BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah character strength

Studi Deskriptif Mengenai Kekuatan Karakter (Character Strength) pada Relawan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandung

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. United Nations Drugs Control Programee (UNDPC), saat ini kurang lebih 200 juta

Studi Deskriptif Mengenai Profil Kekuatan Karakter Pada Mahasiswa Hafidz Qur an di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. sama halnya yang dikemukakan oleh Purdi E. Chandra yang merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. Berdasarkan UU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu bidang kajian dalam Psikologi Positif. Teori Kekutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada Character Strengths untuk bertahan di lingkungan yang

Studi Deskriptif Mengenai Character Strength pada Perawat di RS. Muhammadiyah Kota Bandung

Studi Deskriptif Mengenai Character Strength Pada Guru Di Sekolah Menengah Pertama Terbuka Cibeunying Kidul Kota Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Character strength) yang merupakan salah satu bidang kajian Psikologi Positif.

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

Studi Deskriptif Character Strength Suami dengan Istri Pasca Stroke di RSAI Bandung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asosiasi Psikologi Amerika, Martin Seligman, ilmu psikologi hanya mampu

BAB II LANDASAN TEORI. Virtue merupakan karakter utama atau disebut human goodness yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan. Terjadi kekosongan (emptiness) karena anak-anak sudah

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Character Strength Orang Tua dari Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Pendidikan memiliki

BAB II LANDASAN TEORI. human goodness yang ditampilkan melalui caharcter strength dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. dalam keorganisasian itu sudah menjadi keharusan. Tidak dapat dipungkiri

CHARACTER STRENGTH PADA ATLET PENYANDANG TUNA DAKSA DI NPCI KOTA BANDUNG. Abstrak

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Pembentukan Karakter dan Kaitannya dengan Pendidikan

KEKUATAN KARAKTER DAN KEBAJIKAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Hubungan antara Character Strength dengan Komitmen Organisasi pada Guru Honorer di SLB Negeri Cinta Asih Soreang

BAB 1 PENDAHULUAN. Multi Level Marketing (MLM). Perusahaan Multi Level Marketing (MLM)

BAB I PENDAHULUAN. Indera penglihatan merupakan salah satu potensi vital yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai masalah hukum, semakin banyak orang yang. melakukan tindak pidana. Tindak pidana memang tidak akan pernah musnah

PROFIL KEKUATAN KARAKTER DAN KEBAJIKAN PADA MAHASISWA BERPRESTASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kajian Psikologi Positif, teori Strenght of Character ini terdapat dalam buku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah dan Aliran-Aliran. Psikologi. Psikologi Positif. Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. Psikologi. Psikologi. Modul ke: Fakultas.

Hubungan Kekuatan Karakter dengan Komitmen Kerja pada Guru di TK dan SD Bakti Asih Bandung

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dari golongan ekonomi kelas atas saja, tapi juga sudah masuk kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB II TINJAUAN TEORETIS

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Caring. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari sejarah

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

Hubungan Character Strength dengan Employee Engagement pada Kelompok Kerja Reporter Stasiun RRI Bandung

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Presiden No. 246 Tahun 1963 menjadikan PMI sebagai satu-satunya

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

Ciri dan Watak Wirausaha

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara. PUSDIKMIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

PERBEDAAN KEKUATAN KARAKTER (CHARACTER STRENGTHS) NARAPIDANA PADA TINDAK PIDANA KRIMINAL DAN NARKOTIKA DI LAPAS KELAS II A PEMUDA TANGERANG.

KEPEMIMPINAN KEPERCAYAAN

BAB I KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTER

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara. Makna karakter yang dikemukakan oleh Thomas Lickona

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur

Transkripsi:

13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Kekuatan Karakter menurut Peterson dan Seligman (2004). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran Kekuatan Karakter pada staf pendamping mantan pecandu narkoba di Rumah Damping Bandung. Kekuatan Karakter menurut Peterson dan Seligman (2004) lebih unggul dalam menjelaskan karakter baik yang mengarahkan individu pada pencapaian tujuan atau trait positif yang terefleksi dalam pikiran, perasaan dan tingkah laku. Serta teori kekuatan karakter yang ada saat ini hanya baru ada dari Peterson dan Seligman (2004). Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan Kekuatan Karakter dari Peterson dan Seligman (2004) untuk penelitian ini. 2.2 Psikologi Positif Psikologi positif adalah studi ilmiah tentang kebahagiaan manusia (human happines). Sheldon, Frederickson, Rathunde, Csikszentmihalyi, dan Haidt (2000) mendefinisikan psikologi positif sebagai studi ilmiah tentang berfungsinya manusia

