PENGERTIAN J U R N A L I S T I K

dokumen-dokumen yang mirip
LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

Teknik Reportase dan Wawancara

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta

Syarat Berita. 1. Benar terjadi. 2. Aktual. 3. Lengkap. 4. Apa adanya. 5. Tersusun Baik. 6. Menarik. 7. Berguna bagi pembaca.

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

TEKNIK MENULIS RILIS WORKSHOP MEDIA KEMENTERIAN PERTANIAN RI

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG

Membuat Press Release

Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014

BENTUK DAN ANATOMI BERITA

BENTUK BENTUK WAWANCARA Berdasarkan bentuk kegiatan yang dilakukan, wawancara dapat dibedakan : Man in the street interview

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

PUBLIKASI MELALUI PENULISAN BERITA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

Penulisan Media PR Ekternal

Oleh : Endar Widodo (EWI KR)

CREATIVE THINKING. Merancang Produksi Program Acara TV : News. Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Penyiaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menulis Berita. Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar. Drs. Masari, MM. Modul ke: Fakultas TEKNIK

BELAJAR MENULIS. GKJ Brayat Kinasih Yogyakarta

RANCANGAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara.

Apa itu Straight News?

Priska / Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Oleh Abdurrahman. Universitas Indonusa Esa Unggul. Jakarta Barat

MENGENAL DUNIA REPORTER DAN JURNALISTIK TV

JERNIH MENULIS. Dimulai dari hati dilanjutkan oleh kepala. Oleh Bambang Mulyantono

meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan

Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang

oleh Stephani Arum Sari Drs. Mario Antonius Birowo, M.A., Ph.D

BAB II LANDASAN TEORI

Teknik Reportase & Wawancara

PRESS RELEASE SEBAGAI WAHANA PENYAMPAI INFORMASI KEPADA PUBLIK DALAM AKTIVITAS KAMPANYE POLITIK. Oleh : Novy Purnama N*)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEKNIK REPORTASE TV. Oleh : Ratna Komala RCTI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar.

BAB I PENDAHULUAN. atau kejadian yang sedang terjadi. Penyajian berita dapat dilakukan melalui

Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

MEMBUAT PAKET BERITA TELEVISI

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Studi ini sudah banyak dilakukan sebelumnya. Salah satu contohnya adalah artikel

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

Kutipan Wawancara dengan Wartawan Waspada yang Meliput Demo Mahasiswa terkait Kenaikan Harga BBM

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. melakukan dan menerapkan kualitas isi berita dengan baik. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dwi Sukmalanita, 2013 Keefektifan Teknik Kelompok Investigasi Dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita

BAB I PENDAHULUAN. dapat langsung tersampaikan kepada khalayak dalam waktu singkat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dasar- dasar Jurnalistik TV

RENCANA PROGAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. media melalui perbedaan kemasan dan sifat siarannya. dirasakan oleh audiencennya. Menurut Marshall Mc Luhan, Media televisi telah

BERITA TELEVISI. Kuliah Jurnalistik Televisi oleh I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. 26 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

Jurnalisme Lingkungan (Green Journalism)

PROSES PENULISAN BERITA PROFIL PEGAWAI PADA TABLOID KONTAK DI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)

Teknik Survey dan Reportase KKN TIM I

MENCARI DAN MENGGALI INFORMASI * Seberapa Penting Sumber Berita Bagi Seorang Untuk Mencari Informasi / Berita

Mata Kuliah : PR Writing 1. Topik ke-8: Menulis Feature. abdurrahman/prw1/2009 1

J U R N A L I S T I K. Oleh : NUR YASIN SHIROTOL MUSTAQIM Pegawai Subbag Hukmas & KUB Kanwil Kemenag Prov. Jatim

RINGKASAN MATERI DIKLAT MENULIS BERITA


RENCANA PROGAM PEMBELAJARAN

Pertemuan 9: Teknik Wawancara

Ciri khas tulisan feature

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya dapat dilihat sepintas, juga sangat mempengaruhi cara-cara penyampaian

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang

Materi Perkuliahan I BERITA TV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul:

LAMPIRAN 1. Studio Siaran Radio Gema Surya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa Indonesia yang

Menggali & Meburu Berita. fitri dwi lestari

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA

Produksi Berita TELEVISI (MK 41034)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga maupun perorangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat. Seiring dengan hal tersebut maka pemerintah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Obyektivitas pemberitaan adalah suatu penyajian berita yang benar dan

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

Berita adalah laporan peristiwa yang bernilai jurnalistik atau memiliki nilai berita (news values): aktual, faktual, penting, dan menarik.

