PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH:

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

The wetland has a strategic role in national development. The potential uses of the wetland are varied such

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setitik Harapan dari Ajamu

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

III. METODE PENELITIAN

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: KARAKTERISTIK LAHAN PASUT DAN LEBAK DARI SEGI ASPEK HIDROLOGI.

III. BAHAN DAN METODE

IV. PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama

Penelitian Strategis Unggulan IPB

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN PERTEMUAN DAN PELATIHAN

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut yang terdapat di daerah tropika diperkirakan mencapai juta hektar atau sekitar 10-12% dari luas

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN DAN PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KUBU RAYA DAN SANGGAU TAHUN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

ULASAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

Gambar 1. Peta DAS penelitian

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI PP 57/2016

LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI SRI NURYANI HIDAYAH UTAMI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara tepat tergantung peruntukkannya. perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 296, 2012

III. BAHAN DAN METODE

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

Tata at Ai a r Rawa (Makr

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PEMILIHAN WILAYAH BUDIDAYA KOMODITAS PERTANIAN (STUDI KASUS: KECAMATAN KLARI, KARAWANG, JAWA BARAT)

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 7. Lokasi Penelitian

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

III. BAHAN DAN METODE

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

HOME LATAR BELAKANG RUANG LINGKUP TAHAPAN MEKANISME & JADWAL PERSYARATAN DAFTAR. Ruang Lingkup Perencanaan

Transkripsi:

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH: Studi Kasus Daerah Eks PLG 1 Juta Hektar di Kalimantan B. Mulyanto, B Sumawinata, Darmawan dan Suwardi Pusat Studi Lahan Basah, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Phone 0251-629360, Fax 0251 629 358 Email: soilipb @indo.net.id

PENDAHULUAN Rasional - Lahan basah merupakan wilayah strategis bagi Indonesia - Berpotensi tinggi untuk berbagai usaha - Sampai saat ini sebagian lahan basah telah di huni oleh penduduk - Namun, sebagian besar masyarakat yang tinggal di lahan basah kesejahteraannya perlu ditingkatkan. - Kunci pemberdayaan masyarakat antara lain meningkatkan produktivitas lahan, - Sementara itu perkembangan lahan basah dari suatu tempat ke tempat lain dapat berbeda oleh karena karakteristik lahannya berbeda, dan teknik penglolaannya berbeda. Tujuan - Sehubungan dengan itu maka perlu dilakukan dikembangkan sistem penilaian lahan basah untuk menentukan kunci-kunci pengelolanya bagi pemberdayaan masyarakat yang mengandalkan kelangsungan hidupnya pada lahah basah.

METODOLOGI Pengumpulan data citra satelit (landsat TM) Konsep Penilaian Lahan Koreksi geometrik dan radiometrik Penentuan kunci-kunci interpretasi Klasifikasi dan delineasi tipologi lahan basah Tipologi lahan basah Survei lapangan Penentuan Kunci Pengelolaan Lahan Reinterpretasi citra

input teknologi (reklamasi) respon negatif respon positif daerah berkembang (developed area) daerah mala-kembang (mal-developed area)

Karakteristik Kunci Lahan Basah Indonesia Sebagai Dasar Sistem Penilaian - Terbentuk karena pembentukan cekungan (cth: laguna, danau). Di dalam cekungan terbentuk sedimen bahan mineral atau bahan organik (gambut). - Karakteristik bahan mineral yang menjadi dasar sedimen organik tergantung lingkungan pengendapan dan bahan yang diendapkan (pyritic sediment dan non pyritic sediment). - Sebagian besar lahan basah di Indonesia merupakan membentuk kubah (dome). - Gambut di Indonesia umumnya terbentuk dari tumpukan bahan organik dari hutan tropika basah, berukuran kasar sampai halus. - Komposisi ukuran fraksi organik beragam memungkinkan porositas gambut sangat besar. - Bentuk kubah dan porositas yang besar ini merupakan konstruksi yang sangat rapuh.

