DESIGN LAB APPARATUS: SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
DESIGN LAB APPARATUS : SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI

Pengembangan Resin untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir)

BAB II DASAR TEORI. Elastik Linier (reversible)

Strain, Stress, dan Diagram Mohr

Cara uji tekan triaksial pada batu di laboratorium

BAB II TINJAUAN UMUM SUMUR

BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

8. PENETAPAN KEKUATAN GESER TANAH

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO

KUAT GESER TANAH YULVI ZAIKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAK.TEKNIK UNIV. BRAWIJAYA

Kuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc.

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGUKUR BEBAN KERETA API. Enda Permana* )

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

KERUNTUHAN AKIBAT GESER

TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED) ASTM D

Variasi IV. C (MPa) 12,49. (MPa) (MPa) ( o ) 37,90 1 5,00 75, ,50 100, ,00 130, ,00 153, ,00 180,09. 3 = Confining Pressure

PREDIKSI SUDUT GESEK INTERNAL TANAH BERDASARKAN SUDUT DILATASI PADA UJI GESER LANGSUNG

BAB III DATA PERENCANAAN

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Metodologi Penelitian

PRESSUREMETER TEST (PMT)

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

III. KUAT GESER TANAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

M VII KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG (Indirect Brazillian Tensile Strength Test)

BAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

NAJA HIMAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

Konversi Konstanta Elastik Dinamik ke Statik pada Porositas Hidrokarbon Batupasir (Sandstone)

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

PENGARUH PROSES PEMBASAHAN TERHADAP PARAMETER KUAT GESER c, ϕ DAN ϕ b TANAH LANAU BERPASIR TAK JENUH ABSTRAK

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penulisan tugas akhir ini adalah Perencanaan kemantapan lereng (Slope

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum

UNCONFINED COMPRESSION TEST (UCT) ASTM D

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI STIFFNESS E 50 REF MENGGUNAKAN METODE GRAFIK DAN METODE HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR HALUS

PERENCANAAN PERKUATAN PONDASI JEMBATAN CABLE STAYED MENADO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM GROUP 5.0 DAN PLAXIS 3 DIMENSI

PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S)

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Oleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana**

BAB III METODE KAJIAN

Fisika Batuan 2 sks/ MFG 2943

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh : TITIK ERNAWATI

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

PENGEMBANGAN KURVA t-z PADA TANAH PASIRAN BERDASARKAN HASIL UJI GESER LANGSUNG DENGAN APLIKASI PADA PONDASI BOR BER-INSTRUMEN. Tesis.

TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK

TRIAKSIAL PADA KONDISI UNCONSOLIDATED-UNDRAINED (ASTM D (1999))

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

Analisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN

Bab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).

STUDI PENGEMBANGAN RESIN EPOXY DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEPASIRAN DI LAPANGAN MIGAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DISPLACEMENT PADA BATANG PRISMATIS DENGAN LUAS PENAMPANG BERVARIASI. Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON BETON ASPAL LAPIS AUS DENGAN BAHAN PENGISI KAPUR

STUDI PENGARUH JARAK ANTAR TIANG PADA KAPASITAS DUKUNG KELOMPOK TIANG PANCANG (UJI LAPANGAN) ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENGUJIAN

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Cara uji geser langsung batu

DISAIN WAKTU BUKA SUMUR UJI BACK PRESSURE PADA SUMUR MINYAK SEMBUR ALAMI UNTUK MEMBERIKAN HASIL PERMEABILITAS YANG LEBIH AKURAT

BAB I PENDAHULUAN. Tahap Penjenuhan (Saturation Stage) Tahap Konsolidasi (Consolidation Stage), dan Tahap Penggeseran (Shear Stage)

C iklm = sebagai tensor elastisitas

ANALISIS PENGARUH RAKE ANGLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA EXCAVATOR BUCKET TEETH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha

Cara uji modulus elastisitas batu dengan tekanan sumbu tunggal

STUDI KOMPARASI KONVERSI MODULUS YOUNG DINAMIK KE STATIK PADA BATUPASIR DAN BATUGAMPING

METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Model Fisik dan Model Numerik pada Daya Dukung Fondasi Lingkaran di Atas Tanah Lunak

Transkripsi:

