MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

MEKANISME PEMBANGUNAN GEDUNG / PUSAT PELAYANAN

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

PNPM MANDIRI PERDESAAN

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

PEMERINTAH DESA... KECAMATAN... KABUPATEN...

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 2 TAHUN 2016 TANGGAL : 04 Januari 2016 TENTANG : PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN DONGGALA KECAMATAN... DESA...

PERATURAN DESA... NOMOR... TAHUN... T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN ANGGARAN... DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT PERJANJIAN PEMBERIAN DANA (SP2)

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman - 1. Laporan SADI Provinsi NTT Bulan Maret 2009

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG. KEWENANGAN PERIKATAN PINJAMAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

PROSEDUR PENYUSUSNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN (PNPM-MPd) Aidil, SE, MM ABSTRAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SIMULASI PEMBUKUAN BENDAHARA DESA Oleh: Sutiono (Widyaiswara Muda Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan)

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN GAMPONG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. : Abdul Muchid Bin Achmad Jamaluddin (Alm) Umur/tanggal lahir : 50 tahun/ 05 Maret 1961

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum da

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.05/2013 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA ANGGARAN BIAYA DESA KECAMATAN. TAHUN ANGGARAN... HARGA SATUAN (Rp.)

TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA SERTA PENYAMPAIANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

PENJELASAN X PELESTARIAN KEGIATAN DANA BERGULIR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PETUNJUK TEKNIS I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. Pendahuluan. yang dapat dialokasikan untuk berbagai jenis kegiatan yang mencakup kegiatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM AKUNTANSIPPKD

1 of 9 21/12/ :39

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR

PENJELASAN V PEMANGKU KEPENTINGAN DAN PELAKU PNPM MANDIRI PERDESAAN

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016

BUPATI BANDUNG BARAT

Mekanisme Pencairan dan Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Program KOTAKU (NSUP, NUSP-2 & PISEW)

BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Jaminan Penugasan Pembiayaan Infrastruktur Dae

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Pengeluaran Daerah Melalui Bendahara PPKD

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

DAFTAR SINGKATAN. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

PELAKSANAAN BELANJA UNTUK PENGGUNAAN UANG PERSEDIAAN (UP), GANTI UANG PERSEDIAAN (GU) DAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN (TU)

Pengeluaran Daerah Daerah Melalui Bendahara Penerimaan PPKD

Me nje la ska n Pe ng e rtia n Ua ng Muka. Me ne ra ng ka n Je nis- je nis Ua ng Muka

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Kantor Dinas Permukiman Dan Perumahan Provinsi Jawa Barat. Di

Matriks Errata PTO PPK-PNPM, 2007

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia

2016, No Negara/Pemerintah Daerah beserta perubahannya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dalam perkembangannya perlu dilakukan penyesuaian d

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NAGARI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

SOP Pengukuran Kinerja Pembukuan

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 188/ 16 /KEP / /2016

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Transkripsi:

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI No BENTUK KEGIATAN ASPEK YANG DIPERHATIKAN POTENSI MASALAH PENGELOLAAN DANA PPK 1. Rekening tujuan kurang jelas dan tidak spesifik. 2. Rekayasa saldo rekening dengan cara Rekening Kolektif BPPK memindahkan saldo ke rekening lain sehingga pencairan dari KPPN yang 1 Tahap Pencairan dari KPPN selanjutnya dapat dilakukan karena telah memenuhi syarat pencairan di mana 90% dari dana sebelumnya telah digunakan. Adanya biaya pencairan ke KPPN yang terlalu besar. Hal ini biasanya digunakan untuk membiayai akomodasi orang-orang yang terlibat Biaya Operasional UPK (dicatat pada buku kas dalam pencairan seperti pengurus UPK, PjOK dan harian operasional) FK. Ada pula kemungkinan digunakan untuk pengeluaran yang bersifat ceremonial bahkan uang pelicin kepada oknum KPPN. 2 Pengelolaan Dana Kolektif BPPK Rekening Kolektif BPPK dan Buku Bank BPPK (Specimen Tanda Tangan, Bunga Rekening), Buku Kas Harian Kolektif, Selisih Dana Alokasi Dana Kegiatan (Alokasi per desa ditetapkan dengan SPC, pencatatan pencairan ke desa dilakukan pada buku kas harian kolektif BPPK dan Laporan Penyaluran Dana), KW-2 (bukti penyaluran dana dari UPK ke desa). 1. Tidak ada rekening khusus yang merupakan rekening kolektif. 2. Specimen tidak sesuai dengan aturan PPK. 3. Rekening kolektif hanya untuk penampungan sementara, setelah itu saldo rekening dipindahkan ke rekening pribadi. 4. Penggunaan bunga rekening tanpa melalui persetujuan forum kecamatan. 5. Ada selisih antara dana kolektif yang telah diterima UPK dari KPKN serta yang telah disalurkan ke desa dengan posisi saldo baik yang ada di rekening maupun yang berupa uang tunai. 1. Pola penyaluran ke desa tidak sesuai dengan kebutuhan desa tapi berdasarkan persentase. 2. Pengeluaran dari UPK tidak sama dengan yang diterima oleh desa. Adanya pemotongan dana oleh pihak kecamatan. 1

