BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

dokumen-dokumen yang mirip
Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

RINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN III TAHUN 2016

DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT KONDISI JANUARI S.D. 31 MEI 2017

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Siaran Pers. Presiden RI Luncurkan Program Investasi Ciptakan Lapangan Kerja Tahap III Serap 11.

2012, No

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2017

2013, No.1531

invest in Jakarta 19 Maret, 2015 indonesia remarkable indonesia able indonesia Invest Invest in remarkable indonesia Invest in

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

RENCANA & REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 DI KALIMANTAN TIMUR

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN II DAN JANUARI JUNI TAHUN 2016

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PROMOSI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

FORUM PEMBANGUNAN DAERAH MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI SELATAN YANG LEBIH INKLUSIF

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2018

Analisis Perkembangan Industri

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PROMOSI PROVINSI SUMATERA UTARA

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II TAHUN 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

L A P O R A N REALISASI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN IV TAHUN 2013

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN PENANAMAN MODAL DAERAH (RKPPMD) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1997, 2014 BKPM. Dekonsentrasi. Penanaman Modal. Pedoman. Pelimpahan. Pencabutan.

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

Jakarta, 25 Februari 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Franky Sibarani

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

REALISASI INVESTASI PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN III DAN JANUARI SEPTEMBER TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

REALISASI INVESTASI DAN REALISASI PENERBITAN IZIN PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2013

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

Berita Resmi Statistik

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

BAB IV ANALISIS serta PEMBAHASAN TENTANG INVESTASI dan PERAN MEDIA BISNIS HARIAN

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

REALISASI PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

PERS RELEASE REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERIODE JANUARI - DESEMBER TAHUN 2016

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1).

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

Transkripsi:

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Lampaui Target, Realisasi Investasi 2015 Rp 545,4 T Jakarta, 21 Januari 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan hasil capaian realisasi investasi tahun 2015 sebesar Rp 545,4 triliun meningkat 17,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian realisasi investasi tersebut melampui target tahun 2015 sebesar Rp 519,5 triliun (105%). Komposisi realisasi investasi terdiri dari PMDN meningkat 15,0% sebesar Rp 179,5 triliun, sementara PMA juga meningkat 19,2% sebesar Rp 365,9 triliun. Kepala BKPM Franky Sibarani menyampaikan bahwa capaian realisasi investasi tahun 2015 yang melampaui target tahun 2015 merupakan sesuatu yang patut diapresiasi di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Kinerja investasi tetap menunjukkan geliat ditandai dengan pertumbuhan yang memberikan dampak berganda, antara lain peningkatan penyerapan lapangan kerja, memperlihatkan kepercayaan investor terhadap kondisi fundamental ekonomi dan politik Indonesia, serta prospek pertumbuhan ekonomi ke depan dapat terjaga dengan baik, ujarnya dalam konferensi pers di BKPM, Jakarta, Kamis (21/1). Menurut Franky, capaian positif realisasi investasi Januari-Desember 2015 ini memberikan optimisme prospek investasi Indonesia ke depan masih cukup baik. Terlebih pemerintah sudah mengeluarkan berbagai paket kebijakan dengan berbagai pilihan insentif investasi, penyederhanaan perizinan dan berbagai kemudahan pada investor, termasuk fasilitasi atas permasalahan yang dihadapi investor. Perkembangan yang terakhir adalah BKPM telah meresmikan Layanan Izin Investasi 3 Jam dengan 9 (sembilan) produk pada hari Senin, 11 Januari 2016 yang lalu, jelasnya. Dari data BKPM, tercatat realisasi investasi sepanjang Januari-Desember 2015 dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 1.435.711 orang, naik 0,3% dibandingkan periode yang sama Tahun 2014, sebesar 1.430.846 orang. Tahun ini kami mengharapkan penyerapan tenaga kerja dapat menembus angka 2 juta, paparnya. Capaian positif kinerja investasi selama 2015 tersebut didukung oleh kontribusi positif realisasi investasi dalam periode triwulan IV bulan Oktober-Desember 2015 sebesar Rp 145,4 triliun, meningkat 20,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2014. Realisasi PMDN mencapai Rp 46,2triliun, meningkat 10,8% dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu, sedangkan PMA mencapai Rp 99,2 triliun atau tumbuh 26,0%. Pada triwulan IV tahun 2015, realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar Rp 77,3 triliun dan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar Rp 68,1 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014 sebesar Rp 50,4 triliun terjadi peningkatan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar 35,1%. Realisasi penyerapan tenaga kerja indonesia pada triwulan IV 2015 mencapai 375.982 1