Batasan masing-masing tipologi lahan basah Tipologi Lahan basah D1 D2 D3 D4 Uraian Lahan basah yang pada tanah yang berkembang dari sedimen yang tidak mengandung pirit (non pyritic sediment) Lahan basah yang berkembang pada tanah dari sedimen yang mengandung pirit, dibuka secara tradisional, dan paritnya kurang lebih tegak lurus sungai atau laut, sekitar 3-5 km dari sungai atau laut. Lahan basah yang berkembang pada tanah dari sedimen yang mengandung pirit, dibuka untuk lahan transmigrasi, ditanami dengan tanaman keras (pekarangan, perkebuman rakyat) Lahan basah yang berkembang pada tanah dari sedimen yang mengandung pirit, yang dibuka oleh untuk perkebunan (estate) atau hutan tanaman. MD1 MD2 MD3 MD4 Lahan yang berada pada tanah dari sedimen yang tidak mengandung pirit, yang tidak berkembang oleh karena masalah lain, termasuk masalah yang disebabkan oleh air masam yang ditimbulkan oleh daerah lain Lahan yang tidak berkembang oleh karena lahan pada tanah dari sedimen berpirit (pyritic sediment), dan input teknologi menyebabkan produksi asam dan sampai sekarang ancaman asam ini belum selesai. Daerah semacam ini umumnya ditumbuhi oleh purun kudung dan bersuksesi menjadi gelam Lahan yang dikembangkan di atas tanah yang berkembang dari sedimen berpirit, berproduksi sangat terbatas, oleh karena produksi hanya keluar dari pekarangan. Lahan usahanya tidak digarap oleh karena problem asam masih ada. Lahan yang dibuka, telah didrainase namun tidak dikerjakan lebih lanjut UD Lahan yang tidak menerima input teknologi

INFORMASI DASAR Informasi dasar yang digunakan sebagai dasar klasifikasi dan deliniasi adalah : - Data spasial (citra landsat TM ) - Data penggunaan lahan - Data Iklim - Data tanah - Data Kependudukan - dsb

Teknik Interpretasi (1) Citra komposit band 5, 4, dan 2 dari citra landsat TM (Juli 2000) diinterpretasi secara visual dengan menggunakan software ArcView GIS 3.2, (2) Identifikasi setiap ciri pola yang tampak pada layar monitor dengan teknik zoom in untuk memperjelas kenampakan dan sekaligus identifikasi kombinasi dari kisaran spektral (warna), (3) Penarikan batas setiap tipologi lahan yang dijumpai berdasarkan kesamaan kenampakan ciri pola dan kombinasi kisaran warna dengan cara digitasi on-screen.

Ciri Pola Beberapa Penggunaan Lahan Jenis Penggunaan Lahan Ciri Pola Kota / konsentrasi pemukiman - terletak di tepi sungai/parit besar konfigurasi saling potong jalan dan saluran Daerah Pertanian Tradisional Daerah Transmigrasi Perkebunan Hutan - - terletak sepanjang sungai/parit besar - - terdapat parit-parit kecil agak berkelok dengan panjang 3-5 km dan relatif tegak lurus sungai - - jarak antar parit kecil ± 500 m - - petak-petak tidak teratur dan berukuran kecil - -terdapat parit utama berukuran lebar (di Kalimantan parit-parit utama ini membentuk konfigurasi garpu dan di ujung parit terdapat bak air - - jarak antar parit utama lebar - - petak-petak teratur dan berukuran relatif besar - - terdapat parit utama relatif lebar - - jarak antar parit utama lebar - - petak-petak berukuran sangat lebar - tidak terdapat parit-parit maupun petak-petak

