BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Keunggulan Wilayah untuk Pengembangan Tanaman Padi Sawah ( Oriza Sativa

BAB III METODE PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

KONDISI W I L A Y A H

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN LOKASI

GAMBARAN UMUM WILAYAH

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

BAB III METODE PENELITIAN

Grup Perbukitan (H), dan Pergunungan (M)

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

BAB III TINJAUAN WILAYAH

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

BAB IV GAMBARAN UMUM

III. METODE PENELITIAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

III. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

BAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di sebagian wilayah kabupaten Bone Bolango, sementara untuk pengolahan data akan dilakukan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian UNG. Pelaksanaan penelitian ini selama kurang lebih 3 bulan yang dimulai bulan Maret - Mei 2012. 3.2 Alat dan Bahan Altimeter, alat tulis menulis, clinometer, kompas, parang, kalkulator, GPS (global positioning system), komputer PC dan perangkat lunak SIG (software Arc View 9.3). Sementara bahan yang digunakan berupa: peta rupa bumi, peta geologi, peta jenis tanah, peta landfrom peta administrasi, peta lereng, Peta penggunaan lahan, peta dasar rupa bumi berskala 1 : 50.000 update tahun 2006 yang diterbitkan oleh Bakosurtanal dan peta unit lahan Kabupaten Bone Bolango Skala 1: 50.000, yang diterbitkan Lembaga penelitian tanah bogor Tahun 2008. 3.3 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survey dengan tingkatan semi - detail. Tahapannya sebagai berikut: 3.3.1 Persiapan Pada tahap ini, dilakukan studi literatur dan pengumpulan alat maupun bahan yang diperlukan, serta pengurusan perizinan dan administrasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini, disamping itu juga dilakukan orientasi medan untuk mengetahui gambaran daerah penelitian secara umum. 3.3.2 Pengumpulan data Pengumpulan data Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data yang terdiri atas :

a. Data tanah, yang diperoleh dari data Badan dan Riset Lingkungan Hidup Kabupaten Bone Bolango atau Satuan Kerja Pemerintah daerah yang terkait dan akan disesuaikan di lapang. b. Data Iklim, yang diperoleh dari stasiun klimatologi dan stasiun iklim yang ada di sekitar daerah penelitian. c. Data sosial ekonomi, terdiri atas : Data primer, yang diperoleh dari wawancara langsung dari petani kunci (1 atau 2 petani) yang tinggal di daerah penelitian, berupa data produksi, biaya dan pendapatan. Data sekunder, yang diperoleh dari kantor camat/desa serta instansi terkait seperti BPS, berupa data kependudukan. 3.4 Analisa data Kegiatan pada tahap analisa data ini terdiri dari dua tahapan yang saling terkait, yaitu : 3.4.1 Analisa data lapangan Kegiatan ini diawali dengan melakukan penyeragaman skala peta terhadap peta - peta yang belum sama skala petanya, selanjutnya peta - peta tadi ditumpang tindihkan (overlay) untuk mempeoleh peta unit lahan. Kemudian data lapang setiap unit lahan itu dicocokan (matching) dengan persyaratan penggunaan lahan setiap tipe pemanfaatan lahan dalam hal ini Cabai, sehingga diperoleh kelas - kelas kesesuian lahan untuk setiap tipe pemanfaatan lahan dalam bentuk peta kesesuian lahan. 3.4.2 Analisis Sistem Informasi Giografi Pengumpulan data spasial dan data atribut serta persiapan pemasukan data menempati posisi kunci, dalam pekerjaan ini dipengaruhi kualitas data juga dan ditentukan oleh kombinasi serta analisis dalam perangkat lunak/keras dengan kemapuan menggunakan operatosr GIS. Untuk memulai penggunaan Software Arc View, yang diawali dengan program dari start menu ; Klik start Pilih Program

Pilih Esri pemilihan pembuatan proyek baru akan membuka Arc View dengan isi proyek. Isi proyek ini terdiri dari View, tabel, grafik, layout, dan script. Kemudian klik view yang berfungsi untuk mempersiapkan data spasial dari peta yang akan di buat atau di olah. Dari view ini dapat dilakukan input data digitasi atau pengolahan (editing) data spasial. Tabel (table) merupakan data atribut dari data spasial. Data atribut ini digunakan sebagai dasar analisis dari data spasial tersebut. Grafik (chart) merupakan alat penyaji data yang efektif. Dengan mengguakan grafik ini, Arc View dapat di gunakan sebagai alat analisis yang baik terhadap fenomena. Layout (layout) merupakan tempat untuk mengatur tata letakan dan rancangan dari peta akhir penambahan berbagai simbol. Label, dan atribut peta lain dapat di lakukan pada layout. Script (scirpt) adalah makro dalam Arc View dengan makro ini kemampuan Arc View dapat di perluas untuk membuat program aplikasi yang nantinya dapat di add ins pada Arc View. Arc View dapat menerima berbagai macam sumber data yang selanjutnya akan di olah sumber sumber data lain adalah data yang berasal dari : - Citra satelit dengan format BSQ, BIL, BIP - Data raster dengan format BMP, JPG, TIFF - Data cerdas - Data tabular dari info acr info, dbase a. Input Input data spsial sering di sebut dengan di gitasi. Untuk memulai di gitasi haus dibuat sebuah theme baru, theme hendaklah di isi dengan coverage yang sejenis misalkan untuk medigitasi coverage jalan, dipilih fiture line untuk coverage area. Dipilih tipe feature piligon; sedangkan converage titik seperti kota, gunung, dan lain lain di pilih tipe fiture point b. Overlay

