BAB 1 PENDAHULUAN. Mochtar. 2005). Penduduk Indonesia yang berusia tua jumlahnya semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya semakin meningkat, diperkirakan sekitar 5% atau kira-kira 5 juta pria di

Kejadian Hernia Inguinalis pada Penderita Benign Prostate Hyperplasia Periode Januari 2008 Desember 2013 di Rumah Sakit PHC Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tahun 2007, Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benign Prostatic Hyperplasia atau lebih dikenal dengan singkatan BPH

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kejadian Hernia Inguinalis

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia (BPH) dilaporkan terus meningkat yang banyak dijumpai pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEJADIAN BATU SALURAN KEMIH PADA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH) PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 DI RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MUHAMMAD PRABU ARYANDA J

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengobatan Hipertrofi Prostat Non Operatif

Nama lengkap : Dr. MOHAMMAD HENDRO MUSTAQIM. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara. Nama lengkap : SYAH MIRSAH WARLI, SpU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penuaan (Madjid dan Suharyanto, 2009). tindakan untuk mengatasi BPH yang paling sering yaitu Transurethral

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran NURUL FADILAH G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LEMBAR PENJELASAN KUESIONER GAMBARAN NILAI INTERNATIONAL PROSTATE SYMPTOM SCORE

HUBUNGAN ANTARA SKOR IPSS DENGAN QUALITY OF LIFE PADA PASIEN BPH DENGAN LUTS YANG BEROBAT DI POLI BEDAH RSUP PROF. DR. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

ABSTRAK PREVALENSI HIPERPLASIA PROSTAT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2004 DESEMBER 2006

ANGKA KEJADIAN LUTS YANG DISEBABKAN OLEH BPH DI RSUP PROF. DR. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) memprediksi, akan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Perubahan Kualitas Hidup Penderita Pembesaran Prostat Jinak Pasca-prostatektomi Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

Abstrak. Hubungan Antara Skor IPSS Dengan Kualitas Hidup Penderita LUTS di Beberapa Puskesmas Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B DENGAN POST OP HEMOROIDECTOMI DI RUANG MELATI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. banyak timbul penyakit yang ditimbulkan salah satu hernia, penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering terjadi pada laki-laki usia lanjut. BPH dapat mengakibatkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan

BAB I PENDAHULUAN. Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada

BAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

Author : Bevi Dewi Citra, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. Files of DrsMed FK UR (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.H. DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (Gangguan Pola Berkemih) Et Causa POST OP PROSTATECTOMI DI RUANG DAHLIA

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka kesakitan (morbidity) Usia Lanjut. Frailty. dalam managemen pasien geriatri. Frailty merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TAMSULOSIN, DUTASTERIDE DAN KOMBINASINYA PADA PASIEN BPH DI RSUD GUNUNG JATI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. : umur, riwayat seksual, kebiasaan merokok, BPH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. padalaki-laki dibandingkan perempuan. Sebagai contoh penelitian dari. dan perempuan 35,90% dengan rerata umur 49,13 tahun.

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan penyakit tersering kedua di klinik urologi di Indonesia setelah batu saluran kemih (Fadlol & Mochtar. 2005). Penduduk Indonesia yang berusia tua jumlahnya semakin meningkat, diperkirakan sekitar 5% atau kira-kira 5 juta pria di Indonesia berusia 60 tahun atau lebih dan 2,5 juta pria diantaranya menderita gejala saluran kemih bagian bawah (Lower Urinary Tract Symptoms/LUTS) akibat BPH (Suryawisesa, dkk. 1998). BPH didefinisikan sebagai proliferasi dari sel stromal pada prostat, yang menyebabkan perbesaran pada kelenjar prostat. Insiden BPH hanya terjadi pada laki-laki (menurut struktur anatomi), dan gejala pertama kali akan muncul pada usia kurang lebih 30 tahun. Gejala pada BPH secara umum dikenal sebagai LUTS. LUTS secara umum adalah gejala-gejala yang berkaitan dengan terganggunya saluran kencing bagian bawah. Salah satu manifestasinya adalah terganggunya aliran urin, keinginan buang air kecil (BAK) namun pancaran urin lemah (Kapoor, Anil.2012). 1