orang yang terdiri dari proyek PMDN sebanyak 111.006 orang dan dari proyek PMA sebanyak 264.976 orang. Kinerja yang baik selama Januari-Desember 2015 memberikan optimisme bahwa bukan saja target tahun ini telah terlampaui, namun target tahun 2016 sebesar Rp 594,8 Triliun juga optimis akan dapat dicapai," pungkasnya. Proporsi Investasi Luar Jawa Meningkat Signifikan Kepala BKPM Franky Sibarani juga menekankan poin penting dari capaian realisasi investasi Januari- Desember 2015 adalah meningkatnya realisasi investasi di luar Pulau Jawa. Menurut data BKPM realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar Rp. 296,7 triliun (54,4%) dan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar Rp 248,7 triliun (45,6%). Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014 sebesar Rp 199,8 triliun terjadi peningkatan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar 24,5%. Proporsi investasi di luar Jawa tahun 2015 mencapai 45,6%, lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi tahun sebelumnya sebesar 43%. Pada tahun 2016 ini, BKPM menargetkan proporsi realisasi investasi luar Jawa mencapai 49%, ungkapnya. Franky menilai ini merupakan salah satu keberhasilan visi pemerintah untuk melakukan pemerataan pembangunan atau orientasi pembangunan yang Indonesia sentris. Kenaikan proporsi realisasi investasi di luar Jawa merupakan salah satu indikator pemerataan yang mulai terjadi. Ini akan terus didorong, sehingga proporsi investasi di luar Pulau Jawa akan terus meningkat, paparnya. Untuk realisasi investasi di luar Pulau Jawa, wilayah Kalimantan mencatatkan kontribusi terbesar sebesar Rp 93,0 triliun (17,1 %), terdiri dari PMDN sebesar Rp 20,0 triliun dan PMA sebesar US$ 5,8 miliar. Kemudian diikuti oleh wilayah Sumatera dengan realisasi investasi sebesar Rp 84,4 triliun (15,5%) serta wilayah Sulawesi dengan realisasi investasi sebesar Rp 33,2 triliun (6,1%). Selanjutnya wilayah Bali dan Nusa Tenggara dengan realisasi investasi sebesar Rp 18,7 triliun (3,4%) dan wilayah Maluku dan Papua dengan realisasi investasi sebesar Rp 19,4 triliun (3,5 %). 2

Perkembangan Realisasi Investasi 2010 Desember 2015: Per Triwulan --Selesai-- Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi: M. M. Azhar Lubis Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Jl. Jend. Gatot Subroto 44, Jakarta 12190, Indonesia Telepon: 021-5252008 ext.7001 HP: 08159525035 e-mail : azhar@bkpm.go.id 3

