BAB IV DESKRIPSI WILAYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV DESKRIPSI WILAYAH"

Transkripsi

1 BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1 Keadaan Sumberdaya Alam Letak dan Luas Daerah penelitian terletak di Kabupaten Bone Bolango. Secara geografis terletak pada koordinat di antara ' sampai ' Lintang Utara dan ' sampai ' Bujur Timur dan berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi dan Kecamatan Atinggola di sebelah Utara. Sementara di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara). Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Gorontalo. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga, Kota Selatan dan Kota Utara. Daerah penelitian tercakup dalam peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : (Bakosurtanal, 2006) dan peta Satuan Lahan Kabupaten Bone Bolango (Lembaga Penelitian Tanah Bogor, 2008). Luas daerah penelitian sekitar ha. Daerah penelitian mudah dicapai dari kota Gorontalo melalui jalur darat dengan kondisi baik Iklim Data iklim untuk daerah penelitian bersumber dari stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo pada ketinggian 18 m di atas permukaan laut berupa data temperatur udara, kelembaban nisbi, lama penyinaran matahari dan kecepatan angin. Sedangkan data curah hujan untuk daerah penelitian bersumber dari stasiun BPP Tapa pada ketinggian 14 m di atas permukaan laut dan BPP Suwawa pada ketinggian 10 m di atas permukaan laut (BMKG Gorontalo, 2011). Keadaan iklim daerah penelitian sebagai berikut: Curah Hujan Data rata-rata curah hujan bulanan, daerah penelitian selama sepuluh tahun ( ), dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 memperlihatkan bahwa rata-rata curah hujan bulanan stasiun BPP Suwawa berkisar antara 61,60-143,50 mm dengan rata-rata 108,51 mm/bulan. Rata-rata curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus (61,60 mm), dan tertinggi pada bulan Maret (143,50 mm).

2 Gambar 9. Peta Administrasi Kabupaten Bone Bolango

3 mm Sedangkan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1.302,10 mm/tahun. Gambar 3 memperlihatkan bahwa rata-rata curah hujan bulanan stasiun BPP Tapa berkisar antara 54,70-207,10 mm dengan rata-rata 135,48 mm/bulan. Rata-rata curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus (54,70 mm), dan tertinggi pada bulan Maret (207,10 mm). Sedangkan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1.625,80 mm/tahun BPP Suwawa BPP Tapa Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Gambar 3. Rata-Rata Curah Hujan Bulanan (mm) Stasiun BPP Suwawa dan BPP Tapa Selama 10 Tahun ( ) Temperatur Udara, Lama Penyinaran, Kelembaban Nisbi dan Kecepatan Angin Data rata-rata temperatur udara, lama penyinaran, kelembaban nisbi dan kecepatan angin, di daerah penelitian selama sepuluh tahun ( ) diambil dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo pada ketinggian 18 m di atas permukaan laut. Gambar 4 menunjukkan temperatur bulanan berkisar antara 26,50 o C (Februari) sampai 27,70 o C (Oktober) dengan nilai rata-rata tahunan sebesar 26,94 o C. Gambar 5 menunjukkan bahwa rata-rata lama penyinaran bulanan berkisar antara 57,10% (Desember) sampai 71,70% (Oktober) dengan nilai rata-rata tahunan sebesar 644,09%. Selanjutnya Gambar 6 menunjukkan bahwa rata-rata kelembaban nisbi bulanan berkisar antara 73,40% (September) sampai 84,20%

4 (%) C (Maret) dengan nilai rata-rata tahunan sebesar 80,33%. Sedangkan Gambar 7 menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan angin berkisar antara 1,60 km/jam (April) sampai 3,80 km/jam (Agustus) dengan nilai rata-rata tahunan sebesar 2,32 km/jam Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Gambar 4. Rata-Rata Temperatur Bulanan ( o C) Selama 10 Tahun ( ) Stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Gambar 5. Rata-Rata Lama Penyinaran Matahari (%) Selama 10 Tahun ( ) Stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo

5 km/jam (%) Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Gambar 6. Rata-Rata Kelembaban Nisbi (%) Selama 10 Tahun ( ) Stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Gambar 7. Rata-Rata Kecepatan Angin Bulanan (km/jam) Selama 10 Tahun ( ) Stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo Evapotranspirasi Nilai evapotranspirasi daerah penelitian yang dihitung dengan menggunakan persamaan 1, 2 dan 3 (Penman 1948). Hasilnya, nilai evapotranspirasi daerah penelitian berkisar antara 87,07-141,44 mm/bulan. Nilai evapotranspirasi tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 141,44 mm/bulan, sedangkan evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan Juni 87,07 mm/bulan. Selanjutnya untuk melihat

6 hubungan antara evapotranspirasi dengan curah hujan, maka disajikan data-data yang tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Hubungan antara Rata-rata Curah Hujan Efektif dengan Nilai Evapotranspirasi di Daerah Penelitian Bulan Curah Hujan Curah Hujan Efektif ETp 0.5 Etp (mm/bulan) (mm/bulan) (mm/bulan) (mm/bulan) Januari 145,40 120,4 124,21 62,11 Februari 114,55 89,55 108,94 54,47 Maret 175,30 150,3 115,70 57,85 April 153,65 128,65 110,03 55,01 Mei 123,40 98,4 98,12 49,06 Juni 131,40 106,4 87,07 43,54 Juli 118,35 93,35 92,75 46,37 Agustus 58,15 48,15 113,51 56,75 September 77,35 52,35 123,69 61,85 Oktober 103,15 78,15 141,44 70,72 November 117,60 92,6 138,36 69,18 Desember 145,65 120,65 113,64 56,82 Total 1.463, , ,45 683,72 Rata-rata 122,00 98, ,95 56,98 Sumber: Hasil Perhitungan (2012) Nilai evapotranspirasi tahunan sebesar 1.367,45 mm dengan rata-rata nilai evapotranspirasi tahunan sebesar 113,95 mm/tahun. Menurut Bachri dan Djaenuddin (1999), bahwa untuk melihat lama pertumbuhan tanaman maka besarnya evepotranspirasi harus dibagi dua (0,5 ETp). Selanjutnya curah hujan efektif berkisar antara 58,15 mm/bulan pada bulan Agustus sampai 175,30 mm/bulan pada bulan Maret. Hubungan ini yang selanjutnya menjadi dasar dalam pembuatan kalender tanaman dan dapat dilihat pada Gambar 8.

7 mm Curah Hujan (mm) Curah Hujan Efektif (mm/bulan) ETP (mm/bulan) 0,5 ETP (mm/bulan) Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Gambar 8. Hubungan Antara Curah Hujan Efektif dan Evapotranspirasi (ETp) dan 0,5 ETp (mm) Gambar 8 memperlihatkan bahwa surplus curah hujan terjadi pada bulan Januari dan turun pada bulan Februari, walaupun tidak sampai mengalami defisit. Kondisi surplus curah hujan, puncaknya terjadi pada bulan Maret, turun mulai bulan April sampai mendekati defisit curah hujan pada bulan Agustus. Sementara itu, mulai bulan September sampai Desember telah mengalami kondisi surplus. Dari kondisi tersebut, diharapkan masayarakat yang ada di Kabupaten Bone Bolango dapat memanfaatkan bulan-bulan surplus untuk berusahatani tanaman perkebunan seperti tanaman kopi robusta tinggal disesuaikan dengan kondisi tersebut di atas, Hidrologi Air sebagai salah satu kebutuhan makhluk hidup yang utama sebenarnya merupakan bahan di permukaan bumi yang selalu mengalami perubahan dari fase padat, cair, dan gas (uap), serta mengikuti bentuk tempat dimana air tersebut berada. Proses ini menyebabkan air dalam sistem bumi-atmosfer membentuk suatu siklus yang disebut siklus hidrologi (Puslittanak 1995). Siklus hidrologi merupakan konsep dasar mengenai keseimbangan air secara global dan juga menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air (Kodoatie,

