BAB I PENDAHULUAN. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa. hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sebagian besar penelitian telah menggunakan. istilah psikosis episode awal sebagai nama lain untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

Peran keluarga / caregiver dalam perawatan pasien dengan epilepsi. Dr. Guntara Hari, SpKJ

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. beraneka ragam gangguan pada alam pikir, perasaan dan perilaku yang. penderita sudah mempunyai ciri kepribadian tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I 1.1 Latar Belakang

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita gangguan jiwa terus bertambah, berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), kanker menempati urutan ke-3

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

Keefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. jiwa adalah salah satu komponen penting dalam menetapkan status kesehatan. menghambat pembangunan (Hawari, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

tuntutan orang tua. Hal ini dapat menyebabkan anak mulai mengalami pengurangan minat dalam aktivitas sosial dan meningkatnya kesulitan dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan laju modernisasi. Data World Health Organization (WHO) tahun 2000

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

PEDOMAN DIAGNOSTIK. Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

BAB I PENDAHULUAN. halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita kesulitan membedakan hal nyata dengan yang tidak, umumnya akan dimulai dengan kesulitan konsentrasi, berbicara tidak jelas dan kesulitan mengingat. Penderita psikosis akan terlihat jika penderita sudah mengalami delusi, halusinasi dan diikuti dengan perubahan emosi dan tingkah laku. Penderita gangguan psikosis akan terlihat menyendiri dengan emosi yang datar tetapi terkadang secara mendadak emosi menjadi sangat tinggi atau depresi. Pada penderita psikosis juga akan tampak ekspresi emosi yang tinggi dan akan berhubungan dengan coping mechanism yang terfokus emosi seperti penarikan diri (Raune, 2004). Dalam keseharian penderita psikosis juga dapat mengalami hal-hal yang tidak nyata yang memengaruhi tingkah laku mereka seperti ketakutan akan hal-hal yang tidak nyata dan paranoia. Banyak definisi operasional yang digunakan oleh tenaga medis di dunia dan diakui secara internasional 1

untuk mengklasifikasi gangguan psikotik. Definisi operasional yang paling sering adalah ICD 10 dan DSM V. Beberapa peneliti menggunakan istilah gangguan psikosis episode awal untuk nama lain dari skizofrenia dan diagnosis bisa diperluas untuk psikosis spektrum skizofrenia dan mencakup skizofreniform. Akan tetapi batas dari psikosis spektrum skizofrenia yang kurang dipahami (Baldwin dkk, 2005). Penyebab dari gangguan psikotik masih belum diketahui. Pasien dengan gangguan personalitas seperti borderline, schizoid, schyzotypal atau paranoid qualities dapat berkembang menjadi gejala psikotik. Pada beberapa pasien psikotik juga memiliki riwayat skizofrenia atau gangguan mood pada keluarga namun hal ini belum dapat dipastikan. Bentukan psikodinamis telah mengembangkan mekanisme penggandaan yang tidak sesuai dan kemungkinan perkembangan sekunder pada pasien gangguan psikotik. Teori psikodinamis menambahkan bahwa gejala psikotik adalah mekanisme pertahanan terhadap pikiran terlarang, pemenuhan dan keinginan yang tidak tercapai, atau jalan keluar dari situasi psikososial yang menekan ( Sadock & Sadock, 2007). Skizofrenia, salah satu bentuk gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya waham atau delusi adalah salah 2

satu bentuk gangguan jiwa yang sangat berbahaya. Walaupun angka menunjukan hanya kurang dari 1% populasi yang menderita skizofrenia dan angka insidensi per tahun yang rendah (0,2 dari 1.000), skizofrenia tetap menjadi suatu bentuk kelainan gangguan jiwa yang berbahaya. Hal itu dikarenakan pengobatan dari skizofrenia yang membutuhkan jangka waktu lama menyebabkan biaya pengobatan skizofrenia akan menjadi sangat mahal. Selain itu skizofrenia dapat menurunkan angka ekspektasi hidup sebanyak 25 tahun dan menjadi faktor risiko penyakit jantung (McFarlane, 2011). Gangguan Psikotik fase awal (First-Episode Psychosis) adalah saat penderita mengalami gangguan episode psikotik untuk pertama kali. Kebanyakan penderita tidak dapat menjelaskan mengenai apa yang menimpa dirinya sehingga mayoritas kejadian ini tidak terlaporkan ataupun justru dihubungkan dengan kejadian mistis juga anggapan stereotype (Tanskanen, 2011).Onset para penderita gangguan psikotik fase awal kebanyakan saat remaja dan berlangsung hingga dewasa. Penelitian oleh Subandi dan Good tahun 2002 di Yogyakarta menyebutkan penderita gangguan psikotik fase awal terbanyak adalah usia 15-29 tahun atau dewasa muda, yaitu 66,4%. Penderita gangguan psikotik fase awal 3

