AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

MODUL KULIAH DASAR ILMU TANAH KAJIAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR. Sumihar Hutapea

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

HASIL PENELITIAN. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR Di KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

4/12/2009. Water Related Problems?

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: debit banjir, pola aliran, saluran drainase sekunder, Mangupura. iii

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

Transkripsi:

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON (10600114) 5. RIS SUSANNA GIRSANG (10600101) 6. HEPPY KRISMAN LAIA (10600046)

Banjir adalah jumlah debit air yang melebihi kapasitas pengaliran air tertentu, ataupun meluapnya aliran air pada palung sungai atau saluran sehingga air melimpah dari kiri kanan tanggul sungai atau saluran. Daerah Aksara dilanda banjir pada Kamis, 4 Oktober 2012.

Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat di sebut sebagai genangan air yang terjadi di suatu lokasi yang diakibatkan oleh : 1. Perubahan tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS); 2. Pembuangan sampah; 3. Erosi dan sedimentasi; 4. Kawasan kumuh sepanjang jalur drainase; 5. Perencanaan sistem pengendalian banjir yang tidak tepat; 6. Curah hujan yang tinggi; 7. Pengaruh fisiografi/geofisik sungai; 8. Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai; 9. Pengaruh air pasang; 10. Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang surut air laut); 11. Drainase lahan; 12. Bendung dan bangunan air; 13. Kerusakan bangunan pengendali banjir.

Penyebab Banjir Alasan Mengapa Banjir Perubahan Tata Guna Lahan Sampah Erosi Sedimentasi dan Debit Puncak naik dari 5 sampai 35 kali karena DAS tidak ada yang menahan maka aliran air permukaan (run off) menjadi besar, sehingga berakibat debit di sungai menjadi besar dan terjadi erosi lahan yang berakibat sedimentasi di sungai sehingga kapasitas sungai menjadi turun. Sungai / drainase tersumbat sampah, jika air melimpah akan keluar dari sungai karena daya tampung saluran berkurang Akibat perubahan tata guna lahan, terjadi erosi yang berakibat sedimentasi masuk ke sungai sehingga daya tampung sungai berkurang. Penutup lahan vegetatif yang rapat (misal semak-semak, rumput) merupakan penahan laju erosi paling tinggi.

Penyebab Banjir Kawasan kumuh di sepanjang sungai / drainase Perencanaan pengendalian tidak tepat Curah Hujan sistem banjir Alasan Mengapa Banjir Dapat merupakan penghambat aliran, maupun daya tampung sungai. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan Sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir yang besar. Limpasan pada tanggul waktu banjir melebihi banjir rencana menyebabkan keruntuhan tanggul, kecepatan air sangat besar menyebabkan bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir. Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan air/banjir

Penyebab banjir Alasan Mengapa Banjir Pengaruh Fisiografi Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan Daerah Aliran Sungai, kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai, dll. Kapasitas Sungai Kapasitas Drainase yang tidak memadai Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat. Karena perubahan tata guna lahan maupun berkurangnya tanaman / vegetasi serta tindakan manusia mengakibatkan pengurangan kapasitas saluran / sungai sesuai perencanaan yang dibuat.

Penyebab Banjir Alasan Mengapa Bajir Drainase Lahan Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantaran banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam Bendung bangunan air dan Kerusakan bangunan pengendalian banjir Pengaruh air pasang Bendungan dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (backwater). Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir. Air pasang memperlambat aliran sungai ke laut. Waktu banjir bersamaan dengan air pasang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater).

Sebagai kawasan hilir yang dilalui Sungai Deli dan Sungai Babura, Kota Medan merupakan salah satu daerah yang rawan banjir. Kondisi banjir hampir selalu terjadi pada beberapa daerah daerah tertentu terutama pada saat musim penghujan, keadaan tersebut tentu saja merupakan suatu permasalahan yang perlu diperhatikan karena sangat merugikan bagi masyarakat. Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki luas wilayah seluas 26.510 ha terletak di pantai Timur Sumatera, dengan ketinggian 2,5-40 m di atas permukaan laut, kemiringan 0-3% merupakan daerah dataran rendah dengan topografi cenderung landai ke utara dan menjadi tempat pertemuan dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura. Dari segi luasannya Kota Medan relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan beberapa kota besar lainnya di Indonesia, sehingga menjadi keterbatasan dalam pelaksanaan pembangunan (BAPPEDA Kota Medan, 2008). Dengan keterbatasan ruang yang ada sudah seharusnya Pemerintah Kota Medan menyusun penataan ruang dengan memperhitungkan daya dukung lingkungan dan luas lahan terbuka sebagai daerah resapan air agar kemungkinan terjadinya banjir dapat diminimalisir.

Perubahan pemanfaatan lahan terbuka menjadi lahan kedap air secara nyata akan mengakibatkan meningkatnya aliran permukaan dan genangan air dan sebaliknya akan menyebabkan berkurangnya peresapan air ke dalam tanah. Apabila keadaan ini tidak segera diatasi kemungkinan kondisi buruk ini akan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Daerah Sutomo dilanda banjir pada Kamis, 4 Oktober 2012.

1. Dampak Primer DAMPAK BANJIR Kerusakan fisik : mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal. 2. Dampak Sekunder Persediaan air : kontaminasi air. Air bersih mulai langka. Penyakit : kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air. Pertanian dan persediaan air : kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat. Pepohonan : spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas. Transportasi : jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan. 3. Dampak Tersier/Jangka Panjang Ekonomi : kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga.

