VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang memiliki padi liar dengan keragaman jenis yang tinggi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL. Oleh :

PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Padi merupakan komoditas yang sangat penting, karena saat ini beras

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dan dominan dalam

ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MTH Sri Budiastutik, Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Benih dan Bibit. JKB. Nomor 6 Th. IV Januari

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas

PENDAHULUAN Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tergenang air pada sebagian waktu selama setahun. Saat ini pemanfaatan lahan

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

UNIVARSITY FARM UNIVERSITAS SYIAH KUALA SUB STASION PENGEMBANGAN PADI. Pengembangan Padi yang Berbasis Potensi Lokal Aceh 1.

ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN JANGKA PANJANG

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

sobir Pusat Kajian Hortikultura Tropika

Rencana Strategis. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tahun Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

I PENDAHULUAN

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PUBLIK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

Dalam upaya pemuliaan tanaman, tidak jarang varietas modern hasil pemuliaan akan menggeser varietas lama. Perkembangan pembuatan

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

I. PENDAHULUAN. dijuluki sebagai negara agraris yang mengandalkan perekonomian sektor pertanian. Oleh

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Pengembangan Kualitas Produk Baru dalam Meningkatkan Keunggulan Bersaing

POLICY BRIEF SISTEM KOMUNIKASI PEMANFAATAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI TOLERAN RENDAMAN DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN BERKELANJUTAN

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS PENGEMBANGAN MULTI USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

BAB IV DUKUNGAN POLITIK DAN KEBIJAKAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

PENDAHULUAN Latar Belakang

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

Kaji Ulang Program Pembangunan Pertanian

IV. METODE PENELITIAN

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

Transkripsi:

POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: STUDI KASUS PADI PENDAHULUAN 1. Wilayah Indonesia mempunyai keanekaragaman sumber daya genetik padi yang sangat tinggi, sehingga terbuka peluang yang besar bagi upaya mencari dan memanfaatkan sumber-sumber gen penting yang ada untuk program pemuliaan padi. Pemanfaatan sumber daya genetik dalam program pemuliaan yang sangat intensif telah dilakukan pada tanaman padi dan telah banyak varietas unggul padi yang dihasilkan. PERMASALAHAN 2. Telah banyak varietas unggul yang telah dilepas ke masyarakat, namun hanya sebagian kecil yang diadopsi secara luas oleh petani. Kurangnya informasi yang diterima petani mengenai varietas unggul yang telah dihasilkan dan dilepas merupakan salah satu penghambat adopsi varietas unggul yang dihasilkan, di samping faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan petani yang melekat dengan karakteristik varietas unggul tersebut, seperti umur tanaman, produktivitas, daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit, rasa nasi yang enak, serta pertimbangan ekonomi seperti harga pasar atau kemudahan memasarkan, dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut menyebabkan beberapa varietas unggul tertentu diadopsi secara luas dan menjadi dominan dalam suatu periode waktu, namun varietas unggul yang lainnya tidak berkembang di kalangan petani. 3. Di sisi lain, kebijakan swasembada yang sangat masif dengan melibatkan penggunaan varietas unggul mengakibatkan tergesernya varietas lokal yang dalam beberapa hal sebenarnya memiliki potensi spesifik wilayah. Di beberapa wilayah di tanah air, cukup banyak varietas padi lokal yang sudah tidak dikenal masyarakat, sulit atau bahkan tidak dapat ditemukan lagi. Erosi keanekaragaman sumber daya genetik tanaman tersebut terjadi karena diseminasi varietas unggul sehingga banyak varietas telah ditinggalkan akibat insentif kebijakan yang berkonsekuensi keputusan petani untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan jalan mengganti varietas lokal dengan varietas unggul yang diintroduksi oleh pemerintah. Mengingat pentingnya keanekaragaman sumber daya genetik dalam perakitan varietas unggul, erosi sumber daya genetik yang terjadi sangat cepat dalam beberapa waktu terakhir dikhawatirkan akan dapat menghambat atau bahkan mengancam upaya pencapaian ketahanan pangan nasional. 4. Valuasi ekonomi sumber daya genetik, dalam kasus ini padi, dapat berperan penting dalam melakukan fokus konservasi, sehingga merupakan agenda penting yang harus dilakukan, Dalam hal ini, valuasi sumber daya genetik tidak selalu berarti menetapkan harga (pricing) dalam pengertian kardinal, 1