14 secara optimal. Tujuannya adalah untuk menemukan dan mempromosikan faktorfaktor yang memungkinkan individu-individu, komunitas-komunitas, dan masyarakat-masyarakat untuk tumbuh dan berkembang pesat. Sejarah psikologi sebagai ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa bidang studi ini secara mendasar terkonsentrasi pada penyakit mental bukan pada kemaslahatan mental. Program-program penelitian dan model-model aplikasi selalu menjurus pada bagaimana manusia berbuat salah atau tidak dan bukan pada bagaimana mereka berbuat benar (Compton, 2005). Pada umumnya, Psikologi positif menggunakan teori psikologi, penelitian, dan teknik-teknik intervensi untuk memahami pemenuhan emosional unsur-unsur positif, adaptif, dan kreatif dari perilaku manusia. Psikologi Positif adalah cabang dari ilmu psikologi yang memperhatikan aspek kekuatan individu dibandingkan kelemahannya, minat individu dalam membangun yang terbaik dalam hidup dibandingkan memperbaiki kesalahannya, dan lebih memperhatikan bagaimana individu dapat memenuhi kehidupan sebagai orang normal dibandingkan dengan bagaimana cara menyembuhkan individu yang menderita suatu gangguan (Saligman, 2002). 2.2.1 Dimensi Psikologi Positif Untuk mengembangkan bakat dan membuat kehidupan manusia yang lebih memuaskan, psikologi positif berfokus pada tiga area pengalaman manusia yang dapat membantu mendefinisi ruang lingkup dan orientasi perspektif psikologi positif. Ketiga area tersebut adalah :

15 1) Pada tahap subjektif, psikologi positif melihat keadaan positif subjektif atau emosi positif seperti kebahagiaan, kesenangan, kepuasan hidup, relaksasi cinta, intimasi, dan kepuasan secara umum. Keadaan positif yang subjektif termasuk juga pikiran-pikiran yang konstruktif tentang diri dan masa depan, seperti optimisme dan harapan. Keadaan positif yang subjektif dapat juga termasuk perasaan-perasaan bertenaga, vitalitas, dan percaya diri, atau efekefek emosi positif misalnya tertawa. 2) Pada tahap individual, psikologi positif berfokus pada bidang studi sifat-sifat individual yang positif, atau pola-pola perilaku yang lebih bertahan dan tetap pada manusia dengan berjalannya waktu. Studi ini termasuk trait-trai individual seperti keberanian, persistence, kejujuran, atau kebijaksanaan. Dengan demikian, psikologi positif termasuk studi tentang perilaku-perilaku positif dan sifat-sifat secara historis dapat digunakan untuk mendefinisi kebajikan dan kekuatan-kekuatan karakter. Psikologi positif juga mencakup kemampua untuk mengembangkan sensibilitas estetik atau menggali potensi kreatif dan dorongan untuk mengejar kesempurnaan. 3) Tahap kelompok atau masyarakat, psikologi positif berfokus pada perkembangan, pembentukan, dan pemeliharaan institusi positif. Pada area ini, psikologi positif berhubungan dengan isu-isu seperti perkembangan kebajikan madani, pembentukan keluarga sehat, studi tentang lingkunganlingkungan kerja yang sehat, dan komunitas-komunitas sehat. Psikologi positif dapat juga terlibat dalam penyelidikan tentang bagaimana institusi

16 institusi dapat bekerja dengan lebih baik untuk mendukung dan mengembangkan semua warga yang terkait. Melihat pemaparan diatas maka fokus pada psikologi positif adalah studi ilmiah tentang berfungsinya manusia secara lebih baik dan perkembangannya yang pesar; juga pada area-area berbeda, seperti secara biologis, pribadi, relasional, institusional, budaya, dan global (Seligman & Csikszentmihalyi, 2000). 2.2.2 Kekuatan Karakter dan Kebajikan Peterson dan Seligman, (2004) memperkenalkan kekuatan karakter (character strength) sebagai salah satu bidang kajian dalam psikologi positif. Kekuatan karakter adalah trait positif yang terdiri dari karakter yang baik. Karakter yang baik adalah kualitas dari individu yang membuat individu tersebut dipandang baik secara moral ( Park & Peterson, 2009). Karakter positif tersebut dapat dilihat dari perasaan, pemikiran, dan perilaku individu (Peterseon & Seligman, 2004; Park & Peterson, 2009). Peterson dan Seligman membuat Values in Action (VIA), sebagai klasifikasi dari 24 kekuatan karakter yang tersebar dalam enam kebajikan (virtues) (Peterson & Seligman, 2004). Klasifikasi ini membedakan antara tiga level konseptual : 1. Kebajikan (virtues) adalah karakteristik utama yang dihargai oleh filsuf moral dan pemikir religius. Kebajikan bersifat universal yang diyakini terus berkembang secara biologis dalam proses evolusi. Kebajikan dikumpulkan

