LAPORAN SURVEI NASIONAL MEMBACA PETA DUKUNGAN & ELEKTABILITAS CAPRES-CAWAPRES 2014

dokumen-dokumen yang mirip
KECENDERUNGAN SIKAP & PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014

EVALUASI PUBLIK TERHADAP KINERJA 6 BULAN PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

MEDIA SURVEI NASIONAL

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

Poltracking LAPORAN SURVEI NASIONAL MENAKAR PETA POLITIK 2014: PENGARUH FIGUR TERHADAP KONFIGURASI POLITIK 2014 TEMUAN SURVEI NASIONAL JANUARI 2014

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik

PEMILIH MENGAMBANG DAN PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN PARTAI POLITIK

QUICK COUNT PILPRES & PILKADA PALING PRESISI PROPOSAL SURVEI PILKADA SERENTAK 2018

LAPORAN SURVEI NASIONAL & MEDIA MONITORING RESAERCH PREDIKSI ELEKTABILITAS PARTAI PADA PEMILU 2014

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016

REFLEKSI 17 TAHUN REFORMASI EVALUASI PUBLIK KINERJA INSTITUSI DEMOKRASI

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

13 HARI YANG MENENTUKAN HEAD TO HEAD PRABOWO HATTA VS JOKOWI - JK. Lingkaran Survei Indonesia Juni 2014

ISU KEBANGKITAN PKI SEBUAH PENILAIAN PUBLIK NASIONAL. Temuan Survei September 2017

MENAKAR KANDIDAT CAPRES & PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU PRESIDEN 2014

DEBAT CAPRES-CAWAPRES DAN KECENDERUNGAN SIKAP PEMILIH

LAPORAN SURVEI NASIONAL Persepsi Publik Terhadap Kepala Daerah Berprestasi 29 SEPTEMBER 2016

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017

EVALUASI 4 TAHUN SBY-BOEDIONO: STAGNASI KEPUASAN PUBLIK TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAN DPR

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

Kebangkitan Seminggu Terakhir. Head to Head Jokowi-JK vs Prabowo-Hatta

EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK

Pertarungan Wilayah Strategis Dan Efek Cawapres

PREDIKSI PEROLEHAN SUARA PEMILIH PADA PILKADA DKI JAKARTA 2007

Laporan Survei PREFERENSI POLITIK MASYARAKAT Menuju Pemilihan Langsung Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2017

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014

PRO-KONTRA PILKADA LANGSUNG. Temuan Survei: 25 Oktober 3 November 2014

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

Rilis Survei PREFERENSI POLITIK MASYARAKAT Menuju Pemilihan Langsung Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur 2018

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

LAPORAN SURVEI DKI JAKARTA Persepsi Publik Terhadap Pilkada DKI Jakarta OKTOBER 2016

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

LAPORAN SURVEI PROVINSI JAWA BARAT PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PILKADA PROVINSI JAWA BARAT 2018

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH DALAM PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA. Temuan Survei Juli 2007

LAPORAN SURVEI PROVINSI JAWA TIMUR PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PILKADA PROVINSI JAWA TIMUR 2018

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

RILIS SURVEI NASIONAL 2012 STAGNASI PERILAKU PEMILIH: FENOMENA PARTAI POLITIK MATI SURI

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

PKB 4,5%, PPP 3,4%, PAN 3,3%, NASDEM 3,3%, PERINDO

PENDAHULUAN. TEMUAN SURVEI JAWA TIMUR 1200 RESPONDEN Periode 6 11 Maret 2018

PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI

PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014

Mencari Calon Presiden 2014

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

KUALITAS PERSONAL DAN ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN DI MATA PEMILIH

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009

Menurunnya Kinerja Pemerintah dan Disilusi terhadap Partai Politik

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN

PENDAHULUAN. TEMUAN SURVEI RIAU 800 RESPONDEN Periode Februari 2018

Konsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

LAPORAN SURVEI DKI JAKARTA Persepsi Masyarakat Terhadap Program Kerja Cagub-Cawagub DKI Jakarta TEMUAN SURVEI 14 Desember 2016

KONTROVERSI PUBLIK TENTANG LGBT DI INDONESIA

KEPERCAYAAN PUBLIK PADA PEMBERANTASAN KORUPSI

KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

GOLKAR PASCA PUTUSAN MENKUMHAM. LSI DENNY JA Desember 2014

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK

KOMUNALISME DAN POPULISME MASYARAKAT INDONESIA

Kenaikan Elektoral & Kepuasan Publik

Publik Cemas dengan Pemerintahan yang Terbelah

MAYORITAS PUBLIK INGIN CAPRES SIAP TERIMA KEKALAHAN. Konpers LSI Juli 2014

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

Jokowi Pasca Naiknya BBM. LSI DENNY JA November 2014

Kenaikan Elektoral & Kepuasan Publik

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009

Press Release HASIL SURVEI

EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO

KRISIS CAPRES DAN CAWAPRES PARTAI ISLAM : SIAPAKAH PASANGAN CAPRES- CAWAPRES TERKUAT PEMILU 2014? Lingkaran Survei Indonesia Maret 2013

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

2014 : PEMERINTAHAN GOLKAR ATAU PEMERINTAHAN PDIP? Lingkaran Survei Indonesia Februari 2014

TIM PENYUSUN. Pengarah. Design-Layout

Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014

Pola Surat Suara Tidak Sah dalam Pemilu Presiden 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta

LAPORAN HASIL SURVEI PELUANG KANDIDAT DI PILKADA SULAWESI BARAT Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI) Selasa, 7 Februari 2017

Head to Head Dukungan Capres Pasca Penetapan Resmi KPU

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

Paska PAN Gabung Pemerintah LSI DENNY JA SEPTEMBER 2015

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA PROVINSI SULAWESI SELATAN Temuan Survei: Agustus 2017

KEPERCAYAAN TERHADAP DPR DI TITIK TERENDAH. LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Desember 2015

