainan refraksi mata adalah suatu keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina tetapi di bagian depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, dan astigmatisma. MIOPIA Miopia atau rabun dekat adalah suatu kelainan refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang 7 masuk pada mata akan jatuh di depan retina. Beratnya miopia dapat di klasifikasikan sebagai berikut : () Miopia ringan < 2.00 dipotri, (2) Miopia sedang 2.00 hingga 6.00 dioptri, (3) Miopia berat 6.00 hingga 9.00 dioptri, (4) Miopia sangat berat > 9.00 dioptri. Miopia dapat diobati dengan menggunakan lensa negatif atau biasa juga disebut lensa konkaf / divergen. HIPERMETROPIA Hipermetropia atau farsightedness adalah suatu kelainan refraksi daripada mata dimana sinarsinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibiaskan di belakang retina. Untuk mengoreksinya dipakai lensa positif atau konveks / konvergen. ASTIGMATISMA Astigmatisma adalah suatu keadaan dimana sinar yang sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik. Ada dua jenis astigmatisma, yaitu astigmatisma regular dan astigmatisma irregular. Astigmatisma regular dapat di klasifikasikan sebagai berikut : () Simple astigmatism, (2) Compound astigmatism, (3) Mixed astigmatism. PRESTASI BELAJAR Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. 8 Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi belajar atau achievement test yang disusun oleh guru atau dosen yang mengajar mata kuliah yang bersangkutan. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat survey analitik dengan mengggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan sifat observasional. Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Kr. Eben Haezar 2 Manado sebanyak 63 siswa. Sampel berjumlah 50 orang yang akan dipilih untuk menjadi subjek penelitian berdasarkan kriteria 2

yang sudah ditetapkan dengan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Kriteria inklusi pada pengambilan sampel, yaitu siswa kelas VIII, jenis kelamin pria dan wanita, tidak dalam kondisi sakit mata atau cacat mata dan bersedia sebagai objek penelitian sampai selesai dengan menandatangani informed consent. Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan menggunakan pertanyaan terstruktur dan dilakukan pemeriksaan visus untuk menentukan jenis kelainan refraksi. Untuk melihat adanya hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas maka digunakan uji Chi Square test dengan tingkat signifikan 5% (0,05). HASIL PENELITIAN Pada penelitian yang dilakukan di SMP Kr. Eben Haezar 2 Manado didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel. Distribusi frekuensi alat bantu penglihatan Pengguna alat bantu penglihatan Ya Tidak 5 45 0 90 Total 50 00 Jenis alat bantu penglihatan Kacamata Kontak lens 4 80 20 Total 5 00 Tabel 2. Distribusi frekuensi pengguna kacamata Jenis lensa yang digunakan Kacamata lensa minus Kacamata lensa plus Kacamata silinder Kacamata lensa minus dan silinder 3 25 75 Total 4 00 Lamanya menggunakan kacamata Kurang dari tahun tahun 2 tahun Lebih dari 2 tahun 3 20 20 60 Total 5 00 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang menggunakan kacamata lensa minus dan silinder lebih banyak, yaitu sebanyak 3 orang (75%) dan responden yang menggunakan kacamata lebih dari 2 tahun paling banyak, yaitu sebanyak 3 orang (60%). Tabel 3. Distribusi frekuensi nilai ratarata hasil belajar terakhir Nilai ratarata hasil belajar terakhir 60 7080 8090 > 90 25 24 50 48 2 Total 50 00 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini lebih banyak yang tidak menggunakan alat bantu penglihatan, yaitu sebanyak 45 orang (90%) dan responden yang menggunakan alat bantu penglihatan jenis kacamata lebih banyak, yaitu sebanyak 4 orang (80%). Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki nilai ratarata hasil belajar terakhir 7080 paling banyak, yaitu sebanyak 25 orang (50%). 3

