LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENERAPAN HAND HYGIENE DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah

LAPORAN KEJADIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PERIODE BULAN JANUARI - MARET TAHUN 2015

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

PENGETAHUAN DAN PENERAPAN FIVE MOMENTS CUCI TANGAN PERAWAT DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau biasa disebut infeksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

Ventilator Associated Pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

Evaluasi Pelaksanaan Five Momenths for Hand Hygiene dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN 6 LANGKAH MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA

BAB I mengalami komplikasi karena infeksi ini (WHO, 2012). Prevalensi tertinggi infeksi nosokomial terjadi di Intensive Care Units

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Peraturan.:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

Insiden Rate IDO pada Triwulan III di RSUD Karawang, Tahun 2016

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR

PELAKSANAAN CUCI TANGAN HAND RUB PERAWAT DI RUANG PRE OPERASI KAMAR BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEPATUHAN HAND HYGIENE DI RUMAH SAKIT MISI RANGKASBITUNG

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi adalah Healthcare-associated Infection (HAIs). HAIs

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA

EFEKTIFITAS EDUKASI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEPATUHAN FIVE MOMENT FOR HAND HYGIENE DI RUANG PERAWATAN INTENSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

C. TUJUAN 1. TujuanUmum : Untuk membantu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PONOROGO UTARA. KEPUTUSAN KEPALA PUKESMAS PONOROGO UTARA Nomor :188.4/... / /...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SASARAN Semua Tenaga Pelayanan Kesehatan, Dokter, Perawat, Bidan. METODE Ceramah, Diskusi, Demonstrasi, Kunjungan lapangan, Praktek

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

ANALISIS INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT DAN STRATEGI PENURUNAN HEALTH-CARE ASSOCIATED INFECTIONS DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

: Costy Pandjaitan, CVRN.,SKM.,MARS. Place/DOB : Pematang Siantar, August 15, 1957

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

GAMBARAN KEPATUHAN HAND HYGIENE PADA PERAWAT HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA

ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

Transkripsi:

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015 R S U HAJI SURABAYA KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan health care system yang di dalamnya terdapat sistem surveilans sebagai upaya pengendalian dan pencegahan yang di dalamnya Rumah sakit mempunyai peran strategis dalam upaya mempercepat peningkatan kesehatan masyarakat di Indonesia, karena rumah sakit merupakan fasilitas yang padat karya dan padat teknologi. Peran strategis rumah sakit sangat diperlukan untuk menghadapi transisi epidemiologi yang terjadi saat ini. HAIs (Health-care associated infection) merupakan kejadian infeksi yang didapatkan penderita setelah mendapatkan perawatan >48 jam dan pasien tidak dalam masa inkubasi. Macam kejadian HAIs banyak di hubungkan karena pemasangan alat, seperti CAUTI (Catheter Associated Urinary Tract Infection), VAP (Ventilator Associated Pneumonia), CRBSI (Catheter (IV, Central) Related Blood Stream Infection) dan IDO (Infeksi Daerah Operasi) karena tindakan operasi. Karena HAIs, di identifikasi melalui kegiatan surveilans. Media penularn utama dari sebagian besar bakteri atau virus penyebab infeksi nosokomial adalah tangan-tangan personil medik yang terkontaminasi. Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan menggunakan antiseptic pencuci tangan. Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan my five moments for hand hygiene yaitu melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien. Pengetahuan tentang infeksi nosokomial dan pencegahannya merupakan stimulus sosial yang dapat menimbulkan respon emosional terhadap upaya universal precaution sehingga akan meningkatkan peran sertanya dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang bauk dan benar dianggap sebagai penyebab utama infeksi nosocomial atau HAIs dan penyebaran

mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai contributor yang penting terhadap timbulnya wabah (boyce dan pittet, 2002). Sehingga perlu adanya audit kepatuhan pelaksanaan hand hygiene untuk evaluasi kegiatan hand hygiene yang telah dilakukan oleh tim PPI RSU Haji Surabaya. 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Meningkatkan pemahaman tentang kebersihan tangan (hand hygiene). 1.2.2 Tujuan 1) Meningkatkan pengetahuan dalam melakukan cuci tangan (hand hygiene) dengan handrub maupun handwash. 2) Meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan dalam kebersihan tangan (hand hygiene). 3) Meningkatkan perilaku sehat dengan selalu melakukan cuci tangan (hand hygiene) dengan 6 langkah dalam 5 moment.

