Proses Berpikir Kreatif Siswa Tipe Sekuensial Abstrak dan Acak Abstrak pada Pemecahan Masalah Biologi

dokumen-dokumen yang mirip
Imelda Aisah Sarip 1*), Kamid 2), dan Bambang Hariyadi 2) *Corresponding author:

Kata kunci: pemecahan masalah matematika, proses berpikir kreatif, tahapan Wallas, tingkat berpikir kreatif

Nofiela Nuning Hendriyati 1, Dinawati Trapsilasiwi 2, Susanto 3

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

Skripsi. Oleh: Puput Dwi Maret Tanti K

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Progran Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Linda Sunarya NIM.

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh NINDY PROFITHASARI

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

PROFIL BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS AKSELERASI DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA TERBUKA. Eni Defitriani Universitas Jambi

Agus Prianggono 1, Riyadi 2, Triyanto 3

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KINESTETIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORITIK

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Proses Berpikir Logis Siswa Sekolah Dasar Bertipe Kecerdasan Logis Matematis dalam Memecahkan Masalah Matematika

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR

Kiki Dewi Rahmawati et al., Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa... Kata kunci: kemampuan metakognisi, metakognisi, penyelesaian masalah, polya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

KREATIVITAS PENGAJUAN SOAL DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MATERI BANGUN SEGI EMPAT KELAS VII SMP

STUDI KUALITATIF GAYA BERPIKIR PESERTA DIDIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA INTISARI

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB II KAJIAN TEORITIK

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DI SMP

Profil Kreativitas Mahasiswa Berdasarkan Gaya Berpikirnya dalam Memecahkan Masalah Fisika di Universitas Negeri Makassar

PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SKRIPSI OLEH: IHDA NURIA AFIDAH K

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

Kiky Floresta et al., Pelevelan Adversity Quotient (AQ) Siswa...

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PROSES PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 01, Pebruari 2016, ISSN:

Linda K. et al., Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah...

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran biologi pada Sekolah Menengah Atas berdasarkan Standar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA N 5 KOTA JAMBI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN

Doni Dwi Palupi 1, Titik Sugiarti 2, Dian kurniati 3

PROSES BERPIKIR REFLEKTIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA AVRIABEL.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi. Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Matematika

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Nina Nurmasari S

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan

PROSIDING ISSN:

Implementasi Model Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Penugasan Mind Map untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan penelitian deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2014:4)

Titi Solfitri 1, Yenita Roza 2. Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB II KAJIAN TEORETIK

Pendahuluan. Wisas Yuan Isvina et al., Proses Berpikir Kreatif dalam Memecahkan...

PENERAPAN MODEL WALLAS UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN INFORMASI BERUPA GAMBAR 1

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH PENERAPAN STATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS XI

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR SISWA PELAJARAN IPA KELAS VII SMP NEGERI 3 PALU

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

BAB II KAJIAN TEORITIK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penyelesaian soal open ended, pedoman wawancara dan lembar tes kepribadian.

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

ANALISIS KUALITATIF GAYA BERPIKIR SISWA SMA DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA PADA MATERI GERAK PARABOLA

PROFIL BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH SEGITIGA BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIS KELAS VII SMP NEGERI 1 PALU

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 JEMBER DALAM MENYELESAIKAN SOAL ARITMETIKA SOSIAL

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

MIND MAP SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN MENILAI PENGUASAAN KONSEP DAN ALAT EVALUASI MENILAI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengembangan Rubrik Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Memecahkan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Attaufiq Jambi

Kata kunci : kemampuan berpikir kreatif, hasil belajar, Creative Problem Solving

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

CREATIVE PROBLEM SOLVING: BAGAIMANA PENGARUHNYA TERHADAP KREATIVITAS SISWA?

STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK. Nurmaningsih. Abstrak. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

Endah Muliana*, Saminan, Agus Wahyuni Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Unsyiah

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK SPOTLIGHT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELASXI IPS SMA PGRI 2 PADANG JURNAL

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id. Media

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP PEMEHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 17 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

Transkripsi:

Proses Berpikir Kreatif Siswa Tipe Sekuensial Abstrak dan Acak Abstrak pada Pemecahan Masalah Biologi Creative Thinking Process of The Abstract Sequential and Abstract Random Type-Students in Solving Biological Problem Herlina 1)*, Aprizal Lukman 2), Maison 2) 1) Mahasiswa Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi 2) Staf Pengajar di Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi *Corresponding author : herlina.linaaa@yahoo.co.id Abstract The aim of the research is to describe the creative thinking process of abstract sequential and abstract random type-students in solving biological problem. The research conducted on two subjects that had differences in the type of the thinking that is abstract sequential type-student (STBSA) and abstract random type-student (STBAA) at Attaufiq Senior High School Jambi city. The data were selected according to the purpose of research. The data was collected by interviewing and modified think aloud method. Data was analyzed by process of creative thinking frame work based on Polya s problem solving steps. The over all results of the study concluded that the process of STBSA s creative thinking conducted sequentially from the first stage to the last stage. The data which obtained according to problem-solving strategies and the steps in solving problems. The indicators of creativity are notified in the form of fluency, flexibility, originality, and the detail of biological solving problems. While STBAA, the steps of creative thinking process is done randomly and not sequentially. The results of the problem solving which conducted is not be conviced because STBAA used more insight, imagination and logic. Then, in terms of creativity, the flexibility of STBAA is not appropriate to the indicator to solve problems because only applying one method of complishment, doesn t have capability to produce a variety of ideas to implement the problem solving and not able to present a concept in different ways during biological problems solving. STBSA precisely solves the problem exactly, because it believes in the results of the thinking, as well as maintaining the criticality in the process of biological solving problems. While STBAA is less precise in solving problems due to the less of the self-confidence, less critical and contented easily in the process of solving biological problems. Keywords: creative thinking process, abstract sequential, abstract random type of learning style, biology problem solving, Polya problem solving. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa tipe sekuensial abstrak dan acak abstrak dalam menyelesaikan masalah biologi. Penelitian dilakukan terhadap 2 subjek yang memiliki perbedaan dalam tipe berpikirnya yaitu siswa tipe sekuensial abstrak (STBSA) dan siswa tipe acak abstrak (STBAA) di SMA Attaufiq kota Jambi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan metode think aloud yang dimodifikasi. Data dianalisis berdasarkan kerangka proses berpikir kreatif dalam langkah pemecahan masalah menurut Polya. Hasil penelitian secara keseluruhan menyimpulkan bahwa STBSA tahapan proses berpikir kreatif yang dilaluinya, dilakukan secara berurutan dari tahap pertama sampai tahap terakhir. Data pemecahan masalah yang diperoleh sesuai dengan strategi dan langkah-langkah dalam penyelesaian masalah. Indikator kreativitas yang telihat dalam bentuk kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keterperincian selama pemecahan masalah biologi. Sedangkan STBAA, tahapan proses berpikir kreatif yang dilaluinya dilakukan secara acak dan tidak berurutan. Tidak menyakini hasil pemecahan masalah yang 20