KESENJANGAN PENDAPATAN: Harapan Publik terhadap Pemerintahan Jokowi-JK SURVEI NASIONAL

TEMUAN SURVEI NASIONAL POLTRACKING INDONESIA EVALUASI PUBLIK 1 TAHUN PEMERINTAHAN JOKOWI JK MENEROPONG KINERJA MENTERI KABINET KERJA OKTOBER 2015

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014

Evaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik. Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI)

EVALUASI 6 BULAN PEMERINTAHAN JOKOWI-JK: Ini PESAN dari Rakyat untuk JOKOWI - JK. Periode Survei: April /05/ METODOLOGI

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Transkripsi:

LAPORAN SURVEI NASIONAL MEMBACA PETA DUKUNGAN & ELEKTABILITAS CAPRES-CAWAPRES TEMUAN SURVEI NASIONAL 26 MEI - 3 JUNI 1 Jl. Pangrango 3A, Guntur, Setiabudi, Jakarta Selatan-12980 Telp. +6221-83701545, +6221-83794995, Faks.+6221-83795016 Website: www.poltracking.com, Email: contact@poltracking.com

2 TEMA MEMBACA PETA DUKUNGAN DAN ELEKTABILITAS CAPRES-CAWAPRES PADA PEMILU PRESIDEN

Latar Belakang 3 Elit partai, media, maupun publik seringkali mengukur kekuatan calon presiden dari kekuatan partai atau koalisi partai Kekuatan partai atau koalisi partai sering dikaitkan dengan perolehan suara di Pemilu Legislatif atau kursi DPR, yang memang menjadi syarat utama untuk memenuhi presidential threshold dalam Pemilu Presiden (Pilpres), yakni 25% suara sah nasional atau 20% kursi DPR. Namun, syarat ini hanya kunci masuk menuju gelanggang Pilpres, ketika sudah lolos, maka fase berikutnya adalah pertarungan kekuatan figur Calon Presiden (Capres)-Calon Wakil Presiden (Cawapres) Dalam Pilpres, jumlah partai pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla lebih kecil dari jumlah partai pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa

Latar Belakang 4 Di sisi yang lain, kedekatan pemilih dengan partai di Indonesia masih rendah (party ID). Dan fakta ini diperkuat oleh temuan Poltracking dalam survei nasional sepanjang Oktober 2013, Desember 2013, dan Maret, yang menjelaskan bahwa kedekatan pemilih dengan partai (party ID) hanya berkisar 17-25 persen Akhirnya banyak konstituen partai atau pemilih memberikan pilihan kepada figur kuat pada masing-masing partai atau koalisi partainya Dalam konteks Pilpres, sejauhmana figur mempengaruhi perilaku pemilih? Untuk itu dilakukan survei nasional dalam rangka melihat kaitan antara persepsi pemilih terhadap peta dukungan pemilih terhadap figur Capres- Cawapres jelang Pilpres

Pengukuran 5 Pengukuran pendapat dan sikap publik dalam survei ini mencakup hal-hal berikut: Preferensi dan perilaku memilih publik dalam pemilu presiden Latar belakang pilihan publik terhadap tokoh-tokoh yang menjadi kandidat calon presiden dan calon wakil presiden Pengaruh figur capres-cawapres terhadap peta dukungan pemilih dalam berbagai kluster sosial Pengaruh figur capres-cawapres terhadap peta konstelasi politik di pemilu presiden

Metodologi Survei 6 Populasi Survei ini adalah warga negara Indonesia yang sudah mempunyai hak pilih berdasarkan peraturan yang berlaku, yaitu warga yang minimal berusia 17 tahun atau sudah menikah pada saat wawancara serta bukan anggota TNI/POLRI Jumlah sampel dalam survei ini adalah 2010 responden dengan margin error +/- 2,19% pada tingkat kepercayaan 95% Metode pengumpulan data adalah responden terpilih diwawancara secara tatap muka menggunakan kuesioner oleh pewawancara yang telah dilatih. Setiap pewawancara bertugas mewawancarai 10 responden untuk setiap satu desa atau kelurahan Wawancara dikontrol secara sistematis oleh supervisor pusat dan koordinator wilayah dengan melakukan cek ulang di lapangan (spot check) sekitar 20-30% dari total data masuk, untuk menjamin akurasi data yang diperlukan. Dalam proses penjaminan metodologi dan akurasi data tidak ditemukan kesalahan berarti

Metodologi Survei 7 Kendali mutu survei adalah pewawancara lapangan minimal mahasiswa atau sederajat dan mendapatkan pelatihan (workshop) di setiap pelaksanaan survei Pengambilan data (wawancara tatap muka) dilaksanakan pada 26 Mei sampai 3 Juni secara serentak dan nasional di 33 provinsi Validasi data dilakukan dengan membandingkan karakteristik demografis dari sampel yang diperoleh dari survei dengan populasi yang diperoleh melalui data sensus (BPS) terakhir Survei nasional ini dibiayai oleh PT Poltracking Indonesia, bersifat independen dan non-konsultatif

Prosedur Penarikan Sample 8 Metode penarikan sampel adalah multi-stage random sampling dengan stratifikasi dan tingkatan cluster sebagai berikut: Stratifikasi pertama: populasi dikelompokan menurut provinsi, dan masingmasing provinsi diberi kuota sesuai dengan total pemilih di masing-masing provinsi Stratifikasi kedua: populasi dikelompokan menurut jenis kelamin: 50% lakilaki, dan 50% perempuan Stratifikasi ketiga: populasi dikelompokan ke dalam kategori yang tinggal di pedesaan (desa, 60%) dan perkotaan (kelurahan, 40%) Kluster 1: Di masing-masing provinsi (33 provinsi dengan data BPS terakhir) ditentukan jumlah pemilih sesuai dengan populasi pemilih masing-masing provinsi. Atas dasar ini, dipilih desa dan kelurahan secara random sebagai primary sampling unit