Overley merupakan proses penggabungan peta peta dalam Arc View teknil overley dimulai dengan new view pada jendela Arc View kemudian di lanjutkan dengan add theme (peta) yang akan dioverley misalnya dalam membuat peta satuan lahan suatu lahan suatu wilayah, dibutuhkan peta landform, peta topografi, dan peta penggunaan lahan suatu wilayah, dapat mula overley pada program Arc View dengan cara - Klik file - Klik ekstansions - Tandai geoprocessing wizard - Klik view dan klik geoprocessing wizard - Klik intersect two themes - Klik next - Pilih peta yang akan di overley misalnya peta lereng dan bentuk lahan - Klik finish c. Layout Layout adalah sebuah proses menata dan merancang letak letak propeti peta, seperti judul, legenda, orentasi, label, dan lain - lain. Mengedit judul dengan cara mengklik satu kali pada objek judul yang akan di edit dalam layout peta. Resolusi grid layout belum tentu terletak pada tempat yang sesuai. Untuk menyesuaikan dan menta letak objek tersebut, obyek perlu di geser atau di ubah ukurannya sesuai dengan posisi atau ukuran semestinya. Ukuran grid secara dafault dalam jendela layout 0.225, baik grid vertikal atau grid horisontal. Untuk melengkapi informasi peta perlu di berikan berbagai macam keterangan keterangan berupa atribut peta yang belum tersedia pada tamplate seperti nama tahun pembuatan nama - nama tempat dan sekitar lokasi peta dan lain lain.

(a) Peta Pengamatan Lapang Produk Digital TERMINAL DIGITAISER FILE SCANE PITA PENGGALIAN INPUT DATA PERBAIKAN RASTER SPASIAL NON - PASIAL POSISIS TOPOLOGI ATRBUT (b) DATABASE GEOGRAFIK ANALISIS DATA DAN PEMODELAN PENYAJIAN (c) CrA s Printer Ploter PitaDiskeT Citra/Foto RASTER SPASIAL NON - PASIAL CITRA ANALOG TABEL/GRAFIK Gambar 1. Prosedur Kerja Arc View 3.3 Keterangan Gambar 1 (Sistem infromasi Giografi Lab pengindraan jauh IPB Bogor tahun 2000) di atas yaitu : (a) Skema Pemasukan data, (b) Konsep bank data giografi dan (c) Pembuatan keluaran data dalam SIG. Pada akhir dapat dicetak melalui perangkat cetak printer. Layout harus berada pada posisi yang sesuai dengan ukuran kertas cetaknya. Untuk mencetak layout dilakukan dengan cara berikut; Pertama, Aktifkan layout yang akan di cetak dan dihidupkan printer, selanjutnya selanjutnya pilih file - pilih print - klik oke layout akan tercetak dengan sendirinya. Pengumpulan data spasial dan data atribut serta persiapan pemasukan data menempati posisi kunci, dalam pekerjaan ini dan sangat dipengaruhi data sataun lahan dan Kriteria Kesusaian lahan Tanaman cabai, dengan kombinasi analisis dalam perangkat lunak/ keras dengan kemapuan operatosr GIS. Dalam melakukan analisi Kesesuaian lahan tanaman cabai penting mengetahui karakteristik persyaratan tumbuh tanaman cabai seprti yang di maksud sebagai berikut Tabel 1.

