DESIGN LAB APPARATUS : SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESIGN LAB APPARATUS : SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI"

Transkripsi

1 DESIGN LAB APPARATUS : SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI Oleh: Ecep Muhammad Mujib* Pembimbing: Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana Sari Single Stage Compressive Test merupakan alat uji tekan untuk mempelajari sifat kekuatan batuan reservoir dengan memodelkan batuan reservoir tersebut kedalam kondisi laboratorium. Hasil pengukuran pada kondisi permukaan pada umumnya memiliki hasil yang berbeda dengan kondisi sebenarnya pada kondisi reservoir, oleh karena itu, prinsip kerja dari alat ini mempertimbangkan principal stress yang bekerja pada batuan reservoir dan memodelkan kondisi reservoir lebih detil seperti kondisi temperatur yang tinggi, adanya tekanan pori dan pengaruh keberadaan fluida didalam batuan reservoir tersebut. Model laboratorium seperti itu akan memberikan gambaran besarnya pengaruh stress, baik stress maksimum atau stress minimum yang bekerja pada batuan reservoir dan pengaruh temperatur serta keberadaan fluida terhadap sifat kekuatan batuan reservoir. SST di design dengan mempertimbangkan kondisi reservoir yang ada di Indonesia, secara umum dideskripsikan dengan besar takanan axial (tekanan overbourden) maksimum mencapai 4000 psia dan tekanan radial yang dapat berperan sebagai confining pressure (tekanan pori) mencapai 1500 psia serta temperature maksimum mencapai 400 o F. Pada paper ini akan dijelaskan secara rinci tentang design alat SST dan melaporkan hasil uji tekan core sintetik dengan menggunakan alat ini. Abstract Single Stage Test compressive test is a tool for studying the strength properties of reservoir rock, reservoir rock is modeled into the laboratory conditions. Results of measurement on the surface conditions in general have different results with the actual conditions at the reservoir conditions, therefore, the working principle of the tool is considered the principal stress acting on the reservoir rock and reservoir modeling the detailed conditions such as high temperature conditions, the pore pressure and the effects of the presence of fluid in the reservoir rock. Such a laboratory model will give you a level of influence of stress, both the maximum stress or minimum stress acting on the reservoir rock and the influence of temperature and presence of fluid to the reservoir rock strength properties. SST in design by considering the existing reservoir conditions in Indonesia, generally described by a large axial takanan (overbourden pressure) reaches a maximum radial pressure of 4000 psia and that can act as confining pressure (pore pressure) reaches a maximum of 1500 psia and temperatures reach 400 of. This paper will explain in detail about the design tools report the results of SST and compression testing using a synthetic core of this tool. *Mahasiswa Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung tahun PENDAHULUAN Triaxial dan uniaxial test merupakan metode yang sering digunakan untuk mempelajari karakteristik kekuatan batuan reservoir. Perbedaan dari kedua metode tersebut ialah kehadiran confining pressure yang bekerja pada specimen. Jika pada specimen tersebut tidak ada confining pressure yang bekerja disebut dengan uniaxial test, sedangkan pada triaxial test memperhitungkan kehadiran confining pressure yang bekrja terhadap specimen. Specimen yang sering digunakan pada uniaxial dan triaxial test dapat dilihat pada gambar [1.1]. Pada gambar tersebut terlihat bahwa ketika stress radial (σ3) tidak sama dengan nol dikategorikan sebagai sistem triaxial test, sedangkan sistem uniaxial test, stress radial (σ3) berharga nol. Gambar [1.1]. Stress yang bekerja pada specimen. Ecep Muhammad Mujib, , Semester /2010 1

2 Berdasarkan perlakuan terhadap specimen selama pengujian, triaxial test dibedakan menjadi dua macam, yaitu Single Stage Triaxial Compressive Test (SST) dan Multistage Triaxial Compressive test (MST). SST memerlukan cukup banyak specimen, karena setiap specimen dalam tahap pengujian digunakan hanya untuk pengambilan satu data failure akibat beban axial (σ1) pada tekanan radaial (σ3) tertentu saja, sehingga minimal specimen yang diperlukan sebanyak tiga buah, dan idealnya empat atau lima buah. Berbeda dengan MST, satu specimen dapat digunakan untuk memperoleh beberapa data failure akibat beban axial (σ1) pada beberapa harga tekanan radialnya (σ3). Untuk lebih jelas perbedaan dari SST dan MST dapat dilihat pada gambar [1.2] sampai gambar [1.5]. Gambar [1.2]. Contoh hasil pengukuran Single Stage Triaxial Compressive Test (SST) Gambar [1.3]. Mohr-coloumb dari data pengukuran Single Stage Triaxial Compressive Test (SST) Gambar [1.5]. Mohr-coloumb dari data pengukuran Multistage Triaxial Compressive Test (MST) Data hasil pengukuran dari SST dan MST sama-sama menggambarkan karakteristik batuan baik parameter kekuatannya ataupun properties statik elastisitasnya. Berdasarkan rule of thumb, akurasi data yang diperoleh dari SST lebih baik dibandingkan dengan MST 1. Hasil pengukuran kekuatan batuan dilaboratorium tergantung dari model yang digunakan, seringkali hasil pengukuran pada kondisi standar dipermukaan berbeda dengan kondisi yang sebenarnya direservoir. Oleh karena itu, untuk mendekati kondisi sebenarnya direservoir, pertimbangan aspek tekanan dan temperature dilaboartorium sangat membantu tercapainya kondisi tersebut. Berdasarkan data reservoir di Indonesia yang berada pada kedalaman beberapa ribu feet, maka model yang didesign dilaboratorium disarankan agar memiliki spesifikasi sebagai berikut : - Temperatur makasimum 400 o F - Beban axial maksimum 3500 psia dan tekanan radial maksimum 1500 psia - Fluida yang digunakan berupa air formasi, oil atau gas Dengan model laboratorium tersebut, maka dari data pengukuran yang diperoleh dapat dievaluasi efek tekanan radial (confining pressure) dan temperature tertentu terhadap rock strength properties. 2. DESKRIPSI SINGLE STAGE TRIAXIAL COMPRESSIVE TEST PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI Tujuan Gambar [1.4].Contoh hasil pengukuran Multistage Triaxial Compressive Test (MST) Sistem uji Triaxial telah dikembangkan untuk mempelajari sifat kekuatan batuan reservoir dengan mengukur secara langsung dilaboratorium terhadap parameter kekutan batuan tersebut. Pada sistem uji triaxial konvensional, specimen mendapatkan beban dari arah axial (maksimum principal stress) dan arah radial (minimum principal stress) sedangkan intermediate principal stress dianggap sama dengan minimum principal stress. Temperatur yang bekerja pada alat tersebut biasanya disesuaikan dengan kondisi standar permukaan. Jika ditinjau kembali specimen batuan reservoir yang diambil dari Ecep Muhammad Mujib, , Semester /2010 2