Lanjutan 9 Jumlah desa/kelurahan tergantung persentase jumlah pemilih di masingmasing provinsi. Ditetapkan untuk setiap desa dipilih 10 pemilih (5 laki-laki, dan 5 perempuan) secara random. Proporsi jumlah desa di setiap provinsi terlihat di dalam peta survei dalam laporan presentasi ini Kluster 2: Di masing-masing desa terpilih, kemudian didaftar populasi RT atau yang setingkat. Kemudian dipilih secara random 5 RT dengan ketentuan di masing-masing RT akan dipilih secara random dua keluarga Kluster 3: Di masing-masing RT terpilih, populasi keluarga didaftar, kemudian dipilih secara random 2 keluarga Di masing-masing keluarga terpilih, kemudian didaftar seluruh anggota keluarga yang punya hak pilih laki-laki atau perempuan, dan kemudian dipilih secara random siapa yang akan menjadi responden di antara mereka Bila pada keluarga pertama yang dipilih adalah responden perempuan, maka pada keluarga berikutnya harus laki-laki

Flowchart Penarikan Sampel 10 Provinsi 1 1 1 2 3 n 1 2 1 2 RW 2 3 4 5 Provinsi X Desa/Kel. RT/Lingkungan KK Menggunakan Teknik Multistage Random Sampling: Populasi desa/kelurahan tingkat nasional Desa/kelurahan di tingkat provinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random Di masing-masing RT/lingkungan dipilih secara random dua KK Di KK terpilih dipilih secara random satu orang dewasa lakilaki/perempuan yang berhak memilih L P Responden

Peta Survei 11

12 VALIDASI

13 PROFIL DEMOGRAFI RESPONDEN (Validasi Sampel)

Perbandingan Proporsi Gender & Agama 14 KATEGORI SAMPEL BPS 2010 GENDER LAKI-LAKI 50.0 50.0 PEREMPUAN 50.0 50.0 DESA - KOTA DESA 60 59.4 KOTA 40 40.6 AGAMA SAMPEL BPS 2010 ISLAM 89.5 87.9 PROTESTAN 5.22 6.9 KATOLIK 2.5 2.9 HINDU 1.39 1.7 BUDHA 0.2 0.7 KONG HU CU 0.3 0.1 LAINNYA 0.09 0.5

Perbandingan Demografi Sampel dan Penduduk Per Provinsi 15 KATEGORI SAMPEL BPS 2010 KATEGORI SAMPEL BPS 2010 KATEGORI SAMPEL BPS 2010 Aceh 1.67 1.90 Kalimantan Selatan 1.67 1.54 Riau 2.50 2.38 Bali 1.67 1.65 Kalimantan Tengah 0.83 0.94 Sulawesi Barat 0.83 0.49 Banten 4.17 4.52 Kalimantan Timur 1.67 1.51 Sulawesi Selatan 3.33 3.41 Bengkulu 0.83 0.73 Kep. Bangka Belitung 0.83 0.52 Sulawesi Tengah 0.83 1.12 DIY 1.67 1.47 Kepulauan Riau 0.83 0.72 Sulawesi Tenggara 0.83 0.95 DKI Jakarta 3.33 3.20 Gorontalo 0.83 0.44 Jambi 1.67 1.31 Lampung 3.33 3.22 Maluku 0.83 0.65 Maluku Utara 0.83 0.44 Sulawesi Utara 0.83 0.96 Sumatera Barat 1.99 2.06 Sumatera Selatan 2.99 3.16 Jawa Barat 18.33 18.26 Nusa Tenggara Barat 1.67 1.91 Sumatera Utara 5.47 5.51 Jawa Tengah 13.33 13.75 Nusa Tenggara Timur 1.67 1.99 Jawa Timur 15.83 15.91 Papua 0.83 1.21 Kalimantan Barat 1.67 1.86 Papua Barat 0.00 0.32

16 TEMUAN

17 PREFERENSI PEMILIH

18 Pengetahuan dan Minat Masyarakat terhadap Pemilu Presiden Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengatahui pelaksanaan Pemilu Presiden yang akan datang? Apakah Ibu/Bapak/Saudara berminat untuk ikut memilih? Dalam survei ini, mayoritas publik sudah mengetahui pelaksanaan pemilu presiden, yaitu sebesar 81,0%. Sementara yang tidak berminat untuk ikut memilih hanya 5,5% dan yang berminat 92,4%. Berminat 92.4

Tingkat Partisipasi Masyarakat 19 Jika Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan hari ini apakah Bapak/Ibu/Saudara akan menggunakan hak pilih anda? Jika memperhatikan data survei di atas, tingkat partisipasi pemilih sangat besar hingga mencapai 91,4% publik-pemilih yang menggunakan hak pilihnya pada saat survei dilakukan. Tentu dalam pemungutan suara pemilu mempunyai mekanisme berbeda karena pemilih datang ke TPS, bukan didatangi/ditanya oleh surveyor.

Informasi Tentang Capres-Cawapres 20 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apa yang paling perlu diketahui masyarakat tentang tokoh yang akan dicalonkan dalam Pemilu presiden mendatang? Hasil survei ini menunjukkan bahwa visi, misi, dan program kerja yang ditawarkan capres-cawapres (36%) merupakan hal yang paling perlu untuk diketahui oleh publik, disusul oleh rekam jejak kepemimpinan (35,1%), kemudian latar belakang keluarga (15,3%). Sementara itu, latar belakang partai yang mengusung tidak terlalu perlu diketahui oleh publik (3%). Artinya, capres perlu mempunyai visi, misi, dan program kerja yang matang untuk disosialisasikan ke pemilih secara masif.