3.4.3 Analisa Data Sosial Ekonomi Sebelum penentuan kelas kesesuaian lahan untuk setiap tipe pemanfaatan lahan di peroleh, diawali dengan pendeskripsian situasi yang ada (present situation) yang berkaitan dengan tipe pemanfaatan lahan seperti kondisi fisik lingkungan, keadaan penduduk, system pertanian yang ada, ukuran pertanian dan pendapatan dari bidang pertanian. Kemudian setelah di peroleh kelas kesesuaian lahan dilanjutkan dengan pendeskripsian setiap tipe pemanfaatan lahan yang ada dan yang direkomendasikan. Selanjutnya setiap tipe pemanfaatan lahan dilakukan analisa usahatani, dimana analisis usahatani yang digunakan adalah analisa parsial. Komponen - komponen usahatani menurut Soekartawi (1995) yaitu : 1) Biaya usahatani merupakan total pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Biaya itu sendiri terdiri atas biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang relatif tetap jumlahnya karena tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, contohnya sewa tanah, pajak, iuran irigasi dan biaya tidak tetap (variable cost) yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi, contohnya biaya sarana produksi. Biaya total (total cost) dapat di hitung dengan persamaan : TC = FC + VC, Dimana TC adalah Total Cost, FC adalah fixed cost, VC adalah Variable cost. 2) Penerimaan usahatani merupakan perkalihan antara produksi yang di peroleh dengan harga jual. Total penerimaan (total revenue) dapat di hitung dengan persamaan : TR = Yi. Py, Dimana TR adalah Total Revenue, Y adalah produksi yang di peroleh dalam suatu usahatani ke - i, Py adalah harga Y. 3) Laba kotor usahatani merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan (total revenue) dengan biaya tidak tetap (variable cost). Laba kotor (gross margin) dapat di hitung dengan persamaan : GM = TR kurang FC

Dimana GM adalah Gross Margin,TR adalah total revenue, FC adalah Variable Cost. 4) Pendaptan bersih petani merupakan hasil pengurangan antara laba kotor (gross margin) dengan biaya tetap (fised cost) pendapatan bersih petani (net farm income) dapat dihitung dengan persamaan : NFI = GM FC, Dimana NFI adalah Net farm Income, GM adalah gross margin, Fc adalah fised cost. Untuk melihat apakah usaha ini menguntungkan atau merugikan, maka di gunakan analisa R/C ratio secara financial. Persamaannya sebagai berikut : a = R/C dimana R = Py. Y, C = FC + VC jika nilai R/C > 1.10 maka usahatani itu menguntungkan, jika nilai R/C = 1,10 maka usahatani itu tidak untung dan juga tidak rugi sedangkan R/C < 1,10 maka usahatani itu merugi. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk peta kelas kesesuian dalam bersama informasi sosial ekonomi untuk setiap tipe pemanfaatan lahan tanaman semusim.

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Sumberdaya Alam 4.1.1 Letak dan Luas Letak daerah Kabupaten Bone Bolango secara geografis berbatasan langsung dengan Kabupaten Bolaang mongondow (Sulawesi Utara) dan Kecamatan Atinggola di sebelah Utara. Sementara di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Boolang Mongondow, di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Gorontalo dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Luas area Kabupaten Bone Bolango sebesar 1.984,58Km² atau 16,24% dari total luas wilayah Bone Bolango dengan luas paling besar adalah Kecamatan Suwawa Timur seluas 489,20 Km² atau mencapai 24% dari luas Kabupaten Bone Bolango. Sementara untuk luas daerah terkecil adalah Kecamatan Bulango selatan dengan 9,87 Km² atau 0,50% dari Kabupaten Bone Bolango (BPS Kabupaten Bone Bolango, 2011). Gambar 2. Peta Administrasi Daerah Kabupaten Bone Bolango.

Gambar 2. Peta Administrasi Daerah Kabupaten Bone Bolango Peta administrasi daerah ini hasil digitasi yang bersumber dari peta rupa Bumi Indonesia yang Berskala 1 : 50.000 Update Tahun 2006 yang diterbitkan Oleh BAKORSULTANAL. 4.1.2 Iklim Data iklim yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan data bersumber dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Jalaludin Gorontalo, di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo Karena daerah penelitian tidak memiliki stasiun meteorologi, untuk mengukur suhu, kelembaban, lama penyinaran matahari, dan kecepatan angin. a. Curah Hujan Curah hujan di daerah penelitian selama kurun waktu 12 tahun (1995 2008) menunjukkan bahwa curah hujan bulanan rata-rata berkisar antara 104,6 mm. dengan curah hujan yang terendah 57 mm, yang terjadi pada bulan sepetember dan rata-rata curah hujan tertinggi 132,5 mm terjadi pada bulan januari. Berdasarkan data tersebut, maka daerah penelitian termasuk dalam zone Agroklimat E₁ menurut Oldeman (1977), sebab memiliki 5 bulan basah (>200 mm), dan bulan kering (< 100 mm), 7 bulan. Penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Rata-rata Curah hujan bulanan (mm) 4 Stasiun penangkar hujan selama 12 tahun (1995-2008); Sumber data Balai Sungai Wilayah VII Sulawesi.