3 kedalaman tertentu yang memiliki kondisi temperatur yang berbeda dengan kondisi permukaan, menyebabkan hasil pengukuran dipermukaan berbeda dengan kondisi reservoir sebenarnya. Oleh karena itu, pada alat Single Stage Triaxial Compressive Test yang kami kembangkan memperhitungkan efek temperature, sehingga model laboratorium akan mendekati kondisi reservoir sebenarnya. Model seperti ini dapat menghilangkan setidaknya asumsi yang sebelumnya dianggap tidak mempangaruhi terhadap sifat kekuatan batuan reservoir yaitu akibat perubahan temperature. Model seperti ini, tidak hanya digunakan untuk mempelajari sifat kekuatan batuan yang dipengaruhi oleh masing-masing stress radial dan perubahan temperatur, akan tetapi dapat sekaligus mempelajari pengaruh secara kombinasi dari stress radial dan temperatur. Properties Statik Elastisitas Batuan 2 Stress merupakan besarnya gaya yang bekerja pada suatu luas bidang tertentu. Ketika suatu benda diberikan gaya atau beban, maka benda tersebut akan mengalami perubahan secara fisik, perubahan tersebut tergantung terhadap modulus elastik dari benda tersebut. Apabila beban yang diebrikan melebihan batas elstisitasnya maka benda tersebut akan mengalami failure. Modulus elastik statik terdiri dari Young s Modulus dan Poisson Ratio. Young s Modulus merupakan perabandingan besarnya beban yang diberikan terhadap perubahan bentuk dari benda tersebut (strain). Sedangkan Poisson Ratio merupakan perbandingan strain yang terjadi secara lateral terhadap strain axialnya Konsep Dasar Single Stage Triaxial Compressive Test dirangkai untuk mensimulasikan lingkungan reservoir ke skala laboratorium, untuk mendapatkan model laboratorium seperti itu ada beberapa konsep yang diterapkan dalam merangkainya, yaitu : Gradien Tekanan dan Temperatur Specimen batuan reservoir yang diambil pada kedalaman tertentu, menjadi salah satu pertimbangan dalam merangkai alat SST ini. Berdasarkan asal keberadaan batuan reservoir pada kedalaman tertentu setidaknya ada dua parameter yang harus dipertimbangkan, yaitu tekanan dan temperatur. Kedua parameter tersebut merupakan fungsi dari kedalaman, semakin dalam posisi batuan reservoir, temperatur dan tekanan lingkungan reservoirnya akan semakin meningkat. Hubungan seperti ini biasa dikenal dengan gradien tekanan dan temperatur. Pengetahuan menganai gradien tekanan dan temperatur sangat berguna untuk mengetahui kondisi lingkungan reservoir yang akan dimodelkan dalam skala laboratorium, tetapi yang menjadi pilihan utama untuk mengetahui secara pasti kondisi lingkungan reservoir yang sebenarnya adalah dengan mengukur secara langsung parameter lingkungan reservoir tersebut. Konsep gradien ini digunakan apabila ada keterbatasan dalam pengambilan data lingkunga reservoir secara langsung. Kelemahan dari konsep gradien ini ialah menganggap kondisi batuan dibawah permukaan dalam kondisi normal untuk setiap kedalaman, sedangkan dalam kenyataannya dapat dimungkinkan akan bertemu dengan lapisan batuan yang abnormal. Meskipun mempunyai kelemahan seperti itu, konsep gradien sangat berguna untuk mendekati kondisi lingkungan yang sebenarnya dibandingkan hanya dengan menganggap sama dengan kondisi dipermukaan. Gambar [2.1]. benda silindris yang diberikan beban tertentu pada arah axial. Gambar [2.0] dapat membantu dalam memahami hubungan antara parameter modulus elastik statik yang satu dengan yang lainnya, secara matematis parameter-parameter tersebut ialah : - Stress σ = F A [1] - Strain ε a = l dan ε l r = r [2] r Strain volume untuk silindris : ε v = ε a + 2ε r - Young s Modulus Y = σ a ε v [3] - Poisson Ratio v = ε r ε a [4] Tanda negatif pada poisson ratio,dikarenakan harga strain radial bernilai negatif (dt<do). Failure criterion (Mohr-Coloumb) 2 Shear failure dapat terjadi ketika shear stress yang bekerja pada suatu bidang terlalu besar. Shear failure dapat didefinisikan : τ = f(σ) [5] Dimana σ, stress normal dan τ, shear stress yang bekerja disepanjang bidang. Hubungan stress normal dan shear stress dari persamaan [5] diatas dapat dideskripsikan pada lingkaran Mohr. Lingakran Mohr yang dibentuk dari kedua parameter tersebut memberikan informasi mengenai batas daerah failure. Ecep Muhammad Mujib, , Semester /2010 3

4 Gambar [2.2] menjelaskan hubungan τ vs σ. Informasi yang diperoleh dari gambar tersebut salah satunya ialah semakin besar stress normal minimum (σ3) maka stress normal maksimumnya pun akan semakin besar, lingkaran yang dibentuk dari kedua stress tersebut merupakan batas daerah failure, sedangkan stress normal medium tidak mempengaruhi terhadap batas terjadinya failure. Hal ini sesuai dengan hipotesis dari Mohr, yaitu : pure shear failure hanya tergantung pada stress normal maksimum dan stress normal minimumdan tidak tergantung terhadap stress normal medium 3. Gambar [2.3]. Mohr Coloumb Criterion τ-σ. Gambar [2.4]. Mohr Coloumb Criterion pada bidang σ1-σ3 Gambar [2.2]. Diagram Mohr sebagai fungsi shear stress dan stress normal, juga menggambarkan hubungan principal stress normal (σ1, σ2, dan σ3) Dengan memilih bentuk sederhana dari fungsi f yang diasumsikan linear dengan terhadap Mohr Coloumb Criterion, maka dapat didefinisikan bahwa : τ = S o + μσ [6] Dimana So merupakan inherent shear strength atau cohesion dari suatu material dan µ sebagai coefficient of internal friction. Pada gambar [2.3] dapat didefinisikan internal friction angle Φ sebagai fungsi dari coefficient of internal friction yaitu μ = tan Φ [7] Sedangkan 2β merupakan sudut yang dibentuk dari lingkaran Mohr dengan failure line. Besarnya shear stress dan stress normal pada titik tersebut sebagai point of failure dapat didefinisikan oleh persamaan: τ = 1 2 σ 1 σ 3 sin 2β [8] σ = 1 2 σ 1 + σ σ 1 σ 3 cos 2β [9] β = Φ + π [10] 2 4 dengan mensubtitusikan persamaan [8] dan [9] kedalam persamaan [6], diperoleh hubungan σ1 dengan σ3, yaitu 1 2 σ 1 σ 3 sin 2β = S o + μ 1 2 σ 1 + σ σ 1 σ 3 cos 2β Bila persamaan diatas disederhanakan akan diperoleh: cos Φ 1+sin Φ σ 1 = 2S o + σ 1 sin Φ 3 [11] 1 sin Φ Hubungan σ1 dengan σ3 diperlihatkan pada gambar [2.4]. pada gambar tersebut harga α tidak sama dengan Φ, akan tetapi α dan Φ mempunyai hubungan sebagai berikut : tan α 1 sin Φ = [12] tan α+1 Ketika stress normal minimum (σ3) berharga nol, kondisi tersebut biasa disebut dengan Unconfined Compressive Strength (UCS), nilainya dapat ditentukan secara langsung pada pengukuran uniaxial test, atau secara tidak langsung dengan triaxial test. Alat SST yang didesign dapat digunakan untuk mengukur UCS baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan mengatur harga stress normal minimumnya (σ3). Secara tidak langsung harga UCS dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan [9] yang diturunkan dari persamaan [11] : cos Φ C o = 2S o = 2S 1 sin Φ o tan β [13] Sedangkan ketika harga stress normal maksimum (σ1) berharga sama dengan nol, maka harga σ3 merupakan Tensile Strength dari material tersebut. Dari persaman [10] dan [8], besarnya harga Tensile Strength dapat didefinisikan sebagai berikut : T o = 1 sin Φ C 1+sin Φ o [14] 2.3. Konfigurasi Triaxial Cell Triaxial cell pada SST didesign dengan menggunakan material baja yang mempunyai ketahanan akibat besarnya beban axial dan radial serta tingginya temperatur dan keberadaan fluida yang memungkinkan terjadinya korosi (terutama air formasi) pada rangkaian cell tersebut. SST yang bekerja pada tekanan dan temperature tinggi menjadikan pertimbangan dari ketiga parameter tersebut sangat diprioritaskan agar terjamin keamanan selama dilakukan pengujian. Secara lengkap konfigurasi SST dapat dilihat pada gambar [2.5] dan [2.6]. gambar tersebut memperlihatkan sistem pengujian specimen dengan memberikan beban dari arah axial dan radial yang dihasilkan oleh sistem hidrolik, serta mensimulasikan kondisi lingkungan Ecep Muhammad Mujib, , Semester /2010 4

