Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO

KERAGAAN MUTU BIJI KAKAO KERING DAN PRODUK SETENGAH JADI COKELAT PADA BERBAGAI TINGKATAN FERMENTASI

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao.

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

KERAGAAN HASIL FERMENTASI MUTU FISIK BIJI KAKAO DI KALIMANTAN BARAT THE PERFORMANCE OF FERMENTATED YIELD OF COCOA BEAN QUALITY IN WEST KALIMANTAN

A. Tahapan Proses Pembuatan Coklat

PENGARUH FERMENTASI BIJI KAKAO TERHADAP OLAHAN COKLAT DI KALIMANTAN BARAT

BAHAN PENYEGAR. Definisi KAKAO COCOA & CHOCOLATE COKLAT 10/27/2011

Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur Pada Saat Fermentasi

Inspirasi Coklat yang Tiada Henti

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1)

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

MEMPELAJARI KUALITAS BIJI KAKAO KERING YANG BEREDAR DI PASARAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN KEMUNGKINAN PENGOLAHAN LANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Kakao merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peluang sebagai sumber

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL

Evaluasi Kualitas Produk Dadih Dalam Bentuk Bubuk Yang Dikeringkan Dengan Sinar Matahari Dan Oven

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENENTUAN KONDISI PENGEMPAAN LEMAK KAKAO (Cocoa Butter) SECARA MEKANIK

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

OPTIMASI PEMISAHAN KULIT DAN NIB KAKAO PASCA PENYANGRAIAN DENGAN MESIN PEMISAH TIPE PISAU PUTAR (Rotary Cutter) SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

IMPLEMENTASI GMP (Good Manufacturing Practice) PADA PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan dari kebun-kebun sempit milik petani yang menjadi salah satu pilar

STEVIA ISSN No Vol. I No. 01-Januari 2011

A. BIOLOGI TANAMAN KAKAO

Jurnal Agribisnis Vol 19 No. 2 Desember 2017 ISSN P: ISSN O:

UJI VARIASI SUHU PENGERINGAN BIJI KAKAO DENGAN ALAT PENGERING TIPE KABINET TERHADAP MUTU BUBUK KAKAO SKRIPSI

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

III. BAHAN DAN METODE

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat. (20,2%) dengan persentasi 13,6% (BPS, 2011).

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN ALTERNATIF STANDAR PENGUJIAN ORGANOLEPTIK PASTA KAKAO (KAJIAN PENAMBAHAN GULA DAN AIR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

BAB I PENDAHULUAN. disimpan cukup lama sebelum diproduksi. Biji kakao yang dihasilkan dari

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry.

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

MUTU BIJI KAKAO LINDAK PADA BERBAGAI LAMA WAKTU FERMENTASI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KAKAO PELATIHAN FASILITATOR UTAMA DI JEMBER. Edy Suharyanto, STP, MP

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

STUDI TENTANG ASAM ASETAT DAN ASAM LAKTAT YANG DIHASILKAN SELAMA PROSES FERMENTASI PELURUHAN BUAH KAKAO

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO. Ketua : Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Herdradjat Natawidjaya

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

Oleh FITRIANSYAH NIM

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk.,

Kinerja Alat Kempa Hidrolik Sistem Terputus Untuk Proses Ekstraksi Lemak Kakao

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PROSES PENGOLAHAN PERMEN COKELAT DAN BUBUK COKELAT DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA (PPKKI) JEMBER-JAWA TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dairi merupakan salah satu daerah

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. jumlah produksi sebesar ton per tahunnya. Biji kakao di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi untuk meningkatkan devisa negara sehingga banyak

MUTU BIJI KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING ABSTRAK

":1 ",_,.!.\.,~,. ""~J ;)"'" BABI PENDAHULUAN. Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI JAHE DAN REMPAH PADA PEMBUATAN SIRUP KOPI

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin

PERBAIKAN MUTU BUBUK KAKAO MELALUI PROSES EKSTRAKSI LEMAK DAN ALKALISASI

POTENSI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KAKAO DARI PENGOLAHAN BIJI KAKAO KERING DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Oleh : Ispinimiartriani 1)

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

Manajemen Sortasi dan Pemecahan Buah Kakao (Theobroma cacao L.) di Jawa Tengah. Management of Handling Cocoa Pod (Theobroma cacao L.