b. Temperatur udara, Lama Penyinaran, Kelembaban dan Kecepatan Angin rata-rata temperatur udara, lama penyinaran, dan kelembaban bulanan daerah penelitian selama 5 tahun (2007-2011) berasal dari Meteorologi dan Geofisika Jalaludin Gorontalo. rata-rata temperatur daerah penelitian di Kabupaten Bone Bolango tahun 2007-2011 menunjukan nilai rata-rata bulanan tertinggi sebesar 27,70 ⁰C (Mei) dan terendah sebesar 27.3 ⁰C, (Desember). Sementara nilai rata-rata selama 5 tahun sebesar 27,5 ⁰C (2007-2011). Variasi temperatur suhu di Daerah penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ; Gambar 4. Rata-rata Temperatur (⁰C) Stasiun Meteorologi dan Geofisika Jalaludin Gorontalo (2007-2011); Sementara lama penyinaran di Daerah penelitian ditunjukan pada Gambar 5. memiliki nilai rata-rata lama penyinaran selama 5 tahun sebesar 60,71 ⁰C (2007-2011) dengan nilai rata-rata bulanan terendah sebesar 54,68 ⁰C (Desember) dan tertinggi sebesar 67,94 ⁰C (September), Lama penyinaran dan temperatur di Daerah penelitian menunjukan hubungan antara rendahnya nilai temperatur yang terjadi pada bulan desember yang sama rendahnya atau kurangnya lama penyinaran di daerah penelitian yang ditunjukan pada bulan desember. Temperatur dan lama penyinaran

sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis yang berperan menyediakan nutrisi makanan untuk disuplai ke seluruh bagian tanaman. Gambar 5. Rata-rata Lama Penyinaran (%) Stasiun Meteorologi dan Geofisika Jalaludin Gorontalo (2007-2011). Gambar 6 dan 7 menyajikan informasi rata-rata kecepatan angin dan kelembaban selama 2007-2011 di daerah penelitian di Kabupaten Bone Bolango. Gambar 6. Rata-rata Kelembaban (%) Stasiun Meteorologi dan Geofisika Jalaludin Gorontalo (2007-2011).

Gambar 6. Menunjukan nilai rata-rata kelembaban (2007-2011) berkisar 86.98% (Maret) sampai dengan 74.98% (September), yang memiliki nilai rata-rata tahunan sebesar 81.32%. Sementara rata-rata kecepatan angin di daerah penelitian berkisar 1,4 Km/jam yang terjadi pada bulan (April, Juni, dan Desember) dan 3 Km/jam (Agustus), dengan nilai rata-rata selama 5 tahun (2007-2011) sebesar 1,83 Km/jam. Gambar 7. Rata-rata Kecepatan Angin Km/jam Stasiun Meteorologi dan Geofisika Jalaludin Gorontalo (2007-2011); 4.1.3 Evapotranspirasi Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktor faktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Beda antara intersepsi dan tranapirasi adalah pada proses intersepsi air yang diuapkan kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang tertampung sementara pada

permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi, sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk vegetasi sebagai hasil proses fisiologi vegetasi (De Vries and van Duin dalam Ward, 1967). Perhitungan evapotranspirasi dilakukan dengan cara menggunakan persamaan software cropwat 8.0 yang hasilnya ditunjukan pada Tabel 2. Dalam perhitungan nilai evapotranspirasi itu berkisar sebesar 98 mm/bulan pada bulan juni dan sebesar sebesar 1138,85 mm/tahun pada bulan mei. Sementara rata-rata nilai evapotranspirasi tahunan sebesar 111.57 mm/tahunan. berikut Tabel 2 hasil perhitungan evapotransprasi yang dihitung menggunakan software cropwat 8.0. Tabel 2. Hasil Perhitungan Nilai Evapotranspirasi Daerah Penelitian. Bulan Temperatur ( o C) aks Min Kelembaban Relatif (%) Kecepatan Angin (km/hari) Panjang Penyinara n (jam) Radiasi (Mj/m/h ari) Evapotr anspiras i (ETo); (mm/bul an) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Augustus September Oktober November Desember 23.6 23.4 23.5 23.8 23.9 23.5 23 22.8 22.6 23.3 23.5 3.3 31.8 31.8 32.4 32.8 32.8 31.9 31.4 31.7 32.7 33.4 33 2.2 82 80 83 82 81 82 79 77 73 79 81 83 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 5.4 5.7 5.7 6 6.2 5.4 5.8 6.2 6.6 6.7 6.7 5 17.1 18.2 18.4 18.4 17.7 16 16.7 18.2 19.5 19.7 19.2 16.3 109.41 104.16 118.65 114.52 113.23 98.12 103.56 112.07 116.39 125.36 118.55 104.85 rata-rata 3.4 2.3 80 2 6 18 111.5725 4.1.4 Hidrologi Hidrologi merupakan suatu aspek penting dalam kegiatan pertanian di daerah penelitian. Berdasarkan aspek hidrologi, terdapat kurang lebih 27 sungai yang berada dalam kawasan Daerah aliran sungai (DAS) Bone Bolango. Sungai terpanjang dalam DAS ini adalah sungai Bone sepanjang 90 km, sementara sungai terpendek adalah sungai Tongodaa yang hanya sepanjang 2,75 km di wilayah Kecamatan Bone Pantai