5 reservoir dengan adanya fluida formasi yang diberikan temperatur tinggi melalui heating electric yang dipasang pada baja penghantar panas dibagian dalam cell. Sedanagkan bagian baja yang dibagian luar (jacket material) berperan dalam menyokong baja silindris didalamnya agar tidak terjadi kecelakaan akibat besarnya tekanan dan temperatur yang bekerja dalam cell tersebut. Sistem hidrolik yang digunakan pada SST ini dapat menghasilkan beban axial maksimum sebesar 10 Ton dan tekanan radialnya 1500 psia. Sedangkan heating electric didesign agar dapat memanaskan fluida didalam cell sampai temperature maksimum 482 o F. diinginkan selama pengukuran. Sistem dan bentuk nyata dari pengontrol temperatur pada SST dapa dilihat pada gambar [2.7] sampai [2.9]. Gambar [2.7] model pengontrol temperatur pada SST Gambar [2.5]. Kerangka Single Stage Triaxial Compressive Test. Gambar [2.8]. heating electric yang ditempelkan pada cell dengan dilengkapi gas bull (hambatan panas) dan indicator electric. Gambar [2.6]. Konfigurasi Single Stage Triaxial Compressive Test Temperatur Kontrol Temperatur pada cell triaxial dikontrol dengan menggunakan heating electric, panas yang dapat dihasilkannya dapat mencapai temperatur maksimum 482 o F. Panas yang dihasilkan dari heting electric dihantarkan oleh jacket heating agar dapat memanaskan fluida formasi (air formasi), panas pada fluida inilah yang kemudian akan memanasi specimen agar sesuai dengan temperatur lingkungan reservoir. Temperatur indicator dipasang untuk mengukur temperatur fluida dalam cell dan membantu mengontrol temperatur agar tercapai temperatur yang Gambar [2.9]. Sistem pengontrol temperatur pada Single Stage Compressive Test Agar kondisi temperatur didalam cell terjaga konstan, maka diantara jacket material dan heating jacket dilengkapi dengan gas bull yang dapat menghambat hantaran panas kelingkungan sekitar Stress Axial Kontrol Beban yang diterima specimen pada arah axial dikontrol oleh sistem hidrolik yang dapat menghasilkan beban maksimal 10 ton. Beban yang berasal dari hidrolik tersebut diteruskan oleh piston actuator (material baja) menuju specimen. Gambar Ecep Muhammad Mujib, , Semester /2010 5

6 [2.10] memperlihatkan sistem pembebanan arah axial terhadap specimen. Selama pengukuran berlangsung piston actuator akan selalu bergerak dan bagian tersebut menghubungkan langsung kondisi permukaan dengan fluida didalam cell yang betekanan dan temperature tinggi, kondisi ini akan memicu kebocoran fluida melalui ruang diantara piston actuator dengan jacket material, oleh karena itu ruang tersebut dilengkapai dengan bahan sejenis asbes (len packing) yang tahan terhadap tekanan dan temperature tinggi. Kehadirann bahan tersebut mengakibatkan adanya hambatan ketika dilakukan pembebanan, sehingga sebelum dilakukan pengukuran harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk mengetahui besarnya beban hambatan. Gambar [2.10]. sistem pembebanan specimen pada arah axial. Dimana m dalam Kg. karena, N cm 2 = psi Maka P = m (psi) Atau jika m dalam ton, P = m psi [15] Diameter specimen : 1.5 in Dengan cara yang sama seperti pada specimen berukuran 1 in, diperoleh : P = m (psi) [16] Diameter specimen : 2 in P = m (psi) [17] 2.6. Stress Radial Kontrol Sistem kontrol pada stress radial menggunakan sistem hdirolik yang sama halnya pada hidrolik stress axial, yang membedakannya ialah media yang digunakan untuk meneruskan beban yang dihasilakan hidrolik menuju specimen. Pada hidrolik stress axial yang berperan sebagai medianya adalah piston actuator (material baja) sedangkan pada stress radial menggunakan media fluida formasi (air formasi). Hidrolik stress radial dapat menghasilkan tekanan maksimum sebesar 1500 psia. Selain sebagai pemberi tekanan pada arah radial, tekanan yang dihasilkan oleh hidrolik ini dapat berperan sekaligus sebagai tekanan pori, karena pada SST ini mengasumsikan specimen dalam keadaan undrained. System hidrolik penghasil stress radial dapat dilihat pada gambar [2.12]. Gambar [2.12]. stress radial yang dihasilkan oleh sistem hidrolik Gambar [2.11].Bentuk nyata dari sistem hidrolik yang memberikan beban axial maksimum sebesar 10 ton Karena satuan dari beban axial masih dalam satuan metrik-ton, maka untuk mengkonversi kedalam satuan tekanan membutuhkan data luas lingkaran specimen yang dibebani. Karena dudukan specimen pada SST tersedia untuk tiga ukuran diameter maka, untuk menentukan tekanannya dapat digunakan persamaan berikut : Diameter specimen : 1 in A = πr 2 = π 2.54cm 2 P = mxg A 2 = cm 2 m (9.8) N = cm 2 = m ( cm 2) Gambar [2.13]. Rangkain hidrolik penghasil stress radial. Ecep Muhammad Mujib, , Semester /2010 6