Karakteristik Spektral Landsat TM (Band 5, 4, dan 2) dari Berbagai Penutupan Lahan Bulan Juli 2000 Jenis Penutupan Lahan Kisaran Warna *) Palet RGB tipikal perumahan, perkantoran, pertokoan, pasar, lahan terbuka kering Violet 255 102 204 Maroon 153 51 102 Red 255 0 0 Pink 255 124 128 padi, purun, rumput Green 51 204 51 Chartreuse 204 253 53 Yellow 255 255 0 kebun campuran dan pekarangan (rambutan, kelapa, tanaman sayuran dll), tanaman perkebunan (karet, kelapa, kelapa sawit, akasia dll), gelam, tanaman hutan, padi, purun, rumput Dark green 0 102 0 Green 51 204 51 Gelam Gold 255 215 0 Green 51 204 51 kelakai, semak lain Aquamarine 127 255 212 Cyan 0 255 255 Turquoise 64 224 208 perairan (sungai, kolam) lahan terbuka basah bervegetasi jarang Dark blue 0 0 128 Blue 0 0 153

Kunci Interpretasi Tipologi Lahan Basah Kunci Interpretasi Simbol Uraian Ciri Pola Kombinasi Warna Sampel D1 Lahan basah yang berkembang pada sedimen yang tidak mengandung pirit (non pyritic sediment) - terdapat parit-parit kecil - petak-petak agak teratur dan agak lebar chartreuse green dark green gold blue violet D2 Lahan basah yang berkembang pada tanah yang mengandung pirit, dibuka secara tradisional dan paritnya kurang lebih tegak lurus sungai atau laut, sekitar 3-5 km dari sungai atau laut - terletak sepanjang sungai/ parit besar - terdapat parit-parit kecil agak berkelok dengan panjang 3-5 km relatif tegak lurus sungai, jarak antar parit ± 500 m - petak-petak tidak teratur, ukuran kecil chartreuse green dark green blue violet pink dark blue turquoise

Tipologi Lahan Basah Kunci Interpretasi Simbol Uraian Ciri Pola Kombinasi Warna Sampel D3 Lahan basah yang berkembang pada tanah dari sedimen yang mengandung pirit, dibuka untuk lahan transmigrasi, ditanami dengan tanaman keras (pekarangan, perkebuman rakyat) -terdapat parit utama berukuran lebar - jarak antar parit utama lebar - petak-petak teratur dan berukuran relatif besar green chartreuse dark green violet pink D4 Lahan basah yang berkembang pada tanah dari sedimen yang mengandung pirit, yang dibuka oleh untuk perkebunan (estate) atau hutan tanaman. - terdapat parit utama berukuran lebar - jarak antar parit utama lebar - petak-petak berukuran sangat lebar dark green maroon

Tipologi Lahan Basah Kunci Interpretasi Simbol Uraian Ciri Pola Kombinasi Warna Sampel MD1 MD2 Lahan yang berada pada tanah dari sedimen yang tidak mengandung pirit, yang tidak berkembang oleh karena masalah lain, termasuk masalah yang disebabkan oleh air masam yang ditimbulkan oleh daerah lain Lahan yang berada pada tanah dari sedimen yang tidak mengandung pirit, yang tidak berkembang oleh karena masalah lain, termasuk masalah yang disebabkan oleh air masam yang ditimbulkan oleh daerah lain - terdapat parit utama berukuran lebar - jarak antar parit utama lebar - petak-petak teratur dan berukuran relatif besar - terdapat parit utama berukuran lebar - jarak antar parit utama lebar - petak-petak teratur dan berukuran relatif besar brown chartreuse gold green violet chartreuse green dark green gold red

Tipologi Lahan Basah Kunci Interpretasi Simbol Uraian Ciri Pola Kombinasi Warna Sampel MD3 Lahan yang dikembangkan di atas tanah yang berkembang dari sedimen berpirit, berproduksi sangat terbatas, oleh karena produksi hanya keluar dari pekarangan. Lahan usahanya tidak digarap oleh karena problem asam masih ada. - terdapat parit utama berukuran lebar - jarak antar parit utama lebar - petak-petak teratur dan berukuran relatif besar violet maroon green dark green gold dark blue MD4 Lahan yang dibuka, telah didrainase namun tidak dikerjakan lebih lanjut - terdapat parit utama berukuran lebar dan sangat panjang - jarak antar parit utama lebar dark green turquoise green blue Violet