(Tabel 3). Kondisi hidrologi seperti ini menyebabkan ada daerah yang cukup airnya untuk bertani, tetapi ada daerah lain yang kekurangan air (defisite). Tabel 3. Nama-nama Sungai Besar dan Kecil di Daerah Kabupaten Bone Bolango Nama sungai Panjang (km) Kecamatan yang Dilalui Bone Bolango Tamboo Inengo Kiki Molotabu Aladi Bututonuo Oluhuta Olele Tolotio Butalo Bilungala Tongokiki Tongodaa Uabanga Raya Tombulilato Ombulo Mamunga Daa Mopuya Daa Mopuya Kiki Tapambudu Bone Monano Topidaa SogitaDaa Sogita Kiki Taludaa 90,0 0 40,00 3,50 10,25 5,00 5,50 5,00 7,25 3,75 4,00 6,25 11,50 15,00 6,50 2,75 7,75 20,00 3,50 7,00 5,00 3,50 3,25 9,50 3,50 6,50 5,50 18,00 Suwawa, Botupingge Tapa, Bulango, Tilongkabila Kabila Bone Kabila Bone Kabila Bone Kabila Bone Kabila Bone Kabila Bone Kabila Bone Bone Pantai Bone Pantai Bone Pantai Bone Pantai Bone Pantai Bone Pantai Bone Pantai, Bone Bone Raya Bone Raya Bone Raya Bone Raya Bone Raya Bone Raya, Bone Bone Bone Bone Bone Sumber : Peta Rupabumi Indonesia, 1993 4.1.5 Geologi dan Bahan Induk Berdasarkan Peta Geologi Lembar Kotamobagu, Sulawesi, skala 1:250.000, (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1997) formasi geologi Kabupaten Bone Bolango dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) formasi, yaitu: aluvium endapan pantai (Qal), aluvium endapan danau (Qvl), Molasa Selebes (Qts), Batuan Gunung Api Pinogu (TQpv), Diorit Bone (Tmb), Batuan Gunung Api Bilungala (Tmbv), dan Anggota Batugamping Formasi Tapadaka (Tmtl).

1) Aluvium Endapan Pantai (Qal) merupakan endapan sungai dan marin, yang menempati lahan dengan ketinggian <50 m dpl. Bahan aluvium berupa endapan pasir, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal. Bahan ini membentuk landform aluvial (jalur aliran Sungai Bone). 2) Endapan Danau (Qpl), merupakan bahan hasil pengendapan Danau setempat mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Batu pasir berbutir halus sampai kasar serta kerikil dijumpai disejumlah tempat. Bahan ini membentuk landform dataran aluvial koluvial. Jenis vegetasi dan penggunaan lahan berupa sawah irigasi dan sebagian tegalan. Satuan formasi ini terdapat di sekitar Ibukota Kecamatan Tapa dan Kabila. 3) Molasa Selebes (Qts), merupakan endapan pasca orogen yang terbentuk di cekungan - cekungan kecil, terdiri atas konglomerat, breksi, serta Batu pasir. Konglomerat dan breksi tersusun oleh aneka bahan berupa kepingan andesit, basalt, granit, granodiorit, batugamping, Batu pasir maupun kuarsa. Di lapangan ditemukan bahan andesitik yang bertekstur kasar. Bahan ini membentuk landform dataran volkan tua dengan relief berombak sampai bergelombang. 4) Batuan Gunung api Pinogu (TQpv), merupakan bahan hasil letusan Gunung api berupa tuf, tuf lapili, breksi dan lava. Breksi Gunung api di Pegunungan Bone, Gunung Mongadalia dan Pusian bersusun andesit piroksin dan dasit. Tuf dan tuf lapili di sekitar Sungai Bone bersusunan dasitan. Lava berwarna kelabu muda hingga kelabu tua, pejal, umumnya bersusunan andesit piroksin. Membentuk landform perbukitan dan pegunungan volkan tua. Satuan ini terdapat di sebelah kiri dan kanan Sungai Bone memanjang ke arah timur Kabupaten Bone Bolango. 5) Diorit Bone (Tmb), merupakan batuan terobosan yang menerobos Batuan Gunung api Bilungala maupun formasi Tinombo. Tersusun dari diorit kuarsa, diorit, granodiorit, dan granit. Diorit kuat ditemukan Sungai Taludaa, dengan keragaman diorit, granodiorit dan granit. Granit banyak di temukan di daerah Sungai Bone. Batuan granit yang di temukan di Kabupaten Bone Bolango