BPH adalah suatu kondisi yang mempunyai kaitan dengan penuaan. Meskipun BPH bukan suatu kelainan yang mengancam jiwa, BPH merupakan manifestasi klinis dari LUTS yang dapat mengurangi kualitas hidup penderita. Kelainan pada LUTS muncul pada 30% laki-laki dengan usia lebih dari 65 tahun (Rosette, J. De La., et al. 2006). Pada orang-orang lansia resiko terjadinya BPH dapat meningkat seiring bertambahnya usia. Perkembangan BPH secara mikroskopis dimulai antara usia 25 30 tahun. Setelah menginjak usia 45 tahun keatas maka prevalensi terjadinya BPH akan meningkat, dan mencapai 90% pada usia 90 tahun. Penderita BPH sering mengejan sebagai refleks untuk BAK, namun hal ini yang menyebabkan tekanan intraabdomen meningkat. Peningkatan tekanan intraabdomen ini akhirnya menyebabkan penekanan pada dinding abdomen yang mulai melemah pada lansia. Hal ini yang menjadi salah satu faktor terjadinya hernia inguinalis. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis, salah satunya adalah obesitas dan aktivitas fisik yang berat (Reis, Rodolfo B.D., et al. 2011). Hernia adalah penonjolan organ diluar batas-batas normal atau tidak pada tempatnya (Snell, Richard S. 2006). Hernia inguinalis dapat terjadi pada anak-anak, dewasa, dan lanjut usia. Hernia inguinalis pada anak-anak 2

dapat terjadi akibat sisa dari processus vaginalis yang tidak menutup secara sempurna sehingga dikatakan bersifat kongenital atau biasa disebut hernia inguinalis tak langsung, sedangkan hernia inguinalis pada orang dewasa dan lanjut usia dapat terjadi akibat lemahnya dinding otot abdomen, yang biasa disebut sebagai hernia inguinalis langsung. Hernia inguinalis langsung terjadi akibat adanya penekanan langsung dinding posterior abdomen pada trigonum Hesselbach s oleh struktur intraabdomen. Oleh karena hal ini, maka hernia inguinalis langsung sering terjadi pada orang lansia (Janicki, Ryan.2006). Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia yang pesat, maka jumlah lansia diperkirakan akan meningkatkan pula. Jumlah lansia yang meningkat ini berdampak pada banyaknya angka kejadian BPH yang dicurigai sebagai salah satu faktor pencetus terjadinya hernia inguinalis. Prevalensi usia 41-50 tahun sebanyak 20%, 51-60 tahun 50%, >80 tahun sekitar 90%. Angka di Indonesia, bervariasi 24-30% dari kasus urologi yang dirawat di beberapa rumah sakit. Di RS Dr. Soetomo Surabaya terdapat 1.948 kasus BPH pada periode 1993-2002 (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2013). Kejadian ini menjadi salah satu faktor bagi para tenaga medis dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah-masalah yang akan timbul di 3

kemudian hari. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara preventif, promotif, dan kuratif, sehingga masalah tersebut dapat diatasi dengan baik. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti mengajukan proposal penelitian dengan topik Kejadian Hernia Inguinalis pada Penderita Benign Prostate Hyperplasia di Rumah Sakit PHC Surabaya Periode Januari 2008 Desember 2013. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran kejadian hernia inguinalis pada penderita BPH periode Januari 2008 Desember 2013 di Rumah Sakit PHC Surabaya? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mempelajari gambaran kejadian hernia inguinalis pada penderita BPH periode Januari 2008 Desember 2013 di Rumah Sakit PHC Surabaya. 1.3.2. Tujuan Khusus - Mempelajari jumlah kejadian BPH periode Januari 2008 Desember 2013 di Rumah Sakit PHC Surabaya. 4

- Mempelajari jumlah kejadian hernia inguinalis dengan kaitannya BPH periode Januari 2008 Desember 2013 di Rumah Sakit PHC Surabaya. - Mempelajari karakteristik usia dan pekerjaan terhadap kejadian hernia inguinalis pada penderita BPH. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Instansi Kesehatan Sebagai informasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan bagi instansi terkait dalam hal penatalaksanaan BPH dan hernia inguinalis. 1.4.2. Bagi Tenaga Kesehatan Memberikan informasi mengenai gambaran BPH dan hernia inguinalis sebagai tolak ukur dalam mengidentifikasi suatu faktor risiko. 1.4.3. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan pengetahuan dan informasi mengenai gambaran kejadian hernia inguinalis pada penderita BPH. 1.4.4. Bagi Masyarakat Umum Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai BPH dan hernia inguinalis dalam upaya pencegahan penyakit. 5