17 dari berbagai pemahaman mengenai filsafat dan agama dari seluruh dunia (Seligman, 2004). 2. Kekuatan karakter (character strength) adalah proses dan mekanisme psikologis yang mendefinisikan kebajikan (virtues) atau membentuk jalan yang lain dalam menampilkan kebajikan. Kekuatan karakter adalah trait positif yang terdapat dalam individu. 3. Tema situasional adalah perilaku spesifik yang muncul dalam situasi khusus saja. Tema situasional berbeda dengan kekuatan karakter yang menetap, tema situasional hanya muncul pada situasi spesifik. Seligman (2002) juga memperkenalkan istilah kekuatan khas (signature strength), yang merupakan karakteristik khas seorang individu. Menurut Seligman, individu dapat mencapai keberhasilan dan kepuasan emosional yang terdalam dengan menggunakan dan mengembangkan kekuatan khas dalam kehidupan sehari-hari, daripada berusaha amat keras untuk memperbaiki kelemahan. Kekuatan khas dapat dikatakan sebagai kekuatan yang disadari dan sering ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Kekuatan-kekuatan khusus atau signature strength adalah trait-trait pribadi yang diasosiasikan dengan kebajikan-kebajikan khusus yang didefinisikan di dalam Values In Action Classification of Strength ( Peterson dan Seligman, 2004). Penggunaan Kekuatan Khas akan membuat perasaan senang dan lebih siap dalam menghadapi aktivitas, Perkembangan buku Character Strength and Virtues (CSV) mewakili percobaan pertama di dalam komunitas penelitian untuk mengenali dan mengklarifikasi trait-trait psikologis positif manusia. Seperti Diagnostic and

18 Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) di dalam psikologi umum, Character Strength and Virtues menyediakan dasar teoritis untuk membantuk perkembangan aplikasi praktis bagi psikologi positif. Ini dapat dikenal sebagai Manual of the Sanities atau manual bagi yang sehat mental. Character Strength and Virtues terdiri atas enam kategori kebajikan (core virtues), yang terdiri atas dua puluh empat kekuatan karakter ( character strength) yang dapat diukur. c. Pengorganisasian Kekuatan Karakter dan Kebajikan Peterson dan Seligman (2004) membagi 6 kebajikan yang terdiri atas 24 kekuatan karakter (character strength) sebagai berikut : 1. Kearifan dan Pengetahuan (Wisdom and Knowledge) : Kebajikan ini merupakan kebajikan yang berkaitan dengan fungsi kognisi, yaitu bagaimana individu memperoleh kemahiran dalam penggunaan pengetahuan dan wawasan. Kebajikan ini meliputi lima kekuatan karakter yaitu : 1. Kreativitas (Creativity) : Kreativitas mengarahkan individu untuk mencapai tujuannya dengan cara yang baru, unik, dan orisinil. Ide yang di keluarkan bersifat adaptif dan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi diri sendiri maupun orang lain. 2. Keingintahuan (Curiosity) : Keingintahuan berkaitan dengan rasa ingin tahu seseorang yang mengarah pada munculnya keterbukaan pada hal-hal yang baru, topik yang baru, dan pengalaman-pengalaman yang bervariasi dan menantang. Rasa ingin tahu mengarahkan individu untuk bersikap terbuka