7 2.7. Komponen Pelengkap Komponen pelengkap Single Stage Compressive Test salah satunya ialah tempat berdirinya specimen didalam cell. Apabila tidak ada komponen tersebut, kedudukan specimen didalam cell tidak stabil, dikhawatirkan posisinya tidak berada ditengah-tengah atau tidak pada posisi berdiri sebagai pengaruh masukannya fluida kedalam cell untuk memberikan stress radial. Tempat menyimpan specimen tersebut didesign dengan bentuk profil tertentu sehingga dapat dipasang-cabut untuk mempermudah pemasangan specimen. Bentuk profil tersebut dapat dilihat pada gambar [2.14] dan [2.15]. dudukan specimen tersedia untuk ukuran diameter 1 in, 1,5 in dan 2 in. Gambar [2.14]. Dudukan specimen pada posisi terpasang didalam cell. Gambar [2.15]. bentuk profil dudukan specimen. Kiri : bagian atas. Kanan : bagian bawah Prosedur Pengukuran Persiapan Specimen. Sample core atau specimen yang akan di ukur kekuatan batuannya di ukur terlebih dulu panjang dan diameternya (H/D:2/1) dan sesuai dengan dudukan specimen yang tersedia. Specimen yang sudah diukur selanjutnya dipanaskan (di oven) sehingga diperoleh berat keringnya. Hal ini dilakukan agar selama penjenuhan dengan fluida yang diinginkan benarbenar tersaturasi 100% oleh fluida tersebut. Setelah diperoleh specimen yang sudah tersaturasi langkah selanjutnya ialah persiapan alat SST. Persiapan Alat SST Pada tahapan ini sangat dituntut ketelitian dan kehati-hatian, karena pengukuran kekuatan batuan dengan SST bekerja pada tekanan dan temperatur tinggi, oleh karena itu setiap komponen pada alat SST harus terpasang pada posisi yang tepat, apabila tidak teliti terhadap setiap komponen dimungkinkan terjadi kebocoran, dan pengukuran harus diulang dari awal. Komponen SST yang harus diperiksa sebelum dilakukan pengkuran diantaranya : 1. Hidrolik : hdirolik axial dan hidrolik stress radial harus pada posisi terkunci 2. Heating electric : semua rangkain dari heating electric harus sudah terpasang dan menggunakan tegangan listrik 220 volt. 3. Periksa komponen cell mulai dari tutup cell, dudukan specimen, dan valve serta pastikan sudah pada posisi masingmasing. Pengujian specimen Apabila specimen dan alat SST sudah siap digunakan, maka pengujian kekuatan batuan dari specimen tersebut dapat dimulai. Langkah-langkah yang harus diperhatikan selama pengujian specimen tersebut diantaranya : 1. Letakan specimen tepat pada dudukan specimen didalam cell 2. Isi cell dengan fluida yang diinginkan (misalnya fresh water), apabila cell hampir penuh, pengisian fluida selanjutnya melalui tabung hidrolik stress radial setelah dipastikan bahwa tutup cell terpasang dengan rapat. 3. Berikan stress radial sesuai yang diharapkan dengan menggunakan hidrolik stress radial, apabila sudah mencapai stress radial tertentu, panaskan fluida dalam cell dengan mengatur heating electric pada temperature tertentu, setalah mencapai temperature tertentu diamkan selama 2 jam 4 4. Berikan beban axial sekaligus lakukan pembacaan pada gauge ketika specimen mulai terjadi failure dan hentikan pengukuran 5. Untuk pengukuran specimen yang lainnya, lakukan langkah diatas berulang kali. 3. UJI TRIAXIAL TERHADAP CORE SINTETIK Sample core (specimen) yang digunakan dalam uji coba alat SST ini menggunkan core sintetik (buatan). Komposisi berat core sintetik terdiri dari 80% pasir dan 20% semen. Karena SST memerlukan cukup banyak sample core (minimal tiga buah), diharapkan dengan komposisi tersebut sample core dapat dianggap mewakili batuan yang diambil pada tempat dan lingkungan yang sama, sehingga dalam analisis terhadap perubahan stress radial dan temperatur tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis batuan (asumsi : sample core tersebut bersumber dari batuan yang sama). Ukuran sample core tersebut memiliki perbandingan panjang dan diameternya 2:1 (standar ISRM) 2. Dengan ukuran seperti itu, sample core diharapkan dapat mengakomodasi penetrasi shear kesegala bagian dari sample core tersebut. Oleh Ecep Muhammad Mujib, , Semester /2010 7

8 karena itu, core sintetik yang akan digunakan dalam pengujian kali ini menggunakan ukuran panjang 2 in dan diameter 1 in. sebelum dilakukan tes, sample core tersebut dijenuhkan terlebih dahulu dengan fluida reservoir (air formasi) selama 24 jam. Besarnya tekanan axial yang dibebankan sepanjang pengujian dapat langsung dibaca pada indicator tekanan sampai sample core tersebut terjadi failure pada kondisi stress radial dan temperatur tertentu. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh stress radial, temperatur dan kombinasi dari keduanya Data Hasil Pengukuran Pengujian kekuatan batuan dari specimen tersebut dilakukan dengan pengujian uniaxial dan triaxial. Untuk triaxial specimen diperlakukan dengan diberikan stress radial yang berbeda-beda pada temperatur tertentu. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada table [3.1] dan [3.2]. Table [3.1]. Pengukuran kekuatan batuan dari specimen dengan metode uniaxial uniaxial No. sample σ3 (psi) σ1 (Ton) σ1 (psi) Table [3.2] Pengukuran kekuatan batuan dari specimen dengan menggunakan metode triaxial (SST) Triaxial Temperatur 30 C No sample σ3 (psi) σ1 (Ton) σ1 (psi) Temperatur 90 C No sample σ3 (psi) σ1 (Ton) σ1 (psi) Failure Criterion (Mohr-Coloumb) Untuk membuat failure criterion dari Mohr- Coloumb dapat menggunkan persamaan [5] sampai [14] yang sudah dibahas sebelumnya. σ1 (psi) Gambar [3.1]. hubungan stress axial dengan stress radial. Menentukan sudut pecah (friksi internal) Dari gambar [3.1] diperoleh harga gradien (tanα) untuk masing-masing temperatur, yaitu : Temperatur 30 o C tanα = α = 86 0 Maka sudut pecahnya ialah : sin Φ = tan α 1 tan α+1 = = Φ = 62 o Friksi internal = tan Φ = β=62+90=152 Temperatur 90 o C tanα = α = 83 0 Maka sudut pecahnya ialah : sin Φ = y = 16.02x R² = tan α 1 = = tan α Φ = 51 o Friksi internal = tan Φ = β=51+90=141 Menentukan cohesive strength Cohesive strength dapat ditentukan dengan persamaan [11] yang disusun kembali menjadi : S o = σ 1 + sin Φ 1 σ 3 1 sin Φ 2 cos Φ 1 sin Φ Temperatur 30 o C σ 1 = 7013 σ 3 = 140 psi S o = 593 psi Temperatur 90 o C σ 1 = 4909 psi σ 3 = 140 psi S o = 671 psi Triaxial Tes y = 8.014x R² = σ3 (psi) Temperatur 30 C Temperatur 90 C Ecep Muhammad Mujib, , Semester /2010 8