Edu-Sains Volume 5 No. 1, Januari 2016 diperoleh karena dalam menyelesaikan masalah tersebut STBAA lebih banyak menggunakan insight, imajinasi dan logika. Kemudian dari segi kreativitasnya, STBAA tidak memenuhi indikator keluwesan karena dalam menyelesaikan masalah hanya menggunakan 1 metode penyelesaian. Tidak mampu menghasilkan ide-ide beragam dalam melaksanakan pemecahan masalah dan tidak mampu menyajikan suatu konsep dengan cara yang berbeda-beda selama pemecahan masalah biologi. STBSA melakukan pemecahan masalah dengan tepat, karena percaya pada hasil pemikirannya, serta menjaga kekritisan pada proses pemecahan masalah biologi. Sedangkan STBAA melakukan pemecahan masalah kurang tepat karena STBAA tidak percaya diri, kurang kritis dan cepat puas pada proses pemecahan masalah biologi. Kata kunci: proses berpikir kreatif, siswa tipe sekuensial abstrak, siswa tipe acak abstrak, pemecahan masalah biologi, pemecahan masalah Polya. PENDAHULUAN Siswa mengkonstruksi pengetahuan yang diterima tentunya berbeda-beda, mulai dari proses hingga kesimpulan yang didapatkan. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas ketika seorang guru memberikan soal yang sama pada 2 orang siswa, mereka dapat mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan soal tersebut, meskipun jawaban akhir mereka sama. Begitu juga ketika praktikum yang mempraktikkan hal-hal konkret yaitu dengan mendemonstrasikan suatu percobaan. Kemudian siswa lainnya juga mencoba melakukan percobaan tersebut dan sebagai tugas di rumah masing-masing siswa diberikan soal latihan berbentuk abstrak. Di pertemuan berikutnya ada sebagian siswa yang merasa kebingungan ketika membawa hal konkret (dalam praktik) menjadi hal abstrak (soal latihan). Sebenarnya tidak ada masalah pada diri siswa tersebut. Masalah yang mendasar adalah pengertian seorang guru dalam memahami anak didiknya. Setiap individu memiliki tipe berpikir berbeda dengan yang lainnya. Sepanjang pengamatan peneliti selama dalam proses pembelajaran mata pelajaran biologi, terdapat perbedaan yang khas antara siswa 1 dengan siswa lainnya. Kemampuan siswa untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatannya, ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Karenanya mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Prilaku tersebut menunjukkan adanya ciri khas dalam membentuk struktur pengetahuannya dalam bentuk gaya belajar yang berbeda. Setiap siswa memiliki gaya belajar, begitu halnya dengan gaya berpikir yang merupakan cara mengolah dan mengatur informasi yang diperoleh. Perkembangan berpikir seorang siswa bergerak dari kegiatan berpikir konkret menuju berpikir abstrak. DePorter, dkk (2009:124) mengelompokkan tipe berpikir seseorang kedalam 4 kelompok berdasarkan kemampuan mengatur dan mengolah informasi. Keempat tipe berpikir tersebut addalah; 1) sekuensial konkret; 2) sekuensial abstrak; 3) acak konkret dan; 4) acak abstrak. Hasil penelitian Subaer (2013:195-202) memberikan informasi bahwa peserta didik yang memiliki tipe berpikir sekuensial abstrak dengan acak abstrak lebih kreatif dalam merencanakan dan menyelesaikan permasalahan. Terdapat juga peserta didik yang memiliki tipe berpikir lebih dari satu. Siswa tipe berpikir sekuensial abstrak dan acak abstrak, perlu diteliti proses berpikir yang dilaluinya ketika menyelesaikan suatu masalah. Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah proses berpikir kreatif yang dilalui oleh siswa tipe sekuensial abstrak dan acak abstrak, dilihat dari 2 jenis cara berpikir pada individu, yaitu berpikir otak kanan dan berpikir otak kiri. Menurut Sunarya, dkk (2013:713) berpikir kreatif sering dikaitkan dengan pemecahan masalah, hal ini dikarenakan pemecahan masalah memerlukan aktivitas berpikir, salah satunya aktivitas berpikir kreatif. Dalam berpikir kreatif proses yang terjadi melalui 21