19 dan fleksibel pada hal-hal baru. Individu yang memiliki keingintahuan akan secara aktif mencari informasi dan merasa puas bila berhasil memperoleh jawaban atas berbagai pertanyaan, dan mendapat pengalaman baru. 3. Keterbukaan pikiran (Open-mindedness) : Individu dengan kekuatan karakter ini akan berpikir secara menyeluruh dan memandang suatu hal dari berbagai sisi atau mempertimbangkan berbagai bukti yang ada sehingga tidak serta merta meloncat pada suatu kesimpulan. Individu akan secara aktif mengumpulkan bukti-bukti atau informasi untuk melakukan penilaian secara objektif untuk membuat suatu keputusan, sehingga tidak terjadi bias dan mampu meyakini sesuatu setelah mendapatkan bukti-bukti yang objektif. 4. Kecintaan belajar (Love of learning): Kekuatan karakter ini mengarahkan individu untuk selalu mempelajari hal-hal yang baru untuk mengembangkan keterampilan atau memperkaya pengetahuan yang dimilikinya. Individu yang mempunyai kecintaan belajar akan merasakan emosi yang positif apabila telah dapat memperoleh keterampilan atau informai baru dan mempelajari sesuatu yang sama sekali baru baginya. Individu menganggap belajar sebagai suatu tantangan dan berusaha untuk belajar dengan cara apapun selama ada kesempatan. 5. Perspektif (Perspective) : Perspektif memungkinkan individu untuk memandang dunia secara holistik, sehingga dapat memahami diri dan orang lain. Individu mampu menyadari keterbatasan atau kelemahan dan kekuatan diri. Kekuatan ini digunakan untuk mencapai kesejahteraan individu dan orang lain. Dalam mengambil keputusan, individu akan mempertimbangkan

20 baik perasaannya maupun rasionalitasnya. Individu dengan kekuatan hal ini mempunyai kebutuhan yang kuat untuk berkontribusi terhadap lingkungan dan kehidupan orang lain, memikirkan kebutuhan orang lain, serta mendengarkan orang lain. 2. Keteguhan hati (Courage) : Keteguhan hari merupakan kebajikan yang melibatkan dorongan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan. Walaupun terdapat banyak rintangan, baik eksternal maupun internal, namun individu tetap termotivasi berjuang untuk mencapai tujuan. Kekuatan emosi yang melibatkan kemampuan dalam menuntaskan suatu tujuan dan dihadapkan pada perlawanan atau pertentangan baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri. Keteguhan hati terdiri dari empat kekuatan karakter yaitu : 1. Keberanian (Bravery) : Dengan adanya keberanian, individu tidak akan mundur meskipun menerima ancaman, tantangan, kesulitan ataupun rasa sakit dalam mencapai tujuannya. Sebagai contoh, individu berani mengatakan atau melakukan sesuatu yang benar, meskipun itu tidak populer. Individu juga mampu bertahan dari tekanan kelompok (peer preasure) untuk menerima pandangan moral tertentu yang tidak sesuai dengan pandangannya sendiri. Dengan kata lain, individu berani melakukan sesuatu yang memang perlu dilakukannya dengan mengesampingkan rasa sakit. 2. Ketekunan (Persistence) : Individu dengan kekuatan karakter ini akan selalu menyelesaikan segala sesuatu yang telah dimulainya, meskipun menghadapi berbagai tantangan. Individu akan mengambil tantangan untuk mengerjakan proyek atau tugas yang sulit dan menyelesaikannya. Walaupun tekun dalam

21 mengerjakan sesuatu, individu dengan kekuatan ini tetap fleksibel, realistis, dan tidak perfeksionis. 3. Integritas (Integrity) : Kekuatan karakter ini mengacu pada kejujuran dan kemampuan untuk menampilkan diri apa adanya (genuine), tanpa kepurapuraan. Kata integrity berasal dari bahasa latin integritas yang berarti keseluruhan yang mengandung makna bahwa tingkah laku yang ditampilkan selalu konsisten dengan nilai-nilai yang dianut, memperlakukan orang lain dengan perhatian penuh, sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan membantu orang lain berdasarkan kebutuhannya. Dengan kata lain, individu juga memiliki rasa tanggung jawab terhadap pikiran dan perasaan orang lain atas perbuatan yang telah dilakukannya. 4. Vitalitas (Vitality) : Vitalitas mengacu pada gairah dan antusiasme dalam menjalani segala aktivitas. Individu dengan kekuatan karakter ini tampil sebagai pribadi yang enerjik, gembira, penuh semangat, dan aktif. Vitalitas berkaitan dengan kesehatan fisik dan fungsi tubuh yang optimal, misalnya tidak mudah lelah dan jatuh sakit. Sedangkan secara psikologis, vitalitas mencerminkan kemauan untuk mengerjakan sesuatu. Individu yang memiliki vitalita cenderung lebih mudah menghadapi ketegangan psikologis, konflik, dan stressor. 3. Perikemanusiaan dan Cinta kasih (Humanity and love) : Perikemanusiaan dan cinta kasih melibatkan hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain, yang mencakup mempedulikan dan memperhatikan orang lain. Kebajikan ini meliputi tiga kekuatan karakter, yaitu