8 1996). Selanjutnya Puslittanak (1995), menyatakan bahwa meskipun siklus ini berlangsung terus menerus, tetapi ternyata tidak merata. Perbedaan kondisi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi meteorology (suhu, tekanan atmosfer, angin, radiasi dan lain-lain), serta topografi (ketinggian, lereng dan sebagainya). Salah satu aspek hidrologi yang penting adalah aspek pengaliran air. Sungaisungai yang mengalir ke Kabupaten Bone Bolango itu cukup banyak, terdiri atas 2 sungai besar dan sungai kecil. Kedua sungai besar tersebut adalah: a. Sungai Bone dengan panjang sungai kira-kira 90,00 kilometer b. Sungai Bolango dengan panjang sungai kira-kira 40,00 kilometer Sungai-sungai kecil yang terdapat di Bone Bolango antara lain sungai Tamboo (3,50 kilometer), sungai Inengo (10,25 kilometer), sungai Kiki (5,00 kilometer), sungai Molotabu (5,50 kilometer), sungai Aladi (5,00 kilometer), sungai Bututonuo (7,25 kilometer), sungai Oluhuta (3,75 kilometer), sungai Olele (4,00 kilometer), sungai Tolotio (6,25 kilometer), sungai Butalo (11,50 kilometer), sungai Bilungala (15,00 kilometer), sungai Tongokiki (6,50 kilometer), sungai Tongodaa (2,75 kilometer), sungai Uabanga (7,75 kilometer), sungai Tombulilato (20,00 kilometer), sungai Ombulo (3,50 kilometer), sungai Mamunga Daa (7,00 kilometer), sungai Mopuya Daa (5,00 kilometer), sungai Mopuya Kiki (3,50 kilometer), sungai Tapambudu (3,25 kilometer), sungai Monano (9,50 kilometer), sungai Topidaa (3,50 kilometer), sungai SogitaDaa (6,50 kilometer), sungai Sogita Kiki (5,50 kilometer), sungai Taludaa (18,00 kilometer) (Peta Rupa Bumi Indonesia, 1993) Geologi dan Bahan Induk Menurut Apandi dan Bachir (1997), daerah penelitian memiliki struktur berupa sesar dan lipatan. Sesar normal arahnya kurang beraturan namun dibagian barat lembang cenderung berarah lebih - kurang timur barat. Sesar mendatar besar berpasangan dengan arah UUB SST (sesar menganan) dan UUT SSB (sesar mengiri).

9 Gambar 10. Peta Geologi Kabupaten Bone Bolango

10 Menurut Peta Geologi Lembar Kotamobagu Sulawesi Utara, skala 1 : (Apandi dan Bachri 1997), daerah penelitian ini terdiri atas 6 formasi geologi yaitu : Alluvium dan Endapan Pantai (Qal), Batu Gamping Terumbu (Ql), Endapan Danau (Qpl), Batuan Gunung Api Pinogu (TQpv), Diorit Bone (Tmb), Batuan Gunung Api Bilungala (Tmbv). a. Aluvium dan Endapan Pantai (Qal): Pasir, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal. b. Batu Gamping Terumbu (Ql): Batu gamping terangkat dan batu gamping klastik dengan komponen utama koral, setempat berlapis, terutama dijumpai di daerah pantai selatan dan setempat di dekat Panong, daerah pantai utara. c. Endapan Danau (Qpl): Satuan ini dikuasai oleh batu lempung kelabu, setempat mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Batu pasir berbutir halus sampai kasar serta kerikil dijumpai di beberapa tempat. Satuan ini termampatkan lemah, tebalnya menurut data bor mencapai 94 meter (Trail d. Batuan Gunung Api Pinogu (TQpv): Tuf, tuf lapili, breksi dan lava. Breksi gunung api di Pegunungan Bone, Gunung Mongadalia dan Pusian bersusun andesit piroksin dan dasit. Tuf yang tersingkap di Gunung Lemibut dan Gunung Lolombulan umumnya berbatu apung, kuning muda, berbutir sedang sampai kasar, diselingi oleh lava bersusunan menengah sampai basa. Tuf dan tuf lapili di sekitar Sungai Bone bersusunan dasitan. Lava berwarna kelabu muda hingga kelabu tua pejal, umumnya bersusunan andesit piroksin. Satuan ini secara umum termampatkan lemah sampai sedang, umumnya diduga Pliosen-Plistosen (John and Bird, 1973) atau Tropic Endeavour, 1973 e. Diorit Bone (Tmb): Diorit kuarsa, diorit, granodiorit, granit. Diorite kuarsa banyak dijumpai di daerah S. Taludaa dengan keragaman diorite, granodiorit dan granit. Sedang granit utamanya dijumpai didaaerah S. Bone. Satuan ini menerobos batuan gunung api Bilungala maupun formasi Tinombo. Umur satuan ini sekitar miosen akhir.