Karakter Capres-Cawapres 21 Menurut Bapak/Ibu/Saudara dari sifat-sifat (karakter) di bawah ini karakter apa yang harus dimiliki oleh seorang Calon Presiden? Survei ini pada dasarnya menunjukkan bahwa semua karakter penting. Namun demikian, karakter capres bersih dan jujur mempunyai nilai urgensi paling tinggi (50,1%), karakter lainnya seperti peduli dan merakyat (22,6%), disusul karakter tegas dan berani (16,5%). Sementara karakter capres berpengalaman (4,4%), dan capres berkarakter pintar dan visioner (1,8%) hanya dipilih sebagian kecil pemilih. Sedangkan karakter berpenampilan menarik hanya 0,2%.

Kualitas Personal Capres-Cawapres 22 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, hal apa yang paling Bapak/Ibu/Saudara harapkan dari Calon Presiden? Berdasarkan survei ini, hal yang paling diinginkan publik terhadap calon presiden adalah kemampuan menjalankan pemerintahan (38,5%), disusul keberanian mengambil keputusan (17.8%), berintegritas (11,0%), kompetensi dan kapabilitas (10,6%), visi dan gagasan (9,6%), pengalaman prestatif (8,1%). Sementara kemampuan mengelola koalisi hanya (1,8%).

Pengetahuan Masyarakat terhadap Visi & Misi Capres-Cawapres 23 Apakah Bapak/Ibu/Saudara sudah mengetahui visi dan misi dari masing-masing pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden pada Pemilu? Survei ini menunjukkan bahwa hanya ada 25,5% pemnilih yang mengetahui visi-misi pasangan capres-cawapres, sedangkan 60,5% pemilih menyatakan belum mengetahui visi-misi pasangan capres-cawapres. Sehingga periode kampanye terbuka menjadi penting untuk melakukan sosialisasi visi-misi kandidat secara masif.

Analisis Preferensi Pemilih 24 Dalam survei ini, mayoritas publik sudah mengetahui pelaksanaan pemilu presiden, yaitu sebesar 81,0%. Sementara yang berminat memilih 92,4% dan yang tidak berminat untuk ikut memilih hanya 5,5%. Adapun tingkat partisipasi pemilih justru sangat besar hingga mencapai 91,4% publik-pemilih yang menggunakan hak pilihnya pada saat survei dilakukan Hasil survei ini juga menunjukkan bahwa visi, misi, dan program kerja yang ditawarkan capres-cawapres (36%) merupakan hal yang paling perlu untuk diketahui oleh publik, disusul oleh rekam jejak kepemimpinan (35,1%), kemudian latar belakang keluarga (15,3%). Sementara itu, latar belakang partai yang mengusung tidak terlalu perlu diketahui oleh publik (3%). Artinya, capres perlu mempunyai visi, misi, dan program kerja yang matang untuk disosialisasikan ke pemilih secara masif Survei ini pada dasarnya menunjukkan bahwa semua karakter penting. Namun demikian, karakter capres bersih dan jujur mempunyai nilai urgensi paling tinggi (50,1%), karakter lainnya seperti peduli dan merakyat (22,6%), disusul karakter tegas dan berani (16,5%). Sementara karakter capres berpengalaman (4,4%), dan capres berkarakter pintar dan visioner (1,8%) hanya dipilih sebagian kecil pemilih. Sedangkan karakter berpenampilan menarik hanya 0,2%. Hasil survei ini menunjukan bahwa yang paling penting dibutuhkan publik saat ini bukanlah capres yang penempilannya menarik, tapi capres yang bersih dan jujur Adapun terkait dengan personal capres-cawapres, berdasarkan survei ini, hal yang paling diinginkan publik terhadap calon presiden adalah kemampuan menjalankan pemerintahan (38,5%), disusul keberanian mengambil keputusan (17.8%), berintegritas (11,0%), kompetensi dan kapabilitas (10,6%), visi dan gagasan (9,6%), pengalaman prestatif (8,1%). Sementara kemampuan mengelola koalisi hanya (1,8%) Survei ini menunjukkan bahwa hanya ada 25% pemnilih yang mengetahui visi-misi pasangan capres-cawapres, sedangkan 61% pemilih menyatakan belum mengetahui visi-misi pasangan capres-cawapres. Sehingga periode kampanye terbuka menjadi penting untuk melakukan sosialisasi visi-misi kandidat secara masif

25 ELEKTABILITAS KANDIDAT

Elektabilitas Pasangan Capres-Cawapres (Simulasi Pencoblosan Surat Suara) 26 Jika pemilu dilaksanakan hari ini, siapakah Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang Bapak/Ibu/Saudara pilih? Berdasarkan survei ini, elektabilitas capres-cawapres (simulasi) Joko Widodo-Jusuf Kalla (48,5%) lebih unggul dibandingkan pasangan Prabowo-Subianto (41,1%). Terpaut tidak jauh, yaitu berkisar 7,4%.

Elektabilitas Pasangan Capres-Cawapres (Simulasi Pencoblosan Surat Suara) 27 Jika pemilu dilaksanakan hari ini, siapakah Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang Bapak/Ibu/Saudara pilih?

Kemantapan Pilihan 28 Apakah Bapak/Ibu/Saudara sudah yakin dengan pilihan Capres/Cawapres atau masih mungkin berubah? 13.8% 24.9% 61.3% Sudah yakin Masih mungkin berubah Tidak tahu/tidak jawab Berdasarkan survei ini, mayoritas publik telah mantap dengan pilihannya (61,3%), sedangkan yang masih mungkin berubah (24,9%).

Sebaran Pemilih Pasangan Capres dan Cawapres Berdasrkan Kluster Kemantapan Pemilih 29 Apakah Bapak/Ibu/Saudara sudah yakin dengan pilihan Capres/Cawapres atau masing mungkin berubah? No Kemantapan Sebaran Cluster Pemilih Prabowo Subianto- Hatta Rajasa Joko Widodo-Jusuf Kalla Tidak tahu/tidak jawab 1 Sudah Yakin 61.3 46.9 51.3 1.8 2 Masih mungkin berubah 24.9 40.2 49.6 10.2 3 Tidak tahu/tidak Jawab 13.8 17.4 34.1 48.5

Waktu Kemantapan Pilihan 30 Apakah Bapak/Ibu/Saudara sudah yakin dengan pilihan Capres/Cawapres atau masih mungkin berubah?