22 1. Cinta (Love) : Cinta melibatkan hubungan dengan orang lain, saling berbagi dan memperhatikan, serta mencoba untuk dekat dengan orang lain. Dalam hal ini, cinta terbatas pada hubungan timbal-balik, misalnya hubungan romantis dan hubungan antara orang tua dan anak. Individu dengan kekuatan karakter ini memandang pentingnya hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain. Kekuatan ini ditandai dengan adanya keinginan untuk memberi bantuan kepada orang lain dan memberi rasa nyaman. Kekuatan karakter ini juga melibatkan emosi poitif yang kuat, komitmen yang tinggi, dan rasa pengorbanan. 2. Kebaikan hati (Kindness) : Kekuatan karakter ini mengacu pada keinginan yang kuat untuk bersikap baik dan memberikan bantuan kepada orang lain secara sukarela. Empati dan simpati adalah komponen yang penting dalam kebaikan hati. Individu yang memiliki kebaikan hati tidak pernah terlalu sibuk untuk membantu orang lain yang membutuhkan, baik yang telah dikenalnya maupun dengan yang belum dikenalnya, misalnya berdiri untuk memberi kursi kepada orang yang lebih tua di kereta. 3. Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) : Kecerdasan sosial adalah pengetahuan yang berkaitan dengan diri sendiri dan orang lain. Dalam hal ini, individu mampu menyadari motivasi dan perasaan orang lain serta mampu memberi respons yangbaik dan tepat pada orang lain. Selain itu, ia juga memiliki kesadaran akan perasaannya sendiri, mampu mengolah iinformai yang bersifat emosional dengan baik, dan mampu menggunakannya untuk menuntun perilaku. Meski kekuatan ini dinamakan kecerdasan social, namun

23 kekuatan ini sebenarnya juga mencakup kecerdasan emosional (emotional intelligence) dan kecerdasan personal (personal intelligence). Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk menggunakan informasi emosi dalam melakukan penalaran. Kecerdasan personal mengacu pada ketepatan dalam memahami diri dan menilai diri, termasuk kemampuan untuk memahami motivasi, emosi dan dinamika internal. Sedangkan kecerdasan sosial berkaitan dengan hubungan individu dengan orang lain, seperti keintiman dan kepercayaan. 4. Keadilan (Justice) : Keadilan berkaitan dengan interaksi antara beberapa individu yang ada dalam kelompok dengan kelompok itu sendiri. Keadilan melandasi kehidupan yang sehat dalam suatu masyarakat. Dalam kebajikan ini, terdapat tiga kekuatan karakter, yaitu:. 1. Keanggotaan dalam kelompok (Citizenship) : Kekuatan karakter ini mengacu pada kemampuan individu untuk bekerja keras sebagai anggota suatu kelompok, setia pada kelompok, dan melaksanakan kewajiban sebagai anggota kelompok. Dengan kata lain, individu mengidentifikasikan diri sebagai anggota kelompok. Individu menyadari kewajibannya, mengutamakan kepentingan atau tujuan kelompok daripada kepentingan atau tujuan pribadi, dan secara sukarela mau mengerjakan tugasnya sebagai anggota kelompok demi kesuksesan bersama. 2. Keadilan dan Persamaan (Fairness) : Individu dengan kekuatan karakter ini akan memperlakukan orang lain secara sama, tidak membeda-bedakan. Individu tidak akan membiarkan perasaannya mempengaruhi pandangannya

24 terhadap orang lain. Individu memberi setiap orang kesempatan yang sama untuk berusaha dan menerapkan sanksi yang sama pula sesuai dengan kesalahan masing-masing, termasuk kepada orang yang tidak disukai. 3. Kepemimpinan (Leadership) : Kepemimpinan mengarahkan individu untuk menjadi pemimpin yang baik. Individu dapat mengorganisasikan aktivitas dalam kelompok dan memastikan bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik. Selain itu, individu juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi anggota dalam kelompoknya, yang pada akhirnya dapat mendorong anggota kelompok untuk melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan dan menciptakan hubungan interpersonal serta moral yang baik pula. 5. Kesederhanaan (Temperance) : Kebajikan ini mengarahkan individu untuk berpikir sebelum bertindak, untuk menghindari akibat buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari karena tindakannya tersebut. Terdapat empat kekuatan karakter dalam kebajikan ini, yakni: 1. Memaafkan (Forgiveness and mercy) : Individu dengan kekuatan karakter ini mampu memaafkan orang lain yang melakukan kesalahan atau bersikap buruk kepadanya. Ia dapat melupakan pengalaman buruk di masa lalunya, tanpa paksaan dari orang lain. 2. Kerendahan hati (Humility and Modesty) : Kekuatan karakter ini menekankan pada kerendahan hati. Dalam hal ini, individu tidak menyombongkan keberhasilannya. Kerendahan hati juga membuat seseorang mampu melihat kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ada pada dirinya. Modesty berbeda dengan humility. Modesty lebih bersifat eksternal, yang artinya bersifat

