Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

DAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN DE PAPILIO TAMANSARI SURABAYA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

Manajemen Lalu Lintas Akibat Pembangunan Surabaya Organ Transplant Center (SOTC) RSUD Dr. Soetomo Surabaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

Pencapaian pejalan kaki dalam hal ini khususnya para penumpang kendaraan ang

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

Analisis Kinerja Jalur Pedestrian di Kota Surabaya (Studi Kasus: Jl. Pemuda)

128 Universitas Indonesia

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT

PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN

(dilatasi), sehingga memiliki perbandingan panjang dan

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-179

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

Teori Urban Desain. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Figure ground

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang

Transkripsi:

C198 Pengaruh Penataan Bangunan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya Arimudin Nurtata Adjie Pamungkas Jurusan Perencanaan Wilayah Kota, Fakultas Teknik Sipil Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: adjie.difi@gmail.com Abstrak Kota Surabaya menjadi salah satu kawasan rawan kebakaran di Indonesia. Pada tahun 2014 kejadian kebakaran di kota Surabaya sebanyak 596 kejadian. Salah satu kawasan yang mengalami kebakaran tiap tahunnya berada di kelurahan Nyamplungan. Dalam menghadapi kebakaran dibutuhkan suatu alat yang efektif efisien yang sesuai dengan karakteristik lingkungannya. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha mengidentifikasi karakteristik penataan lingkungan di kelurahan Nyamplungan dalam mengurangi resiko kebakaran. identifikasi karakteristik penataan lingkungan pada kelurahan Nyamplungan menggunakan teknik Walkthrough Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik, lingkungan, sarana kebakaran pada kelurahan Nyamplungan meningkatkan resiko bencana kebakaran. Pada karakteristik pembentuk solid, void linkage pada kelurahan Nyamplungan dapat mengurangi resiko bencana kebakaran sehingga karakteristik tersebut bisa dioptimalkan dalam usaha usaha mengurangi resiko kebakaran. Kata Kunci Kebakaran, Penataan Bangunan Lingkungan, Pengurangan Resiko. K V. PENDAHULUAN AWASAN perkotaan dengan lahan terbangun yang cukup besar menjadi salah satu penyebab rawan terjadi kebakaran. Kebakaran menyumbang 15 persen dari total bencana yang terjadi di Indonesia, khusunya di perkotaan dengan kepadatan hunian tinggi. Kota Surabaya merupakan salah satu kota yang memiliki kepadatan yang tingi sering mengalami kebkaran tiap tahunnya. Tercatat pada pada tahun 2012 terjadi sebanyak 573 kejadian, segkan tahun 2013 menurun menjadi 397 kejadian. Tahun 2014 kejadian kebakaran kembali meningkat yaitu sebanyak 596 kejadian. [1] Salah satu kawasan yang mengalami kebakaran tiap tahunnya adalah kelurahan Nyamplungan. Kebakaran di kelurahan Nyamplungan pada tahun 2013 melibatkan 4 unit. Kebakaran terjadi lagi di kelurahan Nyamplungan melibatkan 1 unit PMK yang mengakibatkan 3 rumah rusak pada bulan Maret tahun. Kebakaran juga mengakibatkan 6 rumah rusak di kelurahan Nyamplungan yang melibatkan 12 unit PMK pada Bulan September 2014. Hal mendasar yang menjadi faktor risiko kejadian kebakaran diperkirakan akibat pola perilaku masyarakat, baik kasus hubungan arus pendek maupun ledakan tabung LPG Dalam menghadapi bencana kebakaran di perkotaan sudah terdapat perung ungan yang telah mengatur penanggulangan bencana kebakaran perkotaan yaitu Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 Kepmen PU No. 11/KPTS/2000. Namun, dalam praktek penanggulangan bencana kebakaran perkotaan masih belum optimal akibatnya jumlah kejadian kebakaran masih sering terjadi. Permasalahan tersebut mengindikasikan bahwa usaha usaha penanggulangan bencana kebakaran di perkotaan belum sesuai dengan karakteristik kawasan baik maupun lingkungannya yang rawan terjadi bencana kebakaran. oleh karena itu perlu identifikasi kawasan baik lingkungan dalam mengurangi resiko bencana kebakaran. A. Metode Pengumpulan Data VI. METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei primer sekunder. Survei primer melalui observasi pada kawasan penelitian yang telah dibagi menjadi 6 blok sesuai dengan karakteristik yang sama dengan alat rekam berupa kamera. Survei sekunder dilakukan dengan survei literatur berupa buku yang membahas tentang bahaya kebakaran, pedoman maupun perung ungan yang berhubungan dengan kebakaran perkotaan Laporan penelitian maupun jurnal yang membahas bahaya kebakaran perkotaan. B. Metode Analisis Metode Analisis yang digunakan adalah analisis Walkthrough. Analisis tersebut merupakan analisis deskriptif mengenai penggambaran lokasi. Analisis ini mengkaji kualitas perkotaan yang dilakukan dengan cara berjalan melalui daerah dengan mengamati melihat kesan yang dirasakan di sepanjang jalan melalui rekaman gambar eksisting dari lokasi studi. Teknik ini menggunakan metode grafis dalam melakukan pengamatan pada saat merekam objek. Sehingga dalam pembahasannya, analisis ini menggunakan sistem informasi