JTM Vol. XVI No. 3/2009 DESIGN LAB APPARATUS: SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI Ecep Muhammad Mujib 1, Taufan Marhaendrajana 1 Sari Single Stage Compressive Test merupakan alat uji tekan untuk mempelajari sifat kekuatan batuan reservoir dengan memodelkan batuan reservoir tersebut kedalam kondisi laboratorium. Hasil pengukuran pada kondisi permukaan pada umumnya memiliki hasil yang berbeda dengan kondisi sebenarnya pada kondisi reservoir, oleh karena itu, prinsip kerja dari alat ini mempertimbangkan principal stress yang bekerja pada batuan reservoir dan memodelkan kondisi reservoir lebih detil seperti kondisi temperatur yang tinggi, adanya tekanan pori dan pengaruh keberadaan fluida didalam batuan reservoir tersebut. Model laboratorium seperti itu akan memberikan gambaran besarnya pengaruh stress, baik stress maksimum atau stress minimum yang bekerja pada batuan reservoir dan pengaruh temperatur serta keberadaan fluida terhadap sifat kekuatan batuan reservoir. SST di design dengan mempertimbangkan kondisi reservoir yang ada di Indonesia, secara umum dideskripsikan dengan besar takanan axial (tekanan overbourden) maksimum mencapai 4000 psia dan tekanan radial yang dapat berperan sebagai confining pressure (tekanan pori) mencapai 1500 psia serta temperature maksimum mencapai 400 o F. Pada paper ini akan dijelaskan secara rinci tentang design alat SST dan melaporkan hasil uji tekan core sintetik dengan menggunakan alat ini. Abstract Single Stage Test compressive test is a tool for studying the strength properties of reservoir rock, reservoir rock is modeled into the laboratory conditions. Results of measurement on the surface conditions in general have different results with the actual conditions at the reservoir conditions, therefore, the working principle of the tool is considered the principal stress acting on the reservoir rock and reservoir modeling the detailed conditions such as high temperature conditions, the pore pressure and the effects of the presence of fluid in the reservoir rock. Such a laboratory model will give you a level of influence of stress, both the maximum stress or minimum stress acting on the reservoir rock and the influence of temperature and presence of fluid to the reservoir rock strength properties. SST in design by considering the existing reservoir conditions in Indonesia, generally described by a large axial takanan (overbourden pressure) reaches a maximum radial pressure of 4000 psia and that can act as confining pressure (pore pressure) reaches a maximum of 1500 psia and temperatures reach 400 of. This paper will explain in detail about the design tools report the results of SST and compression testing using a synthetic core of this tool. 1) Program Studi Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Bandung. Email: muji4iqu@gmail.com I. PENDAHULUAN Triaxial dan uniaxial test merupakan metode yang sering digunakan untuk mempelajari karakteristik kekuatan batuan reservoir. Perbedaan dari kedua metode tersebut ialah kehadiran confining pressure yang bekerja pada specimen. Jika pada specimen tersebut tidak ada confining pressure yang bekerja disebut dengan uniaxial test, sedangkan pada triaxial test memperhitungkan kehadiran confining pressure yang bekerja terhadap specimen. Specimen yang sering digunakan pada uniaxial dan triaxial test dapat dilihat pada Gambar (1). Pada gambar tersebut terlihat bahwa ketika stress radial (σ3) tidak sama dengan nol dikategorikan sebagai sistem triaxial test, sedangkan sistem uniaxial test, stress radial (σ3) berharga nol. Berdasarkan perlakuan terhadap specimen selama pengujian, triaxial test dibedakan menjadi dua macam, yaitu Single Stage Triaxial Compressive Test (SST) dan Multistage Triaxial Compressive test (MST). SST memerlukan cukup banyak specimen, karena setiap specimen dalam tahap pengujian digunakan hanya untuk pengambilan satu data failure akibat beban axial (σ1) pada tekanan radaial (σ3) tertentu saja, sehingga minimal specimen yang diperlukan sebanyak tiga buah, dan idealnya empat atau lima buah. Berbeda dengan MST, satu specimen dapat digunakan untuk memperoleh beberapa data failure akibat beban axial (σ1) pada beberapa harga tekanan radialnya (σ3). Untuk lebih jelas perbedaan dari SST dan MST dapat dilihat pada Gambar 2 sampai Gambar 5. Data hasil pengukuran dari SST dan MST samasama menggambarkan karakteristik batuan baik parameter kekuatannya ataupun properties statik elastisitasnya. Berdasarkan rule of thumb, akurasi data yang diperoleh dari SST lebih baik dibandingkan dengan MST. Hasil pengukuran kekuatan batuan dilaboratorium tergantung dari model yang digunakan, seringkali hasil pengukuran pada kondisi standar dipermukaan berbeda dengan kondisi yang sebenarnya direservoir. Oleh karena itu, untuk mendekati kondisi sebenarnya direservoir, pertimbangan aspek tekanan dan temperature dilaboartorium sangat membantu tercapainya kondisi tersebut. Berdasarkan data reservoir di Indonesia yang berada pada kedalaman beberapa ribu feet, maka model yang didesign dilaboratorium disarankan agar memiliki spesifikasi sebagai berikut : 183

Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana - Temperatur makasimum 400 o F - Beban axial maksimum 3500 psia radial maksimum 1500 psia - Fluida yang digunakan berupa air atau gas dan tekanan formasi, oil Dengan model laboratorium tersebut, maka dari data pengukuran yang diperoleh dapat dievaluasi efek tekanan radial (confining pressure) dan temperature tertentu terhadap rock strength properties. II. DESKRIPSI SINGLE STAGE TRIAXIAL COMPRESSIVE TEST PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI 2.1 Tujuan Sistem uji Triaxial telah dikembangkan untuk mempelajari sifat kekuatan batuan reservoir dengan mengukur secara langsung dilaboratorium terhadap parameter kekutan batuan tersebut. Pada sistem uji triaxial konvensional, specimen mendapatkan beban dari arah axial (maksimum principal stress) dan arah radial (minimum principal stress) sedangkan intermediate principal stress dianggap sama dengan minimum principal stress. Temperatur yang bekerja pada alat tersebut biasanya disesuaikan dengan kondisi standar permukaan. Jika ditinjau kembali specimen batuan reservoir yang diambil dari kedalaman tertentu yang memiliki kondisi temperatur yang berbeda dengan kondisi permukaan, menyebabkan hasil pengukuran dipermukaan berbeda dengan kondisi reservoir sebenarnya. Oleh karena itu, pada alat Single Stage Triaxial Compressive Test yang kami kembangkan memperhitungkan efek temperature, sehingga model laboratorium akan mendekati kondisi reservoir sebenarnya. Model seperti ini dapat menghilangkan setidaknya asumsi yang sebelumnya dianggap tidak mempangaruhi terhadap sifat kekuatan batuan reservoir yaitu akibat perubahan temperature. Model seperti ini, tidak hanya digunakan untuk mempelajari sifat kekuatan batuan yang dipengaruhi oleh masingtemperatur, masing stress radial dan perubahan akan tetapi dapat sekaligus mempelajari pengaruh secara kombinasi dari stress radial dan temperatur. 2.2 Konsep Dasar Single Stage Triaxial Compressive Test dirangkai untuk mensimulasikan lingkungan reservoir ke skala laboratorium, untuk mendapatkan model laboratorium seperti itu ada beberapa konsep yang diterapkan dalam merangkainya, yaitu : Gradien Tekanan dan Temperatur Specimen batuan reservoir yang diambil pada kedalaman tertentu, menjadi salah satu pertimbangan dalam merangkai alat SST ini. Berdasarkan asal keberadaan batuan reservoir pada kedalaman tertentu setidaknya ada dua parameter yang harus dipertimbangkan, yaitu tekanan dan temperatur. Kedua parameter tersebut merupakan fungsi dari kedalaman, semakin dalam posisi batuan reservoir, temperatur dan tekanan lingkungan reservoirnya akan semakin meningkat. Hubungan seperti ini biasa dikenal dengan gradien tekanan dan temperatur. Pengetahuan menganai gradien tekanan dan temperatur sangat berguna untuk mengetahui kondisi lingkungan reservoir yang akan dimodelkan dalam skala laboratorium, tetapi yang menjadi pilihan utama untuk mengetahui secara pasti kondisi lingkungan reservoir yang sebenarnya adalah dengan mengukur secara langsung parameter lingkungan reservoir tersebut. Konsep gradien ini digunakan apabila ada keterbatasan dalam pengambilan data lingkunga reservoir secara langsung. Kelemahan dari konsep gradien ini ialah menganggap kondisi batuan dibawah permukaan dalam kondisi normal untuk setiap kedalaman, sedangkan dalam kenyataannya dapat dimungkinkann akan bertemu dengan lapisan batuan yang abnormal. Meskipun mempunyai kelemahan seperti itu, konsep gradien sangat berguna untuk mendekati kondisi lingkungan yang sebenarnya dibandingkan hanya dengan menganggap sama dengan kondisi dipermukaan. Properties Statik Elastisitas Batuan (Fjaer et al. 1992) Stress merupakan besarnya gaya yang bekerja pada suatu luas bidang tertentu. Ketika suatu benda diberikan gaya atau beban, maka benda tersebut akan mengalami perubahan secara fisik, perubahan tersebut tergantung terhadap modulus elastik dari benda tersebut. Apabila beban yang diebrikan melebihan batas elstisitasnya makaa benda tersebut akan mengalami failure. Modulus elastik statik terdiri dari Young s Modulus dan Poisson Ratio. Young s Modulus merupakan perabandingan besarnya beban yang diberikan terhadap perubahan bentuk dari benda tersebut (strain). Sedangkan Poisson Ratio merupakan perbandingan strain yang terjadi secara lateral terhadap strain axialnya. Gambar 6 dapat membantu dalam memahami hubungan antara parameter modulus elastik statik yang satu dengan yang lainnya, secara matematis parameter-parameter tersebut ialah: - Stress (1) - Strain dan (2) Strain volume untuk silindris : 184