11 Gambar 11. Peta lereng Kabupaten Bone Bolango

12 f. Batuan Gunung Api Bilungala (Tmbv): Breksi, tuf dan lava bersusunan andesit, dasit dan riolit. Zeolit dan kalsit sering dijumpai pada kepingan batuan penyusun breksi. Tuf umumnya bersifat dasitan, agak kompak dan berlapis buruk dibeberapa tempat. Di daerah pantai selatan dekat Bilungala satuan ini dikuasai oleh lava dan breksi yang umumnya bersusunan dasit, dan dicirikan oleh warna alterasi kuning sampai cokelat, mineralisasi pirit, perekahan yang intensif, serta banyak dijumpai batuan terobosan diorit. Propilitisasi, klorotisasi dan epidotisasi banyak dijumpai pada lava. Tebal satuan diperkirakan lebih dari 1000 meter, sedang umunya berdasarkan kandungan fosil dalam sisipan batugamping adalah Miosen Bawah-Miosen Akhir. Nama satuan pertama kali diajukan oleh PT. Tropic Endeavour, (1972) Fisiografi Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : , maka daerah penelitian terletak pada ketinggian 100 sampai dengan 500 meter di atas pemukaan laut. Fisiografi daerah penelitian dibedakan ke dalam 3 grup landform, yaitu (Puslittanak, 1995): a. Grup landform alluvial merupakan landform muda baik resen maupun subresen yang terbentuk dari proses fluviasi (sungai danau), maupun koluviasi (gravitasi), atau gabungan keduanya. Endapan bahan-bahan tersebut bersifat berlapis-lapis (stratified), yang menunjukkan pengendapan terjadi secara berulang-ulang dari bahan yang berbeda jenis dan ukurannya dan biasanya bahan halus berada di atas lahan yang lebih kasar sebab gravitasi. Bahan yang diendapkan aluvio-kolovium di atas endapan danau (lakustrin), kadang-kadang di atas lapisan gambut. b. Grup landform karst merupakan landform yang didominasi oleh bahan batu gamping, pada umumnya keadaan morfologi daerah ini tidak teratur. Landform ini dicirikan oleh adanya proses pelarutan bahan batuan penyusun yaitu dengan terjadinya sungai di bawah tanah, gua-gua dengan stalagtit, stalagmit, dll.

13 c. Grup landform volkan yang terbentuk dari hasil aktivitas erupsi gunung api, baik yang masih muda (resen), maupun yang sudah agak tua (subresen). Landform ini dicirikan oleh bentukan kerucut volkan, aliran lava atau lahar, creater, perbukitan volkan atau dataran yang merupakan akumulasi bahan volkan Tanah Di daerah penelitian tanah-tanah diklasifikasikan menurut sistem Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 1999), sampai tingkat famili tanah. Hasilnya ditemukan 4 ordo di daerah penelitian yaitu Alfisols, Entisols, Inceptisols dan Mollisols yang tersebar pada 33 satuan lahan yang diuraikan sebagai berikut: a. Alfisols, tanah ini mempunyai perkembangan profil yang dicirikan oleh terjadinya iluviasi liat yang membentuk horison argilik. Solum tanah tebal, struktur cukup kuat dan konsistensi teguh. Terbentuk dari bahan induk volkan andesitik-basaltik dan intrusi diorit, dan granodiorit. Penyebarannya di landform aluvial dan perbukitan volkan. Pada landform aluvial, tanah ini berasosiasi dengan Inceptisol dan Mollisol. Pada landform aluvial, terdapat pengaruh stagnasi air atau proses redoks sehingga membentuk tanah berdrainase terhambat, dan banyak karatan di lapisan bawah. Tanah bersolum tebal, tekstur liat, banyak karatan besi dan mangan, reaksi tanah agak masam sampai alkalis. Pada landform perbukitan, tanah berdrainase baik, tekstur halus diatas skeletal atau fragmental, selaput liat jelas, reaksi tanah agak masam sampai netral. Kadang-kadang dijumpai sisipan batukapur di lapisan bawah. b. Entisols, tanah ini dijumpai belum mempunyai perkembangan profil tanah dengan susunan horison A-C. Terbentuk dari bahan induk aluvium, endapan liat dan pasir, endapan marin, lavilli, abu, batu apung, tufa, breksi andesit dan lava. Penyebarannya pada landform grup aluvial, marin, fluvio-marin dan volkanik. Mulai dari jalur aliran sungai meandering, pesisir, dataran pasang surut, delta estuarin, dataran estuarin, kaki volkan, dataran volkan dan pegunungan volkan tua tertoreh. Bentuk wilayah datar sampai agak datar,

