MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF

BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

RANGKUMAN HASIL RAKOR PANGAN NASIONAL, FEED INDONESIA FEED THE WORLD II JAKARTA, 26 JULI 2011

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei a.n Kepala Badan, Dr. Ir. Edi Abdurachman, MS, MSc

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

PERSPEKTIF PEMBANGUNAN SEKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA. Lia Putriyana dan Arfie Ikhsan Firmansyah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN LEGISLASI LAHAN DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

PELUANG NUSA TENGGARA TIMUR DALAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

INFRASTRUKTUR SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG EFISIEN

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

PENDAHULUAN Latar Belakang

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

II. ARAH, MASA DEPAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN INDONESIA

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

BADAN PUSAT STATISTIK

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

PERAN PROVINSI DALAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016

Analisis Indikator Pembangunan Ekonomi Inklusif dalam Sektor Pertanian dan Perkebunan di Indonesia

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Ketahanan Pangan. Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Transkripsi:

Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember 2013 5

Kebijakan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011 2025 merupakan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yang terintegrasi (kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan perundangan) untuk mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. Strategi utama MP3EI adalah 1) Pengembangan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi, 2) Penguatan konektivitas nasional, dan 3) Penguatan kemampuan SDM dan Iptek Nasional. Delapan program utama dari pengembangan MP3EI yaitu pertanian, pertambangan, energi,industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis. Sektor pertanian menjadi salah satu fokus pengembangan MP3EI mengingat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja dan pendapatan nasional. Pada tahun 2013, total tenaga kerja sektor pertanian sebesar 26,13 juta rumah tangga (BPS, 2013a). Kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional adalah sebesar 14,98 % atau Rp 1. 119,4 triliun (BPS, 2013b). Sektor pertanian pun memiliki peran strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan. Percepatan pembangunan sektor pertanian diharapkan dapat meningkatkan produksi pertanian serta nilai tambahnya. Dari 22 fokus kegiatan MP3EI, yang terkait dengan pertanian adalah tanaman pangan, kelapa sawit, karet, kakao, perikanan, peternakan, dan perkayuan. Percepatan pembangunan sektor pertanian pun tidak terlepas dari pembangunan ekonomi berdasarkan MPE3I yang terbagi menjadi 6 koridor utama berdasarkan potensi dan keunggulan wilayah masingmasing (Gambar 1). Tema pembangunan masingmasing koridor ekonomi dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut: 1. Koridor Ekonomi Sumatera memiliki tema pembangunan sebagai Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional ; 2. Koridor Ekonomi Jawa memiliki tema pembangunan sebagai Pendorong Industri dan Jasa Nasional ; 3. Koridor Ekonomi Kalimantan memiliki tema pembangunan sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional ; 4. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan Pertambangan Nasional; 5. Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara memiliki tema pembangunan sebagai Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional ; 6. Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku memiliki tema pembangunan sebagai Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan Pertambangan Nasional. Tabel 1 menunjukkan fokus kegiatan ekonomi utama berdasarkan koridor ekonomi. Berdasarkan informasi tersebut, produksi kelapa sawit dikembangkan pada koridor Sumatera dan Kalimantan, karet pada koridor Sumatera, dan kakao pada koridor Sulawesi. Tanaman pangan difokuskan pada koridor Sulawesi dan Papua & kepulauan Maluku. Peternakan pada koridor Bali dan Nusatenggara. Perkayuan pada koridor Kalimantan. Fokus kegiatan perikanan diupayakan pada tiga koridor yaitu Sulawesi, Bali dan Nusatenggara, dan Papua & kepulauan Maluku. 6 olume 18 No. 2, Desember 2013