Karakteristik Biji Kakao Hasil Fermentasi Kapasitas Kecil dengan Jenis Wadah dan Lama Fermentasi yang Berbeda

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DINAS PERKEBUNAN PROVINSI UPTD TEKNOLOGI TERAPAN PERKEBUNAN (UPTD T2P) KALIMANTAN TIMUR. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut

Ditulis oleh Didik Yusuf Selasa, 28 September :03 - Update Terakhir Selasa, 28 September :28

II. TINJAUAN PUSTAKA. negara serta penghasilan petani kakao. Produksi biji kakao di Indonesia secara

PENDAHULUAN Latar Belakang

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

PENGOLAHAN BUAH LADA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

Kue atau yang disebut juga cake merupakan produk bakery yang banyak diminati masyarakat. Dalam membuat kue, ada tiga faktor yang sangat menentukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

Transkripsi:

Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 173-178 ISSN 1411-0172 PENGKAJIAN PENGOLAHAN BIJI KAKAO GAPOKTAN LINTAS SEKAYAM SANGGAU KALIMANTAN BARAT ASSESSMENT OF CACAO SEEDS OF GAPOKTAN AT LINTAS SEKAYAM SANGGAU WEST KALIMANTAN ABSTRACT Azri 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat The problems found at cacao farmers is low quality of cacao seeds produced by farmers. Cacao seeds price at farmers level in 2013 is IDR 800 per kg. Expected by implementing technology cacao seeds be processed products such as cocoa powder can increase added value for cacao farmers. From aspect of expected processing most cacao must fermented with Indonesian cacao quality standard requirements in accordance with SNI 01-2323-2002 so that quality of cacao Indonesia can be accepted in international market. Cacao seeds done after fermented cacao seeds for three up to six days and then final selection of seeds will be used for making materials processed products cacao fruit. Ingredients cacao seeds obtained from results of cacao farmers Sotok village sub-sanggau Sekayam. Cacao seeds done cacao processing plant Gapoktan Lintas Sekayam. Assessment is done using cacao seeds into form of cacao products: fat cacao, pasta and cocoa powder, to test processed products cacao seeds form level of water and level of fat in accordance with standard of SNI. Based on results shows that cacao seeds product research conducted by Gapoktan Lintas Sekayam not meet standard of SNI because still high level of water cacao seeds so that quality of end product is low. Key-words: quality, seeds, cacao INTISARI Permasalahan yang dijumpai petani kakao adalah rendahnya mutu biji kakao yang dihasilkan petani. Harga biji kakao di tingkat petani pada tahun 2013 adalah Rp 800 per kg. Diharapkan dengan menerapkan teknologi pengolahan biji kakao berupa produk olahan, seperti bubuk kakao, dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani kakao. Dari aspek pengolahan diharapkan sebagian besar kakao bisa difermentansi dengan persyaratan standar mutu kakao Indonesia sesuai dengan SNI 01-2323-2002, sehingga mutunya dapat diterima di pasar internasional. Pengolahan biji kakao dilakukan setelah biji kakao difermentasi selama tiga sampai enam hari, kemudian dilakukan seleksi biji yang akan digunakan untuk bahan pembuatan produk olahan buah kakao. Bahan biji kakao diperoleh dari hasil panen petani kakao Desa Sotok Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau. Pengolahan biji kakao dilakukan pabrik pengolahan kakao Gapoktan Lintas Sekayam. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan pengolahan biji kakao menjadi produk kakao berupa: lemak kakao, pasta, dan bubuk kakao, untuk menguji produk olahan biji kakao berupa kadar air dan kadar lemak sesuai dengan standar SNI. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa produk pengolahan biji kakao yang dilakukan oleh Gapoktan Lintas Sekayam belum memenuhi standar SNI karena masih tingginya kadar air biji kakao, sehingga mutu produk yang dihasilkan rendah. Kata kunci: kualitas, biji, kakao 1 Alamat penulis untuk korespondensi: Azri. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat Jalan Budi Utomo, 45 Siantan Hulu Pontianak, HP 085249894617 email: azrisaja@yahoo.co.id