9 Failure criterion (mohr-coloumb) Temperatur 30 o C kondisi awal jarak antara piston actuator dengan specimen ada ruang sekitar 5mm. sedangkan apabila hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan [13] dibandingkan dengan interpolasi dari gambar [3.1], hasilnya tidak begitu jauh berbeda, karena persamaan [13] membutuhkan input data dari gambar [3.1] yaitu gradiennya Efek Stress Radial Gambar [3.2]. failure criterion untuk specimen batuan pada temperatur 30 o C Temperatur 90 o C Dari data hasil pengukuran dapat terlihat dengan jelas bahwa semakin besar stress radial yang diberikan pada specimen, maka tekanan failure specimen tersebut semakin besar. gambar [3.4] dan [3.5] menunjukan hubungan stress radial dengan axial. Triaxial Tes Pada Temperatur 30 o C σ1 (psi) σ3 (psi) Gambar [3.3]. ]. failure criterion untuk specimen batuan pada temperatur 90 o C 3.3. Penentuan Unconfined Compressive Strength Unconfined Compressive Strength (UCS) UCS (Co) dapat ditentukan secara langsung dengan metode uniaxial, hasil dari metode ini harga UCS sama dengan harga σ1 pada table [3.1]. sedangkan dengan metode SST, UCS dapat ditentukan dari gambar [3.1] dengan menarik persamaan garis, dan harga UCS diambil pada saat harga σ3 sama dengan nol, dan yang terakhir UCS juga dapat ditentukan melalui persamaan [12]. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada table dibawah ini. Table [3.3]. Penentuan harga UCS UCS Temperatur Ruangan 30 C 90 C Uniaxial rata-rata (psi) 3460 triaxial (psi) persamaan [12] (psi) Dari ketiga harga UCS hasil melalui Triaxial lebih besar daripada dengan uniaxial, hal ini dikarena ada pengaruh air yang berada selama masa pengukuran, jadi beban yang berasal dari beban axial ada sebagian yang tertahan oleh air, karena pada Gambar [3.4] hubungan stress axial dengan stress radial pada temperatur 30 o C σ1 (psi) Triaxial Tes Pada Temperatur 90 o C Gambar [3.5] hubungan stress axial dengan stress radial pada temperatur 30 o C Analisa mengenai perubahan stress radial (confining stress) dapat dilakukan dengan metode triaxial, sedangkan uniaxial tidak dapat melakukan hal sperti ini. Adanya tekanan confining yang semakin besar akan memberikan dukungan pada specimen, sehingga tekanan failure dari specimen tersebut akan meningkat. Kelakuan seperti ini dinamakan dengan strain hardening Efek Temperatur σ3 (psi) Pengaruh temperatur terhadap kekuatan batuan dapat diidentifikasi melalui besarnya tekanan failure pada kondisi temperatur yang berbeda-beda. Hasil pengujian terhadap specimen batuan pada temperatur Ecep Muhammad Mujib, , Semester /2010 9

10 30 o C dan 90 o C dapat dilihat pada gambar [3.6]. dari gambar tersebut terlihat bahwa semakin tinggi temperatur, tekanan falirure batuan akan semakin menurun, hal ini dimungkinkan karena adanya kerusakan pada system sementasi batuan tersebut akibat adanya pemanasan. Inilah salah satu manfaat dari SST, dapat menganalisis perubahan sifat kekuatan batuan akibat perubahan temperatur. Sehingga model sebenarnya direservoir dapat didekati dengan model laboratorium. σ1 (psi) Triaxial Test Pada Tempertur Yang Berbeda Gambar [3.6]. hubungan tekanan failure terhadap temperatur. 4. KESIMPULAN 1. parameter temperatur dan tekanan sangat penting dalam mensimulasikan kondisi reservoir kedalam skala laboratorium. 2. alat Single Stage Triaxial Compressive Test dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh temperatur dan confining pressure terhadap sifat kekautan batuan. 3. Meningkatnya temperatur menyebabkan kekuatan batuan mengalami penurunan, sedangkan dengan meningkatnya confining pressure menyebabkan kekuatan batuan mengalami peningkatan. 5. REKOMENDASI σ3 (psi) Temperatur 30 C Temperatur 90 C Temperatur 30 C Temperatur 90 C 1. Alat Single Stage Compressive Strength dapat dilengkapi dengan strain gauge dan sensor computer agar dapat menganalisa perubahan strain, baik secara radial maupun axial. 2. Sistem hidrolik yang sekarang terpasang kedepannya dapat diganti dengan sistem motor listrik agar proses pengukuran lebih sederhana. 3. Dilakukan pengkajian lebih mendalam mengenai perubahan sifat fluida selama berada didalam cell agar hasil pengukuran lebih akurat. 4. dilakukan kajian lebih mendalam pengaruh perubahan fluida yang digunakan didalam cell (misalnya gas dan oil) terhadap sifat kekuatan batuan. 6. DAFTAR SIMBOL σ : stress σ1 : principal stress normal maksimum σ2 : principal stress normal medium σ3 : principal stress normal minimum σr : stress radial τ : shear stress So : cohesive strength µ : koefisien friksi internal. Φ : sudut pecah Co : unconfined compressive strength To : tensile strength A : luas permukaan P : tekanan F : gaya UCS : unconfined compressive strength SST : Single Stage Compressive Test MST : Multi Stage Compressive Test 7. DAFTAR PUSTAKA 1. Khaksar. A, Taylor. P.G, Fang. Z, Keyes.T, Sazalar. A, Rahman. K, Rock Strength from core and log : where we sstand and ways to go, SPE , annual conference and exhibition held in Amsterdam, The Netherland, 8-11 juni Fjaer. E, Rune. M, Horsud. P, Raaen. A M, and Risnes. R, : petroleum realted rock mechanic, Elsevier, Tokyo-London-New York Ahmed S. Abou-Sayed.: Reservoir Stimulation. 4. Descamps. F, and Tsibangu. J P, : Development of an automated triaxial system for thermo-hydro-mechanical testing of rock, ARMA , San Francisco, june 29-july 2, C.M. Ross, SPE, E.R. Rangel-German*, SPE, and L.M. Castainer, SPE, Stanford U.; P.S. Hara, SPE, Tidelands Oil Production Co.; and A.R. Kovscek, SPE, Stanford U.: A Laboratory Investigation of Temperature Induced Sand Consolidation, paper SPE 92398, 2005 SPE Western Regional Meeting, Irvine, CA, U.S.A., Denney, D Ultradeep HP/HT completions :classification, design methodologies and technical challenges. Journal of Petroleum Technology 59 : 3, Jaeger, J.C. and Cook, N.W Fundamentals of rock mechanics. 3 rd edition. London: Chapman and Hall. Ecep Muhammad Mujib, , Semester /

DESIGN LAB APPARATUS: SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI

DESIGN LAB APPARATUS: SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI JTM Vol. XVI No. 3/2009 DESIGN LAB APPARATUS: SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI Ecep Muhammad Mujib 1, Taufan Marhaendrajana 1 Sari Single Stage Compressive Test merupakan

Lebih terperinci

Pengembangan Resin untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir)

Pengembangan Resin untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir) Pengembangan untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir) Taufan Marhaendrajana, ITB; Gema Wahyudi Purnama, ITB; Ucok W. Siagian, ITB Abstract Terjadinya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Elastik Linier (reversible)

BAB II DASAR TEORI. Elastik Linier (reversible) 6 BAB II DASAR TEORI 2.1 erilaku Batuan Batuan mempunyai perilaku yang berbeda-beda pada saat menerima beban. erilaku ini dapat ditentukan dengan pengujian di laboratorium yaitu dengan pengujian kuat tekan.

Lebih terperinci

Kuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc.

Kuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc. Kuat Geser Tanah Shear Strength of Soils Dr.Eng. gus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Keamanan atau kenyamanan struktur yang berdiri di atas tanah tergantung pada kekuatan

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 KRITERIA KERUNTUHAN MOHR COULOMB Keruntuhan geser (shear

Lebih terperinci

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 KEKUATAN GESER TANAH PENGERTIAN Kekuatan tanah untuk memikul beban-beban atau gaya yang dapat menyebabkan kelongsoran, keruntuhan, gelincir dan pergeseran

Lebih terperinci

Strain, Stress, dan Diagram Mohr

Strain, Stress, dan Diagram Mohr TUGAS GL-2212 GEOLOGI STRUKTUR Strain, Stress, dan Diagram Mohr Oleh: Hafidha Dwi Putri Aristien NIM 12111003 Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi

Lebih terperinci

Cara uji tekan triaksial pada batu di laboratorium

Cara uji tekan triaksial pada batu di laboratorium SNI 2815:2009 Standar Nasional Indonesia Cara uji tekan triaksial pada batu di laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

8. PENETAPAN KEKUATAN GESER TANAH

8. PENETAPAN KEKUATAN GESER TANAH Penetapan Kekuatan Geser Tanah 83 8. PENETAPAN KEKUATAN GESER TANAH Achmad Rachman dan S. Sutono 1. PENDAHULUAN Kekuatan geser tanah (soil shear strength) dapat didefinisikan sebagai kemampuan maksimum

Lebih terperinci

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh 786 / FT.01 / SKRIP / 04 / 2008 PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI Oleh MIRZA RIO ENDRAYANA 04 03 01 047 X DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KUAT GESER TANAH YULVI ZAIKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAK.TEKNIK UNIV. BRAWIJAYA

KUAT GESER TANAH YULVI ZAIKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAK.TEKNIK UNIV. BRAWIJAYA KUAT GESER TANAH YULVI ZAIKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAK.TEKNIK UNIV. BRAWIJAYA Pengertian Kriteria keruntuhan Mohr Coulomb Stress Path Penentuan parameter kuat geser Kuat geser tanah non kohesif dan kohesif

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG KORELASI ANTARA KEPADATAN RELATIF TANAH PASIR TERHADAP KAPASITAS TEKAN DAN TINGGI SUMBAT PADA MODEL PONDASI TIANG PANCANG PIPA TERBUKA DENGAN DIAMETER TERTENTU YANWARD M R K NRP : 0521026 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN

BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN Pengujian dilakukan di Laboratorium Geomekanika, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung. Pengujian diawali dengan kegiatan pengeboran dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2 KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.

Lebih terperinci

Variasi IV. C (MPa) 12,49. (MPa) (MPa) ( o ) 37,90 1 5,00 75, ,50 100, ,00 130, ,00 153, ,00 180,09. 3 = Confining Pressure

Variasi IV. C (MPa) 12,49. (MPa) (MPa) ( o ) 37,90 1 5,00 75, ,50 100, ,00 130, ,00 153, ,00 180,09. 3 = Confining Pressure Variasi IV No 3 1 C 12,49 ( o ) 37,90 1 5,00 75,06 2 12,50 100,21 3 19,00 130,02 4 25,00 153,10 5 30,00 180,09 3 = Confining Pressure 1 = Axial Pressure c = Cohesion = Friction angle KRITERIA BIENIAWSKI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Uraian Singkat Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro Pembangunan Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro, merupakan proyek pembangunan Track dan Jalur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM SUMUR

BAB II TINJAUAN UMUM SUMUR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI...... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vii viii x xi BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data lapangan dilakukan pada lokasi terowongan Ciguha Utama level 500 sebagaimana dapat dilihat pada lampiran A. Metode pengumpulan

Lebih terperinci

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis, SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGUKUR BEBAN KERETA API. Enda Permana* )

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGUKUR BEBAN KERETA API. Enda Permana* ) PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGUKUR BEBAN KERETA API Enda Permana* ) ABSTRAK PERANCANGAN DAN PEMBUTAN ALAT PENGUKUR BEBAN RODA KERETA API. Tujuan dari percobaan ini adalah membuat suatu disain alat

Lebih terperinci

KERUNTUHAN AKIBAT GESER

KERUNTUHAN AKIBAT GESER KUAT GESER TANAH 1 KERUNTUHAN AKIBAT GESER Tanah umumnya runth akibat geser strip footing embankment failure surface mobilised shear resistance Pada saat runtuh, nilai tekanan (beban) sepanjang bidang

Lebih terperinci

M VII KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG (Indirect Brazillian Tensile Strength Test)

M VII KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG (Indirect Brazillian Tensile Strength Test) M VII KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG (Indirect Brazillian Tensile Strength Test) 3.5.1 Tujuan pengujian Kuat Tarik Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kuat tarik batuan secara tidak langsung, pengertian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, hasil dan data yang diperoleh diolah dan dianalisis sedemikian rupa untuk didapatkan kesimpulan sesuai tujuan penelitian

Lebih terperinci

TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED) ASTM D

TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED) ASTM D 1. LINGKUP Percobaan ini mencakup uji kuat geser untuk tanah berbentuk silinder dengan diameter maksimum 75 mm. Pengujian dilakukan dengan alat konvensional dalam kondisi contoh tanah tidak terkonsolidasi

Lebih terperinci

BAB III DATA PERENCANAAN

BAB III DATA PERENCANAAN BAB III DATA PERENCANAAN 3.1 Umum Perencanaan pondasi tiang mencakup beberapa tahapan pekerjaan. Sebagai tahap awal adalah interpretasi data tanah dan data pembebanan gedung hasil dari analisa struktur

Lebih terperinci

PREDIKSI SUDUT GESEK INTERNAL TANAH BERDASARKAN SUDUT DILATASI PADA UJI GESER LANGSUNG

PREDIKSI SUDUT GESEK INTERNAL TANAH BERDASARKAN SUDUT DILATASI PADA UJI GESER LANGSUNG PREDIKSI SUDUT GESEK INTERNAL TANAH BERDASARKAN SUDUT DILATASI PADA UJI GESER LANGSUNG Prediction of Soil Friction Angle by Dilatation Angle on Direct Shear Test Sumiyanto, Gandjar Pamudji dan Hery Awan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineral-mineral tertentu yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan

Lebih terperinci

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, III. METODELOGI Terdapat banyak metode untuk melakukan analisis tegangan yang terjadi, salah satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, FEM). Metode elemen hingga adalah prosedur

Lebih terperinci

TRIAKSIAL PADA KONDISI UNCONSOLIDATED-UNDRAINED (ASTM D (1999))

TRIAKSIAL PADA KONDISI UNCONSOLIDATED-UNDRAINED (ASTM D (1999)) XII. TRIAKSIAL PADA KONDISI UNCONSOLIDATED-UNDRAINED (ASTM D 2850-95 (1999)) I. MAKSUD Maksud percobaan adalah untuk menentukan parameter geser tanah dengan alat triaksial pada kondisi unconsolidated undrained

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Pendahuluan Analisis pengaruh interaksi tanah-struktur terhadap faktor amplifikasi respons permukaan dilakukan dengan memperhitungkan parameter-parameter yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

NAJA HIMAWAN

NAJA HIMAWAN NAJA HIMAWAN 4306 100 093 Ir. Imam Rochani, M.Sc. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. ANALISIS PERBANDINGAN PERANCANGAN PADA ONSHORE PIPELINE MENGGUNAKAN MATERIAL GLASS-REINFORCED POLYMER (GRP) DAN CARBON STEEL BERBASIS

Lebih terperinci

PRESSUREMETER TEST (PMT)

PRESSUREMETER TEST (PMT) PRESSUREMETER TEST (PMT) Uji pressuremeter (PMT) adalah uji lapangan yang terdiri atas probe silinder panjang yang dikembangkan secara radial di dalam tanah sekelilingnya, dengan menggunakan sejumlah cairan

Lebih terperinci

Konversi Konstanta Elastik Dinamik ke Statik pada Porositas Hidrokarbon Batupasir (Sandstone)

Konversi Konstanta Elastik Dinamik ke Statik pada Porositas Hidrokarbon Batupasir (Sandstone) Konversi Konstanta Elastik Dinamik ke Statik pada Porositas Hidrokarbon Batupasir (Sandstone) Mochammad Ahied Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura Jalan Raya Telang