namun sebagai mekanisme pengenalan nilai keanekaragaman sumber daya tersebut dalam masyarakat dan menghitung nilai tersebut jika memungkinkan. TEMUAN-TEMUAN POKOK 5. Dari hasil eksplorasi dan introduksi/pertukaran dengan negara lain disimpan sejumlah koleksi plasma nutfah tanaman pangan padi pada Bank Gen Tanaman Pangan di BB Biogen yang merupakan konservasi ex situ. Pada bank gen nasional tersebut hingga Januari 2015 tercatat sebanyak 4.116 aksesi padi (Oryza sativa) dan 94 aksesi padi liar (Oryza spp.). Karakter-karakter penting dari sebagian sumber daya genetik padi dan padi liar yang dikoleksi dalam Bank Gen Tanaman Pangan telah berhasil dievaluasi dan dikarakterisasi dan telah digunakan dalam perakitan berbagai varietas unggul padi. 6. Sejak tahun 1940 telah dilepas sekitar 390 varietas padi yang merupakan hasil perakitan/pemuliaan institusi pemerintah (termasuk Litbang Pertanian), perguruan tinggi, maupun swasta; baik hasil perakitan/pemuliaan di dalam negeri, pemutihan varietas lokal, ataupun introduksi dari luar negeri; baik tersebut berupa padi inbrida (nonhibrida) (termasuk padi lokal) maupun hibrida. Perkembangan karakteristik varietas padi yang dilepas adalah semakin tinggi rata-rata/potensi hasilnya dengan umur semakin pendek, dan dengan ketahanan terhadap hama dan penyakit sesuai dengan perkembangan hama dan penyakit. Sebagian besar varietas unggul padi yang dilepas mempunyai tekstur yang pulen dan rasa yang enak. 7. Hanya sebagian kecil varietas unggul tertentu saja yang mampu berdifusi dan diterima secara luas oleh masyarakat. Sejumlah besar varietas yang dirilis hanya digunakan dalam luasan dan waktu terbatas, atau bahkan praktis tidak pernah digunakan sama sekali. Dengan demikian, jumlah varietas yang dilepas merupakan kinerja lembaga penelitian yang baik dari segi output, namun itu bukanlah indikator yang baik untuk kinerja outcome apalagi dampak. 8. Selama sekitar empat dekade terakhir hanya terdapat tiga varietas yang pernah meraih posisi tertinggi (mendominasi) dalam pangsa penggunaan varietas padi di Indonesia, yaitu: IR36, IR64, dan Ciherang. Di antara varietas-varietas dominan tersebut varietas IR64 merupakan yang paling lama bertahan dan sampai kini tingkat pemanfaatannya masih signifikan. 9. Tingkat dan sebaran difusi suatu varietas padi di berbagai wilayah/provinsi di Indonesia berbeda-beda. Tahun 2014 tingkat difusi varietas Ciherang yang tinggi (>40%) terdapat di Sumut, Jateng, Lampung, Maluku, NTT, DKI Jakarta, DIY, NAD, Kalbar, dan Bali; sementara, sebaran difusinya berpusat di Jateng, Jabar, dan Jatim. Varietas Ciherang dominan di 18 provinsi di Indonesia. 10. Difusi varietas padi dominan ditentukan oleh sejumlah kecil atribut kunci yang berperan sebagai sumber keunggulan komparatifnya. Pada intinya, atribut kunci itu merupakan hasil perbaikan nyata terhadap kelemahan utama dari varietas dominan pada masa itu. Secara umum dapat disimpulkan bahwa atribut varietas yang menjadi penentu utama difusi varietas unggul baru ialah rerata hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit, tingkat kerebahan, dan 2