174 Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 173-178 PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan Kalimantan Barat di samping komoditas unggulan perkebunan lainnya, seperti karet, kelapa, kelapa sawit, dan lada. Komoditi ini banyak diusahakan oleh para petani kebun di wilayah perbatasan, namun hasilnya relatif rendah, yaitu produktivitas rata-ratanya hanya mencapai 0,56 ton yang umumnya didominasi oleh tanaman tua. Luas tanaman kakao rakyat di Kalimantan Barat adalah 8.514 ha, sekitar 40 persen diantaranya diusahakan oleh para petani di wilayah perbatasan, antara lain di Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau (Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat 2006). Tanaman kakao berkembang di Kabupaten Sanggau, Kabupaten Bengkayang, dan Kota Singkawang. Sampai akhir tahun 2007, produksi kakao mencapai 2.038 ton dengan luas tanam 9.322 ha (BPS 2008). Kabupaten Sanggau merupakan sentra produksi kakao Provinsi Kalimantan Barat. Tanaman coklat ini dibudidayakan pada kawasan perbatasan negara Malaysia. Hasil observasi dan wawancara dengan petani menunjukkan permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya mutu dan kualitas biji kakao yang dihasilkan petani. Harga biji kakao di tingkat petani pada tahun 2012 adalah Rp 800 per kg. Diharapkan dengan menerapkan teknologi pengolahan biji kakao, berupa produk olahan seperti bubuk dan panganan kakao, dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani kakao. Dari aspek pengolahan diharapkan sebagian besar kakao bisa difermentansi dengan persyaratan standar mutu kakao Indonesia sesuai dengan SNI 01-2323-2002, sehingga mutu kakao Indonesia dapat diterima di pasar internasional (BSN kakao 2008). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas produk pengolahan buah kakao di tingkat petani. METODE Penelitian dilaksanakan di pabrik pengolahan kakao milik Gapoktan Lintas Sekayam Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan September sampai dengan Desember 2014. Pengolahan biji kakao dilakukan setelah biji kakao difermentasi selama tiga sampai enam hari, kemudian dilakukan seleksi biji yang akan digunakan untuk bahan pembuatan produk olahan buah kakao. Bahan biji kakao diperoleh dari hasil panen petani Desa Sotok Kcamatan Sekayam Kabupaten Sanggau. Pengolahan biji kakao dilakukan oleh pabrik pengolahan kakao Gapoktan Lintas Sekayam. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan 20 kg biji kakao yang telah difermentasi. Pengolahan biji kakao menjadi produk kakao berupa: lemak kakao, pasta, dan bubuk kakao. HASIL DAN PEMBAHASAN Produk Olahan Kakao. Pengkajian pengolahan biji kakao yang dilakukan berupa produk olahan pasta, lemak. dan bubuk kue cokelat. Produk olahan yang diperoleh berupa: Pasta. Pasta cokelat atau cocoa liquor dibuat dari biji kakao kering melalui beberapa tahapan proses sehingga biji kakao yang semula padat menjadi bentuk cair atau semi-cair.