14 berombak, bergelombang dan bergunung, drainase dari terhambat sampai cepat, tekstur liat sampai pasir, reaksi tanah agak masam. c. Inceptisols, tanah ini mempunyai perkembangan profil dengan susunan horison A-Bw-C, dicirikan oleh horison kambik. Terbentuk dari bahan induk aluvium dan intrusi volkan (diorit-granodiorit). Penyebarannya pada landform aluvial dan perbukitan volkan. Pada landform aluvial datar atau agak datar umumnya berdrainase terhambat, tekstur liat, kadang-kadang dijumpai bidang kilir, reaksi tanah netral sampai alkalis. Pada dataran banjir, stratifikasi bahan endapan masih terlihat jelas, bertekstur berlempung sampai berliat halus, dan reaksi tanah netral. Pada landform teras sungai, banyak dijumpai lapisan kerikil di lapisan bawahnya. Di daerah perbukitan, tekstur dan kedalaman tanah bervariasi. Tekstur umumnya berliat diatas skeletal atau fragmental (berkerikil atau berbatu), kedalaman tanah dangkal pada wilayah curam, dan dalam pada lereng landai. Reaksi tanah agak masam sampai agak alkali, kadang-kadang mengandung hablur kapur di lapisan bawah. d. Mollisols, tanah mempunyai perkembangan profil dengan susunan horison A- Bw-C atau A-Bt-C, yang dicirikan oleh epipedon molik dan horison kambik atau argilik. Sebagian tanah mempunyai epipedon molik tebal (>50 cm). Penyebarannya cukup luas di daerah perbukitan volkan pada lereng bawah, dan berasosiasi dengan Alfisol atau Inceptisol. Umumnya digunakan untuk tegalan dan perkebunan kelapa. Tanah berpenampang dalam, drainase baik, tekstur umumnya halus dan mengandung kerikil dan fragmen batuan di lapisan bawah, dan reaksi tanah netral sampai alkalis. Kadang-kadang dijumpai hablur atau nodul kapur di lapisan bawah. Tabel 4 memperlihatkan bahwa Alfisols merupakan ordo tanah yang terluas di daerah penelitian yaitu ha (58,56% dari luas total) yang tersebar pada satuan lahan 8, 11, 12, 13, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 26, 28, 29, 31 dan 32. Ordo Entisols seluas ha (29,11% dari luas total) yang tersebar pada satuan lahan 2, 4, 30 dan 33. Selanjutnya ordo Inceptisols seluas ha (11,52% dari luas total) yang tesebar pada satuan lahan 1, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 14, 15, 20, 25 dan 27.

15 Gambar 13. Peta Jenis Tanah Kabupaten Bone Bolango

16 Sedangkan ordo Mollisols seluas 675 ha (0,81% dari luas total) yang tersebar pada satuan lahan 19. Tabel 6. Klasifikasi Tanah di Daerah Penelitian Ordo Sub Ordo Great Group Famili Satuan Lahan Lithic Haplustalfs, halus Alfisols Ustalfs Haplustalfs Typic Haplustalfs, berlempung halus Entisols Aquents Psamments Orthents Endoaquents Ustipsamments Ustorthents Inceptisols Ustepts Haplustepts Mollisols Ustolls Haplustolls Typic Endoaquents, halus Typic Ustipsamments, sandy Typic Ustorthents, fragmentasi dangkal Aquic Haplustepts, berlempung halus Fluventic Haplustepts, berlampung halus di atas berpasir Typic Haplustepts, berlempung halus Typic Haplustolls, fragmentasi dangkal Luas (Ha) 21, 22, 28, , 11, 12, 13, 16, 17, 18, 23, 24, 26, 29, , , 6, 7, 9, 10, 14, 15, 20, 25, Total Sumber: Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP) Deptan (2005)