BAB II HASIL KEGIATAN 2.1 Kepatuhan Hand Hygiene RSU Haji Surabaya Audit hand hygiene merupakan cara yang dilakukan untuk mengobservasi dan mengukur kepatuhan para petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene yang merupakan perilaku mendasar dalam upaya mencegah timbulnya infeksi silang. Dari pelaksanaan audit hand hygiene yang dilaksanakan rutin setiap bulan di RSU Haji Surabaya. Berikut ini laporan kepatuhan hand hygiene pada setiap unit pelayanan kesehatan RSU Haji Surabaya bulan Januari - Maret 2015. Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan Januari - Maret 2015 100,0 90,0 80,0 70,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 79,5 86,9 68,6 Januari Februari Maret Gambar 2.1 Angka Kepatuhan Hand Hygiene di RSU Haji Surabaya Bulan Januari - Maret 2015 Berdasarkan data pada gambar 2.1 menunjukkan bahwa angka kepatuhan Hand Hygiene di RSU Haji Surabaya pada bulan Januari - Maret 2015 menunjukkan penurunan dan peningkatan pada periode tertentu. Angka kepatuhan Hand Hygiene mengalami penurunan pada bulan Februari (68,6%) dan peningkatan pada bulan Maret (86,5%). Berikut ini angka kepatuhan Hand Hygiene di RSU Haji Surabaya berdasarkan ruangan :

120 Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan Januari - Maret 2015 Berdasarkan Ruangan 100 80 60 40 94,194,8 90 79,8 58,9 59,4 80,9 85 66,8 88 73,8 96,3 93,7 80,6 76,8 76,3 82,9 72,1 68,1 67,7 73,8 74 75,8 58,7 60,6 58,7 63,9 64,1 46,7 46,7 88 70,1 98,2 100 87,0 82,0 76,8 85,9 83,2 80 69,4 65,4 64,9 52,9 89,4 88,2 69,2 78,1 59,0 60 76,5 55,2 83,4 47 100 84,6 Januari 2015 Februari 2015 Maret 2015 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Gambar 2.2 Tingkat Angka Kepatuhan Hand Hygiene di RSU Haji Surabaya Bulan Januari - Maret 2015 Berdasarkan Ruangan

Berdasarkan data pada gambar 2.2 menunjukkan bahwa rata-rata angka kepatuhan hand hygiene mengalami penurunan dan peningkatan (fluktuatif) pada bulan Januari hingga Maret 2015. Rata-rata angka kepatuhan masing-masing ruangan mengalami penurunan pada bulan Februari dan mengalami peningkatan pada bulan Maret. Terdapat 2 ruangan yang selalu mengalami peningkatan angka kepatuhan hand hygiene pada bulan Januari hingga Maret 2015 yaitu Marwah 1, GNA 3 dan IRJA Lantai 4. Beberapa unit yang mempunyai angka kepatuhan hand hygiene sebesar 0% tidak dapat diindetifikasi penurunan atau peningkatan angka kepatuhan karena unit tersebut belum melaporkan audit Hand Hygiene. 2.2 Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Profesi 120,0 100,0 80,0 40,0 20,0 0,0 Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan Januari - Maret 2015 Berdasarkan Profesi 72,4 82,5 71,5 83,1 69,3 75,1 72,4 51,6 62,1 43,3 25,0 50,0 100,0 26,7 66,7 Gambar 2.3 Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan Januari - Maret 2015 Berdasarkan Profesi Berdasarkan data pada gambar 2.3 menunjukkan bahwa angka kepatuhan hand hygiene bulan Januari - Maret 2015 di RSU Haji Surabaya menurut jenis profesi paling tinggi yaitu profesi Refraksionist sebesar 100% dan angka kepatuhan hand hygiene paling rendah yaitu profesi pramusaji yaitu sebesar 25%. Berikut ini angka fluktuasi kepatuhan hand hygiene berdasarkan profesi bulan Januari - Maret 2015 :

120,0 Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan Januari - Maret 2015 Berdasarkan Profesi 100,0 80,0 84,6 68,91 63,6 86,3 83,80 77,3 69,28 70,2 75,1 89,9 82,64 76,9 73,33 66,3 68,3 82,25 81,17 77,8 78,3 64,1 57,7 79,17 47,3 57,5 50,00 43,3 50,00 100 66,67 Januari 2015 Februari 2015 40,0 42,5 Maret 2015 25,00 26,67 20,0 0,0 Gambar 2.4 Tingkat Angka Kepatuhan Hand Hygiene di RSU Haji Surabaya Bulan Januari - Maret 2015 Berdasarkan Profesi