KEUNTUNGAN Ada berbagai dampak negatif banjir terhadap permukiman manusia dan aktivitas ekonomi. Namun, banjir (khususnya banjir rutin/kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran banjir.

PENANGGULANGAN BANJIR Dalam hal penanggulangan banjir, Pemerintah Kota Medan tentu saja sangat membutuhkan berbagai alternatif teknis untuk mengatasi terjadinya banjir. Kebijakan pengelolaannya secara administrasi pemerintah telah menerapkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Tata Ruang yang menetapkan bahwa untuk daerah perkotaan diwajibkan memiliki 30% ruang terbuka hijau (RTH) dari total luas kota, dengan ketentuan ruang terbuka hijau sebesar 10% disediakan oleh masyarakat sebagai pengguna lahan secara perorangan sedangkan sebesar 20% disediakan oleh pemerintah. Permasalahan genangan yang akan mengakibatkan banjir merupakan salah satu kondisi serius yang perlu menjadi perhatian oleh Pemerintah Kota Medan, instansi terkait serta seluruh masyarakat yang bermukim di Kota Medan. Pemerintah Kota Medan telah melakukan berbagai upaya antara lain dengan membangun saluran drainase, kanal, penyuluhan peduli sungai dan sebagainya.

Apabila luas ruang terbuka hijau telah terpenuhi tentu saja akan sangat berperan menyerap air pada musim hujan yang akan berfungsi untuk mengurangi genangan dan meningkatkan ketersediaan air tanah. Namun secara fakta di kota Medan jumlah ruang terbuka hijau yang tersedia belum mencukupi di mana menurut data Bappeda Kota Medan (2010) menunjukkan bahwa luas RTH yang Tersedia di kota Medan baru mencapai 5%. Dengan demikian perlu dibarengi dengan pendekatan secara teknologi dan lubang resapan biopori merupakan salah satu solusinya, karena teknologi ini sangat murah dan dapat dilakukan dimana saja oleh masyarakat secara individu di pekarangan, lokasi perkantoran, pabrik, rumah sakit, perhotelan dan semua lokasi kegiatan lainnya.

Perda Menyangkut Masalah Banjir di Kota Medan 1. Perda Nomor 13 Tahun 2011-2031 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan. Perda tersebut dikeluarkan dalam rangka memperbaiki tata ruang kota Medan dan terjadinya Urbanisasi, Kemacetan dan Bencana Alam Banjir. Perda yang dikeluarkan tersebut melihat Keputusan Presiden No. 62 Tahun 2011-2031 tentang RTRW. Menurut Direktorat Direktur Perkotaan Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Ir. Joessair Lubis, bahwa Perda tersebut dikeluarkan untuk mendukung kota Medan sebagai kota Metropolitan. Sementara itu, wakil walikota Medan Dzulmi Eldin, mengatakan bahwa untuk menjadikan kota Medan sebagai kota Metropolitan, permasalahan-permasalahan seperti kepadatan penduduk, masyarakat kelaparan, kemacetan dan juga banjir pasti terjadi. Untuk mengantisipasinya, kota Medan membutuhkan produk rencana tata ruang yang semakin berkualitas untuk menciptakan kota Medan yang semakin aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Sekaligus mempunyai daya saing dan daya tarik tersendiri sebagai daerah tujuan investasi.

2. Perda Kota Medan Nomor : 9 Tahun 2002 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Perda ini dikeluarkan dalam rangka Pemeliharaan Tata Ruang Kota Medan. Pelaksanaan Perda ini diatur melalui Keputusan Walikota Medan Nomor : 34 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Perda Nomor 9 Tahun 2002 dan Keputusan Walikota Medan No. 62 Tahun 2002 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 Tahun 2002, dalam upaya mewujudkan program penyempurnaan Medan sebagai kota Metropolitan yang menyatukan konsep kota baru dan kota lama, walaupun sampai saat ini, belum adanya konsep tata ruang yang jelas dan tegas yang mengakibatkan kota Medan telah mengalami masalah banjir dan kemacetan sistem lalu lintas yang semakin parah, akibat pengaturan tata bangunan belum sejalan dengan peruntukan tata ruang kota Medan.

3. Perda Daerah Aliran Sungai (DAS) Kota Medan Peraturan daerah ini mengeluarkan peraturan, bangunan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) harus berjarak minimal 15 meter dari bibir sungai. Namun, karena begitu banyaknya bangunan yang melanggar peraturan ini, sehingga memicu banjir di kota Medan saat turun hujan.

KESIMPULAN 1. Banjir merupakan fenomena alam dan masalah yang ditimbulkannya tidak dapat dikendalikan secara mutlak. 2. Masalah banjir meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan dan pembudidayaan lahan di dataran banjir yang kurang mempertimbangkan adanya resiko tergenang banjir, serta pertumbuhan dan pembudidayaan lahan di DAS yang kurang diimbangi dengan upaya konservasi air dan tanah. 3. Upaya mengatasi masalah banjir seharusnya merupakan domain bersama antara masyarakat, swasta dan pemerintah. Kebijakan, strategi dan upaya mengatasi masalah banjir perlu ditinjau ulang untuk memberi peluang kepada seluruh stakeholders berperan antara lain dengan menerapkan upaya menyeluruh berupa gabungan struktur dan nonstruktur yang didukung oleh berbagai disiplin di bidang sosial, lingkungan, teknis, ekonomis dan hukum.