memiliki sisipan batukapur yang mengisi bagian retakan - retakannya, proses ini terjadi pada lingkungan marin, sehingga membentuk tanah yang memiliki reaksi tanah agak masam sampai netral. Terdapat di bagian utara Kabupaten Bone Bolango memanjang ke timur. 6) Anggota Batugamping Formasi Tapadaka (Tmtl), merupakan batuan sedimen dan endapan permukaan. Formasi ini berupa batugamping kelabu terang, pejal, mengandung pecahan batuan gunung api hijau. Batugamping ini sebagian membentuk lensa - lensa di dalam Formasi Tapadaka dan sebagian terlihat berganti fasies ke arah samping menjadi Batu pasir. Satuan ini terdapat di bagian tengah Bone Bolango. 7) Batuan Gunung api Bilungala (Tmbv), merupakan batuan hasil Gunung api Bilungala. Batuan ini terdiri dari breksi, tuf dan lava bersusunan andesit, dasit dan riolit. Ziolit dan kalsit banyak dijumpai pada kepingan batuan penyusun breksi. Satuan ini terdapat di bagian utara daerah penelitian memanjang ke arah timur dan sebagian kecil terdapat di bagian tengah areal penelitian. (Sumber : Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Provinsi Gorontalo). Gambar 8. Peta Geologi Daerah Kabupaten Bone Bolango

Peta Geologi hasil digitasi yang bersumber dari peta dasar merupakan Sebagai Peta Dasar adalah Peta Rupa Bumi Indonesia yang Berskala 1 : 50.000 Update Tahun 2006 Yang diterbitkan Oleh BAKORSULTANAL. Peta Unit Lahan Kabupaten Bone Bolango Skala 1 : 50.000, Lembaga Peneltian Tanah Bogor Tahun 2008. 4.1.6 Landform Gambar 10 menunjukan group aluvial merupakan landform muda baik resen maupun subresen yang terbentuk dari proses fluviasi (sungai danau), maupun koloviasi (gravitasi), atau gabungan keduanya. Endapan bahan - bahan tersebut bersifat berlapis - lapis (stratified), yang menunjukkan pengendapan terjadi terjadi secara berulang - ulang dari bahan yang berbeda jenis dan ukurannya dan biasanya bahan halus berada diatas lahan yang lebih kasar sebab gravitasi. Bahan yang diendapkan terdiri atas endapan aluvio kolovium di atas endapan danau (lakustrin), kadang diatas lapisan gambut. Grup landform volkan yang terbentuk dari hasil aktivitas erosi gunung api, baik yang masih muda (resen), maupun yang sudah agak tua (subresen). Landform ini dicirikan oleh bentukan kerucut volkan, aliran lava atau lahar. Creater, perbukitan volkan atau dataran yang merupakan akumulasi bahan volkan. (Puslittanak 1995)

Gambar 9. Peta Landform Daerah sebagian kabupaten Bone Bolango. Peta landform hasil digitasi yang bersumber dari peta dasar merupakan Sebagai Peta Dasar adalah Peta Rupa Bumi Indonesia Berskala 1 : 50.000 Update Tahun 2006 yang diterbitkan Oleh BAKORSULTANAL. Peta Unit Lahan Kabupaten Bone Bolango Skala 1 : 50.000, Lembaga Peneltian Tanah Bogor Tahun 2008. 4.1.7 Lereng Kondisi wilayah Kabupaten Bone Bolango sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi (pegunungan) yang memiliki kemiringan lereng di atas 40% tersebar di Wilayah Kecamatan suwawa, Kabila dan Bulango utara. Sementara kemiringan lereng antara 20% - 40%, tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bone Bolango yang dikategorikan lereng memiliki kemiringan 1-20% tersebar pada wilayah sebagian Kecamatan Kabila, Suwawa, Bulangu Utara Tapa, Batu Barani. Gambar 10. Peta Lereng Daerah Kabupaten Bone Bolango.

Peta lereng sebagian Daerah Kabupatn Bone Bolango merupakan hasil Digitasi dari sumber Peta Rupa Bumi Indonesia Berskala 1 : 50.000 Update Tahun 2006 Yang diterbitkan Oleh BAKORSULTANAL. Peta Unit Lahan Kabupaten Bone Bolango Skala 1 : 50.000, Lembaga Peneltian Tanah Bogor Tahun 2008. Klasifikasi lereng terbagi atas beberapa kategori berdasarkan kemiringan lereng tersebut, antara lain kelas lereng rata, datar, melendai agak curam, curam dan sangat curam (FAO,1990) Tabel 4. Klasifikasi Lereng berdasarkan FAO (1990) Kelas Lereng Batas Bawah Batas Atas Rata Datar Melandai Agak curam Curam Sangat curam 0% 0,2% 5,0% 15,0% 30,0% 0,2% 0,5% 10,0% 30,0% 60,0% >60,0% 4.1.8 Jenis tanah. Penilian kesuburan tanah di Daerah penelitian ditemukan jenis tanah terluas terdapat pada wilayah kecamatan kabila, Tilongkabila, suwawa dan sekitarnya, dengan diklasifikasikan menurut sistem Soil Taxonomy sebagai berikut : 1) Entisol, yaitu tanah yang masih menunjukkan asal bahan induk. Jadi tanah ini masih baru, belum menunjukkan perkembangan horizon. Adapun yang termasuk jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol gunung, regosol pantai, dan lithosol. 2) Inceptisol, yaitu tanah yang masih muda, baru mulai perkembangan penampangnya. Namun, sudah ada eluvasi dan iluvasi. Golongan ini terjadi dalam hampir semua region iklim. 3) Molisol, yaitu tanah yang memiliki ciri halus atau lunak, ph kurang dari 7,0. Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah chesnut, chernozem, brunizem (prairies), rendzina, dan sebagainya. 4) Alfisol, yaitu tanah yang tersebar didaerah beriklim lembap, kaya dengan alumunium, besi, air, dan bahan organik. Warnanya abu - abu, horizonnya mengandung lapisan - lapisan tanah liat (Nangoy, 2008).