C199 gambar yang tersusun berdasarkan lokasi-lokasi perjalanan survey. Teknik ini memiliki 3 tipe pengamatan, diantaranya: 1) Single Directional View Merupakan teknik yang menggunakan perangkat atau alat sederhana untuk peta interaktif. Alat tersebut berupa panah dalam peta di suatu titik untuk melihat foto tertentu. Panah tersebut menunjukkan pangan streetscape dalam foto. 2) Linier Side View Merupakan teknik yang digunakan untuk menggambarkan suasana sebuah area melalui jalur terkait. Pangan yang ditampilkan ialah pangan berurutan (serial view). Pangan tersebut memperlihatkan simulasi mengenai bagaimana para pejalan kaki bergerak melangkah ke depan; serta memang ke samping untuk menikmati melihat dari depan (tampak depan) 3) Four Directional View Merupakan teknik yang digunakan untuk pencitraan nodes. Aplikasi teknik ini menggunakan tampilan foto nodes yang diambil dari arah menyilang dari setiap sudutnya. Teknik ini lebih berfokus pada sudut jalan yang merupakan area kritis dari bentuk kota. Sudut merupakan posisi yang sangat berarti dari sebuah path. Sudut juga merupakan posisi yang berarti sebagai titik penting nodes. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam panelitian akan menggunakan analisis Walkthrough berupa Single Directional View Linier Side View. Hal ini dikarenakan kebutuhan penelitian ini adlaah kesan yang ditentukan dari beberapa kriteria baik secara tampak depan maupun secara blok. VII. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam mengidentifikasi karaktersitik penataan lingkungan pada kawasan penelitian menggunakan teknik Walkthrough Analysis. Teknik analisis tersebut dilakukan dengan mengambil gambar bentuk lingkungan pada tiap blok kemudian diintepretasikan sesuai gambar tersebut. Berikut tabel hasil pengamataan karakteristik penataan lingkungan pada tiap blok. A. Indikator fisik Karakteristik pada indikator fisik antara lain karakteristik jarak antar, ketinggian, fungsi, jenis material ketersediaan ruang terbuka. Hampir seluruh karakteristik pada indikator fisik pada tiap blok sama seperti jarak antar kurang dari 1. Jarak aman untuk tinggi sampai 8 sebesar 3 [2]. ketinggian sekitar 2 3 lantai dimana sama dengan 8-12 membuat karakteristik ini meningkatkan resiko kebakaran. Jenis material yang digunakan untuk dinding luar berupa batu bata. Bangunan dengan jenis material batu bata tergolong kontruksi mudah terbakar[3]. Hal tersebut juga membuat karakteristik jenis material meningkatkan resiko kebakaran. Ketersediaan ruang terbuka yang kurang untuk mnjadi titik evakuasi meningkatkan resiko kebakaran di kelurahan Nyamplungan. Fungsi yang mendominasi pada tiap blok antara lain hunian. fungsi perumahan tergolong angka resiko kebakaran 7 dengan resiko kebakaran rendah segkan fungsi tergolong angka resiko kebakaran [4]. Namun akibat yang sangat berdekatan maka fungsi hunian maupun fungsi memiliki resiko kebakaran tinggi. Gambar 2 Fungsi Bangunan Perdagangan Jasa Gambar 3 Fungsi Bangunan Perumahan B. Indikkator lingkungan Karakteristik pada indikator lingkungan antara lain karakteristik hirarki jalan, sumber jaringan listrik. Karakteristik hirarki jalan pada tiap blok berbeda-beda. Lebar jalan sebesar 6 berada di blok 1. Lebar jalan sebesar 8 berada di blok 3. Lebar jalan sebesar 12 berada di blok 2, blok 4 blok 6. Lebar jalan sebesar 8 12 berada di blok 5. Hampir jalan semua blok digunakan untuk arus kendaraan dua arah kecuali jalan yang berada di blok 3 blok 5 digunakan hanya untuk arus kendaraan satu arah. Jalan yang bisa dilewati mobil pemadam kebakaran memiliki 6 [5]. Hal tersebut membuat seluruh jalan dapat digunakan sebagai jalur mobil pemadam kebakaran. Namun, beberapa jalan terdapat parkir on the street sehingga mengganggu arus kendaraan. Oleh karena itu, pada beberapa jalan tidak dapat dilewati oleh mobil kebakaran sehingga meningkatkan resiko kebakaran. Gambar 1 Kondisi jarak antar tinggi Kelurahan Nyamplungan