Pengkajian Pengolahan Biji Kakao (Azri) 175 Biji kakao hasil fermentasi yang sudah terseleksi Masukan ke dalam mesin penyangrai pada suhu 100-120 C selama ± 45 menit Masukkan ke dalam blawer untuk mendinginkannya Pisahkan kulit biji dengan biji Daging biji (NIB) masukkan ke dalam mesin pemasta Kulit biji (dibuang atau dijadikan pupuk organik ) Hasil pasta dimasukkan ke dalam mesin pengempaan sehingga didapatkan: Lemak kakao Bubuk Coklat Pasta cokelat dapat diproses lebih lanjut menjadi lemak dan bubuk cokelat. Mulamula, pecahan nib hasil penyangraian dilumatkan (dihaluskan) dengan menggunakan mesin pelumat tipe silinder atau pemasta kasar menghasilkan pasta kasar, kemudian dapat diikuti dengan pelumatan lanjut menggunakan silider berputar atau refiner sampai diperoleh pasta cokelat dengan kehalusan tertentu. Lemak cokelat. Lemak cokelat atau cocoa butter merupakan lemak nabati alami yang mempunyai sifat unik, yaitu tetap cair pada suhu di bawah titik bekunya, sehingga pabrik makanan cokelat perlu menggunakan teknik tempering khusus untuk mengubah struktur kristal lemak cokelat sedemikian rupa agar lemak tetap padat meskipun sudah mencapai titik lelehnya, yaitu 34 hingga 35 0 C. Lemak cokelat mempunyai warna putih kekuningan dan berbau khas cokelat. Lemak cokelat dikeluarkan dari pasta

176 Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 173-178 cokelat dengan cara dikempa atau dipres. Mula-mula pasta kakao dimasukkan ke dalam alat kempa hidrolis yang memiliki dinding silinder yang diberi lubang-lubang sebagai penyaring. Cairan lemak akan ke luar melewati lubang-lubang tersebut, sedangkan bungkil cokelat sebagai hasil sampingnya akan tertahan di dalam silinder. Gambar 1. Pengolahan Kakao menjadi pasta coklat Gambar 2. Mesin Pembuat Bubuk Coklat Bubuk cokelat. Bubuk cokelat atau cocoa powder diperoleh melalui proses penghalusan bungkil (cocoa cake) hasil pengempaan. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, setelah penghalusan perlu dilakukan pengayakan. Bubuk cokelat relatif sulit dihaluskan dibandingkan bubuk atau tepung dari biji-bijian lain karena adanya kandungan lemak. Lemak yang tersisa di Gambar 3. Bungkil coklat sebagai bubuk coklat dalam bubuk mudah meleleh akibat panas gesekan pada saat dihaluskan sehingga menyebabkan komponen alat penghalus bekerja tidak optimal. Pada suhu yang lebih rendah dari 34 0 C, lemak menjadi tidak stabil menyebabkan bubuk mudah menggumpal dan membentuk bongkahan (lump).