Gambar 11. Peta Jenis Tanah Daerah Penilitian di Kabupaten Bone Bolango Peta jenis tanah hasil digitasi yang bersumber dari peta dasar merupakan Sebagai Peta Dasar adalah Peta Rupa Bumi Indonesia Berskala 1 : 50.000 Update Tahun 2006 Yang diterbitkan Oleh BAKORSULTANAL. Peta Unit Lahan Kabupaten Bone Bolango Skala 1 : 50.000, Lembaga Peneltian Tanah Bogor Tahun 2008. 4.2 Keadaan Sumberdaya Manusia 4.2.1 Luas dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan data BPS Kabupaten Bone Bolango (2010) menunjukkan kecamatan terluas adalah Kecamatan Suwawa Timur dengan%tasi 24,65%, sementara kecamatan dengan luas tersempit adalah Kecamatan Bulango Selatan yang hanya sebesar 0,50% dari luas total Kabupaten ini (Tabel 7). Namun demikian, jumlah penduduk terbanyak justru dimiliki oleh Kecamatan Kabila sebesar 14,80%. Sementara yang paling sedikit dimiliki oleh Kecamatan Bulango Ulu yang hanya sebesar 2,54%. Dengan demikian sebaran kepadatan penduduk tidak berkorelasi positif dengan luas wilayah. Hal ini

terlihat pada Kecamatan Suwawa Timur yang merupakan kecamatan terluas tetapi justru kepadatan penduduknya paling sedikit. Namun kecenderungan yang lain kepadatan penduduk relative padat pada jalur jalan protocol dikarenakan ketersediaan sarana dan prasarana publik yang cukup tersedia. Tabel 5. Luas dan Kepadatan Penduduk di Daerah Penelitian Kecamatan km 2 Luas Penduduk Kepadatan % Jumlah % (jiwa/km 2 ) Tapa 64,41 3,25 6.871 4,84 107 Bulango Utara 176,10 8,87 6.933 4,89 39 Bulango selatan 9,67 0,50 9.711 6,84 984 Bulango Timur 10,82 0,55 4.933 3,52 462 Bulango ulu 78,41 3,95 3.612 2,54 46 Kabila 193,45 9,75 21.004 14,8 109 Botu Pingge 47,11 2,37 5.598 3,94 119 Tilongkabila 79,74 4,02 16.569 11,68 208 Suwawa 33,51 1,69 10.688 7,53 319 Suwawa Utara 184,09 9,28 4.796 3,38 26 Suwawa Timur 489,09 24,65 6.578 4,64 13 Suwawa Tengah 64,70 3,26 5.716 4,03 88 Bone Pantai 161,82 8,15 9.776 6,89 60 Kabila Bone 143,51 7,23 9.755 6,87 68 Bone Raya 64,12 3,23 5.876 4,14 92 Bone 72,71 3,66 8.674 6,11 119 Bulawa 111,01 3,59 4.763 3,36 43 Kab. Bone Bolango 1.984,54 100,00 141.915 100,00 72 Sumber BPS Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010 4.2.2 Jumlah Penduduk menurut Umur Penduduk di Daerah Kabupaten Bone Bolango menurut umur yang dinilai produktif (20-50), sebanyak 54.157 jiwa dari total jumlah penduduk 141.919 jiwa. Maka yang dinilai jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango yang tidak Produktif sebanyak 87.740 berdasarkan UU Tenaga kerja No. 13 Tahun 2003. Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Daerah Penelitian Kelompok Umur Penduduk (Orang) Aged Group Laki Laki Perempuan Jumlah 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 7.478 8.067 7.590 6.879 5.191 5.978 5.978 5.632 7,031 7.806 7.260 6761 5.096 5.786 5.773 5.433 14.509 15.873 14.850 13.640 10.287 11.764 11.751 11.065

