PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMINIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING. Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL

BAB II LANDASAN TEORI

Kata kunci : gardu beton; grid; pentanahan; rod

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

STUDI PERANCANGAN SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK 150/20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

SISTEM PENTANAHAN SWITCHYARD DENGAN KISI-KISI (GRID) PADA GARDU INDUK 150 KV BANTUL

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

BAB I PENDAHULUAN. Pada gardu induk harus memiliki sistem pembumian yang handal yang

STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah

Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang

SISTEM PENTANAHAN PADA GARDU INDUK

Politeknik Negeri Sriwijay A BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN:

ANALISIS DESAIN SISTEM GRID PENTANAHAN PLTU BERAU KALIMANTAN TIMUR 2 X 7 MW

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana

EVALUASI TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH GARDU INDUK (GI) 150 kv KOTA BARU AKIBAT PERUBAHAN RESISTIVITAS TANAH

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33)

Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( )

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH

Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

SISTEM PENTANAHAN GRID PADA GARDU INDUK PLTU TELUK SIRIH. Oleh: ABSTRAK ABSTRACT

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN

ARUS LISTRIK. Tiga hal tentang arus listrik. Potensial tinggi

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang

ANALISA SISTEM PENTANAHAN ELEKTRODE ROD DENGAN BIAYA ENERGI YANG EKONOMIS

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. gardu induk maka tenaga listrik tidak dapat disalurkan. Sehingga pembangunan

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad

Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru

EVALUASI SISTEM PENTANAHAN TRANSFORMATOR DAYA 60 MVA PLTGU INDRALAYA

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

DISAIN OPTIMALISASI JARAK GRID DAN GROUND ROD PADA SISTEM PEMBUMIAN

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

ANALISIS SISTEM PEMBUMIAN BERBENTUK JARING (GIRD) PADA GARDU INDUK 150 kv, DI JALAN SUNAN DERAJAT KECAMATAN LAMONGAN, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEKAYU

Vol.3 No1. Januari

atau pengaman pada pelanggan.

EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV NGAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3

Mengukur Kuat Arus dan Beda Potensial Listrik Konsep Arus Listrik dan Beda Potensial Listrik

PERANCANGAN SISTEM PENTANAHAN NETRAL TRAFO PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN TINGGI

Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia

PENGUKURAN TAHANAN GRID PEMBUMIAN PADA MODEL LAPISAN TANAH YANG TIDAK UNIFORM

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PENGHANTAR LISTRIK NFA2X 2x10mm rm 0.6/1kV SKRIPSI

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i2 ( )

Penentuan Nilai Impedansi Pembumian Elektroda Batang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Response Impuls

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Pentanahan adalah penghantaran antara peralatan dengan bumi. Pentanahan

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS. Oleh: Dina Puji Lestari PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PERBANDINGAN TAHANAN PEMBUMIAN PERALATAN ELEKTRODA PASAK PADA GEDUNG LABORATORIUM TEKNIK UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

Rudi Salman Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Universitas Negeri Medan

by: Moh. Samsul Hadi

PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv

Transkripsi:

PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMINIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN Galuh Renggani Wilis, Irfan Santosa Staf Pengajar Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Jalan Halmahera KM.1 Tegal 0283 (342519) Email: galuhrw@gmail.com & ci_ulya@yahoo.co.id Abstrak Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir, dll. Konduktor/hantaran pentanahan (ground grid) dan batang pentanahan (ground rod) adalah salah satu komponen utama dalam instalasi sistem pentanahan, ground grid yang berperan untuk menyalurkan arus dari satu bagian ke bagian lain, harus jenis penghantar yang baik, kuat secara mekanis dan dilindungi untuk menjaga kemungkinan gangguan mekanis yang dapat menyebabkan turunnya daya hantar ataupun terputus. Penelitian ini menggunakan bahan umum ground grid dan ground rod yang digunakan adalah jenis tembaga dan aluminium. Tujuan dari penelitian ini antara lain menganalisa perbandingan penggunaan konduktor pentahanan (ground grid) dan batang pentanahan (ground rod) antara jenis tembaga dan aluminium secara teknis maupun dari kondisi lingkungan. Menganalisa biaya dari penggunaan konduktor pentanahan (ground grid) dan batang pentanahan (ground rod) dengan jenis aluminium sebagai bahan alternatif. Sistem pentanahan yang digunakan untuk penelitian adalah tipe elektroda gabungan agar mendapatkan keandalan yang lebih baik. Dengan menggunakan tabel 2 IEEE 80-20002 copper commercial hard drawn Kf = 7 dan fault duration (tf) = 1 detik sedangkan aluminium alloy Kf = 12,41 dan fault duration (tf) = 1 detik. Dari perhitungan dengan panjang yang sama antara tembaga 70 mm2 dengan aluminium 95 mm2 maka didapat hasil yang sama yaitu tahanan tanah 1.951 Ohm dan tegangan langkah 69.1 Volt. Sedangkan hasil perhitungan tegangan sentuh terjadi perbedaan, dengan menggunakan material tembaga didapat 248.3 Volt dan menggunakan material aluminium didapat 243 Volt. Dari hasil perhitungan pentanahan antara material jenis tembaga dengan aluminium secara teknis tidak ada perbedaan. Sehingga material aluminium bisa dijadikan sebagai alternatif pengganti material tembaga. Dari pembahasan biaya diatas maka secara ekonomis harga konduktor lebih murah dibandingkan dengan harga konduktor aluminium, selisihnya Rp 240,473,600. Total harga untuk material tembaga adalah Rp 336,080,600 sedangkan total harga material aluminium adalah Rp 95,607,000, maka efisiensinya adalah 71.55 %. Dari kondisi lingkungan material jenis aluminium bisa diaplikasikan untuk konduktor dan batang pentanahan untuk sistem pentanahan. Kata Kunci : Konduktor, Sistem Pentanahan, Material, Efisiensi.

I. Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Masalah Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir, dll. Tujuan utama dari adanya pentanahan adalah menciptakan jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient voltage. Sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek tersebut. Konduktor/hantaran pentanahan (ground grid) dan batang pentanahan (ground rod) adalah salah satu komponen utama dalam instalasi sistem pentanahan, ground grid yang berperan untuk menyalurkan arus dari satu bagian ke bagian lain, harus jenis penghantar yang baik, kuat secara mekanis dan dilindungi untuk menjaga kemungkinan gangguan mekanis yang dapat menyebabkan turunnya daya hantar ataupun terputus. Ground rod adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dan sebagai kontak langsung dengan tanah yang diusahakan sampai mencapai titik air tanah. Bahan umum ground grid dan ground rod yang digunakan adalah jenis tembaga dan aluminium. Bahan yang banyak digunakan untuk instalasi sistem pentanahan adalah jenis tembaga (Copper). Namun karena harga tembaga yang tinggi dan tidak stabil bahkan cenderung naik, maka jenis alumunium bisa dimanfaatkan sebagai bahan alternatif untuk instalasi sistem pentanahan. Lagipula, jenis tembaga sering dicuri karena bahannya dapat dimanfaatkan untuk pembuatan berbagai produk lain. Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Namun dalam banyak hal, kebanyakan digunakan pada kabel bertegangan tinggi. Untuk sistem pentanahan sekarang ini kebanyakan masih menggunakan jenis tembaga, maka perlu adanya analisa penggunaan ground grid dan grounding rod dengan jenis aluminium sebagai bahan alternatif yang akan digunakan dimasa yang akan datang dan juga dari segi efisiensi biaya yang dapat meningkatkan margin perusahaan. Jika implementasi tersebut berhasil diterapkan, maka bukan tidak mungkin menjadi terobosan yang luar biasa dalam bidang konstruksi. 1.2. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari dibuatnya makalah dengan judul KOMPARASI PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMUNIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sifat-sifat material jenis tembaga dan aluminium. 2. Menganalisa perbandingan penggunaan konduktor pentahanan (ground grid) dan batang pentanahan (ground rod) antara jenis tembaga dan aluminium secara teknis maupun dari kondisi lingkungan. 3. Menganalisa biaya dari penggunaan konduktor pentanahan (ground grid) dan batang pentanahan (ground rod) dengan jenis aluminium sebagai bahan alternatif. II. Dasar Teori 2.1. Bahan Konduktor Semua bahan yang dapat mengalirkan arus dengan mudah dinamakan konduktor, contohnya tembaga, aluminium dll. Bahan