TEKNIK MENULIS BERITA & MEMBUAT JUDUL. fitri dwi lestari

BAB II PELAKSANAAN PKL. dan kegiatan insedentil yaitu kegiatan yang tidak dilakukan setiap hari dan

Yohanes Karol Hakim/ Lukas Ispandriarno PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

PUBLIC RELATION. oleh : Kak Hariadi Purwantoro

1. Mengkaji tempat kejadian dan kebutuhan organisasi

REPORTASE DAN PENYIAPAN BERITA UNTUK WEBSITE

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu membutuhkan informasi, dan informasi yang manusia

BAB I PENDAHULUAN. adalah dunia penyiaran atau dalam hal ini dunia pertelevisian.

Transkripsi:

CATATAN KULIAH PENGERTIAN J U R N A L I S T I K 1. JURNALISTIK Pada dasarnya, lembaga penyebaran informasi yang disebut sebagai pers atau media massa lahir dari naluri alamiah manusia untuk mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya. Pers atau media massa dibentuk manakala penyebaran informasi kepada masyarakat dilakukan secara lebih sistematis, terorganisasi, dan menggunakan teknologi komunikasi modern. Fungsi utama dari lembaga pers adalah: mengantarkan informasi kepada khalayak. Menurut Wright (1988), pers sebagai bagian dari media massa, memiliki 4 fungsi, yaitu: (1) fungsi pengawasan; (2) fungsi korelasi; (3) fungsi transmisi warisan sosial atau pendidikan; dan (4) fungsi hiburan. Pengertian jurnalistik: Dja far H. Assegaff: kegiatan untuk menyampaikan pesan/berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media, entah media tadi media cetak maupun elektronika" Mursito BM: kegiatan mencari, mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menyiarkan informasi. Walaupun inti kegiatan jurnalistik nampaknya sederhana, yaitu hanya mengumpulkan, menulis, dan menyiarkan informasi; namun sebenarnya kegiatan jurnalistik sangat kompleks dan rumit, sebab ada tarik menarik berbagai kepentingan (idealisme jurnalistik, tuntutan masyarakat, kekuatan politik dan keamanan, dan kepentingan ekonomi atau bisnis). 2. REALITAS MEDIA DAN OBYEKTIVITAS Tulisan-tulisan di media cetak umumnya berisi 3 kategori: (1) fakta, meliputi: berita dan feature (karangan khas); (2) opini, meliputi: tajuk rencana, artikel, pojok, karikatur, dan surat pembaca; dan (3) iklan atau advetorial. Kegiatan jurnalistik bertujuan menghasilan tulisan berisi fakta, bukan pendapat atau imajinasi wartawan. Kegiatan jurnalistik ini pada dasarnya adalah kegiatan untuk memindahkan realitas empirik ke dalam realitas media. Realitas media bukanlah realitas empirik, karenanya harus memenuhi standar obyektivitas. Ada 2 (dua) elemen obyektivitas, yaitu: faktualitas dan impartialitas (Mursito, 2006:176). Faktualitas menyangkut kebenaran dan relevansi; sedangkan impartialitas berkenaan dengan keseimbangan dan netralitas. Obyektivitas Faktualitas Kebenaran Relevansi Keseimbangan