Analisis Elektabilitas Capres-Cawapres 31 Hingga awal Juni, elektabilitas pasangan Jokowi-JK lebih unggul dibandingkan pasangan Prabowo-Hatta. Hasil survei ini menunjukkan bahwa interval selisih elektabilitas kedua pasangan capres-cawapres Jokowi-JK (48,5%) dan Prabowo-Hatta (41,1%) terpaut tidak jauh, yaitu berkisar 7,4%. Jumlah responden yang belum menentukan pilihan atau undecided voters hanya 10,4% alias melebihi angka selisih elektabilitas kedua pasangan kandidat. Perlu digarisbawahi bahwa survei ini dilakukan setelah penetapan secara resmi pasangan capres-cawapres oleh KPU, tetapi sebelum masa kampanye resmi dan pelaksanaan beberapa debat capres-cawapres. Karena itu, elektabilitas ini masih sangat dinamis dan sangat mungkin berubah. Selain faktor kekuatan magnet elektoral figur, strategi kampanye dan faktor money politics dan mobilisasi pemilih juga akan mempengaruhi perubahan peta kekuatan elektabilitas Hasil survei ini juga menunjukkan bahwa 61,3% responden publik-pemilih menyatakan sudah mantap terhadap pilihannya, sementara itu ada 24,9% pemilih yang menyatakan masih mungkin berubah terhadap pilihannya, dan 13,8% responden pemilih tidak memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Artinya, kompetisi kedua kubu pasangan kandidat masih akan berlangsung cukup kompetitif hingga hari-h pemungutan suara Survei ini menunjukkan 53,3% bahwa publik-pemilih yang sudah menetapkan pilihannya (sulit berubah pilihan) ketika survei dilakukan. Sementara itu, ada 12,3% pemilih yang akan menentukan pilihannya pada periode kampanye pilpres, sedangkan 13,9% pemilih baru akan menentukan pilihannya pada saat pemungutan suara 9 Juli. Artinya, kontestasi perebutan suara pemilih akan terus berlanjut hingga hari pemungutan suara

32 PETA DUKUNGAN

Sebaran Pemilih Pasangan Capres dan Cawapres Berdasrkan Kluster Usia Pemilih 33 No Kluster usia Pemilih Sebaran Kluster Pemilih Prabowo Subianto- Hatta Rajasa Joko Widodo-Jusuf Kalla Tidak tahu/tidak jawab 1 17 22 tahun 9.2 47.6 45.4 7.0 2 23 28 tahun 12.6 39.5 53.8 6.7 3 29 40 tahun 32.7 41.7 48.9 9.4 4 41 50 tahun 24.1 38.8 50.5 10.7 5 50 tahun atau lebih 21.4 41.2 44.0 14.8 Berdasarkan survei ini, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla lebih unggul tersebar di semua kluster pemilih. Sementara pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa hanya unggul sedikit di kluster pemilih pemula/muda.

Kluster Profesi Petani/ Nelayan Penggarap 34

Kluster Profesi Petani/Nelayan Pemilik 35

Kluster Profesi Buruh/Tukang (Kayu, Batu) 36

Kluster Profesi Pedagang Kecil 37

Kluster Profesi Pengusaha 38

Kluster Profesi PNS/Pensiunan 39

Kluster Profesi Pegawai Swasta 40

Kluster Profesi Ibu Rumah Tangga 41

Kluster Profesi Mahasiswa/Sekolah 42

Kluster Profesi Tidak Bekerja 43

Sebaran Pemilih Pasangan Capres dan Cawapres Berdasarkan Kluster Profesi Pemilih 44 No Kluster Profesi Pemilih Sebaran Kluster Pemilih Prabowo Subianto- Hatta Rajasa Joko Widodo- Kalla Jusuf Tidak tahu/tidak jawab 1 Petani/nelayan penggarap 14.7 38.3 48.5 13.2 2 Petani/nelayan pemilik 9.5 42.1 48.5 9.4 3 Buruh/tukang (kayu, batu) 6.3 44.9 44.1 11 4 Pedagang kecil 12.6 39.8 52.4 7.8 5 Pengusaha 3.5 46.5 38 15.5 6 PNS/pensiunan 5.2 53.3 34.3 12.4 7 Pegawai Swasta 12.8 39.7 52.1 8.2 8 Ibu Rumah Tangga 18.1 35.4 55.8 8.8 9 Mahasiswa/Sekolah 4.4 48.3 40.4 11.3 10 Tidak bekerja 3.0 31.1 54.1 14.8 11 Lainnya 8.2 48.8 40.7 10.5 12 Tidak tahu/tidak jawab 1.7 42.9 40.0 17.1 Berdasarkan sebaran pemilih, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa unggul di kluster pemilih PNS/pensiun (53,3%), pedagang besar (51,6%), dan mahasiswa/sekolah (48,3%). Sedangkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla paling unggul di kluster pemilih ibu rumah tangga (55,8%), tidak bekerja (54,1%), dan pedagang kecil (52,4%).