dalam 5 tahun akan memiliki kemungkinan relapse sebesar 80% walaupun sudah terdeteksi dini (Alvarez-Jimenez, 2009). Onset usia remaja sebagai mayoritas usia penderita gangguan psikotik akan erat hubunganya dengan Duration of Untreated Psychosis (DUP) yaitu interval waktu dari penderita mengalami episode psikosis pertama kali hingga penderita mendapat terapi yang adekuat. Hal tersebut nantinya akan menjadi beban negara dan masyarakat jika para penderita psikosis fase awal dengan usia yang masih muda berlanjut hingga lansia dan jumlahnya meningkat. Penelitian menunjukan semakin lama DUP akan memberikan hasil yang buruk bagi penderita psikotik fase awal (Compton, 2009). Oleh karea itu, tingkat kewaspadaan yang tinggi akan gejala psikosis oleh masyarakat dapat membantu dalam menangani DUP (Lloyd-Evans, 2011). Tindakan intervensi oleh dokter umum sekalipun itu sederhana dapat memperpendek Duration of Untreated Psychosis (DUP) (Lloyd-Evans, 2011). Dokter umum sebagai ujung tombak diharapkan mampu menyediakan informasi yang cukup dan mendorong pasien untuk membawa pasien psikosis untuk berobat secepatnya. Apabila pasien terlambat berobat maka penanganan berbasis komunitas dan berasosiasi 4

psikiatris akan sangat diperlukan untuk menangani DUP yang bisa berkembang menjadi gangguan psikosis (Ienciu, 2010). Keluarga atau kerabat merupakan faktor penting dalam pelaporan kasus gangguan psikotik terutama gangguan psikotik fase awal. Kedekatan antara penderita dengan caregiver tersebut diharap dapat memberikan dampak positif bagi prognosis para penderita psikotik fase awal. Akan tetapi harus dilihat juga faktor pengetahuan (knowledge) dari caregiver mengenai gangguan penderita untuk melihat pandangan dan sejauh mana caregiver mengerti mengenai gangguan yang dialami penderita. Pengetahuan yang baik dari caregiver mengenai gangguan psikotik diharap mampu membawa dampak positif dalam peningkatan prognosis.pengetahuan yang baik juga bisa melindungi pasien dari stigma sosial yang dapat memperlama proses DUP (Tanskanen, 2011). Faktor keluarga dan caregiver tersebut akan membentuk hubungan yang kuat terhadap penanganan DUP (Ienciu, 2010). Tingkat pengetahuan caregiver diharapkan mampu meningkatkan keteraturan kontrol bagi penderita gangguan psikotik fase awal dikarenan masih banyak caregiver yang berpandangan bahwa gangguan psikosis 5

adalah sebagai fenomena non-medis sehingga menurunkan tingkat keteraturan kontrol bagi penderita. Selain itu, keluarga ataupun caregiver adalah penopang penting bagi para penderita gangguan psikotik fase awal untuk menjalankan fungsi sosialnya. Penderita gangguan psikotik fase awal akan tetap bisa menjalankan fungsi sosialnya disaat tidak ada serangan. Setelah adanya gejala pertama yang secara mayoritas sulit dijelaskan oleh penderita, kemungkinan untuk muncul gejala lanjutan akan tetap ada dan jika berkelanjutan maka kemungkinan dapat berkembang menjadi Skizofrenia seperti yang diklasifikasikan dalam DSM-IV-TR. Kerentanan penderita gangguan psikotik fase awalitulah yang membuat mereka sangat terikat dengan keluarga ataupun caregiver dalam menjaga kehidupan dan fungsi sosialnya. Selain fungsi sosial, keluarga dan caregiver juga menjadi pendukung penting dalam kognisi sosial bagi penderita gangguan psikotik fase awal. Keluarga dan caregiver harus menopang penderita dalam membantu penderita untuk diterima secara sosial dan juga melindungi dari persepsi dan interpretasi masyarakat. Kognisi sosial adalah faktor antara dari kognisi menuju fungsi sosial dan juga dapat memperburuk keduanya (Addington, 2006). Pandangan tabu dan gangguan psikosis 6

sebagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan juga memperburuk keadaan sehingga angka menunjukan penderita gangguan psikotik yang mendapat pelayanan adekuat masih rendah. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, dapat dirumuskan permasalahan adalah: Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan caregiver mengenai skizofrenia dengan keteraturan kontrol pada penderita psiotik fase awal di Yogyakarta? I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk: Melakukan identifikasi hubungan antara keteraturan kontrol pada penderita gangguan psikotik fase awal dengan pengetahuan caregiver mengenai skizofrenia. I.4. Keaslian Penelitian Gangguan Psikotik fase awal sudah banyak diteliti tentang faktor-faktor beserta asosiasinya, namun penelitian tersebut dilakukan di luar negeri sehingga ada beberapa yang tidak sesuai dengan kenyataan di Indonesia terutama Yogyakarta. Penelitian ini berkaitan 7