Design Lap Apparatus: Single Stage Compressive Test (STT) pada Tekanan dan Temperatur Tinggi - Young s Modulus - Poisson Ratio (3) (4) Tanda negatif pada poisson ratio, dikarenakan harga strain radial bernilai negatif (dt<do). Failure criterion (Mohr-Coloumb) (Fjaer et al. 1992) Shear failure dapat terjadi ketika shear stress yang bekerja pada suatu bidang terlalu besar. Shear failure dapat didefinisikan: (5) Dimana σ, stress normal dan τ, shear stress yang bekerja disepanjang bidang. Hubungan stress normal dan shear stress dari persamaan (5) diatas dapat dideskripsikan pada lingkaran Mohr. Lingakran Mohr yang dibentuk dari kedua parameter tersebut memberikan informasi mengenai batas daerah failure. Gambar 7 menjelaskan hubungan τ vs σ. Informasi yang diperoleh dari gambar tersebut salah satunya ialah semakin besar stress normal minimumm (σ3) maka stress normal maksimumnya pun akan semakin besar, lingkaran yang dibentuk dari kedua stress tersebut merupakan batas daerah failure, sedangkan stress normal medium tidak mempengaruhi terhadap batas terjadinya failure. Hal ini sesuai dengan hipotesis dari Mohr, yaitu: pure shear failure hanya tergantung pada stress normal maksimum dan stress normal minimumdan tidak tergantung terhadap stress normal Ahmed. S). medium ( Dengan memilih bentuk sederhana dari fungsi f yang diasumsikan linear dengan terhadap Mohr Coloumb Criterion, maka dapat didefinisikan bahwa : (6) Dimana So merupakan inherent shear strength atau cohesion dari suatu material dan µ sebagai coefficient of internal friction. Padaa Gambar 8 dapat didefinisikan internal friction angle Φ sebagai fungsi dari coefficient of internal friction yaitu: (7) Sedangkan 2β merupakan sudut yang dibentuk dari lingkaran Mohr dengan failure line. Besarnya shear stress dan stress normal pada titik tersebut sebagai point of failure dapat didefinisikan oleh persamaan: (8) dengan mensubtitusikan persamaan [8] dan [9] kedalam persamaan [6], diperoleh hubungan σ1 dengan σ3, yaitu: Bila persamaan diatas disederhanakan diperoleh: (9) (10) (11) akan Hubungan σ1 dengan σ3 diperlihatkan pada Gambar (9). pada gambar tersebut harga α tidak sama dengan Φ, akan tetapi α dan Φ mempunyai hubungan sebagai berikut: (12) Ketika stress normal minimum (σ3) berharga nol, kondisi tersebut biasa disebut dengan Unconfined Compressive Strength (UCS), nilainya dapat ditentukan secara langsung pada pengukuran uniaxial test, atau secara tidak langsung dengan triaxial test. Alat SST yang didesign dapat digunakan untuk mengukur UCS baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan mengatur harga stress normal minimumnya (σ3). Secara tidak langsung harga UCS dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (9) yang diturunkan dari persamaan (11): (13) Sedangkan ketika harga stress normal maksimum (σ1) berharga sama dengan nol, maka harga σ3 merupakan Tensile Strength dari material tersebut. Dari persamaan (10) dan (8), besarnya harga Tensile Strength dapat didefinisikan sebagai berikut: (14) 2.3 Konfigurasi Triaxial Cell Triaxial cell pada SST didesign dengan menggunakan material baja yang mempunyai ketahanan akibat besarnya beban axial dan radial serta tingginya temperatur dan keberadaan fluida yang memungkinkan terjadinya korosi (terutama air formasi) pada rangkaian cell tersebut. SST yang bekerja pada tekanan dan temperature tinggi menjadikan pertimbangan dari ketiga parameter tersebut sangat diprioritaskan agar terjamin keamanan selama dilakukan pengujian. Secara lengkap konfigurasi SST dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11. Gambar tersebut 185

Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana memperlihatkan sistem pengujian specimen dengan memberikan beban dari arah axial dan radial yang dihasilkan oleh sistem hidrolik, serta mensimulasikan kondisi lingkungann reservoir dengan adanya fluida formasi yang diberikan temperatur tinggi melalui heating electric yang dipasang pada baja penghantar panas dibagian dalam cell. Sedangkan bagian baja yang dibagian luar (jacket material) berperan dalam menyokong baja silindris didalamnya agar tidak terjadi kecelakaan akibat besarnya tekanan dan temperatur yang bekerja dalam cell tersebut. Sistem hidrolik yang digunakan pada SST ini dapat menghasilkan beban axial maksimum sebesar 10 Ton dan tekanan radialnya 1500 psia. Sedangkan heating electric didesign agar dapat memanaskan fluida didalam cell sampai temperature maksimum 482 o F. 2.4 Temperatur Kontrol Temperatur pada cell triaxial dikontrol dengan menggunakan heating electric, panas yang dapat dihasilkannya dapat mencapai temperatur maksimum 482 o F. Panas yang dihasilkan dari heting electric dihantarkan oleh jacket heating agar dapat memanaskan fluida formasi (air formasi), panas pada fluida inilah yang kemudian akan memanasi specimen agar sesuai dengann temperatur lingkungan reservoir. Temperaturr indicator dipasang untuk mengukur temperatur fluida dalam cell dan membantu mengontrol temperatur agar tercapai temperatur yang diinginkan selama pengukuran. Sistem dan bentuk nyata dari pengontrol temperatur pada SST dapa dilihat pada Gambar 12 sampai 14. Agar kondisi temperatur didalam cell terjaga konstan, maka diantara jacket material dan heating jacket dilengkapi dengan gas bull yang dapat menghambat hantaran panas kelingkungan sekitar. 2.5 Stress Axial Kontrol Beban yang diterima specimen padaa arah axial dikontrol oleh sistem hidrolik yang dapat menghasilkan beban maksimal 10 ton. Beban yang berasal dari hidrolik tersebut diteruskan oleh piston actuator (material baja) menuju specimen. Gambar 15 memperlihatkan sistem pembebanan arah axial terhadap specimen. Selama pengukuran berlangsung piston actuator akan selalu bergerak dan bagian tersebut menghubungkan langsung kondisi permukaan dengan fluida didalam cell yang betekanan dan temperature tinggi, kondisi ini akan memicu kebocoran fluida melalui ruang diantara piston actuator dengan jacket material, oleh karena itu ruang tersebut dilengkapai dengan bahan sejenis asbes (len packing) yang tahan terhadap tekanan dan temperature tinggi. Kehadirann bahan tersebut mengakibatkan adanya hambatan ketika dilakukan pembebanan, sehingga sebelum dilakukan 186 pengukuran harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk mengetahui besarnya beban hambatan. Karena satuan dari beban axial masih dalam satuan metrik-ton, maka untuk mengkonversi kedalam satuan tekanan membutuhkan dataa luas lingkaran specimen yang dibebani. Karena dudukan specimen pada SST tersedia untuk tiga ukuran diameter maka, untuk menentukan tekanannya dapat digunakan persamaan berikut: Diameter specimen : 1 in Dimana m dalam Kg. karena, Maka Atau jika m dalam ton, Diameter specimen : 1.5 in Dengan cara yang sama seperti berukuran 1 in, diperoleh : Diameter specimen : 2 in (15) pada specimen (16) (17) 2.6 Stress Radial Kontrol Sistem kontrol pada stress radial menggunakan sistem hdirolik yang sama halnyaa pada hidrolik stress axial, yang membedakannya ialah media yang digunakan untuk meneruskan beban yang dihasilakan hidrolik menuju specimen. Pada hidrolik stress axial yang berperan sebagai medianya adalah piston actuator (material baja) sedangkan pada stress radial menggunakan media fluida formasi (air formasi). Hidrolik stress radial dapat menghasilkan tekanan maksimum sebesar 1500 psia. Selain sebagai pemberi tekanan pada arah radial, tekanan yang dihasilkan oleh hidrolik ini dapat berperan sekaligus sebagai tekanan pori, karena pada SST ini mengasumsikan specimen dalam keadaan undrained. System hidrolik penghasil stress radial dapat dilihat pada Gambar 17. 2.7 Komponen Pelengkap Komponen pelengkap Single Stage Compressive Test salah satunya ialah tempat berdirinya specimen didalam cell. Apabila tidak ada komponen tersebut, kedudukan specimen didalam cell tidak stabil, dikhawatirkan posisinya tidak berada ditengah-tengah atau tidak pada posisi berdiri sebagai pengaruh masukannya fluida kedalam cell untuk memberikan stress radial. Tempat menyimpan specimen tersebut didesign dengan bentuk profil tertentu sehingga dapat dipasang-cabut untuk mempermudah pemasangan specimen. Bentuk profil tersebut dapat dilihat pada