Pengkajian Pengolahan Biji Kakao (Azri) 177 Tabel 1. Kandungan Kimia Hasil Olahan Kakao Kecamatan Sekayam Jenis Olahan Kadar Air Standar SNI Kadar Lemak Standar SNI Pasta Kakao 7 % Maks 5 % > 60% 40-45 % Bubuk Kakao 7 % Maks. 5 % 25-35 % 10-22 % Lemak Kakao 0.07-0,09 % 0,05-0,10 % 80-86 % > 95 % Berdasakan hasil analisis (tabel 1) ternyata pengolahan buah kakao yang dilakukan oleh Gapoktan Lintas Sekayam berupa pasta kakao memiliki kadar air dan kadar lemak lebih tinggi, yaitu tujuh persen dan lebih dari 60 persen, hal ini belum memenuhi standar SNI, yaitu lima persen dan 40 hingga 45 persen. Adapun produk kakao berupa bubuk dan lemak kakao memiliki kadar air dan kadar lemak lebih tinggi, juga belum memenuhi standar SNI. Tingginya kadar air pada buah kakao ini dapat disebabkan karena sebagian besar petani menggunakan metode sederhana, yaitu melakukan proses fermentasi selama satu sampai dengan tiga hari di dalam karung plastik dengan cara pembalikan dilakukan setiap hari dengan cara menggulingkan karung. Kemudian petani menyimpan biji hasil panen di dalam kantong plastik selama dua sampai dengan tiga hari sebelum dijual ke pedagang pengumpul. Pada umumnya petani kakao melakukan proses fermentasi dengan sarana dan metode yang beragam sehingga mutu produk akhir yang dihasilkan rendah dan tidak konsisten. Selain itu, tingginya kemasaman biji kakao rakyat disebabkan oleh tebalnya kandungan pulpa yang menyelimuti biji kakao basah. Biji kakao tanpa atau kurang fermentasi biasanya memiliki warna permukaan biji yang bagus, tetapi citarasa cokelatnya sangat rendah disertai cacat citarasa bitter dan stringent. Biji slaty (warna ungu agak keabuanabuan) umumnya dihasilkan dari proses fermentasi yang terlalu singkat (kurang dari tiga hari), sedang biji rapuh dan berbau kurang sedap atau kadang berjamur adalah produk dari proses fermentasi yang terlalu lama (lebih dari lima hari). Biji kakao berjamur atau hitam tidak memiliki citarasa cokelat yang baik, dan disertai cacat citarasa musty, mouldy atau earthy. Biji dengan waktu fermentasi tepat lima hari mempunyai warna belahan coklat agak tua dan tekstur berongga. Sebaliknya, biji slaty mempunyai tekstur pejal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji kakao tanpa fermentasi atau pseudo-fermentasi tidak menghasilkan aroma khas cokelat dan memiliki rasa sepat dan pahit yang berlebihan (Widyotomo 2001). Standar Prosedur Operasional penanganan biji kakao di tingkat petani, pedagang pengumpul, dan eksportir untuk fermentasi biji kakao menggunakan kotak kayu, keranjang bambu atau biji kakao ditumpuk dengan karung dengan tinggi 40 cm, lebar 30 cm diaduk dengan cara membolak-balikkan. Sri Mulato et al (2005) melaporkan bahwa berat biji kakao basah, jenis proses fermentasinya sebaiknya tidak kurang dari 40 kg dan ketebalan pemeramannya 40 cm. Hal ini terkait dengan kemampuannya untuk menghasilkan panas yang cukup agar proses fermentasi berjalan dengan baik. Jadi semakin banyak biji yang difermentasi,

178 Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 173-178 potensi produksi panas juga semakin besar. Lebih lanjut Sulistyowati & Sunaryo (1988) melaporkan bahwa fermentasi dinilai berhasil apabila pernah mencapai suhu 44 O C paling tidak selama enam jam. Sri Mulato et al (2005) melaporkan bahwa berat biji kakao basah jenis lindak untuk proses fermentasinya sebaiknya tidak kurang dari 40 kg dan ketebalan pemeramannya 40 cm. Hal ini terkait dengan kemampuan untuk menghasilkan panas yang cukup agar proses fermentasi berjalan dengan baik. Jadi semakin banyak biji yang difermentasi, maka potensi produksi panas juga semakin besar. Lebih lanjut Sulistyowati & Sunaryo (1988) melaporkan bahwa fermentasi dinilai berhasil apabila pernah mencapai suhu 44 O C paling tidak selama enam jam. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa produk pengolahan biji kakao yang dilakukan oleh Gapoktan Lintas Sekayam belum memenuhi standar SNI karena masih tingginya kadar air biji kakao, sehingga mutu produk akhir yang dihasilkan rendah. DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 2323-2008. Biji Kakao. Badan Standarisasi Nasional Biro Pusat Statistik. 2009. Berita Resmi Statistik. Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Barat. Pontianak. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. http://ditjenbun@deptam/go.id. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Pedoman Teknis Daerah. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian Dinas Perkebunan Kalimantan Barat. 2005. Laporan Perkembangan dan Realisasi Tanaman kakao mendukung GERNAS Kakao di Kalimantan Barat. Sri Mulato; S. Widyotomo; Misnawi & E. Suharyanto (2005). Petunjuk Teknis Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kakao. Bagian Proyek Penelitian dan Pengembangan Kopi dan Kakao, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember Widyotomo, S.; Sri Mulato & Yusianto 2001. Karakteristik biji kakao kering hasil Pengolahan dengan metode fermentasi dalam karung plastik. Pelita Perkebunan, 17, 72-84.