Rubrik Utama Sumber: MP3EI, 2011 Gambar 1. MPE3I Terbagi 6 Koridor Utama Berdasarkan Potensi dan Keunggulan Wilayah Masing-masing Terkait percepatan sektor pertanian, kementrian pertanian mempunyai landasan program yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian 20092014 (Renstra Kemtan). Tujuan pembangunan pertanian dalam periode 2010 2014 adalah: (i) mewujudkan sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal; (ii) meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan; (iii) Menumbuhkembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan; (iv) meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian; dan (v) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Kemtan, 2010). Realisasi proyek MP3EI pada bulan Oktober 2013 baru mencapai Rp 737,9 triliun atau 18,39 % dari total target Rp 4.012 triliun (Gambar 2). Ketua umum kadin menyatakan bahwa permasalahan utama pelaksanaan MP3EI adalah pembebasan lahan, pembiayaan yang masih mahal, dan hambatan perizinan dari pusat dan daerah. Beberapa hal yang menjadi tantangan pelaksanaan MP3EI sektor pertanian adalah ketersediaan lahan, infrastruktur pertanian, dan konektivitas untuk mendukung industrialisasi pertanian. 1. Keterbatasan lahan pertanian Komoditas padi, jagung, dan kedele merupakan komoditas tanaman pangan yang ditargetkan untuk swasembada. Walaupun data menunjukkan bahwa dalam periode 2000 2010, luas panen padi dan jagung meningkat dengan pertumbuhan sebesaar 0,83% dan 2,49%, namun untuk mencapai swasembada diperlukan tambahan lahan pertanian (Handewi et.al, 2011). Tabel 1. Kegiatan Utama Pertanian Berdasarkan Koridor Ekonomi Koridor Ekonomi Fokus kegiatan Sumatera Kelapa Sawit Karet Jawa Sulawesi Kalimantan Papua & Kepulauan Maluku Kakao Tanaman Pangan Peternakan Perkayuan Perikanan Bali & Nusa Tenggara olume 18 18 No. No. 2, 2, Desember Desember 2013 2013 olume 77

Sumber: MP3EI, 2011 Gambar 2. Jumlah Indikasi Investasi Berdasarkan Koridor Ekonomi Dalam mencapai target swasembada dan swasembada berkelanjutan, pemerintah memerlukan tambahan lahan pertanian minimal seluas 161,400 ha/tahun dari total luas lahan sawah 7,89 juta Ha dan luas panen 12,69 juta ha (Wahyunto et al, 2011). Apalagi dari luas lahan tersebut hanya 40% (3,15 juta ha) yang beririgasi teknis dan diantaranya hanya 818.423 yang pengairannya berasal dari bendung air permanen (Sumarno, 2011). Permasalahan ketersediaan lainnya adalah konversi lahan sawah untuk kegiatan nonpertanian. Sensus pertanian 2003 menunjukkan bahwa dari total 7,75 juta Ha sawah, telah terjadi pengurangan lahan seluas 563.000 Ha atau 7,27% selama 2000 2002 (PSEKP, 2011b). 88 olume 18 18 No. No. 2, 2, Desember Desember 2013 2013 olume 2. Pembangunan infrastruktur pertanian Infrastruktur yang dibangun dalam program MP3EI lebih diutamakan untuk kepentingan sektor industri dan jasa. Hal tersebut dilihat dari minimnya porsi anggaran untuk pembangunan infrastruktur penunjang pertanian seperti jaringan irigasi, bendungan, dan jalan desa. Sebagai contoh pada koridor Sulawesi yang memiliki tema pembangunan Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas, dan Pertambangan Nasional dianggarkan Rp 111 Triliun untuk investasi infrastruktur. Namun alokasi anggaran untuk infrastruktur utilitas air relatif kecil (Rp 11,54 triliun/11%). Fokus pengembangan tanaman pangan di Sulawesi akan sulit dipenuhi mengingat sawah yang beririgasi teknis dan semi teknis baru mencapai 37 %. Secara total, anggaran untuk utilitas air hanya sebesar Rp 18 triliun (1%) (Gambar 3).