Sebaran Dukungan Capres-Cawapres Berdasarkan Kluster Penghasilan (Status Ekonomi) Pemilih 45 PRABOWO-HATTA JOKOWI-JK Rp 1.500.000 Ke atas Ke bawah - 1.499.000

Sebaran Dukungan Capres-Cawapres Berdasarkan Kluster Penghasilan (Status Ekonomi) Pemilih 46 No Kluster Penghasilan Pemilih Sebaran Kluster Pemilih Prabowo Subianto- Hatta Rajasa Joko Widodo- Jusuf Kalla Tidak tahu/tidak jawab 1 Kurang dari Rp 400.000 13.5 38.0 52.8 9.2 2 Rp 400.000 Rp 999.000 24.7 33.9 55.4 10.7 3 Rp 1.000.000 Rp 1.499.000 17.8 40.3 53.8 5.9 4 Rp 1.500.000 Rp. 1.999.0000 12.2 54.3 39.2 6.5 5 Lebih dari Rp 2.000.000 17.3 50.0 39.9 10.1 6 Tidak tahu/tidak jawab 14.5 36.0 44.2 19.8 Berdasarkan survei ini, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa unggul di kluster pemilih masyarakat yang berpenghasilan Rp 1.500.000 ke atas. Sedangkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla unggul di kluster pemilih berpenghasilan Rp1.500.000. Artinya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa paling diminati oleh masyarakat kelas menengah ke atas, sementara Joko Widodo- Jusuf Kalla lebih diminati masyarakat kelas bawah berpenghasilan rendah.

Kluster Pemilih Nahdlatul Ulama 47

Kluster Pemilih Muhammadiyah 48

Sebaran Dukungan Capres-Cawapres Berdasarkan Kluster Asosiasi Ormas Keagamaan Pemilih Islam 49 No Kluster Asosiasi Keagamaan Pemilih Sebaran Kluster Pemilih Prabowo Subianto- Hatta Rajasa Joko Widodo- Jusuf Kalla Tidak tahu/tidak jawab 1 Nahdlatul Ulama (NU) 37.1 41.7 48.1 10.2 2 Muhammadiyah 6.5 44.6 42.3 13.1 3 PERSIS 0.5 70.0 30.0 0.0 4 Al-Washliyah 0.6 53.8 38.5 7.7 5 Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia 0.7 40.0 60.0 0.0 6 Nahdlatul Wathan 5.8 40.5 49.1 10.4 7 Lainnya 0.8 70.6 29.4 0.0 8 TT/TJ 48.0 39.3 50.2 10.5 Berdasarkan survei ini, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa lebih banyak didukung kalangan Muhammadiyah (44,6%). Sementara pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla lebih banyak mendapat dukungan dari masyarakat NU (48,1%). Hal ini sejalan jika melihat latar belakangan kedua pasangan ini. Cawapres Hatta Rajasa misalnya diusung PAN yang memiliki kedekatan dengan basis massa kalangan Muhammadiyah, sedangkan cawapres Jusuf Kalla merupakan tokoh dari kalangan NU.

50 Provinsi Jawa Barat PERSEPSI MASYARAKAT TT/TJ Jokowi-JK Prabowo-Hatta Jokowi-JK Prabowo-Hatta

Provinsi Jawa Timur 51 TT/TJ Jokowi-JK Prabowo-Hatta

Provinsi Jawa Tengah 52 TT/TJ Prabowo-Hatta Jokowi-JK

Provinsi Sumatera Utara 53 TT/TJ Jokowi-JK Prabowo-Hatta

Provinsi Banten 54 TT/TJ Jokowi-JK Prabowo-Hatta

Provinsi Lampung 55 TT/TJ Prabowo-Hatta Jokowi-JK

Provinsi DKI Jakarta 56 TT/TJ Jokowi-JK Prabowo-Hatta

Provinsi Sumatera Selatan 57 TT/TJ Prabowo-Hatta Jokowi-JK

Provinsi Sulawesi Selatan 58 TT/TJ Prabowo-Hatta Jokowi-JK

Provinsi Lainnya 59 8.8% TT/TJ Jokowi-JK 48.6 % 42.6 % Prabowo-Hatta

Sebaran Dukungan Capres-Cawapres Berdasarkan Kluster Geografi Provinsi diatas 3% Potensi Pemilih 60 No Kluster Geografi Provinsi Sebaran Kluster Pemilih Prabowo Subianto- Hatta Rajasa Joko Widodo- Jusuf Kalla Tidak tahu/tidak jawab 1. Provinsi Jawa Barat 18.4 48.4 43.2 8.4 2. Provinsi Jawa Timur 16.0 36.3 50.6 13.1 3. Provinsi Jawa Tengah 13.9 31.8 55.4 12.8 4. Provinsi Sumatera Utara 5.5 47.7 47.7 4.5 5. Provinsi Banten 4.5 48.9 50.0 1.1 6. Provinsi Sulawesi Selatan 3.5 15.3 56.9 27.8 7. Provinsi Lampung 3.0 40.0 51.7 8.3 8. Provinsi DKI Jakarta 3.0 50.0 48.3 1.7 9. Provinsi Sumatera Selatan 3.0 51.7 23.3 25.0 10 Provinsi Lainnya 29.2 42.6 48.6 8.8 Dari sisi sebaran geografi 9 Provinsi terpadat pemilih (3% ke atas), pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memiliki suara terkuat di wilayah Sumatera Selatan (51,7%), kemudian di wilayah DKI Jakarta (50,0%), dan Jawa Barat (48,4%). Sementara pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memiliki suara kuat di Sulawesi Selatan (56,9%), kemudian Jawa Tengah (55,4%), Lampung (51,7%), Jawa Timur (50,6%), dan Banten (50,0%). Yang menarik, di wilayah Sumatera Utara kedua pasangan ini memiliki dukungan yang sama (47,7%).