rasa nasi. Kiranya dicatat bahwa rasa nasi merupakan penentu utama harga gabah. Dengan demikian, harga jual gabah (beras) juga termasuk determinan utama difusi varietas padi unggul baru. 11. Dalam penelitian ini, nilai atau manfaat ekonomi sumber daya genetik direfleksikan oleh kontribusi atribut fenotipe tanaman dalam keputusan mengadopsi dan kesediaan membayar harga benih. Atribut-atribut yang secara signifikan memengaruhi adopsi suatu varietas unggul padi oleh petani adalah ketahanan terhadap kekeringan, ketahanan terhadap kerebahan, ketahanan terhadap hama dan penyakit, persen beras pecah, dan aroma nasi, sedangkan atribut-atribut yang berpengaruh nyata terhadap kesediaan petani untuk membayar harga benih suatu varietas adalah tinggi tanaman dan ketahanan terhadap perubahan iklim (cekaman kekeringan). Secara umum atribut-atribut yang menentukan nilai ekonomi sumber daya genetik padi ialah tinggi tanaman, ketahanan terhadap kekeringan, ketahanan terhadap kerebahan, ketahanan terhadap hama dan penyakit, persen beras pecah, dan aroma nasi. 12. Penelitian juga menunjukkan bahwa harga gabah berpengaruh nyata positif terhadap kesediaan petani untuk mengadopsi dan membayar harga benih varietas padi. Temuan ini menunjukkan bahwa adopsi varietas unggul padi dan pembelian benih, yang menjadi prasyarat terciptanya nilai ekonomi sumber daya genetik, didasarkan pada pertimbangan ekonomi. Kebijakan dukungan harga gabah bagi petani bermanfaat untuk mendorong petani untuk mengadopsi varietas unggul dan membeli benih secara komersial. 13. Penelitian juga menunjukkan bahwa harga gabah berpengaruh nyata positif terhadap kesediaan petani untuk mengadopsi dan membayar harga benih varietas padi. Temuan ini menunjukkan bahwa adopsi varietas unggul padi dan pembelian benih, yang menjadi prasyarat terciptanya nilai ekonomi sumber daya genetik, didasarkan pada pertimbangan ekonomi. Kebijakan dukungan harga gabah bagi petani bermanfaat untuk mendorong petani untuk mengadopsi varietas unggul dan membeli benih secara komersial. 14. Kesediaan petani untuk mengadopsi dan membayar harga benih varietas padi juga ditentukan oleh karakteristik sosial ekonomi petani, khususnya rasio pendapatan dari usaha tani padi terhadap pendapatan pertanian dan jumlah beras yang dikonsumsi rumah tangga. Rasio pendapatan dari usaha tani padi terhadap pendapatan pertanian merefleksikan pentingnya peranan usaha tani padi sebagai sumber pendapatan rumah tangga tani atau derajat komersialisasi usaha tani padi. Petani yang mengandalkan usaha tani padi sebagai sumber pendapatan keluarganya akan bersedia mengadopsi dan membayar benih padi dengan harga yang lebih tinggi. Keluarga petani yang mengonsumsi beras lebih tinggi juga bersedia mengadopsi dan membayar harga yang lebih tinggi. Dengan demikian, petani yang lebih banyak mengandalkan usaha tani padi sebagai sumber pendapatan dan atau sumber perolehan beras konsumsi akan bersedia mengadopsi membayar harga benih lebih tinggi yang berarti pula memfasilitasi terciptanya nilai ekonomi SDG padi. 15. Ketersediaan dan harga benih berpengaruh nyata terhadap adopsi varietas unggul, sementara bantuan program berpengaruh nyata terhadap kesediaan 3

petani membayar harga benih. Ketersediaan dan harga benih ditentukan oleh perkembangan sistem perbenihan setempat. Kebutuhan akan bantuan benih dapat disubstitusi dengan membangun sistem perbenihan setempat. Dengan demikian, pembangunan sistem perbenihan lokal merupakan bagian dari fasilitasi pendukung penciptaan nilai ekonomi SDG padi. 16. Lokasi berpengaruh nyata terhadap kesediaan petani untuk mengadopsi dan membayar harga benih varietas padi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ekonomi SDG bervariasi menurut lokasi. Lokasi dalam hal ini merefleksikan kondisi agroekosistem dan infrastruktur ekonomi. Dengan demikian, pengembangan varietas sesuai agroekosistem dan pembangunan infrastruktur ekonomi lokal juga merupakan bagian dari fasilitasi pendukung penciptaan nilai ekonomi SDG padi 17. Secara umum, valuasi ekonomi SDG padi sangatlah rumit karena tidak saja ditentukan oleh atribut fenotipe tanaman, tetapi juga oleh karakteristik sosial ekonomi petani serta kondisi agroekosistem dan infrastruktur perekonomian setempat. IMPLIKASI KEBIJAKAN 18. Seiring dengan peningkatan penduduk, perubahan lingkungan, dan perubahan iklim, ketahanan pangan nasional menghadapi tantangan yang semakin berat dan diperlukan sumber daya genetik yang beragam dengan karakter-karakter khusus yang bisa digunakan dalam perakitan varietas unggul untuk dapat menjawab tantangan tersebut. Oleh karena itu, kekayaan sumber daya genetik yang dimiliki perlu dilestarikan dan dikelola dengan baik dan secara terintegrasi, tidak hanya secara parsial atau individual. Untuk itu, diperlukan alokasi anggaran yang memadai mulai dari tingkat pusat hingga daerah. 19. Program pemuliaan padi sebaiknya diarahkan untuk memperoleh varietas baru yang mampu mengungguli varietas dominan terkini, bukan untuk memperoleh varietas baru sebanyak-banyaknya. Dari segi kemanfaatan, keunggulan lebih utama daripada jumlah varietas. Varietas yang dominan diadopsi petani pada masa terkini mungkin dapat dijadikan sebagai patokan utama dalam pelepasan varietas unggul baru. 20. Walaupun varietas unggul baru sangat banyak dilepas sejak tahun 2000, hingga kini belum ada yang mampu mengambil alih dominasi varietas Ciherang. Oleh karena itu, tantangan ke depan ialah menemukan varietas baru yang lebih unggul dari atau memperbaiki atribut Ciherang. Salah satu kelemahan Ciherang yang perlu diperbaiki ialah daya tahannya terhadap penyakit hawar daun tipe IV dan VIII dan tingkat kerebahannya yang masih tergolong sedang. 21. Selain berorientasi pada peningkatan hasil dan memperbaiki ketahanan terhadap hama dan penyakit, perakitan varietas unggul seyogianya juga diarahkan untuk spesifik lokasi, dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan agroekosistem dan selera masyarakat setempat. 4