40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ 4.632 3.895 3.094 2.556 1.737 2.438 4.658 3.905 3.338 2.561 2.016 3.346 9.290 7.800 6.432 5.117 3.753 5.784 Jumlah 71.145 70.770 141.915 Sumber BPS Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010 4.2.3 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian Data keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat melalui Tabel 9. Tabel 7. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Daerah Penelitian Lapangan Pekerjaan Utama Porsentasi (%) 2009 2010 Pertanian, Perkebenunan, Kehutanan, dan Perikanan 41,24 36,16 Pertambangan dan Penggalian 3,17 3,47 Industry 5,17 6,18 Listrik, Gas dan Air Minum 0,09 0,32 Konstruksi 11,81 9,27 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 11,11 11,71 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 7,19 7,93 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahan 1,37 2,52 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 18,85 22,44 Jumlah 100,00 100,00 Sumber BPS Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010. Data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2010 menunjukan mata pencaharian warga di daerah penelitian Kabupaten Bone Bolango tersebesar bergantung pada Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian 41,24% yang dan yang bergerak dibidang Listrik, Gas dan Air Minum sangat rendah 0,09%. Data ini menunjukan untuk mata pencaharian didaerah tersebut, sangat besar tergantung pada lahan pertanian dibandingkan dengan lapangan pekerjaan lainnya.

4.3 Permasalahan di Daerah Penelitian 4.3.1 Tekanan Populasi Penduduk Terhadap Lahan Secara umum, jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Bone Bolango meningkat dari 126.907 jiwa ditahun 2005 menjadi 131.797 jiwa pada tahun 2009 dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,99% atau sebanyak 1.222 jiwa. Jika dirinci menurut kecamatan dalam kurun waktu lima tahun yakni dari tahun 2005 sampai tahun 2009, persebaran penduduk Kabupaten Bone Bolango terkonsentrasi di Kecamatan Kabila dimana jumlah penduduk di kecamatan ini pada tahun 2009 adalah 18.795 jiwa atau sebesar 14,26% dari total jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango. Urutan yang kedua ditempati oleh Kecamatan Tilongkabila dengan jumlah penduduk sebanyak 15.375 jiwa pada tahun 2009, atau 11,66% dari jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango. Salah satu penyebab dari padatnya jumlah penduduk di kecamatan Kabila antara lain karena kecamatan ini merupakan Kecamatan dengan menjadi perbatasan antara Kabupaten Bone Bolango dengan Kota Gorontalo, selain itu lahan di wilayah ini sebagian besar cocok untuk areal permukiman, kecocokan untuk permukiman dipengaruhi oleh topografi yang cukup datar. Adapun jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Bulango Ulu yaitu 3.046 jiwa, atau hanya sekitar 2,31% dari total jumlah penduduk. Salah satu faktor penyebab rendahnya jumlah penduduk di kecamatan ini adalah masih kurang bagusnya akses menuju wilayah ini selain itu belum memadainya sarana prasarana pendukung seperti listrik. (Sumber Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031). Tabel 8. Populasi Penduduk di Daerah Kabupaten Bone Bolango. Kecamatan Populasi Luas (km2) Kepadatan Penduduk Tapa 6,575 64.41 102 Bulango Utara 6,537 176.09 37 Bulango Selatan 8,775 9.87 889 Bulango Timur 5,325 10.82 492 Bulango Ulu 3,046 78.41 39

Kabila 18,795 193.45 97 Botupingge 5,462 47.11 116 Tilongkabila 15,375 79.74 193 Suwawa 9,881 33.51 295 Suwawa Selatan 4,510 184.09 24 Suwawa Timur 5,815 489.2 12 Suwawa Tengah 5,201 64.7 80 Bone Pantai 9,331 161 82 Kabila Bone 9,176 143.51 64 Bone Raya 4,979 64.12 78 Bone 8,307 72.71 114 Bulawa 4,707 111.01 42 Jumlah/Total 131,797 1, 984.58 66 Sumber Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 4.3.2 Kemudahan Memperoleh Kredit Berdasarkan data hasil wawancara dengan petani (respondent), ternyata masalah permodalan menjadi salah satu penghambat peningkatan produksi hasil pertanian, sebab petani mendapat kesulitan dalam memperoleh kredit dari pihak kreditur dalam hal ini pihak bank. Penyebabnya mereka sangat sulit untuk mendapatkan pinjaman dana kredit akibat tanpa jaminan yang layak. Menghadapi permasahan tersebut maka petani mencari alternative permodalan melalui kemitraan dengan koperasi dan juga bantuan dari pemerintah daerah. 4.3.3 Pemasaran Hasil Pertanian System pemasaran hasil pertanian di daerah penelitian berdasarkan hasil wawancara dengan petani dikelompkkan kedalam dua bagian yaitu: 1) Petani menjual langsung hasil pertanian ke pasar terdekat, dalam hal ini pasar sentral Kota Gorontalo, Pasar Kabila dan Pasar Suwawa. Sebagian besar petani menjual hasil produksi cabai tanpa disimpan sebelumnya, akibat cabai cepat membusuk bila hanya disimpan pada tempat yang tidak sesuai seperti gudang, 2) Petani menjual langsung kepada tengkulak atau pedangang pengumpul yang ada di daerah tersebut, ini dilakukan sebagian petani cabai di daerah penelitian

dengan alasan agar menguarangi biaya transportasi untuk memasarkan hasil produksi cabai.