Sebaran Dukungan Capres-Cawapres Berdasarkan Kluster Partai 61 No Partai Politik Prabowo Subianto- Hatta Rajasa Joko Widodo- Jusuf Kalla Tidak Tahu/Tidak Jawab 1 Partai Nasdem 30.0 61.3 8.7 2 Partai Kebangkitan Bangsa 35.8 57.7 6.5 3 Partai Keadilan Sejahtera 55.4 41.0 3.6 4 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 13.2 81.2 5.6 5 Partai Golongan Karya 51.1 39.8 9.1 6 Partai Gerindra 82.5 15.2 2.3 7 Partai Demokrat 46.7 46.0 7.3 8 Partai Amanat Nasional 51.1 40.4 8.5 9 Partai Persatuan Pembangunan 46.7 40.0 13.3 10 Partai Hanura 40.9 54.5 4.6 11 Partai Bulan Bintang 75.0 25.0 0.0 12 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 50.0 50.0 0.0 13 Tidak tahu/tidak jawab 28.3 41.1 30.6 Berdasarkan survei ini, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memiliki dukungan kuat dari Partai Gerindra (82.5%), Partai Keadilan Sejahtera (55.4%), Partai Golongan Karya (51.1%), Partai Amanat Nasional (51.1%), Partai Persatuan Pembangunan (46.7%), Partai Bulan Bintang (75.0%), dan Partai Demokrat (46.7%). Sementara pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memiliki dukungan kuat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (81.2%), Partai NasDem (61.3%), Partai Kebangkitan Bangsa (57.7%), dan Partai Hanura (54.5%). Yang menarik, kedua pasangan ini mendapatkan dukungan yang sama dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (50.0%).

Analisis Peta Dukungan 62 Berdasarkan kluster usia pemilih, menariknya peta dukungan terhadap dua pasang kandidat terlihat mempunyai derajat kompetisi yang tinggi pada dua ujung kategori usia pemilih, pada pemilih mula (17-22 tahun) dengan Prabowo-Hatta (47,8%) sedikit unggul sekitar 2% dibandingkan Jokowi-JK (45,1%). Sedangkan pada pemilih berusia 50 tahun atau lebih, sebaliknya, Jokowi-JK (44%) sedikit lebih unggul 3% dibandingkan Prabowo-Hatta (41,2%). Sementara tiga kategori usia pemilih lainnya--(23-28tahun), (29-40 tahun), (41-50tahun)--mempunyai interval selisih dukungan berkisar antara 6% sampai 12% dengan pasangan Jokowi-JK lebih unggul Berdasarkan kategori profesi atau status pekerjaan pemilih, kedua pasangan kandidat berebut pemilih pada beberapa kluster profesi yang cukup banyak atau berpengaruh. Kelompok Ibu Rumah Tangga sebagai kluster profesi pemilih terbesar, Jokowi-JK (55,8%) lebih unggul dibanding Prabowo-Hatta (35,4%). Pada kluster petani/nelayang penggarap (14,7% dari total pemilih) Jokowi-Kalla (48,5%) lebih unggul dibandingkan Prabowo-Hatta (38,3%), sementara pada kalangan buruh/tukang sebagai kluster yang berpengaruh, Jokowi-JK (44,1) dan Prabowo-Hatta (44,9) hampir mempunyai dukungan yang sama kuat dengan Prabowo-Hatta unggul tipis. Pada dua kategori kelompok, Pedagang Kecil (12,6% dari total pemilih) dan Pegawai Swasta (12,8% dari total pemilih), pasangan Jokowi-JK lebih unggul dengan dukungan di atas 52% dibandingkan Prabowo-Hatta dengan dukungan di atas 39%). Sedangkan pada Mahasiswa/Siswa yang sudah punya hak pilih, Prabowo-Hatta (48,3%) justru lebih unggul dibanding Jokowi-JK (40,4%) Berdasarkan kluster penghasilan pemilih atau kelas ekonomi pemilih, Jokowi-JK cenderung lebih unggul pada pemilih kelas menengah ke bawah yang berpenghasilan 'kurang dari 400.000', '400.000-999.000', dan '1.000.000-1.499.000' yang menembus 50% pemilih dari masing-masing kategori. Sementara itu, Prabowo-Hatta justru unggul pada kelas menengah ke atas yang berpenghasilan '1.500.000-1.999.000' dan '2.000.000-Lebih' dengan dukungan pemilih yang juga di atas 50% pada masing-masing kategori

Analisis Peta Dukungan 63 Berdasarkan temuan survei ini, asosiasi keagamaan Islam menjadi penting untuk dilihat karena jumlah pemilih Islam yang menembus di atas 80%. Hasilnya, kedua pasang kandidat berkompetisi sengit pada dua massa Islam terbesar dengan Jokowi-JK (48,1%) lebih unggul dibandingkan Prabowo-Hatta (41,7%) pada massa pemilih Nahdlatul Ulama atau NU, sementara Prabowo-Hatta (44,6%) sedikit lebih unggul dibandingkan Jokowi-JK (42,3%) pada massa pemilih Muhammadiyah. Sementara itu, bagi Nahdlatul Wathan, ormas Islam terbesar setelah Muhammadiyah, Jokowi-JK (49,1%) cenderung lebih diunggulkan dibandingkan Prabowo-Hatta (40,5%). Artinya, ormas Islam terbelah dukungannya ke dua kandidat yang ada walaupun Jokowi-JK dalam kontestasi pencapresan diasosiasikan dengan NU dan Prabowo-Hatta diasosiasikan dengan Muhammadiyah. Selisih dukungan yang tipis dari masing-masing ormas Islam terhadap dua pasangan kandidat adalah petunjuk awal ketatnya kompetisi pencapresan. Namun demikian, ada 47,9% pemilih Islam yang tidak menyatakan atau tidak mempunyai asosiasi keagamaan cenderung lebih unggul Jokowi-JK (24%) dibandingkan Prabowo-Hatta (18,9%) Dari sisi sebaran geografi, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memiliki suara terkuat di wilayah Sumatera Selatan (51,7%), kemudian di wilayah DKI Jakarta (50,0%), dan Jawa Barat (48,4%). Sementara pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memiliki suara kuat di Sulawesi Selatan (56,9%), kemudian Jawa Tengah (55,4%), Lampung (51,7%), Jawa Timur (50,6%), dan Banten (50,0%). Yang menarik, di wilayah Sumatera Utara kedua pasangan ini memiliki dukungan yang sama (47,7%) Adapun berdasarkan dukungan partai politik, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memiliki dukungan kuat dari Partai Gerindra (82.5%), Partai Keadilan Sejahtera (55.4%), Partai Golongan Karya (51.1%), Partai Amanat Nasional (51.1%), Partai Persatuan Pembangunan (46.7%), Partai Bulan Bintang (75.0%), dan Partai Demokrat (46.7%). Sementara pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memiliki dukungan kuat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (81.2%), Partai NasDem (61.3%), Partai Kebangkitan Bangsa (57.7%), dan Partai Hanura (54.5%). Kedua pasangan ini mendapatkan dukungan yang sama dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (50.0%)