Tipologi Lahan Basah Kunci Interpretasi Simbol Uraian Ciri Pola Kombinasi Warna Sampel UD Lahan yang tidak menerima input teknologi - tidak terdapat parit-parit maupun petak-petak dark green green

Klasifikasi Tipologi Lahan Basah Daerah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah

Kunci Pengelolaan Lahan Basah Tipologi Lahan basah Uraian Kunci Pengelolaan D1 Lahan basah yang pada tanah yang berkembang dari sedimen yang tidak mengandung pirit (non pyritic sediment) Mempertahankan lahan agar tidak tercemari air asam dari daerah lain D2 Lahan basah yang berkembang pada tanah dari sedimen yang mengandung pirit, dibuka secara tradisional, dan paritnya kurang lebih tegak lurus sungai atau laut, sekitar 3-5 km dari sungai atau laut. Mempertahankan sumber air tawar dari hutan yang ada di daerah di atasnya. D3 Lahan basah yang berkembang pada tanah dari sedimen yang mengandung pirit, dibuka untuk lahan transmigrasi, ditanami dengan tanaman keras (pekarangan, perkebunan rakyat) Perbaikan lahan dan teknologi budidaya pertanian serta menjaga air tidak makin masam.

Tipologi Lahan basah Uraian Kunci Pengelolaan D4 Lahan basah yang berkembang pada tanah dari sedimen yang mengandung pirit, yang dibuka oleh untuk perkebunan (estate) atau hutan tanaman. Mempertahankan sistem yang telah mapan dan menjaga hutan sebagai sumber air tawar. MD1 Lahan yang berada pada tanah dari sedimen yang tidak mengandung pirit, yang tidak berkembang oleh karena masalah lain, termasuk masalah yang disebabkan oleh air masam yang ditimbulkan oleh daerah lain Mencegah air masam masuk ke wilayah lahan tersebut. MD2 Lahan yang tidak berkembang oleh karena lahan pada tanah dari sedimen berpirit (pyritic sediment), dan input teknologi menyebabkan produksi asam dan sampai sekarang ancaman asam ini belum selesai. Daerah semacam ini umumnya ditumbuhi oleh purun kudung dan bersuksesi menjadi gelam Dibiarkan agar bersuksesi menjadi hutan kembali.

Tipologi Lahan basah Uraian Kunci Pengelolaan MD3 MD4 Lahan yang dikembangkan di atas tanah yang berkembang dari sedimen berpirit, berproduksi sangat terbatas, oleh karena produksi hanya keluar dari pekarangan. Lahan usahanya tidak digarap oleh karena problem asam masih ada. Lahan yang dibuka, telah didrainase namun tidak dikerjakan lebih lanjut Lahan usaha dibiarkan agar bersuksesi menjadi hutan kembali. Permukaan air dinaikkan dengan mengatur pintu-pintu air saluran drainase. UD Lahan yang tidak menerima input teknologi Tetap dipertahankan sebagai hutan atau dibuka setelah melalui studi yang memadai.

KESIMPULAN Konsep penilaian lahan basah disusun berdasarkan pada respond lahan terhadap input teknologi yang diberikan. Penilaian ini memisahkan lahan basah menjadi Tidak dikembangkan (UD), Berkembang (D) dan Tidak Berkembang (MD). Kelas D dan MD masing masing mempunyai 4 sub-kelas (nomor tidak menunjukkan gradasi, oleh karena masing-masing sub-kelas mempunyai keunikan sendiri) Kunci interpretasi citra landsat disusun untuk dapat mengkelaskan dan mendelineasi lahan basah kedalam kelas dan sub-kelas yang mungkin dijumpai. Parameter kunci interpretasi tsb terdiri dari pola dan warna spektra Di lahan bekas PLG 1 juta hektar dan sekitarnya dijumpai Kelas lahan yang berkembang (D) dan tidak berkembang (MD), dan di masin-masing kelas lahan terdapat sub-kelas (D1, D2, D3, D4, MD1, MD2, MD3 dan MD4). Bedasarkan ujicoba di PLG konsep penilaian ini mempunyai workability cukup baik