PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR : 23 TAHUN 2000 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 04 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENGEDARAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 6 TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN MALINAU

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 6 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN `SAMBAS NOMOR : 2 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENERTIBAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN, PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 06 TAHUN 2006 T E N T A N G PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN DAN LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI E NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BURU Dan BUPATI BURU MEMUTUSKAN :

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG MINUMAN KERAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

P E R A T U R A N D A E R A H

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PELARANGAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PEREDARAN

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2000

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PELARANGAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 07 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N K E N D A L NOMOR 22 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 1

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 19 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGATURAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL KOTA BATAM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KEBUPATEN TANA TORAJA NOMOR 6 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 12 TAHUN 2008 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN, PENGEDARAN DAN PENJUALAN, SERTA PERIZINAN MINUMAN BERALKOHOL

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 10 TAHUN 2015 RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERDAGANGAN MINUMAN BERALKOHOL WALIKOTA DENPASAR,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : E

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 3

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 2, TAHUN : 2004 SERI : C NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

NOMOR : 23 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PELANGGARAN PEREDARAN DAN PENGGUNAAN MINUMAN BERALKOHOL

7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 25, T

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN, PENJUALAN DAN PENGGUNAAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PELARANGAN MINUMAN BERALKOHOL

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO MINUMAN KERAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G PEMBERIAN IZIN UNDIAN (PROMOSI PRODUK BARANG/JASA)

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG MINUMAN KERAS / BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2005

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG PENERTIBAN, PEREDARAN DAN PENGAWASAN PENJUALAN MINUMAN KERAS/ BERALKOHOL DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka penertiban, pengawasan, peredaran dan penjualan minuman keras/beralkohol dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat; b. bahwa guna menekan terjadinya kriminalitas sebagai akibat penggunaan minuman keras dapat menimbulkan gangguan kesehatan, gangguan ketentraman dan ketertiban umum/masyarakat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penertiban, Pengawasan, Peredaran dan Penjualan Minuman Keras/Beralkohol Dalam Wilayah Kabupaten Kutai Barat. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 3. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisa Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3338); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2008 Nomor 03); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 04 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2008 Nomor 04, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 129); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2008 Nomor 05, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 130); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 06 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2008 Nomor 06, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 131); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 01 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2009 Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2009 Nomor 01). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT dan BUPATI KUTAI BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENERTIBAN, PEREDARAN DAN PENGAWASAN PENJUALAN MINUMAN KERAS/BERALKOHOL DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kutai Barat; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah di Kabupaten Kutai Barat; 3. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Kutai Barat; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kutai Barat sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 2

5. Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol dengan kadar yang dapat digolongkan menjadi golongan A, golongan B dan golongan C sebagaimana dimaksud pada angka 6; 6. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman alkohol yang terbagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu : a. Golongan A : Minuman kadar alkohol/ethanol (C2H5OH) 1% sampai dengan 5%; b. Golongan B : Minuman kadar alkohol/ethanol (C2H5OH) 5% sampai dengan 20%; c. Golongan C : Minuman kadar alkohol/ethanol (C2H5OH) 20% sampai dengan 55%. 7. Penjual minuman keras/beralkohol adalah orang atau badan hukum yang mengedarkan minuman keras/beralkohol; 8. Ijin peredaran adalah ijin tertulis yang diberikan oleh Bupati untuk memasukkan, mengeluarkan dan mengedarkan/menjual minuman beralkohol; 9. Peredaran minuman beralkohol adalah jumlah minuman beralkohol yang dipasok atau yang diedarkan di daerah; 10. Tempat penjualan minuman beralkohol adalah semua tempat yang sudah mendapatkan ijin oleh Bupati secara tertulis untuk menjual minuman beralkohol dalam kemasan secara eceran maupun diminum langsung di tempat penjualan; 11. Pengawasan tempat penjualan minuman beralkohol adalah pengawasan yang dilakukan oleh Bupati terhadap tempat/lokasi peredaran dan penjualan minuman beralkohol; 12. Tim pengawasan dan pengendalian tempat/lokasi dan penjualan minuman beralkohol adalah tim yang dibentuk oleh Bupati yang beranggotakan Instansi terkait di daerah yang bertugas membantu Bupati melakukan pengawasan dan pengendalian tempat/lokasi pengedaran dan penjualan minuman beralkohol serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati. BAB II LARANGAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN KERAS Pasal 2 (1) Penjualan ini terbagi dalam : a. Penjualan untuk minuman di luar tempat penjualan; b. Penjualan untuk minuman di tempat penjualan. (2) Penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a hanya dilakukan dalam botol-botol yang tertutup dan diberi segel, berisi sekurang-kurangnya 2 (dua) desiliter, diberi etiket yang dimuat nama pemilik perusahaan/pabrik tempat penjualan dan nama minuman dalam perdagangan; (3) Cara penjualan lain dianggap sebagai penjualan untuk diminum di tempat penjualan. Pasal 3 (1) Dilarang menjual minuman keras tanpa memperoleh ijin terlebih dahulu dari Bupati; (2) Surat permintaan ijin ditujukan kepada Bupati dan memuat keterangan-keterangan tentang macam-macam penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 pada ayat (1) di atas; (3) Surat permintaan ijin untuk menjual minuman keras dapat diajukan oleh Orang atau Badan Usaha yang memiliki Badan Hukum; (4) Ijin diberikan untuk 1 (satu) tahun dan pemohon dapat memperpanjang ijin tersebut sebelum jatuh tempo. 3