17 4.2 Keadaan Sumberdaya Manusia Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango (2012), maka keadaan masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut: Luas dan Kepadatan Penduduk Data luas dan kepadatan penduduk daerah penelitian tertera pada Tabel 7. Tabel 7 memperlihatkan bahwa kecamatan terluas adalah Kecamatan Suwawa Timur (489,20 km 2 ) dan kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Bulango Selatan (9,87 km 2 ). Sedangkan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Kabila ( jiwa), dengan kepadatan penduduk 115 per km 2 dan penduduk terendah adalah Kecamatan Bulango Ulu (3.878 jiwa), dengan kepadatan penduduk 49 per km 2. Tabel 7. Luas dan Kepadatan Penduduk di Daerah Penelitian Kecamatan Luas km 2 % Jumlah (orang) Penduduk Kepadatan Penduduk % (orang/km 2 ) 001. Tapa 64,41 3, , Bulango Utara 176,10 8, , Bulango Selatan 9,87 0, , Bulango Timur 10,82 0, , Bulango Ulu 78,41 3, , Kabila 193,45 9, , Botupingge 47,11 2, , Tilongkabila 79,74 4, , Suwawa 33,51 1, , Suwawa Selatan 184,09 9, , Suwawa Timur 489,20 24, , Suwawa Tengah 64,70 3, , Bone Pantai 161,82 8, , Kabila Bone 143,51 7, , Bone Raya 64,12 3, , Bone 72,71 3, , Bulawa 111,01 5, ,42 47 Kabupaten Bone Bolango 1.984,58 100, ,00 77 Sumber: Data BPS Bone Bolango (2012)

18 4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Umur Penggambaran penduduk menurut struktur umur berguna untuk mengetahui jumlah penduduk produktif dan penduduk non produktif, hal ini akan berpengaruh pada angkatan kerja di suatu wilayah serta tingkat ketergantungan penduduk non produktif pada penduduk produktif. Selain itu, penggambaran penduduk menurut struktur umur juga diperlukan untuk perhitungan penyediaan fasilitas sosial dan ekonomi. Data jumlah penduduk menurut umur daerah penelitian tertera pada Tabel 6. Tabel 8 memperlihatkan bahwa kelompok umur penduduk muda (young population) yang berumur 0 19 untuk Kabupaten Bone Bolango jiwa dengan persentase 39,90%, sedangkan kelompok umur penduduk produktif (productive population) yang berumur untuk Kabupaten Bone Bolango jiwa dengan persentase 46,83% dan kelompok umur penduduk tua (old population) yang berumur untuk Kabupaten Bone Bolango jiwa dengan persentase 13,27% dari total penduduk. Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Daerah Penelitian Kelompok Umur / Aged Group Laki-laki / Male Penduduk (Orang) Perempuan / Female Jumlah/Total Jumlah Sumber: Data BPS Bone Bolango (2012)

19 4.2.3 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Data keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Bone Bolango tertera pada Tabel 9. Tabel 9 memperlihatkan bahwa di Kabupaten Bone Bolango penduduknya terbesar bermata pencaharian sebagai kelompok lapangan pekerjaan utama yaitu dengan persentase 23,63% pada tahun 2009, meningkat pada tahun 2011 dengan persentase 26,37%. Tabel 9. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Daerah Penelitian 1. Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Persentase (%) ,24 36,13 28,43 2. Industri Pengolahan 5,17 6,18 7,09 3. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 11,11 11,71 13,30 4. Jasa Kemasyarakatan 18,85 22,44 24,81 5. Lainnya (Pertambangan, Listrik, Gas, Air, Bangunan, Transportasi) 23,63 23,50 26,37 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: Data BPS Bone Bolango (2012) 4.3 Sarana Penunjang Pertanian di Daerah Penelitian Ketersediaan sarana penunjang pertanian di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 memperlihatkan bahwa sarana penunjang pertanian di daerah penelitian sudah cukup memadai walaupun tidak semua kecamatan memiliki KUD, KOPERTA dan Koperasi Perkebunan. Namun hampir disetiap kecamatan sudah memiliki pasar.