Design Lap Apparatus: Single Stage Compressive Test (STT) pada Tekanan dan Temperatur Tinggi Gambar 19 dan 20. Dudukan specimen tersedia untuk ukuran diameter 1 in, 1,5 in dan 2 in. 2.8 Prosedur Pengukuran 2.8.1 Persiapan Specimen Sample core atau specimen yang akan di ukur kekuatan batuannya di ukur terlebih dulu panjang dan diameternya (H/D:2/1) dan sesuai dengan dudukan specimen yang tersedia. Specimen yang sudah diukur selanjutnya dipanaskan (dioven) sehingga diperoleh berat keringnya. Hal ini dilakukan agar selama penjenuhan dengan fluida yang diinginkan benar-benar tersaturasi 100% oleh fluida tersebut. Setelah diperoleh specimen yang sudah tersaturasi langkah selanjutnya ialah persiapan alat SST. 2.8.2 Persiapan Alat SST Pada tahapan ini sangat dituntut ketelitian dan kehati-hatian, karena pengukuran kekuatan batuan dengan SST bekerja pada tekanan dan temperatur tinggi, oleh karena itu setiap komponen pada alat SST harus terpasang pada posisi yang tepat, apabila tidak teliti terhadap setiap komponen dimungkinkan terjadi kebocoran, dan pengukuran harus diulang dari awal. Komponen SST yang harus diperiksa sebelum dilakukan pengkuran diantaranya : 1. Hidrolik : hdirolik axial dan hidrolik stress radial harus pada posisi terkunci 2. Heating electric : semua rangkain dari heating electric harus sudah terpasang dan menggunakan tegangan listrik 220 volt. 3. Periksa komponen cell mulai dari tutup cell, dudukan specimen, dan valve serta pastikan sudah pada posisi masing-masing. 2.8.3 Pengujian specimen Apabila specimen dan alat SST sudah siap digunakan, maka pengujian kekuatan batuan dari specimen tersebut dapat dimulai. Langkah-langkah yang harus diperhatikan selama pengujian specimen tersebut diantaranya : 1. Letakan specimen tepat pada dudukan specimen didalam cell 1. Isi cell dengan fluida yang diinginkan (misalnya fresh water), apabila cell hampir penuh, pengisian fluida selanjutnya melalui tabung hidrolik stress radial setelah dipastikan bahwa tutup cell terpasang dengan rapat. 2. Berikan stress radial sesuai yang diharapkan dengan menggunakan hidrolik stress radial, apabila sudah mencapai stress radial tertentu, panaskan fluida dalam cell dengan mengatur heating electric pada temperature tertentu, setalah mencapai temperature tertentu diamkan selama 2 jam. 3. Berikan beban axial sekaligus lakukan pembacaan pada gauge ketika specimen mulai terjadi failure dan hentikan pengukuran. 4. Untuk pengukuran specimen yang lainnya, lakukan langkah diatas berulang kali. III. UJI TRIAXIAL TERHADAP CORE SINTETIK Sample core (specimen) yang digunakan dalam uji coba alat SST ini menggunkan core sintetik (buatan). Komposisi berat core sintetik terdiri dari 80% pasir dan 20% semen. Karena SST memerlukan cukup banyak sample core (minimal tiga buah), diharapkan dengan komposisi tersebut sample core dapat dianggap mewakili batuan yang diambil pada tempat dan lingkungan yang sama, sehingga dalam analisis terhadap perubahan stress radial dan temperatur tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis batuan (asumsi : sample core tersebut bersumber dari batuan yang sama). Ukuran sample core tersebut memiliki perbandingan panjang dan diameternya 2:1 (standar ISRM). Dengan ukuran seperti itu, sample core diharapkan dapat mengakomodasi penetrasi shear kesegala bagian dari sample core tersebut. Oleh karena itu, core sintetik yang akan digunakan dalam pengujian kali ini menggunakan ukuran panjang 2 in dan diameter 1 in. sebelum dilakukan tes, sample core tersebut dijenuhkan terlebih dahulu dengan fluida reservoir (air formasi) selama 24 jam. Besarnya tekanan axial yang dibebankan sepanjang pengujian dapat langsung dibaca pada indicator tekanan sampai sample core tersebut terjadi failure pada kondisi stress radial dan temperatur tertentu. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh stress radial, temperatur dan kombinasi dari keduanya. 3.1 Data Hasil Pengukuran Pengujian kekuatan batuan dari specimen tersebut dilakukan dengan pengujian uniaxial dan triaxial. Untuk triaxial specimen diperlakukan dengan diberikan stress radial yang berbeda-beda pada temperatur tertentu. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Table 1. Pengukuran kekuatan batuan dari specimen dengan metode uniaxial uniaxial No. σ3 σ1 σ1 sample (psi) (Ton) (psi) 20 0 1.2 3366 18 0 1.3 3647 1 0 1.2 3366 Table 2 Pengukuran kekuatan batuan dari specimen dengan menggunakan metode triaxial (SST) Triaxial Temperatur 30 C 187

Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana No sample σ3 (psi) 8 70 2 σ1 (Ton) 18 140 2.5 19 210 2.8 σ1 (psi) 5610 7013 7854 Failure criterion (mohr-coloumb) Temperatur 30 o C Gambar (22) 188 Temperatur 90 C No σ3 σ1 sample (psi) (Ton) 21 70 1.6 13 140 1.75 3 210 2 3.2 Failure Criterion (Mohr-Coloumb) Untuk membuat failure criterion dari Mohr- (5) sampai Coloumb dapat menggunkan persamaan (14) yang sudah dibahas sebelumnya. 3.2.1 Menentukan sudut pecah (friksi internal) Dari Gambar 21 diperoleh harga gradien (tanα) untuk masing-masing temperatur, yaitu: Temperatur 30 o C Maka sudut pecahnya ialah : Friksi internal = tan = 1.87 2β=62+90=152 Temperatur 90 o C Maka sudut pecahnya ialah: Friksi internal = tan = 1.23 2β=51+90=141 3.2.2 Menentukan cohesive strength Cohesive strength dapat ditentukan dengan persamaan [11] yang disusun kembali menjadi: Temperatur 30 o C Temperatur 90 o C σ1 (psi) 4488 4909 5610 Temperatur 90 o C Gambar (23) 3.3 Penentuan Unconfined Compressive Strength Unconfined Compressive Strength (UCS) UCS (Co) dapat ditentukan secara langsung dengan metode uniaxial, hasil dari metodee ini harga UCS sama dengan harga σ1 pada Tabel 1, sedangkan dengan metode SST, UCS dapat ditentukan dari Gambar 21 dengan menarik persamaan garis, dan harga UCS diambil pada saat harga σ3 sama dengan nol, dan yang terakhir UCS juga dapat ditentukan melalui persamaan (12). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel (3). Penentuan harga UCS Temperatur Uniaxial rata-rata (psi) triaxial (psi) persamaan (12) (psi) UCS Ruangan 3460 30 C 90 C 4581 3880 4760 3792 Dari ketiga harga UCS hasil melalui Triaxial lebih besar daripada dengan uniaxial, hal ini dikarena ada pengaruh air yang beradaa selama masa pengukuran, jadi beban yang berasal dari beban axial ada sebagian yang tertahan oleh air, karena pada kondisi awal jarak antara piston actuator dengan specimen ada ruang sekitar 5mm. sedangkan apabila hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan (13) dibandingkan dengan interpolasi dari Gambar 21, hasilnya tidak begitu jauh berbeda, karena persamaan (13) membutuhkan input data dari Gambar 21 yaitu gradiennya. 3.4 Efek Stress Radial Dari data hasil pengukuran dapat terlihat dengan jelas bahwa semakin besar stress radial yang diberikan pada specimen, maka tekanan failure specimen tersebut semakin besar. Gambar 24 dan 25 menunjukan hubungan stress s radial dengan axial. Analisa mengenai perubahan stress radial (confining stress) dapat dilakukan dengan metode triaxial, sedangkan uniaxial tidak dapat melakukan hal sperti ini. Adanya tekanan confining yang semakin besar akan memberikan dukungan pada