Impartialitas Netralitas Kebenaran dan akurasi dapat dicapai apabila wartawan di dalam menggali informasi berusaha untuk melakukan verifikasi (pengujian) terhadap fakta yang ditemuinya. Istilah yang seringkali digunakan adalah melakukan check dan recheck, artinya menggali berbagai sumber untuk memperoleh satu informasi. Relevansi berarti bahwa fakta-fakta yang ditampilkan harus relevan dan kontekstual dengan peristiwa yang diberitakan. Sekalipun suatu banyak fakta yang bisa ditulis, namun apabila fakta tersebut tidak berkaitan langsung dengan peristiwa; berita yang diturunkan bisa tidak lagi obyektif, namun bersifat spekulatif. Dimensi pertama dari impartialitas adalah: keseimbangan, atau sering juga disebut dengan istilah: cover both sides. Di dalam pemberitaannya, pers dituntut untuk memberikan porsi yang sama kepada semua pihak yang terlibat di dalam suatu peristiwa. Impartialitas juga memiliki sisi yang lain, yaitu: netralitas. Di dalam pemberitaan, pers tidak boleh berdiri di salah satu pihak atau pendapat/pandangan atas suatu peristiwa. Pers hanya boleh berdiri di satu pihak saja, yaitu: kebenaran. 3. BERITA DAN NILAI BERITA (NEWS VALUE) Definisi berita secara singkat dinyatakan oleh Charnley sebagai: laporan yang hangat, padat, dan cermat mengenai suatu kejadian, bukan kejadiannya itu sendiri (Wonohito, 1977:12). Sedangkan Assegaff (1991:24) mendefinisikan berita sebagai: laporan tentang fakta atau ide termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena ia luar biasa, entah karena pentingnya atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa tidak semua peristiwa adalah berita. Suatu peristiwa akan menjadi berita apabila peristiwa itu dilaporkan oleh wartawan dan dimuat di media massa. Dan suatu laporan peristiwa bisa dimuat di media massa apabila ia dianggap punya nilai berita (news value) atau layak untuk diberitakan. Secara umum, suatu kejadian dipandang memiliki news value apabila mengandung satu atau beberapa unsur berikut ini: 1. Significance (penting): peristiwa itu berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau yang memiliki akibat terhadap kehidupan pembaca. 2. Magnitude (besar): kejadian itu menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian itu bersifat kolosal. 3. Timeliness (waktu): aktual, hangat, atau termasa; menyangkut hal-hal yang baru terjadi.

4. Proximity (dekat): kejadian yang memiliki kedekatan dengan pembaca, baik secara geografis maupun emosional/psikologis. 5. Prominence (tenar): menyangkut hal atau orang yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. 6. Human interest (manusiawi): menyangkut hal-hal yang bisa menyentuh perasaan pembaca. Sekalipun suatu peristiwa memiliki nilai berita, namun tidak secara otomatis peristiwa itu bisa disiarkan sebagai berita. Ada satu kriteria lagi yang harus dipenuhi, yaitu: layak cetak (fit to print). Tidak semua peristiwa yang memiliki news value layak untuk dicetak, yaitu peristiwa-peristiwa yang dinilai bisa mendatangkan keresahan atau persoalan dalam masyarakat. 4. JENIS BERITA DAN SUMBER BERITA Assegaff menyatakan bahwa jenis berita bisa dibagi berdasar 4 hal pokok: 1. Berdasar sifat kejadian: (a) Berita yang diduga (peringatan hari-hari besar, peristiwa yang sudah dijadwalkan) (b) Berita yang tidak diduga, di mana suatu peristiwa terjadi secara insidental, dan wartawan memperoleh petunjuk (lead atau tip off) dari berbagai sumber di masyarakat (individu maupun lembaga/ organisasi). 2. Berdasar soal atau masalah atau topik yang dicakup: politik, ekonomi, sosial, budaya, kriminal, bencana, olahraga, pendidikan, hiburan, dan sebagainya. Biasanya berita-berita ini di dalam penerbitannya dikelompokkan ke dalam berbagai rubrik di halaman tertentu. 3. Berdasar jarak kejadian dan publikasi: berita internasional (luar negeri), berita nasional, berita regional (tingkat propinsi), dan berita lokal (tingkat kabupaten/kota). 4. Berdasar isi berita: straight news (berita langsung) atau hard news (berita keras), berita lunak atau ringan (soft news), feature (karangan khas), comperehensive/indepth news (berita mendalam), dan investigative news. Berita bisa diperoleh dari berbagai sumber. Sumber-sumber tersebut antara lain: 1. Kantor berita (misalnya: Antara, Reuter): menyediakan berita jadi, sehingga redaktur tinggal mengutip atau menterjemahkannya. Biasanya digunakan untuk memperoleh berita-berita luar negeri. 2. Press release dan konferensi pers, di mana materi utama sudah disiapkan oleh pihak lain, wartawan perlu mengolah materi tersebut menjadi berita. 3. Liputan langsung, di mana wartawan melakukan observasi langsung di tempat kejadian dan melakukan wawancara dengan narasumber. 4. Dokumentasi, wartawan mencari bahan-bahan dari dokumen, pustaka, arsip, atau kliping berita mengenai masalah tertentu.