tahapan tertentu. Proses berpikir kreatif merupakan gambaran nyata dalam menjelaskan bagaimana kreativitas terjadi. Sejalan dengan itu, Munandar (2009:65) memberi penjelasan tentang kreativitas yaitu suatu proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan masalah menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi dan akhirnya menyampaikan hasilnya. Dari aspek produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan, dari proses kreativitas ialah sesuatu yang baru, orisinal dan bermakna. Kreativitas sebagai produksi divergen atau berpikir divergen yang memiliki 4 komponen yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan keterperincian (elaboration), hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Guilford (Mahmudi, 2008:3). Menurut Kiswandono (2000:9) untuk mampu berpikir kreatif haruslah dilalui beberapa tingkatan atau tahapan dalam proses kreatif itu sendiri. Tabel 1. proses berpikir kreatif No proses berpikir Uraian kreatif 1 persiapan Pengumpulan informasi/data untuk memecahkan Masalah Bekal pengetahuan-pengalaman, menjadi kemungkinan penyelesaian masalah Belum ada arah tertentu/tetap, tetapi alam pikiran mengeksplorasi bermacam alternative 2 inkubasi Melepaskan diri sementara dari masalah Tidak memikirkan secara sadar, tetapi mengeramnya dalam alam pra-sadar Penting untuk mencari inspirasi 3 iluminasi insight saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru 4 verifikasi Ide atau kreasi baru diuji Diuji terhadap realitas, muncul pemikiran kritis Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif/sengaja Akseptasi total harus diikuti oleh kritik Firasat harus diikuti oleh pemikiran logis Keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. Sumber: Wallas (Kiswandono, 2000:13). Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghadapi abstraksi, memecahkan masalah, dan belajar. Sehingga dalam menerima, mengolah, dan mengingat informasi yang diperoleh juga berbeda-beda. Proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah sangat penting untuk diketahui, terutama proses berpikir kreatif yang dilaluinya. Guru harus mampu melihat kemampuan dan keahlian setiap siswanya didalam proses pembelajaran, karena tingkat pemahaman dan pengetahuan seseorang bergantung pada bagaimana mereka menerima dan memproses informasi yang diberikan. Selain itu, guru perlu melakukan pengkajian yang mendalam tentang karakteristik siswa untuk dijadikan sebagai acuan agar dapat mengoptimalkan penerapan strategi pembelajaran dalam menciptakan pembelajaran secara efektif dan efisien. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Attaufiq kota Jambi menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk menjelaskan tentang proses 22