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI a BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Pada pelaksanaan Tugas Akhir ini, kami menggunakan software PLAXIS 3D Tunnel 1.2 dan Group 5.0 sebagai alat bantu perhitungan. Kedua hasil perhitungan software ini akan dibandingkan

Lebih terperinci

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL KEKUATAN MATERIAL Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami sifat-sifat material Mahasiswa memahami proses uji tarik Mahasiswa mampu melakukan

Lebih terperinci

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : REKAYASA TANAH & BATUAN 1 SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Sifat fisik batuan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia () 3. Hutomo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.I Kegiatan Penelitian Dalam pengujian yang dilakukan menggunakan tanah gambut yang berasal dari Desa Tampan, Riau. Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi pengujian triaksial

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERKUATAN PONDASI JEMBATAN CABLE STAYED MENADO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM GROUP 5.0 DAN PLAXIS 3 DIMENSI

PERENCANAAN PERKUATAN PONDASI JEMBATAN CABLE STAYED MENADO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM GROUP 5.0 DAN PLAXIS 3 DIMENSI PERENCANAAN PERKUATAN PONDASI JEMBATAN CABLE STAYED MENADO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM GROUP 5.0 DAN PLAXIS 3 DIMENSI TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk BAB I PENDAHULUAN Sistem Perpipaan merupakan bagian yang selalu ada dalam industri masa kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk mentransportasikan fluida adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh

BAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh BAB III TEORI FISIA BATUAN III.1. Teori Elastisitas Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh sifat elastisitas batuan, yang berarti bahwa bagaimana suatu batuan terdeformasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH

BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH 3.1 Konsep Perancangan Gedung bertingkat yang penulis tinjau terdiri atas 12 lantai dan 3 lantai basement, dimana basement 1 sebenarnya merupakan Sub-Basement

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penulisan tugas akhir ini adalah Perencanaan kemantapan lereng (Slope

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penulisan tugas akhir ini adalah Perencanaan kemantapan lereng (Slope BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 OBJEK PENULISAN Objek penulisan tugas akhir ini adalah Perencanaan kemantapan lereng (Slope Stability) pada dasar galian basement pada Proyek Gedung Jakarta Pusat. 3.2

Lebih terperinci

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline Sidang Tugas Akhir Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline HARIONO NRP. 4309 100 103 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Handayanu, M.Sc 2. Yoyok Setyo H.,ST.MT.PhD

Lebih terperinci

III. KUAT GESER TANAH

III. KUAT GESER TANAH III. KUAT GESER TANAH 1. FILOSOFI KUAT GESER Kuat geser adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Kegunaan kuat geser Stabilitas lereng σ γ γ γ Daya dukung

Lebih terperinci

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH O. B. A. Sompie Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Dam dari timbunan tanah (earthfill dam) membutuhkan

Lebih terperinci

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN 25 Juni 2012 ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN. (LOKASI: DESA GOSARI KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( ) TUGAS AKHIR PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH BASEMENT DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS v8.2 (Proyek Apartemen, Jl. Intan Ujung - Jakarta Selatan) Diajukan sebagai syarat untuk meraih

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PEMBASAHAN TERHADAP PARAMETER KUAT GESER c, ϕ DAN ϕ b TANAH LANAU BERPASIR TAK JENUH ABSTRAK

PENGARUH PROSES PEMBASAHAN TERHADAP PARAMETER KUAT GESER c, ϕ DAN ϕ b TANAH LANAU BERPASIR TAK JENUH ABSTRAK PENGARUH PROSES PEMBASAHAN TERHADAP PARAMETER KUAT GESER c, ϕ DAN ϕ b TANAH LANAU BERPASIR TAK JENUH Mentari Surya Pratiwi NRP : 0921017 Pembimbing : Ir. Asriwiyanti Desiani, M.T. ABSTRAK Pada dasarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineralmineral tertentu yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu

Lebih terperinci

STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN SYMMETRIC INVOLUTE. Disusun oleh Mohamad Zainulloh Rizal

STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN SYMMETRIC INVOLUTE. Disusun oleh Mohamad Zainulloh Rizal STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN SYMMETRIC INVOLUTE Disusun oleh Mohamad Zainulloh Rizal 2110100112 STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN

Lebih terperinci

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D 1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI

Lebih terperinci

UNCONFINED COMPRESSION TEST (UCT) ASTM D

UNCONFINED COMPRESSION TEST (UCT) ASTM D 1. LINGKUP Uji kuat tekan bebas dimaksudkan untuk memperoleh kuat geser dari tanah kohesif. 2. DEFINISI Kuat tekan bebas (q u ) adalah harga tegangan aksial maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji silindris

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci

GAYA PEMBENTUK GEOLOGI STRUKTUR

GAYA PEMBENTUK GEOLOGI STRUKTUR GAYA PEMBENTUK GEOLOGI STRUKTUR Gaya a) Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan suatu benda. b) Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda (gaya gravitasi

Lebih terperinci

TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG KORELASI BESAR DIAMETER PONDASI MODEL TIANG PANCANG PIPA TERBUKA TERHADAP KAPASITAS TEKAN DAN TINGGI SUMBAT DALAM TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN RELATIF TERTENTU DAVID SULASTRO NRP : 0521018 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Lokasi pengambilan sampel tanah berasal dari proyek jembatan pengarengan jalan tol Cinere Jagorawi Sesi II, Depok, Jawa Barat. Untuk pengujian pemodelan matras dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KEGIATAN PENELITIAN Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi persiapan contoh tanah uji dan pengujian untuk mendapatkan parameter geser tanah dengan uji Unconfined dan

Lebih terperinci

TEKANAN TANAH LATERAL

TEKANAN TANAH LATERAL TEKANAN TANAH LATERAL Tekanan lateral tanah adalah tekanan oleh tanah pada bidang horizontal. Contoh aplikasi teori tekanan lateral adalah untuk desain-desain seperti dinding penahan tanah, dinding basement,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh : TITIK ERNAWATI

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh : TITIK ERNAWATI TUGAS AKHIR DESAIN TURAP PENAHAN TANAH DENGAN OPTIMASI LETAK DAN DIMENSI PROFIL PADA LOKASI SUNGAI MAHAKAM KALIMANTAN TIMUR MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS V.8.2 Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

Cara uji modulus elastisitas batu dengan tekanan sumbu tunggal

Cara uji modulus elastisitas batu dengan tekanan sumbu tunggal Standar Nasional Indonesia Cara uji modulus elastisitas batu dengan tekanan sumbu tunggal ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Halaman Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2

Lebih terperinci

C iklm = sebagai tensor elastisitas

C iklm = sebagai tensor elastisitas Teori elastisitas menjadi dasar pokok untuk mendiskripsikan perambatan gelombang elastik. Tensor stress σ ik dan tensor strain ε ik dihubungkan oleh persamaan keadaan untuk suatu medium. Pada material

Lebih terperinci

4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS

4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab 4 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 PENENTUAN PARAMETER TANAH 4.1.1 Parameter Kekuatan Tanah c dan Langkah awal dari perencanaan pembangunan terowongan adalah dengan melakukan kegiatan penyelidikan tanah.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR ANALISIS

BAB III PROSEDUR ANALISIS BAB III PROSEDUR ANALISIS Dalam melakukan perencanaan desain, secara umum perhitungan dapat dibagi menjadi 2 yaitu: perencanaan secara manual dan perencanaan dengan bantuan program. Dalam perhitungan secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Percobaan yang dilakukan adalah percobaan dengan kondisi bukan gas penuh dan pengeraman dilakukan bertahap sehingga menyebabkan putaran mesin menjadi berkurang, sehingga nilai