konduktor yang digunakan untuk saluran listrik dan kabel harus mempunyai rugi daya yang kecil ketika dialiri arus yang besar (untuk kabel yang mana rugi daya dan temperaturnya harus kecil). 2.2. Konduktivitas dan Resistivitas Resistifitas volume, atau sederhananya adalah resistifitas (tahanan), dari suatu bahan adalah tahanan antara dua permukaan yang berbeda paralel permukaan pada bagian bahan konduktor yang mempunyai panjang satu satuan (1m) dan luas permukaan (1m2 ). Resistifitas bahan dinyatakan dengan ρ, dengan satuan adalah Ωm. Tahanan konduktor adalah dinyatakan dengan R yaitu : Dimana : R adalah tahanan dari bahan dalam Ohm (Ω) ρ adalah resistivitas bahan dalam ohm-m L panjang dari penghantar dalam m A adalah luas penampang penghantar dalam m 2 2.3. Konduktivitas Bahan Dengan kata lain, konduktivitas dari bahan adalah suatu sifat dari bahan yang dapat menghantarkan arus listrik. Hal ini adalah kebalikan dengan tahanan dan satuannya dinyatakan dengan mho. Konduktivitas dari bahan adalah konduktansi antar permukaan yang berlawanan dari bahan yang mempunyai satuan panjang (1m) dan luas penampang (1m2). Konduktansi dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : a. Temperatur Dimana : Rt = Tahanan dari Konduktor pada saat t 0 C Ro = Tahanan dari Konduktor pada saat 0 0 C α = Koefisien temperatur dari tahanan per 0 C pada 0 0 C t = Temperatur 0 C Untuk bahan logam murni dan campuran grafit antara tahanan dan temperatur adalah merupakan garis lurus, dengan batasan temperatur antara 0ºC sampai 100ºC. Bila tahanan mempunyai harga Ro pada 0ºC, kemudian pada tahanan akan naik dengan harga sekitar x, sudut X/Ro dinamakan dengan koefisien temperatur dari bahan logam dan biasanya dinyatakan dengan simbol αo, kemudian αo adalah fraction dari tahanan pada 0ºC dengan kenaikan tahanan dan kenaikan temperatur 1ºC kenaikan tahanan untuk temperatur yang berubah ke tºc diberikan akhiran Xt. Yang mana tahanan pada tºc adalah jumlah tahanan pada 0ºC dan penambahan dari tahanan yaitu : Tabel 2.1. Sifat Fisik dari Logam 2.4. Faktor yang Mempengaruhi Resistivitas Penghantar

b. Sifat Bahan Dengan Resistifitas Rendah Bahan dengan resistifitas rendah pada umunya digunakan pada penghantar untuk perumahan, saluran transmisi dan distribusi, pada lilitan motor, generator dan transformer, serta pada bagian konektor rangkaian elektronika. Bahan ini digunakan pada semua pengguna dengan rugi daya dan rugi tegangan serendah mungkin. Tembaga adalah bahan yang sangat banyak penggunaannya, sebagai konduktor pada rangkaian elektronika. Banyak kawat yang terbuat dari tembaga. Tembaga adalah suatu konduktor yang baik dan sangat mudah untuk penyambungannya. Aluminium adalah penghantar yang baik, tetapi tidak sebaik tembaga. Bahan ini banyak digunakan pada transformator tenaga dan saluran transmisi dibandingkan pada bagian rangkaian elektronikanya. Tabel 2.2. Persentase Konduktivitas dari Beberapa Bahan. disbanding dengan yang resistifitasnya rendah. Tabel 2.3. Tabel Sifat Dari Tembaga dan Campuran e. Aluminium Aluminium pada umumnya dibuat dengan proses elektrolisa dari aluminium oksid (Al2O3) yang dicampur dengan cryolite (ALF3 3NαF). Aluminium yang diambil dari proses mengandung sekitar 99,5 sampai 99,8% dan umumnya terdiri dari Fe, Cu, Si, Ti, Mn seperti kemurnian bahan. Tabel 2.3. Sifat dari Aluminium dan Aluminium Campuran c. Tembaga Tembaga pada umumnya dicari dengan proses penyulingan sulfide seperti Cu, FeS 2, tembaga yang dikerjakan diproses ini merupakan tembaga hitam d. Campuran Tembaga Seperti pada tembaga murni juga punya sifat yang baik seperti pada penghantar yang resistifitasnya rendah. Kekuatan mekanis lebih baik f. Potensi Timbulnya Tegangan Sentuh Gardu induk merupakan salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang mempunyai kemungkinan sangat besar mengalami bahaya yang disebabkan oleh timbulnya gangguan sehingga arus gangguan itu mengalir ke tanah melalui peralatan, sebagai akibat isolasi peralatan yang tidak berfungsi dengan baik. Arus gangguan tersebut akan mengalir pada bagian-bagian peralatan yang