Design Lap Apparatus: Single Stage Compressive Test (STT) pada Tekanan dan Temperatur Tinggi specimen, sehingga tekanan failure dari specimen tersebut akan meningkat. Kelakuan seperti ini dinamakan dengan strain hardening. 3.5 Efek Temperatur Pengaruh temperatur terhadap kekuatan batuan dapat diidentifikasi melalui besarnya tekanan failure pada kondisi temperatur yang berbeda-beda. Hasil pengujian terhadap specimen batuan pada temperatur 30 o C dan 90 o C dapat dilihat pada Gambar 26. Dari gambar tersebut terlihat bahwa semakin tinggi temperatur, tekanan failure batuan akan semakin menurun, hal ini dimungkinkan karena adanya kerusakan pada system sementasi batuan tersebut akibat adanya pemanasan. Inilah salah satu manfaat dari SST, dapat menganalisis perubahan sifat kekuatan batuan akibat perubahan temperatur. Sehingga model sebenarnya direservoir dapat didekati dengan model laboratorium. IV. KESIMPULAN 1. Parameter temperatur dan tekanan sangat penting dalam mensimulasikan kondisi reservoir kedalam skala laboratorium. 2. Alat Single Stage Triaxial Compressive Test dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh temperatur dan confining pressure terhadap sifat kekautan batuan. 3. Meningkatnya temperatur menyebabkan kekuatan batuan mengalami penurunan, sedangkan dengan meningkatnya confining pressure menyebabkan kekuatan batuan mengalami peningkatan. V. REKOMENDASI 1. Alat Single Stage Compressive Strength dapat dilengkapi dengan strain gauge dan sensor computer agar dapat menganalisa perubahan strain, baik secara radial maupun axial. 2. Sistem hidrolik yang sekarang terpasang kedepannya dapat diganti dengan sistem motor listrik agar proses pengukuran lebih sederhana. 3. Dilakukan pengkajian lebih mendalam mengenai perubahan sifat fluida selama berada didalam cell agar hasil pengukuran lebih akurat. 4. dilakukan kajian lebih mendalam pengaruh perubahan fluida yang digunakan didalam cell (misalnya gas dan oil) terhadap sifat kekuatan batuan. VI. DAFTAR SIMBOL σ : stress σ1 : principal stress normal maksimum σ2 : principal stress normal medium σ3 : principal stress normal minimum σr : stress radial τ : shear stress So : cohesive strength µ : koefisien friksi internal. Φ : sudut pecah Co : unconfined compressive strength To : tensile strength A : luas permukaan P : tekanan F : gaya UCS : unconfined compressive strength SST : Single Stage Compressive Test MST : Multi Stage Compressive Test DAFTAR PUSTAKA 1. Khaksar. A, Taylor. P.G, Fang. Z, Keyes.T, Sazalar. A, and Rahman. K, 2009. Rock Strength from core and log: Where we stand and ways to go, SPE 121972, annual conference and exhibition held in Amsterdam, The Netherland, 8-11 Juni. 2. Fjaer. E, Rune. M, Horsud. P, Raaen. A M, and Risnes. R., 1992. Petroleum realted rock mechanic, Elsevier, Tokyo-London-New York. 3. Ahmed S. A. Reservoir Stimulation. 4. Descamps. F, and Tsibangu. J P, 2000. Development of an automated triaxial system for thermo-hydro-mechanical testing of rock, ARMA 08-197, San Francisco. 5. C.M. Ross, SPE, E.R. Rangel-German, SPE, and L.M. Castainer, SPE, Stanford U.; P.S. Hara, SPE, Tidelands Oil Production Co.; and A.R. Kovscek, SPE, Stanford U., 2005. A Laboratory Investigation of Temperature Induced Sand Consolidation, paper SPE 92398, 2005 SPE Western Regional Meeting, Irvine, CA, U.S.A. 6. Denney, D., 2007. Ultradeep HP/HT completions: classification, design methodologies and technical challenges. Journal of Petroleum Technology 59 : 3, 83-85. 7. Jaeger, J.C. and Cook, N.W., 1979. Fundamentals of rock mechanics. 3 rd edition. London: Chapman and Hall. 189

Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana Gambar 1. Stress yang bekerja pada specimen. Gambar 6. benda silindris yang diberikan beban tertentu pada arah axial. Gambar 2. Contoh hasil pengukuran Single Stage Triaxial Compressive Test (SST) Gambar 7. Diagram Mohr sebagai fungsi shear stress dan stress normal, juga menggambarkan hubungan principal stress normal (σ1, σ2, dan σ3) Gambar 3. Mohr-coloumb dari data pengukuran Single Stage Triaxial Compressive Test (SST) Gambar 8. Mohr Coloumb Criterion τ-σ. Gambar 4.Contoh hasil pengukuran Multistage Triaxial Compressive Test (MST) Gambar 9. Mohr Coloumb Criterion pada bidang σ1-σ3 Gambar 5. Mohr-coloumb dari data pengukuran Multistage Triaxial Compressive Test (MST) 190

Design Lap Apparatus: Single Stage Compressive Test (STT) pada Tekanan dan Temperatur Tinggi Gambar 10. Kerangka Single Stage Triaxial Compressive Test. Gambar 14.. Sistem pengontrol temperatur pada Single Stage Compressive Test Gambar 11. Konfigurasi Single Stage Triaxial Compressive Test. Gambar 15. Sistem pembebanan specimen pada arah axial. Gambar 12. Model pengontrol temperatur pada SST Gambar 16. Bentuk nyata dari sistem hidrolik yang memberikan beban axial maksimum sebesar 10 ton Gambar 13. Heating electric yang ditempelkan pada cell dengan dilengkapi gas bull (hambatan panas) dan indicator electric. Gambar 17. Stress radial yang dihasilkan oleh sistem hidrolik 191

Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana Gambar 22. Failure criterion untuk specimen batuan pada temperatur 30 o C Gambar 18. Rangkaian hidrolik penghasil stress radial. Gambar 23. Failure criterion untuk specimen batuan pada temperatur 90 o C Gambar 19. Dudukan specimen pada posisi terpasang didalam cell. Gambar 24. Hubungan stress axial dengan stress radial pada temperatur 30 o C Gambar 20. Bentuk profil dudukan specimen. Kiri: bagian atas. Kanan: bagian bawah. Gambar 25. Hubungan stress axial dengan stress radial pada temperatur 30 o C Gambar 21. Hubungan stress axial dengan stress radial. Gambar 26. Hubungan tekanan failure terhadap temperatur. 192