dengan sosiodemografik dan budaya masyarakat penderita gangguan psikotik fase awal di Yogyakarta yang mayoritas tinggal jauh dari instansi kesehatan dan masih melihat dari fenomena non-medis. Akan tetapi, penelitian ini memiliki hubungan dengan beberapa penelitian yaitu : 1. Penelitian oleh Marchira (2012) yang berjudul Pengaruh Intervensi Psikoedukatif Interaktif Singkat tentang Pengetahuan Caregiver, Ketaatan Pengobatan dan Kembuhan pada Penderita Gangguan Psikotik Fase Awal di Yogyakarta. Penelitian Dr. dr. Carla R. M. Sp.KJ bersifat eksperimental dengan melihat intervensi psikoedukatif dengan outcome kekambuhan dan ketaatan pengobatan. Persamaan dari kedua penelitian ini terletak pada variabel serta subjek yang digunakan. Sedangkan perbedaan terletak pada rancangan metode penelitian, metodologi penelitian serta variabel yang digunakan. 2. Penelitian oleh Tanskanen (2011) dengan judul Service User and Carer Experiences of Seeking Help for A First Episode of Psychosis: a UK Qualitative Study. Perbedaan terletak pada metodologi penelitian, sampel penelitian serta variabel yang digunakan. Persamaan pada penelitian terdapat dari kedua peneliti melihat 8

dari sudut pandang caregiver yang akan dihubungkan dengan penderita psikotik yang mendapatkan pengobatan adekuat nantinya. 3. Penelitian oleh Singh (2012) dengan judul Knowledge of Schizophrenia Among Family Members and Patiets s Compliance to Treatment in Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta. Terdapat persamaan dalam pengukuran akan pengetahuan dari kerabat mengenai skizofrenia sedangkan perbedaan terletak pada sampel penelitian serta variabel yang digunakan. 4. Penelitian oleh De Haan (2003) dengan judul Opinions of Mother on the First Psychotic Episode and The Start of The Treatment of Their Child. Penelitian ini lebih memfokuskan pada hubungan antara sudut pandang dan pemikiran ibu penderita ganggua psikotik fase awal dengan waktu pertama kali penderita gangguan psikotik fase awal mendapat pengobata yang adekuat. Persamaan pada penelitian terdapat dari pencatatan waktu penderita mendapat pengobatan yang adekuat. 5. Penelitian oleh Tennakoon (2000) dengan judul Experience of Caregiving: Relatives of People Experiencing a First Episode of Psychosis. Penelitian ini lebih memfokuskan dari sudut pandang caregiver dalam menangani pasien gangguan psikotik fase awal, 9

namun terdapat persamaan yaitu melihat dari sudut pandang caregiver dalam melihat perspektif skizofrenia. Penelitian yang akan dilakukan ini lebih memfokuskan pada hubungan antara pengetahuan caregiver mengenai skizofrenia dengan tingkat keteraturan kontrol pada penderita ganggua psikotik fase awal. I.5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi penulis Manfaat bagi penulis adalah dapat menambah ilmu dan pengetahuan mengenai hubungan pengetahuan caregiver tentang skizofrenia dengan tingkat keteraturan kontrol bagi pasien psikotik fase awal, serta dapat menyelesaikan persyaratan untuk penulisan akhir. 2. Manfaat bagi dunia akademis Manfaat bagi dunia akademis adalah membuktikan adanya hubungan antara pengetahuan caregiver tentang skizofrenia dengan tingkat keteraturan kontrol pasien psikotik fase awal dan membuka kesempatan bagi peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai hal terkait. 10

3. Manfaat bagi masyarakat luas Manfaat bagi masyarakat luas adalah masyarakat dapat mengetahui bahwa pengetahuan tentang skizofrenia bagi caregiver yang hidup berdampingan dengan penderita gangguan psikotik fase awal dapat membantu dalam proses penyembuhan khususnya dalam hal keteraturan kontrol. 4. Manfaat bagi Institusi Dinas Kesehatan Manfaat bagi Institusi Dinas Kesehatan adalah agar Institusi Dinas Kesehatan dapat membuat kebijakan, mempromosikan dan memperkenalkan edukasi tentang skizofrenia supaya masyarakat khususnya caregiver yang hidup berdampingan dengan penderita gangguan psikotik fase awal tidak berpandangan buruk terhadap pasien dan dapat memberikan dukungan serta bantuan khususnya dalam metaati proses kontrol. 11