Pasal 4 (1) Ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 pada ayat (6) dinyatakan tidak berlaku lagi karena : a. Atas permintaan sendiri; b. Masa berlaku ijin habis; c. Dicabut karena melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dan tidak memenuhi lagi persyaratan dalam ijin tersebut. (2) Setiap Badan Usaha dilarang menjual minuman keras/beralkohol kecuali di tempat yang telah diijinkan oleh Bupati; (3) Tempat penjualan minuman keras/beralkohol harus sesuai dengan tempat yang telah ditentukan dalam ijin yang diberikan oleh Bupati; (4) Apabila ada keberatan oleh masyarakat di tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) permohonan ijin tidak dapat diberikan; (5) Ijin tidak boleh dipindahtangankan tanpa ijin tertulis dari Bupati. Pasal 5 (1) Ijin tempat penjualan minuman keras/beralkohol hanya diberikan untuk : a. Hotel-Hotel Berbintang; b. Restoran; c. Klub Malam, Bar, Pub, Diskotik, Karaoke dan sejenisnya; d. Supermarket, Hypermarket, Convenient Store; (2) Minuman keras/beralkohol tidak boleh dijual di tempat umum seperti Toko, Rumah Makan, Wisma, Warung, Gelanggang Remaja, Kantin, Kaki Lima, Terminal, Stasiun, Kios-kios Kecil dan tempat usaha lainnya; (3) Tempat penjualan minuman keras/beralkohol tidak boleh dijual dekat Tempat Ibadah, Sekolah, Rumah Sakit dan Perkantoran. Pasal 6 (1) Minuman keras/beralkohol untuk golongan A hanya dapat dijual di tempat seperti Karaoke, Supermarket dan Restoran; (2) Minuman keras/beralkohol golongan A, B dan C dapat dijual di Hotel Berbintang, Restoran, Klub Malam, Bar, Pub dan Diskotik. Pasal 7 Pengguna/pemakai minuman keras/beralkohol tidak boleh mengganggu ketertiban dan ketentraman umum. Pasal 8 (1) Batas waktu penjualan minuman keras/beralkohol untuk golongan A pada Supermarket, ditetapkan mulai jam 09.00 Wita sampai dengan jam 24.00 Wita; (2) Batas waktu penjualan minuman keras/beralkohol untuk golongan A, B dan C pada Klub Malam, Bar, Pub, Diskotek dan sejenisnya ditetapkan mulai jam 19.00 Wita sampai dengan jam 24.00 Wita. 4