Lampiran Siaran Pers BKPM Poin-Poin Realisasi Investasi Triwulan IV dan Januari Desember 2015 Berikut hal penting dari hasil realisasi investasi PMDN dan PMA pada Triwulan IV Tahun 2015. 1. Realisasi Investasi PMDN Realisasi PMDN berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah: Industri Mineral Non Logam (Rp 8,6triliun); Konstruksi (Rp 7,5triliun); Industri Makanan (Rp 6,4triliun); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (Rp 4,7triliun); dan Listrik, Gas dan Air (Rp 4,5triliun). Sedangkan apabila seluruh sektor industri pengolahan digabung maka terlihat industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar Rp 26,0 triliun atau 56,3% dari total PMDN. Realisasi PMDN berdasarkan lokasi proyek (5 besar) adalah: Jawa Timur (Rp 16,9triliun), Jawa Tengah (Rp 5,1triliun); Sulawesi Selatan (Rp 4,4triliun); Riau (2,8triliun); dan Banten (Rp 2,7triliun). 2. Realisasi Investasi PMA Realisasi PMA berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah: Listrik, Gas dan Air (US$1,4 miliar); Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (US$ 1,0 miliar); Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (US$ 1,0 miliar); Pertambangan (US$ 0,9 miliar) dan Tanaman Pangan dan Perkebunan (US$ 0,7 miliar). Sedangkan apabila seluruh sektor industri digabung maka terlihat industri memberikan kontribusi sebesar US$ 3,0 miliar atau 38,2% dari total PMA. Realisasi PMA berdasarkan lokasi proyek (5 besar) adalah DKI Jakarta (US$ 1,4 miliar); Banten(US$ 0,9miliar); Jawa Timur(US$ 0,9miliar); Kalimantan Tengah (US$ 0,7miliar); dan Kalimantan Timur (US$ 0,6 miliar). Realisasi PMA berdasarkan asal negara (5 besar) adalah: Singapura (US$ 2,3miliar); Hongkong, RRT (US$ 0,5 miliar); Belanda (US$ 0,4 miliar); Jepang (US$ 0,4 miliar) dan R.R. Tiongkok (US$ 0,2 miliar). 3. Sebaran Lokasi Proyek. Pada triwulan IV tahun 2015, realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar Rp 77,3 triliun dan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar Rp 68,1 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014 sebesar Rp 50,4 triliun terjadi peningkatan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar 35,1%. 4. Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia. Realisasi penyerapan tenaga kerja indonesia pada triwulan IV tahun 2015 mencapai 375.982 orang yang terdiri dari proyek PMDN sebanyak 111.006 orang dan dari proyek PMA sebanyak 264.976 orang. 4

Kumulatif Realisasi Investasi Periode Januari Desember 2015: Berikut hal penting dari hasil realisasi investasi PMDN dan PMA pada Januari s.d. Desember 2015: 1. Realisasi Investasi PMDN. Realisasi PMDN berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah: Industri Makanan (Rp 24,5 triliun); Listrik, Gas dan Air (Rp 21,9 triliun); Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (Rp 21,3 triliun); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (Rp 20,7 triliun); dan Industri Mineral Non Logam (Rp 20,5 triliun). Sedangkan apabila seluruh sektor industri pengolahan digabung maka terlihat industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar Rp 89,0 triliun atau 49,6% dari total PMDN. Realisasi PMDN berdasarkan lokasi proyek (5 besar) adalah Jawa Timur (Rp 35,5 triliun); Jawa Barat (Rp 26,3 triliun); DKI Jakarta (Rp 15,5 triliun); Jawa Tengah (Rp 15,4 triliun); dan Sumatera Selatan(Rp 10,9 triliun). 2. Realisasi Investasi PMA Realisasi PMA berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah Pertambangan (US$ 4,0 miliar); Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (US$ 3,3 miliar); Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (US$ 3,1 miliar); Listrik, Gas dan Air (US$ 3,0 miliar); dan Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (US$ 2,4 miliar). Sedangkan apabila seluruh sektor industri digabung maka terlihat industri memberikan kontribusi sebesar US$ 11,8 miliar atau 40,2% dari total PMA. Realisasi PMA berdasarkan lokasi proyek (5 besar) adalah Jawa Barat (US$ 5,7 miliar); DKI Jakarta (US$ 3,6 miliar); Jawa Timur (US$ 2,6 miliar); Banten (US$ 2,5 miliar); dan Kalimantan Timur (US$ 2,4 miliar). Realisasi PMA berdasarkan asal negara (5 besar) adalah Singapura (US$ 5,9 miliar); Malaysia (US$ 3,1 miliar); Jepang (US$ 2,9 miliar); Belanda (US$ 1,3 miliar) dan Korea Selatan (US$ 1,2 miliar). 3. Sebaran Lokasi Proyek. Pada periode Januari Desember tahun 2015, realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar Rp. 296,7 triliun (54,4%) dan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar Rp 248,7triliun (45,6%). Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014 sebesar Rp 199,8 triliun terjadi peningkatan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar 24,5%. 4. Realisasi Investasi berdasarkan wilayah pada periode Januari-Desember tahun 2015 adalah: a. Wilayah Sumatera dengan realisasi investasi sebesar Rp 84,4 triliun (15,5%), terdiri dari PMDN sebesar Rp 37,8 triliun dan PMA sebesar US$ 3,7 miliar. Sektor yang dominan untuk PMDN adalah Listrik, Gas dan Air (Rp 9,6 triliun); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (Rp 6,5 triliun); Industri Makanan (Rp 4,7 triliun); Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (Rp 2,8 triliun); dan Industri Kertas, Barang dari kertas dan Percetakan (Rp 2,8triliun) dan untuk PMA adalah Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (US$ 0,8 miliar); Industri Kertas, Barang dari kertas dan Percetakan (US$ 0,6 miliar); Listrik, Gas dan Air (US$ 0,5miliar); Industri Makanan (US$ 0,4 miliar); dan Pertambangan (US$ 0,4 miliar); 5