Alokasi Dana untuk Kegiatan Sarana Prasarana (RAB, LPD, RPD, Bukti transaksi, Bukti Penerimaan Barang, Laporan Pertanggungjawaban) Alokasi Dana untuk UEP (Kartu/Buku Kredit Kelompok, Bukti Transaksi serah terima uang dari UPK langsung ke pemanfaat) 1. Tidak ada Rencana Penggunaan Dana (RPD) dan Laporan Penggunaan Dana (LPD) sebagai syarat penyaluran dana ke desa. 2. LPD disesuaikan dengan RAB, bukan berdasarkan realisasi pengeluaran yang benar-benar telah dilakukan oleh desa. Saat pelaporan LPD tidak menyatakan rekapan pembelian (pengeluaran) sebagai contoh telah dibeli semen sejumlah 100 sak dengan harga Rp.25,000/sak pada uraian di kolom LPD, dan hanya menuliskan jenis kegiatan yang dikerjakan seperti contoh MCK dengan nilai Rp.20 juta. 3. Tidak ada bukti transaksi yang kuat seperti nota pembelian yang disahkan oleh supplier bahan,bukti penerimaan barang yang ditandatangai oleh TPK, hanya berupa kuitansi tanda terima uang. Begitu pula untuk pembayaran upah pekerja seringkali tidak ditandatangani oleh pekerja dan tidak sesuai dengan realisasi yang diterima. 4. Tidak ada laporan pertanggungjawaban pengelolaan dana di desa kepada masyarakat. 1. Adanya pemanfaat fiktif. 2. Realisasi pinjaman bukan uang tunai tapi berupa benda. Pembelian barang (biasanya hewan ternak) dilakukan oleh pihak kecamatan dengan harga disesuaikan dengan usulan pemanfaat. 3. Pembatalan pemberian pinjaman, biasanya dilakukan oleh pemanfaat tapi dana tidak dikembalikan ke UPK. 4. Dana tidak sampai ke pemanfaat langsung dan bukti tanda terima uang hanya dari ketua kelompok. 3 Pengelolaan Dana Operasional UPK 2% Rekening Operasional UPK, Rencana Anggaran Biaya Operasional UPK, Buku Kas Harian Operasional UPK, Bukti Transaksi berupa nota 1. Tidak ada rekening dana operasional dan specimen tidak sesuai aturan PPK. 2. Tidak ada/tidak dibuat rencana anggaran 2

pembelian atau kuitansi, Selisih Dana biaya operasional UPk untuk setiap periode. 3. Adanya penggunaan diluar tujuan untuk operasional UPK bahkan untuk yang tidak diperbolehkan, misalnya pinjaman pribadi, pinjaman kepada pihak lain untuk tujuan pengembangan dana. 4. Tidak ada bukti transaksi yang menguatkan suatu transaksi. Kalau ada penyimpanannya tidak tertib atau hanya berupa tanda terima uang. 5. Adanya pemborosan untuk kegiatan-kegiatan yang kurang menunjang kegiatan PPK. 6. Penggunaan bunga rekening tidak transparan. 7. Ada selisih antara dana operasional yang telah diterima UPK serta telah digunakan oleh UPK dengan posisi saldo baik yang ada di rekening maupun yang berupa uang tunai. 4 Pengelolaan Dana Operasional Desa 3% oleh TPK di Desa Buku Kas Harian TPK, Bukti transaksi Kurang transparan dalam penggunaan dana tersebut dan tidak jelas peruntukkannya. Tidak ada catatan yang jelas mengenai penggunaannya. 5 Pengelolaan Dana Bergulir (Pengembalian dari UEP dan SPP) Rekening UEP/SPP/Perguliran, Buku Kas Harian UEP/SPP, Buku/Kartu Kredit Kelompok Peminjam 1. Tidak ada rekening khusus untuk menampung dana pengembalian pinjaman dari desa atau kalau ada specimen tidak sesuai aturan. 2. Dana pengembalian dari desa tidak tercatat seluruhnya, terdapat perbedaan yang disetor ke UPK menurut catatan di desa dengan yang dicatat UPK. 3. Adanya pencatatan penerimaan pengembalian pinjaman fiktif (tanpa penerimaan uang secara fisik). 4. Adanya penggunaan penggunaan untuk hal lain diluar perguliran seperti untuk biaya operasional UPK tanpa melalui persetujuan forum kecamatan. Bahkan adanya penggunaan untuk hal-hal yang tidak boleh 3