20 Tabel 10. Sarana Penunjang Pertanian di Daerah Penelitian Sarana No Kecamatan Koperasi KUD KOPERTA Perkebunan Pasar 1 Tapa Bulango Utara Bulango Selatan Bulango Timur Bulango Ulu Kabila Botupingge Tilongkabila Suwawa Suwawa Selatan Suwawa Timur Suwawa Tengah Bone Pantai Kabila Bone Bone Raya Bone Bulawa Kab Bone Bolango Sumber: Data BPS Bone Bolango (2012)

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH 16 BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat 0,88340 o LU- 122,8850 o BT, berada pada ketinggian 0-500 m dpl (Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di sebagian wilayah kabupaten Bone Bolango, sementara untuk pengolahan data akan dilakukan di Laboratorium Agroteknologi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN 4.1 Topografi dan Tata Sungai DAS Citarum Hulu merupakan suatu cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan Tangkuban Perahu di daerah utara dengan puncaknya antara lain Gunung

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUMKABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN

4 GAMBARAN UMUMKABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN 17 Tabel 3. Matriks Penyusunan Pewilayahan Komoditas di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Sistem pertanian Justifikasi Input Output Lahan Basah sistem pertanian dimana Komoditas padi (PS) lahan-lahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

Grup Perbukitan (H), dan Pergunungan (M)

Grup Perbukitan (H), dan Pergunungan (M) Grup Perbukitan (H), dan Pergunungan (M) Volkan (V) Grup volkan yang menyebar dari dat sampai daerah tinggi dengan tut bahan aktivitas volkanik terdiri kerucut, dataran dan plato, kaki perbukitan dan pegunungan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang. BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk 11 KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi Desa Lamajang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 1474 ha dengan batas desa

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografi dan Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu bagian dari wilayah Propinsi Lampung dengan luas wilayah administrasi sekitar 5 325.03

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografi, Pulau Jawa berada dalam busur kepulauan yang berkaitan dengan kegiatan subduksi Lempeng Indo-Australia dibawah Lempeng Eurasia dan terjadinya jalur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah TPA Leuwigajah mulai dibangun pada tahun 1986 oleh Pemerintah Kabupaten Bandung karena dinilai cukup cocok untuk dijadikan TPA karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 10 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah 2.1.1 Lokasi Lokasi penelitian Tugas Akhir dilakukan pada tambang quarry andesit di PT Gunung Sampurna Makmur. Secara geografis, terletak pada koordinat

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timurbarat (Van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara ke selatan meliputi: 1. Zona

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Asmoro Widagdo*, Sachrul Iswahyudi, Rachmad Setijadi, Gentur Waluyo Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 5.1.1 Letak, kondisi geografis, dan topografi Kabupaten Bangli terletak di tengah-tengah pulau Bali, dan menjadi satusatunya kabupaten yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 16 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Luas dan Letak Desa Kinam dan Desa Kiriwas-was merupakan dua desa yang terletak di Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak dengan total luas Distrik Kokas 1.786 km

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 8 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat CV Jasa Andhika Raya CV Jasa Andhika Raya (CV JAR) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang usaha pertambangan batubara dan berkedudukan di Desa Loa Ulung,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan

Lebih terperinci

01/04/2011 AL A F L ISO IS L L DAN DA ULT UL ISO IS L P L A P DA A DA VUL V K UL A K NIK A 3

01/04/2011 AL A F L ISO IS L L DAN DA ULT UL ISO IS L P L A P DA A DA VUL V K UL A K NIK A 3 APLIKASI ANALISIS LANSEKAP SEBARAN ALFISOL DAN ULTISOL PADA LANSEKAP ALFISOL Kandungan liat pada hor. B lebih tinggi Horison argilik Proses akumulasi liat pada hor. B (argilik, kandik) Beriklim sedang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat (pedon AM1 s/d AM8), dan Kabupaten Serang Propinsi Banten (pedon AM9 dan AM10)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebagian wilayah Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, sementara untuk analisis tanah dilakukan di laboraturium