Berita sebagai hasil liputan langsung (dan wawancara) adalah berita yang dianggap memiliki nilai paling tinggi. Sumber-sumber berita yang lain digunakan sebagai sumber bahan/informasi pendukung hasil liputan. 5. MENCARI BERITA Dari mana saja seorang wartawan memperoleh berita? Ada beberapa tempat yang bisa menjadi titik awal pencarian berita: 1. News Room Briefing Biasanya, setiap hari diadakan pertemuan di ruang berita (news room) suatu surat kabar untuk memberikan briefing kepada para wartawan dan redaktur mengenai berita apa saja yang harus diliput pada hari itu dan pembagian tugas-tugas liputan. Dalam briefing itu juga dibuat rencana peliputan bagi peristiwa-peristiwa yang sudah diduga atau yang sudah terjadwal sebelumnya, atau follow up (pengembangan) dari suatu berita yang lalu. 2. Regular contacts/informers Setiap wartawan harus memiliki kontak/informan yang secara teratur menjadi sumber berita. Setiap hari wartawan mendatangi atau menghubungi kontak/informan itu untuk mengetahui apakah ada peristiwa atau hal yang penting untuk diberitakan. Kontak-kontak itu antara lain bisa diperoleh di: kantor polisi, rumah sakit, kantor pengadilan, kantor humas lembaga tertentu, dan tempat atau individu lain yang selama ini telah menjalin hubungan sebagai sumber berita bagi wartawan. Selain untuk memperoleh berita baru, kontak/informan ini sangat berperan ketika seorang wartawan ingin melakukan follow up/pengembangan sebuah berita yang sudah dimuat sebelumnya. 3. Tip off (lead) Seringkali, wartawan memperoleh petunjuk (tip off/lead) mengenai suatu kejadian yang baru saja terjadi. Petunjuk ini bisa datang dari mana saja. Ada wartawan kriminal yang memiliki radio scanner untuk memonitor lalu-lintas komunikasi polisi atau UGD rumah sakit, sehingga ia bisa mengetahui dengan cepat ketika terjadi suatu peristiwa. 4. Langsung di tempat peristiwa yang tak terduga Sekalipun sangat jarang terjadi, namun kadang-kadang wartawan secara kebetulan sedang berada di lokasi di mana suatu peristiwa yang tak terduga terjadi. Wartawan bisa melakukan liputan langsung (on the spot). Oleh karena hal ini sangat jarang terjadi, maka berita yang dihasilkan secara on the spot ini bernilai sangat tinggi. Karena ini benar-benar menunjukkan kemampuan seorang wartawan untuk peka/sensitif terhadap apa yang sedang teradi di sekitarnya, ketajamannya untuk mencium nilai berita, dan kemampuannya untuk mengumpulkan informasi tanpa persiapan sebelumnya. Setelah seorang wartawan mendapat petunjuk yang jelas mengenai peristiwa apa yang akan diliput, maka langkah selanjutnya adalah mendatangi lokasi peristiwa tersebut untuk melakukan pengumpulan informasi, baik melalui observasi maupun wawancara.