25 sederhana secara perilaku maupun penampilan. Sedangkan humility bersifat internal, yaitu kecendrungan individu merasa dirinya bukanlah pusat dari dunia. 3. Kebijaksanaan (Prudence) : Kekuatan karakter ini merupakan suatu bentuk manajemen diri yang membantu individu meraih tujuan jangka panjangnya. Individu akan bertindak dalam memilih, tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab, dan tidak mementingkan kesenangan sesaat. Dengan kata lain, individu akan berpkir dan memiliki pehatian penuh pada masa depan, serta menetapkan tujuan jangka panjang dan membuat perencanaan panjang. 4. Regulasi Diri (Self-regulation): Individu yang memiliki kekuatan karakter ini mampu menahan diri, emoi, nafsu, serta dorongan-dorongan lain dalam dirinya. Saat berhadapan dengan peristiwa yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, individu mampu meregulasi emosinya dan mengobati sendiri perasaan-perasaan negatifnya. Dengan kata lain, ia dapat mengatur apa yang dirasakan dan akan dilakukannya agar sesuai dengan situasi dan pandangan moral masyarakat. 6. Transcendence : Kebajikan ini berkaitan dengan hubungan antara individu dan alam semesta, serta bagaimana individu memberi makna pada kehidupan. Kebajikan ini meliputi lima kekuatan karakter, yaitu: 1. Apresiasi terhadap Keindahan dan Kesempurnaan (Appreciation of beauty and excellence) : Kekuatan karakter ini membuat individu menyadari dan memberikan apresiasi atas keindahan dan kesempurnaan. Individu dengan

26 kekuatan karakter ini sering merasa terpana atau bergairah saat melakukan kegiatan sederhana, seperti berkeliling kota, membaca surat kabar atau novel, atau saat menyelami kehidupan orang lain dan menonton pertandingan olah raga. 2. Bersyukur (Gratitude) : Bersyukur adalah rasa terima kasih sebagai respons terhadap suatu pemberian. Individu dengan kekuatan karakter ini dapat menyadari dan beryukur atas segala hal yang telah terjadi dalam hidupnya, serta selalu menyempatkan waktu untuk mengucapkan rasa syukur. 3. Harapan (Hope) : Kekuatan karakter ini berkaitan dengan bagaimana individu memandang masa depannya. Individu berpikir mengenai masa depan, mengharapkan hasil yang terbaik di masa yang akan datang, dan merasa percaya diri terhadap hasil dan tujuan. Dengan kata lain, perwujudan dari kekuatan karakter ini adalah munculnya rasa optimis. Dengan demikian, kekuatan karakter ini juga mendorong individu untuk berusaha mencapai harapannya tersebut. 4. Humor (Humor) : Dengan kekuatan karakter ini, individu dapat membawa keceriaan pada orang-orang disekitarnya. Individu senang tertawa, bergurau, membuat lelucon ataupun menghibur orang lain. Secara keseluruhan, humor dapat diartikan sebagai pikiran yang menyenangkan, pandangan yang membahagiakan yang memungkinkan individu untuk melihat sisi positif dari suatu hal. 5. Spiritualitas (Spirituality) : Spiritualitas membuat individu memiliki kepercayaan tentang adanya sesuatu yang lebih besar dari alam semesta ini.