terbuat dari metal dan juga mengalir dalam tanah di sekitar gardu induk. Arus gangguan ini menimbulkan gradien tegangan diantara peralatan dengan peralatan, peralatan dengan tanah, dan juga gradien tegangan pada permukaan tanah itu sendiri. Besarnya gradien tegangan pada permukaan tanah tergantung pada tahanan jenis tanah atau sesuai dengan struktur tanah tersebut. Salah satu usaha untuk memperkecil tegangan permukaan tanah maka diperlukan suatu pentanahan yaitu dengan cara menambahkan elektroda pentanahan yang ditanam ke dalam tanah. Oleh karena lokasi peralatan listrik (gardu induk) biasanya tersebar dan berada pada daerah yang kemungkinannya mempunyai struktur tanah berlapislapis, maka diperlukan perencanaan pentanahan yang sesuai, dengan tujuan untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang kecil, sehingga tegangan permukaan yang timbul tidak membahayakan baik dalam kondisi normal maupun saat terjadi gangguan ke tanah. Pentanahan peralatan adalah penghubungan bagian-bagian peralatan listrik yang pada keadaan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan antara bagianbagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan. Sistem pentanahan ini berguna untuk memperoleh potensial yang merata dalam suatu bagian struktur dan peralatan serta untuk memperoleh impedansi yang rendah sebagai jalan balik arus hubung singkat ke tanah dengan batangbatang pentanahan (rods). Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan mengalir melalui tanah dengan tahanan yang tinggi akan menimbulkan perbedaan tegangan yang besar dan berbahaya. Pada saat terjadi gangguan, arus gangguan yang dialirkan ke tanah akan menimbulkan perbedaan tegangan pada permukaan tanah yang disebabkan karena adanya tahanan tanah. Jika pada waktu gangguan itu terjadi seseorang berjalan di atas switchyard sambil memegang atau menyentuh suatu peralatan yang diketanahkan yang terkena gangguan, maka akan ada arus mengalir melalui tubuh orang tersebut. Arus listrik tersebut mengalir dari tangan ke kedua kaki dan terus ke tanah, bila orang tersebut menyentuh suatu peralatan, atau dari kaki yang satu ke kaki yang lain bila ia berjalan di switchyard tanpa menyentuh peralatan. Arus ini yang membahayakan orang dan biasanya disebut arus kejut. Berat ringannya bahaya yang dialami seseorang tergantung pada besarnya arus listrik yang melalui tubuh, lamanya arus tersebut mengalir dan frekuensinya. III. Metodologi a. Nilai minimum tahanan pentanahan

b. Batas Atas Tahanan didapat c. Rumus Pendekatan Yang Diberikan oleh Sverak d. Rumus Schwarz e. Menentukan Arus Maksimum ke Pentanahan f. Arus Maksimum Yang Masuk ke jarring pentanahan IV. Pembahasan Proyek relokasi Depot LPG Tanjung Priok berikut sarfas penunjangnya merupakan konsekuensi adanya proyek jalan tol akses Tanjung Priok, sehingga Pertamina harus merelokasi tangki LPG beserta sarfas eksisting dan oleh sebab operasi Depot LPG yang melayani distribusi LPG tidak terganggu maka perlu dibangun tangki baru beserta sarfasnya. Adapun data acuan yang digunakan sebagai berikut : Tegangan sistem = 20 kv Tahanan jenis permukaan batu koral (Rho s) = 8534.4 Ohm-m Arus gangguan maksimum (If) = 14.078 ka Waktu gangguan (tf) = 1 detik Panjang grounding rod (S) = 3 m Ketebalan lapisan koral (hs) = 0,1 m Jenis Konduktor = Copper commercial hard drawn = Aluminium alloy Diameter konduktor = 10.5 mm (Copper) = 12.5 mm (Aluminium) Sistem pentanahan yang digunakan untuk melindungi objek peralatan di Depot LPG Tanjung Priok adalah tipe elektroda gabungan agar mendapatkan keandalan yang lebih baik. Dengan menggunakan tabel 2 IEEE 80-20002 copper commercial hard drawn Kf = 7 dan fault duration (tf) = 1 detik sedangkan aluminium alloy Kf = 12,41 dan fault duration (tf) = 1 detik, maka : If didapat = 14,078 ka Akcmil Cu = If x Kf x = 14,078 x 7 x 1 = 98,546 kcmil = 49,92 mm 2 Akcmil Al = If x Kf x = 14,078 x 12.41 x 1 = 168,936 kcmil = 85,58 mm 2 Berdasarkan perhitungan di atas maka dipilih konduktor tembaga 70 mm 2 sedangkan konduktor aluminium 95 mm 2 Dari perbandingan perhitungan diatas maka secara teknis sistem pentanahan menggunakan material jenis aluminium sama dengan menggunakan material tembaga yaitu didapat resistansi tanah 1.95 Ohm yang sudah memenuhi syarat dari pertamina kurang dari 2 Ohm, perbedaannya hanya pada hasil perhitungan tegangan sentuh, material jenis aluminium tegangan sentuhnya lebih rendah sedangkan untuk perhitungan tegangan langkah antara kedua jenis material pentanahan sama sebesar 6.91 Volt. Untuk mencapai kuat hantar arus yang sama dengan material konduktor jenis tembaga maka ukuran konduktor jenis aluminium lebih besar.