Oleh karena biasanya peristiwa yang akan diliput itu merupakan peristiwa yang sudah terjadi, maka sumber informasi utama seorang wartawan adalah dari hasil wawancara dengan sumber-sumber berita (informan). 6. LIPUTAN DAN WAWANCARA Liputan dilakukan dengan cara melakukan observasi dan wawancara secara langsung pada peristiwa yang akan dilaporkan. Hal ini bisa dilakukan untuk berita-berita yang sudah diduga atau terjadwal. Di dalam melakukan liputan, wartawan harus bisa mengumpulkan informasi yang lengkap, meliputi informasi tentang apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan mengapa (5W + 1H). Untuk berita-berita yang tak terduga, yang biasanya sudah terjadi tanpa kehadiran wartawan di tempat peristiwa, maka wartawan melakukan liputan dengan menggali informasi melalui wawancara. Wawancara atau interview merupakan salah satu cara menggali informasi lewat percakapan antara wartawan dengan seseorang yang menjadi sumber berita. Wartawan tidak bisa mewawancarai sembarang orang. Interviewee (yang diwawancarai) adalah seseorang atau sejumlah orang yang oleh karena kedudukannya, peranannya/keterlibatannya, kompetensi/keahlian, dan pengalamannya, dianggap memiliki informasi yang penting, yang dibutuhkan wartawan sebagai bahan penulisan berita. Berdasar sasaran yang hendak dicapai dan cara yang digunakan, ada beberapa jenis wawancara, sebagai berikut: 1. Factual news interview Wawancara dengan sumber berita yang memiliki otoritas atau mengetahui dengan persis suatu peristiwa atau permasalahan yang hendak diberitakan. 2. Casual interview Wawancara yang tidak diatur atau direncanakan lebih dahulu. Dilakukan secara mendadak pada saat wartawan bertemu dengan sumber berita. 3. Group interview Wawancara yang dilakukan oleh sejumlah wartawan dari berbagai media massa dengan seorang atau lebih sumber berita. Hal ini terjadi terutama pada acara konferensi pers atau jumpa pers. 4. Personality interview Wawancara yang memiliki tujuan khusus, yaitu uintuk menggali penjelasan lebih jauh mengenai pribadi seseorang. Biasanya berkaitan dengan penulisan profil seseorang. Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan wawancara meliputi: 1. Menyusun pertanyaan mengenai permasalahan yang akan ditanyakan secara runtut. 2. Memastikan bahwa sumber berita benar-benar menguasai permasalahan yang akan ditanyakan. 3. Melakukan kontak/perjanjian dengan sumber berita untuk memastikan waktu dan permasalahannya.

4. Apabila diminta, wartawan bisa memberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu, agar sumber berita siap dengan bahan yang diperlukan. 5. Persiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mencatat atau merekam hasil wawancara, misalnya: notes, pena, dan alat perekam. Pelaksanaan wawancara: 1. Cek lebih dahulu perjanjian yang sudah dibuat dengan sumber berita. 2. Bersikap sopan dan memperkenalkan diri lebih dahulu dengan menyebutkan identitas (nama dan asal media massa). 3. Ajukan pertanyaan secara ringkas, jelas, dan to the point. 4. Apabila sumber berita terkesan berusaha menutupi informasi, ajukan pertanyaan yang tidak langsung. 5. Jangan memberondong sumber berita dengan pertanyaan. Dengarkan apa jawaban sumber berita atas pertanyaan sebelumnya. 6. Membuat suasana santai. Jangan mengeluarkan notes, alat perekam, atau mengambil foto tanpa lebih dahulu meminta ijin. 7. Cara terbaik adalah: tidak mencatat selama melakukan wawancara. Namun, berusaha mengingat isi pembicaraan; dan setelah selesai wawancara, baru menuliskan catatannya. 8. Berusaha untuk menjaga agar masalah tidak keluar dari kerangkanya atau melebar ke pembicaraan yang tidak relevan. 9. Tidak mengajukan pertanyaan yang bodoh. Misalnya pertanyaan yang klise, atau pertanyaan retoris, atau pertanyaan yang tidak peka kepada perasaan sumber berita. 10. Apabila akan mengalihkan percakapan ke permasalah yang berbeda, mintalah ijin terlebih dahulu kepada sumber berita. 11. Menjaga/melindungi kerahasiaan identitas sumber berita Yang ideal adalah apabila sumber berita mau disebutkan identitasnya dengan jelas. Namun apabila ia berkeberatan, maka wartawan harus menjaga kerahasiaan identitasnya. 12. Wartawan juga harus menghormati permintaan untuk off the record, di mana informasi yang diberikan oleh sumber berita hanya boleh diketahui oleh wartawan dan redaktur, namun tidak boleh dimuat di dalam berita di media massa. 13. Apabila mengakhiri wawancara, ucapkan terima kasih, dan mintalah kesediaan sumber berita untuk dihubungi lagi pada kesempatan yang lain. 7. UNSUR-UNSUR BERITA Pembuatan berita adalah suatu proses; dimulai sejak suatu peristiwa itu terjadi, sampai dengan informasi tentang peristiwa itu dibaca oleh khalayak. Oleh karena berita harus segera dimuat dan aktual, maka berita haruslah padat, langsung, singkat, dan dengan bahasa yang lugas (tidak berbungabunga). Penulisan berita harus disesuaikan dengan kebutuhan pembaca, yang karena kesibukannya tidak memiliki banyak waktu untuk membaca berita berlama-lama.