27 Hal ini sering digambarkan sebagai Tuhan. Individu mampu menempatkan dirinya sebagai bagian dari alam semesta. Ia menyadari makna hidupnya dan mengetahui apa yang harus diakukannya untuk mencapai hal tersebut. Perwujudan dari kekuatan karakter ini adalah berpegang teguh pada nilai moral tertentu dan selalu ingin melakukan kebaikan bagi orang lain. Apabila dirangkum, ke-6 kebajikan dan ke-24 kekuatan karakter tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Kekuatan Karakter dan Kebajikan Kebajikan Kearifan dan pengetahuan (Wisdom and knowledge) Kekuatan Karakter Kreativitas (Creativity) Keingintahuan (Curiosity) Keterbukaan pikiran (Openmindedness) Kecintaan belajar (Love of Learning) Perspektif (Perspectives) Keteguhan hati (Courage) Keberanian (Bravery) Ketekunan (Persistence) Integritas (Integrity) Vitalitas (Vitality) Perikemanusiaan dan cinta kasih (Humanity and love) Cinta (Love) Kebaikan hati (Kindness)

28 Kecerdasan sosial (Social Intelligence) Keadilan (Justice) Keanggotaan dalam kelompok (Citizenship) Keadilan dan persamaan (Fairness) Kepemimpinan (Leadership) Kesederhanaan (Temperance) Memaafkan (Forgiveness and mercy) Kerendahan hati (Humility anda modesty) Kebijaksanaan (Prudence) Regulasi Diri (Self Regulation) Transendensi (Transcendence) Apresiasi terhadap keindahan dan kesempurnaan (Appreciation of beauty and excellence) Bersyukur (Gratitude) Harapan (Hope) Humor (Humor) Spiritualitas (Spirituality) 2.2.3 Rumah Damping Rumah Damping adalah salah satu lembaga dibawah BNN ( Badan Narkotika Nasional) yang menaungi mantan para pecandu narkoba yang telah melakukan rehabilitasi di LIDO Sukabumi, di dalam rumah damping ini adanya program

29 Pascarehabilitasi (Aftercare). Aftercare ini adalah perawatan yang diberikan kepada pecandu Narkoba setelah menjalani rehabilitasi. Pasacrehabilitasi meeupakan program yang integral dalam rangkaian perawatan.rehabilitasi ini sendiri merupakan suatu program pemulihan klien gangguan pengguna Narkoba baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang yang bertujuan mengubah perilaku umtuk mengembalikan fungsi individu tersebut.dalam pelaksanaannya Rumah Damping ini menggunakan metoda Therapeutic Cummunity yaitu, bentuk perawatan yang menyatu secara keseluruhan bagi tiap korban penyalahgunaan narkoba, dengan menggunakan standar perawatan yang baik. Serta adanya wadah yang dikelola oleh kelompok masyarakat untuk menanggulangi masalah penyalahgunaan Narkoba pada komunitas dengan memberdayakan potensi masyarakat. 2.3 Kerangka Pikir Kekuatan kararter merupakan karakter baik yang mengarahakan individu pada pencapaian tujuan atau trait positif yang terefleksi dalam pikiran, perasaan dan tingkah laku (Peterson & Seligman, 2004). Kekuatan karakter tersebar dalam kebajikan. Kekuatan karakter ini juga merupakan trait positif yang terdiri dari karakter yang baik. Karakter yang baik adalah kualitas dari individu yang membuat individu tersebut dipandang baik secara moral (Park & Peterson, 2009). Karakter positif tersebut dapat dilihat dari perasaan, pemikiran, dan perilaku individu (Peterseon & Seligman, 2004; Park & Peterson, 2009). Kekuatan karakter diperlukan untuk dapat mengembangkan kekuatan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mencapai keberhasilan dan kepuasan

30 emosional. Salah satunya kekuatan karakter ini diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugas pendampingan pada staf pendamping bagi mantan pecandu narkoba di Rumah Damping Bandung. Dalam melaksanakan pekerjaannya, individu selalu menghadapi hambatan dan rintangan. Untuk mengatasi hambatan dan rintangan tersebut membutuhkan solusi psikologis yang tepat, yang melibatkan potensi individu. Sehingga staf pendamping harus memiliki kekuatan karakter yang sesuai dengan pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan Positive Psychology yang menganggap bahwa setiap individu memiliki kekuatan dalam diri untuk mencapai hidup yang bermakna dan dapat tegar dalam menghadapi stressor (Peterson & Seligman, 2004). Sehingga dengan kekuatan karakter yang dimiliki, staf pendamping dapat mendampingi dan mengawasi mantan pecandu narkoba agar bisa pulih dari ketergantungan narkoba serta dapat menyiapkan psikologis mantan pecandu untuk kembali kelingkungan.masyarakat setelah keluar dari Rumah Damping Bandung. Dalam proses pendampingan staf pendamping mengalami mengalami banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi seperti pengetahuan yang pada awalnya tidak dimiliki oleh mereka untuk memberikan penanganan bagi mantan pecandu narkoba, pendidikan yang hanya sampai SMA, adannya cemoohan dari lingkungan sekitar, harus mempertahankan keadaan mantan pecandu narkoba agar tidak kembali menggunakan narkoba, berusaha menanamkan keyakinan kepada mantan pecandu narkoba untuk dapat pulih, mencari ide untuk menciptakan suasaana yang menyenangkan dan tidak monoton bagi mantan pecandu narkoba, merasa kewalahan dengan tingkah laku mantan pecandu narkoba, jam kerja