seperti dana pembinaan kecamatan, investasi oleh UPK, pinjaman pribadi oleh pelaku PPK, dll. 5. Penggunaan bunga rekening UEP/SPP tidak transparan. 6. Ada selisih antara dana pengembalian UEP/SPP yang telah diterima UPK serta telah digunakan baik untuk perguliran maupun biaya operasional dengan posisi saldo baik yang ada di rekening maupun yang berupa uang tunai. 6 Pengelolaan Dana Operasional Kegiatan (DOK) Rencana Penggunaan DOK dan Realisasi Penggunaan DOK, Rekening DOK dan Specimen, Buku Bank DOK dan Buku Kas Harian DOK 1. Pengelola DOK dan specimen rekening tidak sesuai aturan. 2. DOK yang dikeluarkan oleh pengelola DOK (UPK atau Wakil Masyarakat yang ditunjuk dalam MAD) sesuai dengan buku kas harian DOK tidak sama dengan yang diterima desa. 3. Selisih dana karena jumlah yang dianggarkan dalam rencana anggaran lebih besar dari jumlah realisasi yang digunakan, dalam penggunaannya seringkali tidak transparan dan tidak jelas peruntukkannya. PENGELOLAAN KEGIATAN PPK 1 Tahap Perencanaan (Selain Aspek Keuangan) 1. Dokumen-dokumen perencanaan, diantaranya : Peta Sosial, Berita Acara dan Notulen Hasil Forum-forum Perencanaan, Daftar usulan hasil MD, MAD dan SPC, RKTL 2. Klarifikasi pelaksanaan kegiatan apakah sudah dilakukan sesuai dengan prinsip dan prosedur PPK 1. Beberapa tahapan kegiatan kadang tidak dilalui seperti : Pembuatan peta sosial untuk penggalian gagasan : terkadang peta sosial hanya sekedar formalitas yang di buat oleh FD atau bahkan hanya peta wilayah desa. Musyawarah khusus perempuan Survey harga bersama TPK sebelum penyusunan RAB Tidak adanya keterlibatan TPK dalam penyusunan RAB, sehingga kadang dalam pelaksanaan kegiatan akan banyak dilakukan revisi karena selain dilihat dari aspek teknis, masyarakatlah yang lebih tahu kebutuhan dan kondisi wilayahnya. 4

Banyak di temukan penyusunan RAB di dominasi dan di buat sendiri oleh FK. Tidak dilakukan verifikasi dan validasi RAB oleh KM. Dll. 2. Kompetisi kadang tidak berjalan Memotong/mengurangi usulan agar semua desa terdanai. Terkadang konsultan tidak ingin adanya konflik di masyarakat sehingga jika alokasi dana tidak mencukupi untuk semua usulan dan masyarakat menuntut agar desanya juga terdanai ( meskipun ranking bawah) maka di lakukan dengan cara memotong usulan baik secara volume maupun kualitas. Hal ini bisa di lihat dari tidak sesuainya usulan yang ada di MD II dengan usulan yang terdanai. Membatasi jumlah usulan dari desa atau nominal usulan. Hal ini juga dilakukan untuk pemerataan agar semua desa dapat terdanai. Usulan kegiatan UEP dan Prasana tidak dikompetisikan secara bersamaan. Usulan UEP dikompetisikan secara terpisah atau bahkan usulan UEP langsung terdanai dengan alokasi tertentu seperti kegiatan SPP. Baru kemudian sisa dananya untuk dikompetisikan di kegiatan prasarana. 3. Tidak sesuai dengan RKTL: Kurangnya pengendalian kegiatan, RKTL tidak di jadikan sebagai acuan dan pengendalian kegiatan. 4. Adanya intervensi dalam usulan kegiatan. 2 Tahap Pelaksanaan RAB, prosedur pengadaan bahan Dokumen lelang : undangan, penawaran, BA proses lelang, kontrak suplier Berita acara : Revisi, Musdes Pertanggungjawaban setiap tahapan. 1. Tidak dilakukan musyawarah pengadaan bahan. Pengadaan bahan dilakukan langsung oleh TPK saja, tanpa musyawarah dan melibatkan masyarakat desa 2. Tidak dilakukan lelang sesuai prinsip dan 5

prosedur/tata cara pelelangan Disusun RAB dengan menjadi RAB detail per sub kegiatan sehingga nilai bahan kurang dari Rp15 juta Pengajuan RPD dilakukan tidak melebihi nilai Rp15 juta sehingga tidak perlu melakukan lelang. Adanya pemahaman barang pabrikasi tidak perlu dilakukan proses lelang Pelelangan dilakukan sekedar formalitas sehingga terkadang pelaksanaanya tidak transparan, tidak mendapatkan harga yang layak dan kualitas yang tidak sesuai dengan yang direncanakan. Lelang hanya diinformasikan secara terbatas. 3. Tidak melibatkan Tim 18 dalam proses pelaksanaan kegiatan. 4. Revisi kegiatan, perubahan kegiatan (volume, desain, kualitas) tidak dilakukan dengan musyawarah. Bahkan terkadang TPK tidak mempunyai RAB, pekerjaan tidak mengacu kepada RAB dan Desain hanya berdasarkan pengalaman saja. 3 Tahap Akhir/Penyelesaian Kualitas pekerjaan, dokumen laporan akhir seperti berita acara MDST, laporan realisasi akhir termasuk realisasi volume dan realisasi biaya, asbuilt drawing, sertifikasi oleh FKT, dll. 1. Seringkali musyawarah desa serah terima sudah dilakukan tapi dokumen akhir belum dibuat. 2. Adanya pengelolaan dana pembuatan laporan akhir yang diserahkan untuk dikelola oleh konsultan. 6