Rubrik Utama 3. Infrastruktur Pendukung Industrialisasi Produk Pertanian Peningkatan nilai tambah produk pertanian melalui industrialisasi merupakan salah satu tujuan pembangunan sektor pertanian. Hal tersebut membutuhkan infrastuktur utama seperti jalan, pelabuhan, dan infrastuktur power dan energi. Peningkatan konektivitas antar wilayah dan koridor ekonomi mutlak diperlukan agar distribusi bahan baku, industri pengolahan, dan pasar berjalan lancar. Namun, pembangunan infrastruktur jalan belum berjalan lancar karena terkendala tumpang tindih kawasan hutan, dan melewati hutan lindung. Terkendalanya pembangunan industri pengolahan pertanian juga disebabkan kurangnya pasokan listrik dan air bersih. Sebagai contoh, koridor Kalimantan memerlukan percepatan pembangunanpower plant dengan dukungan Kementerian ESDM, Kemenristek, dan PLN di Kalimantan terkait dengan pembangunan PLTU Asam-asam unit 5 dan 6 (2 x 100 MW) di Tanah laut, penyelesaian pembangunan PLTU IPP Kalimantan Selatan 2 x 100 MW, PLTU Batulicin, dan PLTA Kusan 67 MW (Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013). Keberhasilan MP3EI sektor pertanian membutuhkan dukungan tidak hanya kebijakan pemerintah pusat dan daerah, namun peran aktif dari swasta, BUMN, dan lembaga terkait. Beberapa permasalahan dalam pembangunan sektor pertanian membutuhkan solusi pemerintah khususnya terkait perizinan dan regulasi, anggaran, serta kepastian keberlanjutan proses percepatan pembangunan infrastruktur pendukung pertanian (jalan, irigasi, dan pelabuhan). Pada akhirnya, keberhasilan pembangunan ekonomi diharapkan dapat mengurangi ketimpangan antar wilayah (between dan within island) yang semakin meningkat di Indonesia (Kuncoro, 2013). Konektivitas antar pusat pertumbuhan tiap propinsi, antar wilayah dalam koridor, serta gerbang ekspor merupakan kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. Sumber: MP3EI, 2011 Gambar 3. Indikasi Investasi Pengembangan Infrastruktur MP3EI olume 18 No. 2, Desember 2013 9

Referensi [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013a. Sensus Pertanian. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013b. Pendapatan Domestik Bruto Berdasarkan Lapangan Usaha (http://www.bps.go.id/tab_sub/ view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_ subyek=11&notab=1 [2 Januari 2014]. Handewi P. Saliem, Supriyati, Erizal Jamal, Sri Hery Susilowaty, Helena Juliani Purba, dan Rina Cantayani. 2011. Kajian Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. [Kemtan]Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014. Jakarta: Kementerian Pertanian Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian. 2013. Realisasi Investasi MP3EI Koridor Kalimantan Capai Rp741 Triliun. (http://www.ekon.go.id/ berita/view/realisasi-investasi-mp3ei.74.html [2 Januari 2014]. Kuncoro M. 2013. Economic Geography of Indonesia: Can MP3EI reduce Inter-regional Inequality? South East Asia Journal of Contemporary Business, Economic, and Law 2(2):17 33. [PSE-KP] Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2011. Konversi Lahan Sawah Menimbulkan Dampak Negatif bagi Ketahanan Pangan dan Lingkungan. Bogor: Kementrian Pertanian. Republik Indonesia. 2011. Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tanggal 20 Mei 2011. Sumarno. 2011. Ketersediaan Sumber daya Lahan Pertanian dan Ketahanan Pangan Nasional. Makalah Seminar di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor, 29 November 2011. Wahyunto, R. Hofiyati, F. Agus. 2011. Sinkronisasi Basis Data Sumber Daya Lahan Mendukung Perencanaan Pembangunan Pertanian dalam Dukungan Penelitian dalam Pelaksanaan UU 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 10 olume 18 No. 2, Desember 2013