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Sekayan Kalimantan Timur bagian utara merupakan daerah yang memiliki tanah dasar lunak lempung kelanauan. Ketebalan tanah lunaknya dapat mencapai 15

Lebih terperinci

Oleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana**

Oleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana** IDENTIFIKASI PENGARUH KEDALAMAN PENGUKURAN TEKANAN, SIFAT MINYAK, DAN BATUAN RESERVOIR TERHADAP PENENTUAN JUMLAH MINYAK AWAL di RESERVOIR DENGAN METODE MATERIAL BALANCE Oleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 24 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Persiapan Memasuki tahap persiapan ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dalam rangka penulisan tugas akhir ini. Adapun tahap persiapan ini meliputi hal-hal sebagai

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI STIFFNESS E 50 REF MENGGUNAKAN METODE GRAFIK DAN METODE HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR HALUS

ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI STIFFNESS E 50 REF MENGGUNAKAN METODE GRAFIK DAN METODE HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR HALUS ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI STIFFNESS E 50 REF MENGGUNAKAN METODE GRAFIK DAN METODE HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR HALUS Serkandi i Gouw Tjie Liong ii i Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1 93 LAMPIRAN 2 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK EC7 DA1 C1 (UNDRAINED) 94 LAMPIRAN 3 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN REGANGAN

TEGANGAN DAN REGANGAN Kokoh Tegangan mechanics of materials Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TEGANGAN DAN REGANGAN 1 Tegangan Normal (Normal Stress) tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus permukaan

Lebih terperinci

Fisika Batuan 2 sks/ MFG 2943

Fisika Batuan 2 sks/ MFG 2943 Fisika Batuan 2 sks/ MFG 2943 Fisika Batuan Assesment/ sistem penilaian KONTRAK KERJA/KULIAH 1. Mahasiswa harus hadir minimal 75 % kuliah 2. Hadir tepat waktu, tidak boleh terlambat dari jadwal yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 KEGIATAN PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan meliputi studi eksperimental laboratorium dan studi literatur terhadap beberapa penelitian yang berkaitan

Lebih terperinci

Analisis Model Fisik dan Model Numerik pada Daya Dukung Fondasi Lingkaran di Atas Tanah Lunak

Analisis Model Fisik dan Model Numerik pada Daya Dukung Fondasi Lingkaran di Atas Tanah Lunak Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 2 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juni 2017 Analisis Model Fisik dan Model Numerik pada Daya Dukung Fondasi Lingkaran di Atas Tanah Lunak DEVY

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata

Lebih terperinci

Bab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear

Bab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear Bab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear VI.1 Pengertian Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Model makroskopis adalah model yang

Lebih terperinci

PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK

PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI Roski R.I. Legrans ABSTRAK Efek samping dari produk yang dihasilkan suatu industri adalah limbah industri. Dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH JARAK ANTAR TIANG PADA KAPASITAS DUKUNG KELOMPOK TIANG PANCANG (UJI LAPANGAN) ABSTRAK

STUDI PENGARUH JARAK ANTAR TIANG PADA KAPASITAS DUKUNG KELOMPOK TIANG PANCANG (UJI LAPANGAN) ABSTRAK STUDI PENGARUH JARAK ANTAR TIANG PADA KAPASITAS DUKUNG KELOMPOK TIANG PANCANG (UJI LAPANGAN) Penyusun: Rizal Enggeletti NRP: 0721041 Pembimbing: Hanny Juliany Dani S.T., M.T. ABSTRAK Pondasi tiang pancang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN 3.1. Gaya-gaya Pada Kawat Baja Karbon 0,125 inch Pada dasarnya gaya-gaya yang mempengaruhi umur pemakaian dari kawat baja karbon 0,125 inch dikategorikan menjadi dua jenis,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURVA t-z PADA TANAH PASIRAN BERDASARKAN HASIL UJI GESER LANGSUNG DENGAN APLIKASI PADA PONDASI BOR BER-INSTRUMEN. Tesis.

PENGEMBANGAN KURVA t-z PADA TANAH PASIRAN BERDASARKAN HASIL UJI GESER LANGSUNG DENGAN APLIKASI PADA PONDASI BOR BER-INSTRUMEN. Tesis. PENGEMBANGAN KURVA t-z PADA TANAH PASIRAN BERDASARKAN HASIL UJI GESER LANGSUNG DENGAN APLIKASI PADA PONDASI BOR BER-INSTRUMEN Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Magister

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2. TEKANAN TANAH LATERAL At Rest...Rankine and Coulomb

MEKANIKA TANAH 2. TEKANAN TANAH LATERAL At Rest...Rankine and Coulomb MEKANIKA TANAH 2 TEKANAN TANAH LATERAL At Rest...Rankine and Coulomb UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 KRITERIA KERUNTUHAN MENURUT MOHR -

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Bahan konstruksi yang mulai diminati pada masa ini adalah baja. Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang sangat baik. Baja memiliki sifat keliatan dan kekuatan yang

Lebih terperinci

Analisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik

Analisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2016 Analisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik FADI MUHAMMAD AKMAL, YUKI

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Perhitungan Ketebalan Pipa (Thickness) Penentuan ketebalan pipa (thickness) adalah suatu proses dimana akan ditentukan schedule pipa yang akan digunakan. Diameter pipa

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

Cara uji geser langsung batu

Cara uji geser langsung batu Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

DISPLACEMENT PADA BATANG PRISMATIS DENGAN LUAS PENAMPANG BERVARIASI. Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session

DISPLACEMENT PADA BATANG PRISMATIS DENGAN LUAS PENAMPANG BERVARIASI. Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session DISPLACEMENT PADA BATANG PRISMATIS DENGAN LUAS PENAMPANG BERVARIASI Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session hadisaputra@live.com Page 1 Contoh Soal : Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Seminar Nasional Cendekiaan 205 ISSN: 60-8696 Studi Laboratorium Pengaruh Penggunaan Fluida omplesi CaBr 2 Terhadap Sifat Fisik Batuan Sandstone Sintetik Amry Nisfi Febrian, M. G. Sri Wahyuni, Listiana

Lebih terperinci

BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN

BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN 30 BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN Data data hasil penelitian mencakup semua data yang dibutuhkan untuk penentuan laju korosi dari metode metode yang digunakan (kupon, software, dan metal loss). Pengambilan

Lebih terperinci

LABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

LABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG REFERENSI Modul Praktikum Lab Uji Bahan Politeknik Negeri I. TUJUAN 1. Mengetahui kekuatan tanah terhadap gaya horizontal, dengan cara menetukan harga kohesi (c) dari sudut geser dalam ( ϕ ) dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahap Penjenuhan (Saturation Stage) Tahap Konsolidasi (Consolidation Stage), dan Tahap Penggeseran (Shear Stage)

BAB I PENDAHULUAN. Tahap Penjenuhan (Saturation Stage) Tahap Konsolidasi (Consolidation Stage), dan Tahap Penggeseran (Shear Stage) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Triaxial adalah salah satu metode pengujian yang bertujuan untuk mencari engineering properties tanah yang terdiri dari parameter c (kohesi) dan ϕ (sudut geser dalam).

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD Dalam tugas akhir ini, peneliti melakukan analisa dinamik connecting rod. Geometri connecting rod sepeda motor yang dianalisis berdasarkan

Lebih terperinci