BAB III PENGAWASAN, PEREDARAN DAN PENJUALAN Pasal 9 (1) Bupati melakukan pengawasan dan penertiban peredaran minuman keras/beralkohol; (2) Untuk mengawasi dan menertibkan peredaran minuman keras/beralkohol yang beredar di daerah, Bupati dibantu oleh Tim yang beranggotakan Instansi terkait di daerah; (3) Tugas Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas memberikan pertimbangan kepada Bupati untuk melaksanakan pengawasan dan penertiban minuman keras/beralkohol; (4) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dibentuk dengan Peraturan Bupati. Pasal 10 Badan Usaha yang menjual minuman keras/beralkohol berkewajiban untuk : a. Menjaga ketertiban dan keamanan dalam ruangan tempat penjualan; b. Meminta bantuan kepada petugas keamanan untuk menertibkan dan mengamankan kegaduhan yang terjadi di tempat penjualannya bila tidak dapat dicegah sendiri; c. Ijin harus ditempelkan sehingga mudah untuk dilihat oleh umum; d. Harus ditempelkan peringatan bahwa setiap orang yang meminum minuman keras/beralkohol tidak boleh berlebihan atau mabuk. Pasal 11 (1) Pengawasan dan penertiban tempat penjualan minuman keras/beralkohol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh Bupati; (2) Untuk mengawasi tempat penjualan minuman keras/beralkohol di daerah, Bupati dibantu oleh Tim yang beranggotakan unsur-unsur Pemerintah Daerah dan Instansi terkait lainnya; (3) Tugas Tim memberikan pertimbangan kepada Bupati dalam pemberian ijin pelaksanaan pengawasan, penentuan tempat penjualan/penjual dan pengguna minuman keras/beralkohol; (4) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk dengan Peraturan Bupati. Pasal 12 Bupati berwenang mencabut ijin peredaran minuman keras/beralkohol yang diijinkan untuk diedarkan karena pertimbangan kepentingan umum. Pasal 13 Bupati berwenang mencabut ijin penjualan minuman keras/beralkohol, apabila : a. Bertentangan dengan kepentingan umum; b. Dianggap perlu untuk menjaga keamanan dan ketertiban umum; c. Bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 14 Bupati dapat menghentikan penjualan minuman keras/beralkohol karena pertimbangan khusus pada hari-hari tertentu karena dianggap akan mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat. 5

BAB IV PENERTIBAN Pasal 15 Bupati membatasi jumlah dan jenis minuman keras/beralkohol yang dapat diedarkan di daerah setelah mendengar pertimbangan dari Tim Pengawasan dan Penertiban. Pasal 16 Penertiban peredaran minuman keras/beralkohol di daerah dilakukan oleh Tim Pengawasan dan Penertiban secara terpadu di bawah koordinasi Bupati. Pasal 17 Bupati melaksanakan pengawasan dan penertiban tempat-tempat penjualan minuman keras/ beralkohol dan diatur dengan Peraturan Bupati sesuai dengan Peraturan Daerah ini. BAB V SANKSI ADMINISTRASI Pasal 18 (1) Para penjual yang melanggar ketentuan dalam Pasal 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 11 akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda maksimal sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah); (2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetorkan ke Kas Daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah. BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 19 (1) Barangsiapa yang melanggar ketentuan dalam Pasal 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 pada ayat (1) dan dalam Pasal 11 diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah); (2) Selain ketentuan pidana dan besaran denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat pula dikenakan ketentuan pidana dan denda sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan yang berlaku; (3) Tanpa mengurangi arti ketentuan ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap pengedar/pemasok minuman keras/beralkohol tanpa ijin memiliki dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 20 Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) adalah pelanggaran. BAB VII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 21 Selain oleh Pejabat Penyidik, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 6

Pasal 22 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi kewenangan khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan; (2) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti kebenaran atau laporan yang berkenaan tindak pidana tentang minuman keras; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan orang atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana tentang minuman keras/beralkohol; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan tentang kebenaran yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana tentang minuman keras/beralkohol; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana tentang minuman keras/beralkohol; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen serta melakukan penyitaan terhadap bahan buku tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan; g. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; h. Memotret seseorang, badan atau lokasi yang berkaitan dengan perbuatan; i. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk melancarkan penyidikan; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang dianggap perlu untuk kelancaran tindakan penyidikan tindak pidana tentang minuman keras/beralkohol menurut hukum yang bisa dipertanggungjawabkan. (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan penyidikan dan menyampaikan hasilnya kepada penuntut umum. Pasal 23 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil berwenang melakukan penyidikan terhadap segala bentuk pelanggaran Peraturan Daerah; (2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang untuk mengajukan tersangka beserta barang bukti ke Pengadilan melalui mekanisme sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; (3) Dalam melaksanakan kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil tetap berpedoman dan menjunjung tinggi hukum yang berlaku. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 Semua ijin yang telah diberikan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini tetap berlaku sampai batas waktu ijin tersebut berakhir. Pasal 25 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan yang ada dan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi. 7

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat. ditetapkan di Sendawar pada tanggal, 18 Agustus 2009. BUPATI KUTAI BARAT, diundangkan di Sendawar pada tanggal, 18 Agustus 2009. ISMAIL THOMAS SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT, YAHYA MARTHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2009 NOMOR 08. 8