bisa dijadikan sebagai alternatif pengganti material tembaga. Dari pembahasan biaya diatas maka secara ekonomis harga konduktor lebih murah dibandingkan dengan harga konduktor aluminium, selisihnya Rp 240,473,600. Total harga untuk material tembaga adalah Rp 336,080,600 sedangkan total harga material aluminium adalah Rp 95,607,000, maka efisiensinya adalah 71.55 %. Dari kondisi lingkungan material jenis aluminium bisa diaplikasikan untuk konduktor dan batang pentanahan untuk sistem pentanahan. Dari perhitungan biaya diatas maka secara ekonomis harga konduktor lebih murah dibandingkan dengan harga konduktor aluminium, selisihnya Rp 240,473,600. Total harga untuk material tembaga adalah Rp 336,080,600 sedangkan total harga material aluminium adalah Rp 95,607,000. Maka efisiensinya adalah sebagai berikut : Efisiensi = (( 336,080,600 95,607,000 ) / 336,080,600) x 100% = 71.55 % V. Kesimpulan dan Saran Dari perhitungan dengan panjang yang sama antara tembaga 70 mm2 dengan aluminium 95 mm2 maka didapat hasil yang sama yaitu tahanan tanah 1.951 Ohm dan tegangan langkah 69.1 Volt. Sedangkan hasil perhitungan tegangan sentuh terjadi perbedaan, dengan menggunakan material tembaga didapat 248.3 Volt dan menggunakan material aluminium didapat 243 Volt. Dilihat berdasarkan hasil perhitungan pentanahan antara material jenis tembaga dengan aluminium secara teknis tidak ada perbedaan. Sehingga material aluminium VI. Daftar Pustaka 1. Arismunandar, A., dan Kuwarahara,S., Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, Jilid II Gardu Induk, Pradnya Paramita, Jakarta, 1997. 2. Hutauruk, T.S., Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan Peralatan, Erlangga, Jakarta, 1987. 3. Stevenson, W.D., dan Idris, K., Analisis Sistem Tenaga Listrik, Erlangga, Jakarta, 1996. 4. Pabla, A.S., and Hadi, A., Sistem Distribusi Daya Listrik, Erlangga, Jakarta, 1996. 5. Dawalibi, F., and Mukhedhar, D., Soil Effects on Ground Fault Currents, IEEE Transactions on Power Apparatus and System, Vol. PAS-100, No. 7, 1981. 6. NPFA 70, National Electrical Code 2002 Edition, An International Electrical Code TM Series, 2002. 7. Sverak, J.G, IEEE Guide for Safety in AC Substation Grounding, American National Standard Institute, 1985. 8. IEEE Std 80 2000 Guide for Safety in AC Substation Grounding, New York

Lampiran : Perhitungan Pentanahan Area Gardu Listrik Dengan Material Tembaga 70 mm 2

Lampiran II: Perhitungan Pentanahan Area Gardu Listrik Dengan Material Aluminium 95mm 2