Unsur-unsur berita yang harus dicakup meliputi jawaban atas 6 (enam) pertanyaan yang lazim disebut 5W + 1H (what, who, where, when, why, dan how): Apa yang terjadi? Siapa(-siapa) yang terlibat dalam kejadian itu? Di mana kejadiannya? Bilamana (kapan) peristiwa itu tejadi? Mengapa (apa yang menyebabkan) kejadian itu timbul? Bagaimana kejadiannya (proses dan/atau duduk perkaranya)? 1. Apa Berkaitan dengan hal-hal yang dilakukan oleh pelaku maupun korban (kalau ada) dalam suatu kejadian. 2. Siapa Mengandung fakta yang berkaitan dengan setiap orang yang terliba dalam suatu kejadian. Orang yang terlibat itu harus dapat diidentifikasi selengkap-lengkapnya: nama, usia, alamat, pekerjaan, jabatan, dan atribut-atribut lain yang melekat pada diri orang tersebut. 3. Di mana Menyangkut tempat kejadian. Nama tempat harus bisa diidentifikasi dengan jelas. Akan lebih baik apabila karakteristik tempat kejadian tersebut juga diberitakan. 4. Bilamana Berkaitan dengan waktu kejadian atau kemungkinan (perkiraan waktu) yang berkaitan dengan kejadian tersebut. 5. Mengapa Berisi fakta yang mengandung latar belakang atau penyebab terjadinya suatu peristiwa. 6. Bagaimana Memberikan fakta yang berkaitan dengan proses kejadian yang diberitakan: bagaimana terjadinya, bagaimana pelaku melakukan perbuatannya, atau bagaimana kroabn mengalami nasibnya. 8. FORMAT BERITA LANGSUNG (STRAIGHT NEWS) Ciri berita langsung (straight news) yang paling mudah dikenali adalah pada permulaan berita: setelah judul, diikuti dengan keterangan tempat dan disusul dengan nama penerbit pers yang bersangkutan, misal: Jakarta, Kompas. Keterangan ini lazim disebut sebagai timeline. Dari susunan uraiannya, berita langsung bisa dikenali dari strukturnya yang dikenal dengan istilah piramida terbalik; di mana bagian yang papaling penting ditempatkan di bagian paling awal (atas), disusul dengan bagian yang kurang penting. Penggunaan struktur semacam ini berkaitan dengan keterbatasan waktu pembaca dan keterbatasan ruang (space) di halaman surat kabar. Setiap tulisan yang berbentuk berita langsung, sekurang-kurangnya memuat 3 bagian, yakni: pembukaan (lead), tubuh (body), dan penutup. JUDUL LEAD BODY PENUTUP

Menulis lead merupakan pekerjaan tersulit. Lead merupakan bagian terpenting, paling kuat/menonjol; merupakan rangkuman inti sari dari sebuah berita. Kadang lead memuat keseluruhan unsur 5W + 1H. Dalam kasus di mana lead tidak memuat seluruh unsur 5W + 1H, maka beberapa unsur yang paling menonjol dalam peristiwa itu yang dimuat di sana. Bagian tubuh (body) menguraikan lebih lanjut unsur-unsur fakta yang terdapat di dalam lead. Unsur mengapa dan bagaimana biasanya yang paling banyak diuraikan. Di bagian ini terdapat bagian yang disebut dengan perluasan bagian utama/lead, biasanya memuat unsur-unsur berita yang belum termuat di dalam lead. Assegaff (1982:54) menyarankan 5 pedoman pokok dalam penulisan berita: (1) laporan berita haruslah bersifat menyeluruh; (2) ketertiban dan keteraturan mengikuti gaya menulis berita; (3) tepat dalam penggunaan bahasa dan tata bahasa; (4) ekonomi kata harus diperhatikan; (5) gaya penulisan haruslah hidup, punya makna, warna dan imaginasi, Penutup merupakan akhir dari uraian berita, namun bukan berupa kesimpulan. Dalam struktur piramida terbalik, bagian ini tidak terlalu penting. Ketika suatu berita ternyata memakan tempat melebihi space yang tersedia di halaman surat kabar, maka bagian inilah yang akan dipotong (dihilangkan) paling dahulu. Contoh-contoh teknik penulisan judul, lead, body, dan penutup bisa dilihat dalam Mursito (1999:63-75) dan Assegaff (1982:51-54). Kepustakaan: Assegaff, D.H. (1982). Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 9-55. Mursito, B.M. (1999). Penulisan Jurnalistik: Konsep dan Teknik Penulisan Berita. Surakarta: Spikom. Hal. 25-75.