22. Pengembangan varietas unggul perlu dipacu dengan bantuan program benih untuk mempercepat tingkat difusi dan adopsi varietas unggul tersebut di masyarakat, dengan disertai oleh jaminan pemasarannya. 23. Program Pengembangan Desa Mandiri Benih yang dicanangkan Pemerintah konsisten dengan hasil penelitian ini, khususnya temuan bahwa yang menunjukkan bahwa adopsi varietas unggul sangat ditentukan oleh kesesuaian agroekosistem, ketersediaan dan akses terhadap benih, serta kondisi sosial ekonomi setempat. Pengembangan desa mandiri benih merupakan strategi yang paling sesuai untuk menjamin ketersediaan dan akses terhadap benih. Terkait dengan itu, pengembangan desa mandiri benih hendaklah dilakukan secara partisipatif khususnya dalam penentuan jenis benih yang dikembangkan. Dalam hal ini, jenis benih yang dikembangkan didasarkan pada pada pilihan bebas para petani penggunanya sehingga dengan demikian persyaratan kesesuaian agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat dapat dipenuhi. 24. Tidak dapat dipungkiri, peningkatan hasil (produktivitas) melalui adopsi benih bermutu varietas unggul baru merupakan salah satu kunci utama keberhasilan dalam peningkatan produksi nasional yang dicanangkan Pemerintah dalam program Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Produksi Padi, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Kebijakan yang disarankan ialah: a. Program bantuan benih unggul baru dan bermutu terus dilanjutkan dengan prioritas utama di wilayah-wilayah yang selama ini masih mengandalkan benih hasil sendiri. Dampak bantuan benih terhadap peningkatan produksi di wilayah yang selama masih belum menggunakan benih unggul baru bermutu tinggi akan lebih tinggi dibanding di wilayah-wilayah yang sudah lama menggunakan benih unggul baru bermutu tinggi. b. Percepatan Pengembangan Desa Mandiri Benih sebagai pengganti bertahap program Subsidi Benih. Desa mandiri benih lebih menjamin ketersediaan benih sesuai dengan kondisi spesifik lokasi daripada subsidi benih. c. Melaksanakan Upaya Khusus Percepatan Penemuan Varietas Unggul Baru. Berbeda dengan program selama ini yang terkesan berorientasi jumlah varietas yang dilepas, upaya khusus ini berorientasi pada keunggulan hasil dan atau daya adaptasi terhadap cekaman lingkungan. Tujuannya ialah memperpendek siklus penemuan varietas unggul dominan yang selama ini sangat panjang, berkisar 10-25 tahun. Upaya khusus ini perlu dirancang khusus, didukung dengan fasilitasi khusus dan oleh tim terpadu khusus pula. Arahan program yang disarankan menurut agroekosistem: (i) agroekosistem sawah: varietas unggul nasional pengganti Ciherang, varietas tahan cekaman kekeringan, varietas tahan genangan air, dan varietas unggul spesifik daerah; dan (ii) agroekosistem pasang surut, lebak, dan lahan kering spesifik daerah. 5