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BENTUKLAHAN

KLASIFIKASI BENTUKLAHAN Analisis Lansekap Terpadu 21/03/2011 Klasifikasi Bentuklahan KLASIFIKASI BENTUKLAHAN PENDAHULUAN Dalam membahas klasifikasi bentuklahan ada beberapa istilah yang kadang-kadang membingungkan: - Fisiografi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Secara administratif wilayah IUP Eksplorasi CV Parahyangan Putra Mandiri, termasuk di dalam daerah Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sebagian wilayah kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara untuk analisis tanah di laboratorium

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Oleh : A. Sanusi Halim, Iwan A. Harahap dan Sukmawan SubDit Mineral Non Logam S A R I Daerah penyelidikan yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI 4.1. Letak Geografis Posisi geografis Wilayah Pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey menurut Peta Rupa Bumi Bakorsurtanal adalah antara 107 0 31 30 BB 107 0 31 30 BT dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Jajaran Barisan 2. Zona Semangko 3. Pegunugan Tigapuluh 4. Kepulauan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Daerah penelitian berada di Pulau Jawa bagian barat yang secara fisiografi menurut hasil penelitian van Bemmelen (1949), dibagi menjadi enam zona fisiografi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Geologi Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan Lempeng Eurasia ke daratan Asia Tenggara dan merupakan bagian dari Busur Sunda.

Lebih terperinci

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB 2 Tatanan Geologi Regional BAB 2 Tatanan Geologi Regional 2.1 Geologi Umum Jawa Barat 2.1.1 Fisiografi ZONA PUNGGUNGAN DEPRESI TENGAH Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah Jawa Barat secara fisiografis

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan sektor pertanian yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah berupaya melaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Studi Daerah Irigasi Way Negara Ratu merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi Lampung yang dibangun pada tahun 1972 adapun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Administrasi dan Letak Geografis Kabupaten Pidie Jaya yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.7 Tahun 2007 memiliki ibukota Kabupaten yaitu Meureudu. Kota Meureudu

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) pada dasarnya dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

I. KARAKTERISTIK WILAYAH I. KARAKTERISTIK WILAYAH Sumber : http//petalengkap.blogspot.com. Akses 31 Mei 2016 A B Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Keadaan Geografi Daerah Penelitian 2.1.1 Lokasi Penambangan Daerah penyelidikan berdasarkan Keputusan Bupati Tebo Nomor : 210/ESDM/2010, tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Lampiran 1. Deskripsi Profil Lampiran 1. Deskripsi Profil A. Profil pertama Lokasi : Desa Sinaman kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P1 Koordinat : 03 0 03 36,4 LU dan 98 0 33 24,3 BT Kemiringan : 5 % Fisiografi :

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Perusahaan CV. Putra Parahyangan Mandiri adalah salah satu perusahaan batubara yang terletak di Kec. Satui, Kab. Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, yang didirikan

Lebih terperinci

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1: RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:250.000 OLEH: Dr.Ir. Muhammad Wafid A.N, M.Sc. Ir. Sugiyanto Tulus Pramudyo, ST, MT Sarwondo, ST, MT PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN

Lebih terperinci

Bab II Geologi Regional

Bab II Geologi Regional BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Geologi Regional Kalimantan Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik yang kompleks. Hal tersebut dikarenakan adanya interaksi konvergen antara 3 lempeng utama, yakni

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barattimur (van Bemmelen, 1949 dalam Martodjojo, 1984). Zona-zona ini dari utara ke

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''- 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Lokasi Penelitian Tempat penelitian secara administratif terletak di Gunung Rajabasa, Kalianda, Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Propinsi Jawa Tengah secara geografis terletak diantara 108 30-111 30 BT dan 5 40-8 30 LS dengan batas batas sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Daerah penelitian ini telah banyak dikaji oleh peneliti-peneliti pendahulu, baik meneliti secara regional maupun skala lokal. Berikut ini adalah adalah ringkasan tinjauan literatur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Lokasi Studi PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Untuk mencapai PDAM Subang dapat ditempuh melalui darat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Administrasi Pemerintah Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Solok dibentuk berdasarkan Undang Undang No.12 tahun 1956 tentang

Lebih terperinci