CONTOH PENULISAN STRAIGHT NEWS Fakta Apa Di mana Siapa Kapan Mengapa : Pembongkaran kios-kios pedagang kaki lima : Sepanjang Jl. Mayor Kusmanto. : Pembongkaran dilakukan oleh pemilik kios. : Mulai dibongkar tanggal 16 Agustus 2007 pagi. Batas waktu pembongkaran 28 Agustus 2007. : Pemkot Solo membongkar dinding yang mengelilingi Benteng Vastenburg yang menjadi tempat menempelnya kios-kios tersebut. Bagaimana : Tanggal 14 Agustus 2007, Widodo (Kasubdin Kebersihan DKP Pemkot Solo) dan petugas Satpol PP memberikan pengarahan kepada para pemilik kios, bahwa dinding yang mengelilingi Benteng Vastenburg akan dibongkar. Para pemilik kios setuju, karena akan mendapat jatah selter sebagai pengganti kios. Tanggal 15 Agustus 2007, pembongkaran dinding oleh petugas dari DKP. Tanggal 16 Agustus 2007 pemilik kios mulai melakukan pembongkaran, mendapat bantuan truk DKP untuk mengangkut barang dagangan. Straight News Solo (Suara Solo) KIOS PKL DI JL. MAYOR KUSMANTO DIBONGKAR Mulai Kamis (16/8) pagi, sejumlah kios pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang Jl Mayor Kusmanto dibongkar sendiri oleh para PKL menyusul dibongkarnya dinding yang mengelilingi Benteng Vastenburg yang selama ini menjadi tempat menempelnya kios-kios tersebut. Pembongkaran dinding yang ada di seputar Benteng Vastenburg sendiri telah mulai dilakukan oleh petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Pemkot Solo sejak tanggal Rabu (15/8) lalu. Kasubdin Kebersihan DKP Pemkot Solo, Widodo menyatakan, Selasa (14/8), dirinya bersama para petugas Satpol PP telah memberikan pengarahan kepada para pemilik kios, bahwa dinding yang selama ini menjadi penyangga kios mereka akan dibongkar. Dalam pengarahan tersebut, para pedagang yang memiliki kios telah menyatakan persetujuan untuk melakukan pembongkaran, oleh karena mereka dijanjikan akan memperoleh atah selter sebagai pengganti kios yang dibongkar. Pemkot Solo sendiri menetapkan batas waktu pembongkaran sampai dengan tanggal 28 Agustus. Untuk membantu proses pembongkaran kioskios tersebut, para pedagang memperoleh fasilitas truk DKP untuk mengangkut dan memindahkan barang dagangan mereka.

KIOS DI JL. MAYOR KUSMANTO DIBONGKAR Solo (Suara Solo) Mulai Kamis (16/8) pagi, sejumlah kios pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang Jl Mayor Kusmanto dibongkar sendiri oleh para PKL menyusul dibongkarnya dinding yang mengelilingi Benteng Vastenburg yang selama ini menjadi tempat menempelnya kioskios tersebut. Pembongkaran dinding yang ada di seputar Benteng Vastenburg sendiri telah mulai dilakukan oleh petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Pemkot Solo sejak tanggal Rabu (15/8) lalu. Kasubdin Kebersihan DKP Pemkot Solo, Widodo menyatakan, Selasa (14/8), dirinya bersama para petugas Satpol PP telah memberikan pengarah kepada para pemilik kios, bahwa dinding yang selama ini menjadi penyangga kios mereka akan dibongkar. Dalam pengarahan tersebut, para pedagang yang memiliki kios telah menyatakan persetujuan untuk melakukan pembongkaran, oleh karena mereka dijanjikan akan memperoleh atah selter sebagai pengganti kios yang dibongkar. Pemkot Solo sendiri menetapkan batas waktu pembongkaran sampai dengan tanggal 28 Agustus. Untuk membantu proses pembongkaran kios-kios tersebut, para pedagang memperoleh fasilitas truk DKP untuk mengangkut dan memindahkan barang dagangan mereka.