b. Wilayah Jawa dengan realisasi investasi sebesar Rp 296,7 triliun (54,4%), terdiri dari PMDN sebesar Rp 103,8 triliun dan PMA sebesar US$ 15,4 miliar. Sektor yang dominan untuk PMDN adalah Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (Rp19,9 triliun); Konstruksi (Rp 16,7 triliun); Industri Makanan (Rp 14,1 triliun); Industri Mineral Nonlogam (Rp 11,0 triliun); dan Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (Rp 10,8 triliun) dan untuk PMA adalah Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (US$ 2,6 miliar); Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (US$ 2,0 miliar); Listrik, Gas dan Air (US$ 1,9 miliar); Industri Alat Angkutan dan Transportasi Lainnya (US$ 1,7 miliar); dan Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (US$ 1,4 miliar); c. Wilayah Kalimantan dengan realisasi investasi sebesar Rp 93,0 triliun (17,1%), terdiri dari PMDN sebesar Rp 20,0 triliun dan PMA sebesar US$ 5,8 miliar. Sektor yang dominan untuk PMDN adalah Tanaman Pangan dan Perkebunan (Rp 7,7 triliun); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (Rp 3,4 triliun); Industri Makanan (Rp 3,0 triliun); Pertambangan (Rp 1,8 triliun); dan Hotel dan Restoran (Rp 1,3 triliun) dan untuk PMA adalah Pertambangan (US$ 2,0 miliar); Tanaman Pangan dan Perkebunan (US$ 1,8 miliar); Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (Rp 0,4 triliun); Listrik, Gas dan Air (US$ 0,4 miliar); Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (US$ 0,4 miliar); d. Wilayah Sulawesi dengan realisasi investasi sebesar Rp 33,2 triliun (6,1%), terdiri dari PMDN sebesar Rp 13,7 triliun dan PMA sebesar US$ 1,6 miliar. Sektor yang dominan untuk PMDN adalah Industri Mineral Nonlogam (Rp 7,1 triliun); Industri Makanan (Rp 2,3 triliun); Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (Rp 1,3 triliun); Listrik, Gas dan Air (Rp 1,1 triliun); dan Tanaman Pangan dan Perkebunan (Rp 1,0 triliun) dan untuk PMA adalah Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (US$ 0,9 miliar); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (US$ 0,2 miliar); Pertambangan (US$ 0,2 miliar), Listrik, Gas dan Air (US$ 0,1 miliar); dan Industri Makanan(US$ 0,1 miliar); e. Wilayah Bali dan Nusa Tenggara dengan realisasi investasi sebesar Rp 18,7 triliun (3,4%), terdiri dari PMDN sebesar Rp 2,9 triliun dan PMA sebesar US$ 1,3 miliar. Sektor yang dominan untuk PMDN adalah Listrik, Gas dan Air (Rp 1,2 triliun); Hotel dan Restoran (Rp 1,1 triliun); Industri Makanan (Rp 0,4 triliun); dan Konstruksi (Rp 0,1 triliun) dan untuk PMA adalah Pertambangan (US$ 0,5 miliar); Hotel dan Restoran (US$ 0,3 miliar); Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (US$ 0,2 miliar) dan Listrik, Gas dan Air (US$ 0,2 miliar); f. Wilayah Maluku dan Papua dengan realisasi investasi sebesar Rp 19,4 triliun (3,5%), terdiri dari PMDN sebesar Rp 1,4 triliun dan PMA sebesar US$ 1,4 miliar. Sektor yang dominan untuk PMDN adalah Tanaman Pangan dan Perkebunan (Rp 1,3triliun); Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (Rp 0,05 triliun); dan Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (Rp 0,03 triliun) dan untuk PMA adalah Pertambangan (US$ 0,9miliar); Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (US$ 0,2 miliar); dan Industri Mineral Nonlogam (US$ 0,02 miliar). 6