Tabel 4. Distribusi Frekuensi kelainan refraksi Kelainan refraksi Ya Tidak 23 46 27 54 Total 50 00 Diagnosis Emetropia Miopia Hipermetropia Astigmatisma 27 6 7 54 32 4 Total 50 00 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki kelainan refraksi sebanyak 23 orang (46%) sedangkan responden yang tidak memiliki kelainan refraksi sebanyak 27 orang (54%). Responden yang di diagnosis emetropia paling banyak, yaitu sebanyak 27 orang (54%) sedangkan responden yang di diagnosis miopia sebanyak 6 orang (32%) dan responden yang di diagnosis astigmatisma sebanyak 7 orang (4%). Tabel 5. Hubungan antara penderita kelainan refraksi dengan prestasi belajar. Penderita Prestasi belajar p kelainan refraksi 60 70 80 80 90 > 90 Ya Tidak 0 0 8 7 4 0 0 0,0 Total 0 25 24 Berdasarkan hasil analisis hubungan antara penderita kelainan refraksi dengan prestasi belajar didapatkan nilai p = 0,0 atau probabilitas dibawah 0,05 (p < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa penderita kelainan refraksi berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar. BAHASAN Penelitian American Academy of Ophthalmology mengatakan bahwa pengalaman visual anak memainkan peran penting dalamnya perkembangan psikologis, fisik dan intelektual. Gangguan penglihatan karena kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab morbiditas yang signifikan pada 9 anakanak di seluruh dunia. Berdasarkan penelitian Hartanto et al (200) mendapatkan kelainan refraksi miopia dengan presentasi paling banyak. Penelitian Saw (2003) di Sumatera, Wu di Amerika dan Bastanta (200) juga menemukan bahwa sebagian besar kelainan refraksi adalah miopia. Penelitian Handayani et al (20) menemukan bahwa miopia memiliki frekuensi tertinggi pada kelompok umur 20 tahun (25,%). Ini terjadi mungkin karena kelompok usia ini adalah kelompok anakanak sekolah, aktivitas yang lebih tinggi dan 2 pengaruh dari penggunaan komputer. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini didapatkan bahwa murid kelas VIII SMP Kr. Eben Haezar 2 Manado paling banyak di diagnosis menderita kelainan refraksi miopia (32%). Departemen Pendidikan Nasional (2006) mengkategorikan beberapa tingkatan mengenai penguasaan siswa antara lain, () 8000 dengan kriteria sangat baik yang artinya menguasai hampir semua konsep, (2) 70<80 dengan kriteria baik yang artinya menguasai sebagian besar konsep, (3) 60 <70 dengan kriteria cukup yang artinya menguasai separoh konsep, 50 (4) <60 dengan kriteria kurang yang artinya menguasai sebagian kecil konsep, (5) <50 dengan kriteria kurang sekali yang artinya 2 hampir tidak menguasai konsep. Pada penelitian ini nilai ratarata hasil belajar terakhir yang paling banyak di raih adalah 70 80 (50%) dan 8090 (48%). Penelitian Lian Hong (200) melaporkan bahwa anakanak di sekolah akademis menghabiskan lebih banyak waktu untuk 4

membaca dan menulis dibandingkan dengan sekolah regular. Di kelas 3, perbedaan waktu belajar bisa sampai 07 menit per hari, dan di kelas 46 dan kelas 79, perbedaan waktu belajar bisa sampai 60 dan 224 menit per hari. Hasilnya mencerminkan hubungan yang erat antara intensitas belajar dan miopia. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian di Singapura (2002), Israel (993), daerah pedesaan di Cina Utara (200), Hongkong (993) dan Orinda (2002). 3 Pada penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya didapatkan responden paling banyak yang menderita kelainan refraksi miopia dengan nilai ratarata hasil belajar terakhir yang diraih adalah 7080. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelainan refraksi dengan prestasi belajar. SARAN Skrining pada usia prasekolah dan sekolah sebaiknya dilakukan secara periodik untuk mendeteksi kelainan refraksi. Kepada orang tua harus lebih peka terhadap kejadian di luar kebiasaan pada anak atau keluhan yang muncul mengenai penglihatan yang terganggu. Tidak melakukan aktivitas melibatkan kerja mata yang maksimal dalam waktu terlalu lama, seperti : membaca, menonton TV, main game, komputer, internet dan lainlain. Membaca dengan pencahayaan yang cukup dan tidak membaca dalam posisi berbaring. Untuk tetap menggunakan kacamatanya (tidak lepas pakai) bagi yang berkacamata dalam melakukan aktivitas sehingga mencegah atau memperlambat proses bertambahnya minus menjadi lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed 4. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 202. 2. HandayaniAriestanti, T., Supradnya Anom, I G.N, PemayunDewayani, C. I. Characteristic of patients with refractive disorder at eye clinic of sanglah general hospital Denpasar, BaliIndonesia Period of st January 3st December 20. Bali Medical Journal (BMJ) 202; (3): 007. 3. Resnikof S. 2004 Nov. Global data on visual impairment in the year 2002. Bulletin of the World Health Organization. 82(). 4. Vitale S, Cotch MF, Sperduto R (2006) Prevalence of visual impairment in the United State. JAMA 295: 258263. 5. ElBayomi BM, Saad A, choudhury AH (2007) Prevalence of refractive error and low vision among schoolchildren in Cairo. East Mediterr Health J 3: 575579. 6. Elimination of avoidable visual disability due to refractive error. Report of an informal planning meeting WHO/PBL/00.77.Geneva, WHO 2000, 60. 7. David A. Goss, Theodore P. Grosvenor, Jeffrey T. Keller, Wendy Marsh Tootle, Thomas T. Norton. Optomettric clinical practice guideline care of the patient with myopia. U.S.A.: American Optometric Association; 2006. 8. Vaughan, D. G.2000. Oftalmologi Umum. Edisi 4. Jakarta: Widya Medika. p.406. 9. American Association of Pediatric Ophthalmology and Strabismus, American Academy of Ophthalmology. Policy statement: Eye examination in infants, children and young adults by pediatricians. Pediatrics. 2003; :90207. 5

0. Ager L. Optical Services for Visually impaired children. J. Comm. Eye health. 998; : 3840.. Global initiative for the elimination of avoidable blindness. 997. Geneva. World Health Organisation. 2. Almasdi Syahza, Henny Indrawati. Peningkatan hasil belajar mata kuliah manajemen agribisnis melalui pemberian handout pada mahasiswa jurusan manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Jurnal Sosiohumaniora November 2007; 9(3). 3. LianHong Pi, Lin Chen, Qin Liu, Ning Ke, Jing Fang, Shu Zhang, Jun Xiao, WeiJiang Ye, Yan Xiong, Hui Shi, ZhengQin Yin. Refractive Status and Prevalence of Refractive Errors in Suburban Schoolage Children. Int J Med Sci 200; 7(6): 342353. 6