31 yang melebihi jam kerja yang telah ditentukan sehingga mereka harus siap ketika mendapat panggilan mendadak untuk melakukan pendampingan, dan terkadang merasakan perasaan sedih dan kecewa. Ditengah kondisi yang tidak sesuai serta hambatan dan rintangan yang dihadapi staf pendamping, mereka dapat mengarahkan diri mereka untuk mencapai tujuan untuk menjalankan tugasnya sebagai staf pendamping dan melaksanakan tugasnya untuk dapat membantu mantan pecandu narkoba mempertahankan kondisi terlepas dari ketergantungan narkoba dan membantu mantan pecandu narkoba menyiapkan kondisi psikologisnya untuk dapat kembali kelingkungan masyarakat setelah keluar dari Rumah Damping Bandung. Hal ini dikarenakan staf pendamping memiliki kekuatan karakter. Kekuatan karakter merupakan karakter baik yang mengarahkan individu pada pencapaian tujuan atau trait positif yang terefleksikan dalam pikiran, perasaan dan tingkah laku (Peterson dan Seligman). Kekuatan karakter tersebar dalam kebajikan. Kebajikan adalah karakter-karakter yang ditelusuri dan dihargai oleh filsuf moral dan pemikir agama yang bersifat universal dan penting bagi keberlangsungan hidup (Peterson dan Seligman, 2004). Kebajikan digolongkan menjadi enam kategori, yaitu kearifan dan pengetahuan, keteguhan hati, perikemanusiaan dan cinta kasih, keadilan, kesederhanaan, dan transendensi. Terdapat 24 jenis kekuatan karakter yang tersebar dalam 6 kebajikan tersebut menurut Peterson & Seligman (2004). Seperti kearifan dan pengetahuan ( kreatifitas, keingintahuan, keterbukaan pikiran, kecintaan belajar dan perpektif), keteguhan hati

32 (keberanina, ketekunan, integritas, dan vitalitas), perikemanusiaan dan cinta ( cinta, kebaikan hati, dan kecerdasan sosial), keadilan (keanggotaan dalam kelompok, keadilan dan persamaan, dan kepemimpinan), kesederhanaa (memaafkan, kerendahan hati, kebijaksanaan, dan regulasi diri), transendensi (apresiasi terhadap keindahan dan kesempurnaan, bersyukur, harapan, humor dan spiritualitas). Apabila seseorang individu mempunyai satu atau dua kekuatan karakter dari setiap kebajikan, maka individu tersebut dapat disebut mempunyai kekuatan karakter yang baik. Untuk mempermudah membahas kerangka pikir, maka dibuat skema berfikir tentang penelitian yang akan diajukan.

33 Permasalahan dan Hambatan yang dialami staf pendamping di Rumah Damping Bandung: Pendamping yang pada awalnya tidak v memiliki pengetahuan tentang narkoba dan cara penanganan. Pendidikan hanya sampai SMA Jam kerja yang panjang melebihi jam kerja yang telah ditentukan Pandangan negatif dari masyarakat Dicemooh oleh lingkungan sekitar Mencari ide untuk menciptakan suasaana yang menyenangkan Mencari ide untuk menciptakan suasaana yang menyenangkan dan tidak monoton bagi mantan pecandu narkoba Bagan 2.4 Skema Berpikir Kekuatan Karakter yang membantu orang-orang untuk dapat menyelesaikan tugas dan meraih tujuannya Kekuatan khas yang dimiliki membuat staf pendamping dapat mencapai dan menyelesaikan tugasnya, antara lain : Melakukan pendampingan dan pengawasan terhadap mantan pecandu narkoba Membantu mantan pecandu narkoba mampu mempertahankan keadaan bebas dari ketergantungan narkoba Menyiapkan psikologis mantan pecandu narkoba untuk kembali kelingkungan masyarakat. Membantu mantan pecandu narkoba untuk bisa kembali berfungsi dimasyarakat