Edu-Sains Volume 5 No. 1, Januari 2016 berpikir kreatif siswa tipe sekuensial abstrak dan acak abstrak pada pemecahan masalah biologi, khususnya pada materi pencemaran lingkungan. Selama proses pengumpulan data, peneliti terlibat langsung melalui observasi, wawancara yang dimodifikasi dengan think aloud, serta pengamatan langsung dalam pembelajaran di kelas. STBSA adalah subjek penelitian dengan tipe berpikir kreatif sekuensial abstrak, sedangkan STBAA adalah subjek penelitian dengan tipe berpikir kreatif acak abstrak. STBSA dan STBAA merupakan informan utama dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti mewawancarai STBSA dan STBAA menggunakan wawancara terstruktur dengan panduan wawancara yang telah divalidasi oleh ahli pendidikan. Prosedur penggunaan instrumen-instrumen penelitian secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini: Pengumpulan data ke-1 Pengumpulan data ke-2 Subjek diberi soal Biologi Subjek diberi soal Biologi Penyelesaian masalah berdasarkan Langkah Polya Penyelesaian masalah berdasarkan langkah Polya Data jawaban tertulis Data jawaban tertulis Wawancara terstruktur Data hasil wawancara Wawancara terstruktur Data hasil wawancara Data Data Ya Cocok? Data yang valid dan reliabel Data yang dianalisis Tidak Keterangan: : Proses : Pilihan/pertanyaan : Selanjutnya/Pengulangan : Data/ hasil Gambar 1. Alur Proses Pengumpulan Data Penelitian 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, data hasil wawancara terhadap subjek penelitian, ditranskripkan kemudian dianalisis. Hasil analisis dideskripsikan kedalam bentuk tabel, selanjutnya dijelaskan pada Tabel 2 dan Tabel 3 berikut ini: Tabel 2. Hasil identifikasi proses berpikir kreatif siswa NO Proses Berpikir Kreatif STBSA Hasil Pengamatan STBSA Proses Berpikir Kreatif STBAA Hasil Pengamatan STBAA 1 2 3 4 5 1 Persiapan Inkubasi 2 Inkubasi STBSA memahami masalah yang diberikan dalam waktu yang relatif singkat. STBSA diam sejenak, merenungkan kembali rencana yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Iluminasi STBAA melakukan aktivitas merenung, membayangkan permasalahan secara nyata dengan menggunakan cara trial and eror, memikirkan hal-hal lucu yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari, kemudian melihat tumbuhan yang ada di sekitar sekolah. STBAA mendapatkan insight, ide gagasan yang muncul secara tiba-tiba dan melakukan aktivitas mencoret-coret lembar cariannya. 3 Iluminasi 4 Verifiksi STBSA mendapatkan insight ide timbul dengan sendirinya. STBSA mengecek hasil pemecahan masalah menggunakan langkah, landasan pemikiran yang tepat serta menyakini data jawaban yang diperoleh sesuai dengan strategi dan langkah-langkah dalam penyelesaian masalah kemudian firasatnya diikuti dengan pemikiran logis. Persiapan Verifikasi STBAA memahami masalah yang diberikan dalam waktu yang relatif lebih banyak. Sulit untuk menjelaskan apa yang ditanya pertanyaan STBAA, kemudian STBAA tidak menjelaskan apa yang ditanya peserta STBAA melainkan menuliskan penjelasannya dikertas kosong dalam waktu yang digunakan adalah 1 menit. STBAA memeriksa kembali semua pemikiran yang dilakukan sebelumnya, tidak menyakini jawaban yang diperoleh, karena dalam menyelesaikan masalah tersebut STBAA lebih banyak menggunakan insight, imajinasi dan logika. Tabel 3. Hasil identifikasi produk berpikir kreatif N0 Aspek Kategori Siswa dan Tingkah Laku Siswa Keterangan Kreativitas Sekuensial Abstrak (STBSA) Acak Abstrak (STBAA) 1 2 3 4 5 1 Kelancaran STBSA mampu menghasilkan banyak ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah, dapat langsung mengidentifikasikan hal yang diketahui dan yang ditanyakan pada masalah dengan lancar dan benar. STBAA mampu menghasilkan banyak ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah, dapat langsung mengidentifikasi hal yang diketahui dan yang ditanyakan pada masalah dengan lancar dan benar. Dari segi produk berpikir kreatif yaitu menilai kreativitas STBSA dan STBAA dengan kriteria kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keterperincian STBSA memenuhi 4 indikator tersebut. 24

Edu-Sains Volume 5 No. 1, Januari 2016 N0 Aspek Kategori Siswa dan Tingkah Laku Siswa Keterangan Kreativitas Sekuensial Abstrak (STBSA) Acak Abstrak (STBAA) 1 2 3 4 5 2 Keluwesan Keluwesan STBSA dalam penyelesaian masalah mengacu pada kemampuan STBSA memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda dan menghasilkan ide-ide beragam, menyajikan suatu konsep dengan cara yang berbeda-beda. STBAA tidak memenuhi indikator keluwesan. 3 Keaslian STBSA menyelesaikan masalah berdasarkan pengalamannya dan dari hasil pembelajarannya di sekolah kemudian dari hasil berpikirnya sendiri. STBSA juga mencoba membuat soal dengan kalimat yang berbeda sebanyak 1 soal dengan waktu yang digunakannya adalah 3 menit. 4 Keterperincian STBSA mampu mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain dan menambahkan atau memperinci suatu gagasan sehingga meningkatkan kualitas gagasan tersebut. Kemudian terlihat jelas dari struktur hasil pemecahan masalah yang dihasilkannya pada pemecahan masalah yang menurut urutan logis. STBAA menyelesaikan masalah berdasarkan pengalamannya dan dari hasil pembelajarannya di sekolah kemudian dari hasil berpikirnya sendiri. STBAA juga mencoba membuat soal dengan kalimat yang berbeda sebanyak 1 soal dengan waktu yang digunakannya adalah 1 menit 15 detik. STBAA mampu mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain. Sedangkan pada STBAA tidak memenuhi indikator keluwesan karena dalam menyelesaikan masalah hanya menggunakan 1 metode penyelesaian, tidak mampu menghasilkan ide-ide beragam dalam melaksanakan pemecahan masalah dan tidak mampu menyajikan suatu konsep dengan cara yang berbedabeda. Berdasarkan hasil wawancara terhadap STBSA dan STBAA, dapat dijelaskan tahapan proses berpikir kreatif (tahap persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi) akan selalu muncul pada setiap langkah pemecahan masalah menurut Polya. Hal ini diperkuat oleh Ali, dkk (2009:35) yang menjelaskan bahwa untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa, pedoman yang digunakan adalah proses kratif yang dikembangkan oleh Wallas yang mengatakan bahwa proses kreatif meliputi 4 tahap yaitu; 1) persiapan; 2) inkubasi; 3) iluminasi; dan 4) verifikasi. Pada tahap persiapan, individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan membuat usaha awal untuk memecahkannya. Kemudian tahap inkubasi, yaitu masa dimana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalah dan perhatian dialihkan sejenak pada hal lainnya. ini berlangsung dalam waktu tidak menentu, bisa lama, dan bisa juga hanya sebentar. Selanjutnya tahap iluminasi, yaitu tahap timbulnya insight, inspirasi, dan gagasangagasan baru. Terakhir tahap verifikasi, pada tahap ini gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapkannya kepada realitas. 25