APRIL 64 PENUTUP

Kesimpulan 65 Survei yang dilakukan akhir Mei hingga awal Juni ini menghasilkan beberapa kesimpulan penting. Dalam survei ini, mayoritas publik yang sudah mengetahui pelaksanaan Pemilu Presiden mencapai 81,0%. Sementara yang berminat memilih 92,4% dan yang tidak berminat untuk ikut memilih hanya 5,5%. Adapun tingkat partisipasi pemilih justru sangat besar hingga mencapai 91,4% Hasil survei ini juga menunjukkan bahwa visi, misi, dan program kerja Capres-Cawapres merupakan hal yang paling perlu diketahui oleh publik (36%), disusul rekam jejak kepemimpinan (35,1%), kemudian latar belakang keluarga (15,3%). Sementara itu, latar belakang partai yang mengusung tidak terlalu perlu diketahui oleh publik (3%) Selain itu, karakter capres bersih dan jujur mempunyai nilai urgensi paling tinggi bagi publik (50,1%), disusul karakter peduli dan merakyat (22,6%), kemudian karakter tegas dan berani (16,5%). Sementara karakter capres berpengalaman hanya (4,4%), dan berkarakter pintar dan visioner (1,8%) hanya dipilih sebagian kecil pemilih. Sedangkan karakter berpenampilan menarik hanya 0,2%. Hasil survei ini menunjukan bahwa yang paling penting dibutuhkan publik saat ini bukanlah capres yang penempilannya menarik, tapi capres yang bersih dan jujur Adapun terkait dengan personal capres-cawapres, berdasarkan survei ini, hal yang paling diinginkan publik terhadap capres-cawapres adalah memiliki kemampuan menjalankan pemerintahan (38,5%), disusul keberanian mengambil keputusan (17.8%), berintegritas (11,0%), kompetensi dan kapabilitas (10,6%), visi dan gagasan (9,6%), pengalaman prestatif (8,1%). Sementara kemampuan mengelola koalisi hanya (1,8%) Survei ini juga menunjukkan bahwa hanya ada 25% pemnilih yang mengetahui visi-misi pasangan caprescawapres, sedangkan 61% pemilih menyatakan belum mengetahui visi-misi pasangan capres-cawapres. Sehingga periode kampanye terbuka menjadi penting untuk melakukan sosialisasi visi-misi kandidat secara masif

Kesimpulan 66 Berdasarkan temuan survei ini, asosiasi keagamaan Islam menjadi penting untuk dilihat karena jumlah pemilih Islam yang menembus di atas 80%. Hasilnya, kedua pasang kandidat berkompetisi sengit pada dua massa Islam terbesar dengan Jokowi-JK (48,1%) lebih unggul dibandingkan Prabowo-Hatta (41,7%) pada massa pemilih Nahdlatul Ulama atau NU, sementara Prabowo-Hatta (44,6%) sedikit lebih unggul dibandingkan Jokowi-JK (42,3%) pada massa pemilih Muhammadiyah. Sementara itu, bagi Nahdlatul Wathan, ormas Islam terbesar setelah Muhammadiyah, Jokowi-JK (49,1%) cenderung lebih diunggulkan dibandingkan Prabowo-Hatta (40,5%). Artinya, ormas Islam terbelah dukungannya ke dua kandidat yang ada walaupun Jokowi-JK dalam kontestasi pencapresan diasosiasikan dengan NU dan Prabowo-Hatta diasosiasikan dengan Muhammadiyah. Selisih dukungan yang tipis dari masing-masing ormas Islam terhadap dua pasangan kandidat adalah petunjuk awal ketatnya kompetisi pencapresan. Namun demikian, ada 47,9% pemilih Islam yang tidak menyatakan atau tidak mempunyai asosiasi keagamaan cenderung lebih unggul Jokowi-JK (24%) dibandingkan Prabowo-Hatta (18,9%) Dari sisi sebaran geografi, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memiliki suara terkuat di wilayah Sumatera Selatan (51,7%), kemudian di wilayah DKI Jakarta (50,0%), dan Jawa Barat (48,4%). Sementara pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memiliki suara kuat di Sulawesi Selatan (56,9%), kemudian Jawa Tengah (55,4%), Lampung (51,7%), Jawa Timur (50,6%), dan Banten (50,0%). Yang menarik, di wilayah Sumatera Utara kedua pasangan ini memiliki dukungan yang sama (47,7%) Adapun berdasarkan dukungan partai politik, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memiliki dukungan kuat dari Partai Gerindra (82.5%), Partai Keadilan Sejahtera (55.4%), Partai Golongan Karya (51.1%), Partai Amanat Nasional (51.1%), Partai Persatuan Pembangunan (46.7%), Partai Bulan Bintang (75.0%), dan Partai Demokrat (46.7%). Sementara pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memiliki dukungan kuat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (81.2%), Partai NasDem (61.3%), Partai Kebangkitan Bangsa (57.7%), dan Partai Hanura (54.5%). Yang menarik, kedua pasangan ini mendapatkan dukungan yang sama dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (50.0%)

SEKIAN TERIMA KASIH TEMUAN SURVEI NASIONAL 26 MEI - 3 JUNI 67 Jl. Pangrango 3A, Guntur, Setiabudi, Jakarta Selatan-12980 Telp. +6221-83701545, +6221-83794995, Faks.+6221-83795016 Website: www.poltracking.com, Email: contact@poltracking.com