Berdasarkan data pada gambar 2.4 menunjukkan bahwa rata-rata angka kepatuhan hand hygiene berdasarkan profesi mengalami penurunan dan peningkatan (fluktuatif) pada bulan Januari hingga Maret 2015. Rata-rata angka kepatuhan berdasarkan profesi mengalami penurunan pada bulan Februari dan mengalami peningkatan pada bulan Maret. Profesi yang selalu mengalami peningkatan angka kepatuhan hand hygiene pada bulan Januari hingga Maret 2015 yaitu CS. Beberapa jenis profesi yang mempunyai angka kepatuhan hand hygiene sebesar 0% tidak dapat diindetifikasi penurunan atau peningkatan angka kepatuhan karena pada profesi tersebut tidak dilakukan observasi (audit) Hand Hygiene pada bulan tertentu. 2.3 Kepatuhan Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Moment 90,00 80,00 70,00 0 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan Januari - Maret 2015 Berdasarkan Moment 49,20 68,55 80,28 76,60 1 2 3 4 5 68,62 Gambar 2.5 Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan Januari - Maret 2015 Berdasarkan Moment Berdasarkan data pada gambar 2.5 menunjukkan bahwa rata-rata angka kepatuhan hand hygiene berdasarkan moment, kepatuhan yang tertinggi pada moment ke 3 sebesar 80,28% yaitu setelah kontak dengan cairan tubuh pasien dan yang terendah pada moment ke 1 sebesar 49,20% yaitu sebelum menyentuh pasien.

120,0 Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan Januari - Maret 2015 Berdasarkan Moment yang Dilakukan oleh Masing-masing Profesi 100,0 80,0 40,0 20,0 Moment 1 Moment 2 Moment 3 Moment 4 Moment 5 0,0 Gambar 2.6 Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan Januari - Maret 2015 Berdasarkan Moment yang Dilakukan oleh Masing Masing Profesi

Berdasarkan gambar 2.6 menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan berdasarkan penerapan 5 moment dari masing-masing jenis profesi adalah sebagai berikut : 1. Angka kepatuhan teringgi berdasarkan moment pada profesi dokter, PRS, CS dan mahasiswa adalah moment ke 3 yaitu setelah prosedur/ risiko terpapar cairan tubuh. 2. Angka kepatuhan tertinggi berdasarkan moment pada profesi perawat adalah moment 3 dan 4 yaitu setelah prosedur/ risiko terpapar cairan tubuh dan setelah kontak dengan pasien. 3. Angka kepatuhan tertinggi berdasarkan moment pada profesi bidan, PPDS dan DM adalah moment 4 yaitu setelah kontak dengan pasien. 4. Angka kepatuhan tertinggi berdasarkan moment pada profesi gizi dan keluarga pasien adalah moment 1, 2 dan 4 yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik dan setelah kontak dengan pasien. 5. Angka kepatuhan tertinggi berdasarkan moment pada profesi satpol PP adalah moment 5 yaitu setelah kontak dengan area sekitar pasien. 6. Pada profesi pramusaji, farmasi, refraksionist, radiologi, dan pengunjung tidak dapat diidentifikasi kepatuhan hand hygiene berdasarkan moment karena tidak semua moment dilakukan oleh masing-masing profesi tersebut.

BAB III KESIMPULAN Kepatuhan hand hygiene RSU Haji Surabaya pada bulan Januari - Maret 2015 mengalami penurunan dan peningkatan pada periode tersebut. Penurunan angka kepatuhan hand hygiene terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 10,9% dan peningkatan pada bulan Maret yaitu sebesar 18,3%. Kepatuhan hand hygiene tertinggi berdasarkan profesi pada bulan Januari - Maret yaitu profesi refraksionist sebesar 100% dan kepatuhan hand hygiene terendah pada profesi pramusaji yaitu sebesar 25%. Jika dilihat kepatuhan hand hygiene berdasarkan moment maka didapatkan hasil moment ke 3 yang tertinggi yaitu setelah kontak atau terpapar dengan cairan tubuh pasien dan untuk moment yang terendah adalah moment ke 1 yaitu sebelum kontak dengan pasien.