STBSA pada pemecahan masalah biologi tentunya lebih baik daripada STBAA. Hal ini ditinjau dari segi keteraturan, logika, dan analisis. Sehingga STBSA lebih mudah menyelesaikan masalah. Sedangkan STBAA cara berpikirnya intuitif berdasarkan pada dugaan dan perasaan. Menggunakan langkah heuristik untuk membantu pemecahan masalah. Namun langkah ini tidak menjamin kesuksesan individu dalam memecahkan masalah. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan studi kualitatif tipe berpikir siswa untuk subjek dan materi yang berbeda. Terdapat hal-hal menarik yang dapat dikaji dalam penelitian selanjutnya, misalnya mengapa siswa yang sering mengelola informasi secara abstrak lebih kreatif dalam memecahkan masalah daripada siswa yang sering mengelola informasi secara konkret. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang proses berpikir kreatif siswa tipe sekuensial abstrak dan acak abstrak pada pemecahan masalah biologi dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Siswa tipe sekuensial abstrak, tahapan proses berpikir kreatif yang dilaluinya dilakukan secara berurutan dari tahap pertama sampai tahap terakhir. Indikator kreativitas yang terlihat dalam bentuk kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan keterperincian (elaboration) selama pemecahan masalah biologi. (2) Siswa tipe acak abstrak, tahapan proses berpikir kreatif yang dilaluinya dilakukan secara acak dan tidak berurutan. Kemudian dari segi kreativitasnya, STBAA tidak memenuhi indikator keluwesan (flexibility) selama pemecahan masalah biologi. DePorter, B & Hernacki, M., 2009. Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung: Kaifa. Kiswandono, I., 2000. Berpikir Kreatif Suatu Pendekatan Menuju Berpikir Arsitektural. Teknik Arsitektur, 28(1): 8-16. Mahmudi, A., 2008, Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif, Makalah dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika (KNM) XIV Universitas Sriwijaya, Juli 24-27, Palembang. Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Subaer, B., 2013. Profil Penalaran Logis Berdasarkan Gaya Berpikir dalam Memecahkan masalah Fisika Peserta Didik. Pendidikan IPA Indonesia, 2(2): 195-202. Sunarya, L., Kusmayadi, T.A., dan Iswahyudi, G., 2013. Profil Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta dalam Pemecahan Masalah Aritmatika Sosial ditinjau dari Motivasi dan Gender. Elektronik pembelajaran matematika, 1(7): 712-720. DAFTAR PUSTAKA Ali, M. dan Asrori, M., 2009. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta didik, Jakarta: Bumi Aksara. 26