C200 membuat usaha dalam mengurangi resiko kebakaran sulit karena bentuk tiap berbeda-beda sehingga karakteristik ini meningkatkan resiko kebakaran. Gambar 4 Jalan Yang Terdapat Parkir On The street Karakteristik sumber yang dapat digunakan dalam usaha pemadaman api hampir tiap blok sama yaitu berupa. Blok 5 6 selain berupa terdapat aliran sungai yang dapat digunakan dalam usaha pemadaman api. Sumber minimal memiliki debit 38 liter/detik[6]. Hal tersebut membuat hampir sebagaian kawasan memiliki karakteristik sumber yang dapat meningkatkan resiko kebakaran. Karakteristik jaringan listrik berupa tiang listrik kabel listrik hampir pada tiap blok berdekatan dengan. Jarak aman tiang sebesar 1 dari atap rumah[7]. Hal tersebut membuat karakteristik jaringan listrik meningkatkan resiko kebakaran. Gambar 6 Bentuk Bangunan yang Berbeda - Beda Pada Kelurahan Nyamplungan Pada karakteristik elemen pembentuk solid pada semua blok berupa blok me yaitu bentuk yang menjadi satu membentuk suatu blok. Hal tersebut membuat mengurangi resiko kebakaran karena mempermudah identifikasi karakteristik sebagai acuan dalam usaha mengurangi resiko kebakaran. Gambar 5 Kondisi Tiang Listri Yang Berdekatan dengan Bangunan C. Indikator sarana kebakaran Karakteristik pada indikator sarana kebakaran antara lain karakteristik jalur keluar, APAR, jalur evakuasi. Seluruh blok belum memiliki sarana kebakaran padahal kejadian kebakaran pada kawasan sering terjadi. Hal tersebut membuat karakteristik pada indikator sarana kebakaran meningkatkan resiko kebakaran. D. Indikator kriteria penanggulangan kebakaran Karakteristik pada indikator kriteria penanggulangan kebakaran antara lain fungsi pengaturan pola, sistem pengaturan pola, elemen pembentuk solid, elemen pembentuk void, elemen pembentuk linkage secara visual, elemen pembentuk linkage secara struktural, elemen pembentuk linkage secara kolektif. Karakteristik fungsi pengaturan pola Tiap blok berbeda beda antara lain fungsi permukiman berada di blok 1, fungsi serta permukiman berada di blok 2 blok 3, fungsi berada di blok 4 blok 5, fungsi pergugan berada di blok 6. fungsi perumahan tergolong angka resiko kebakaran 7 dengan resiko kebakaran rendah segkan fungsi tergolong angka resiko kebakaran [8]. Namun akibat yang sangat berdekatan maka fungsi hunian maupun fungsi memiliki resiko kebakaran tinggi. Kemudian karakteristik sistem pengaturan pola pada semua blok berupa sistem heterogen yaitu bentuk berbeda- beda. Hal tersebut Gambar 7 Blok Perumahan yang berada di Kelurahan Nyamplungan Hampir semua blok memiliki karakteristik elemen pembentuk void berupa sistem linier tertutup kecuali blok 6 berupa sistem linier terbuka. Elemen void sistem linier tertutup yang linier bersifat linier yang kesannya tertutup segkan sistem terbuka linier bersifat linier terbuka[9]. Keduanya dapat mengurangi resiko kebakaran sebagai titik evakuasi serta jalur evakuasi ketika terjadi kebakaran. Gambar 8 Kondisi Elemen Pembentuk void Berupa Sistem Linier Tertutup

C201 Gambar 9 Kondisi Elemen Pembentuk void Berupa Sistem Linier Terbuka Karakteristik elemen pembentuk linkage secara visual berupa koridor kecuali pada blok 5 blok 6 yang berupa sisi. Elemen koridor yang menghubungkan dua tempat dengan deretan massa membentuk ruang segkan Elemen sisi yang menghubungkan dua tempat dengan deretan massa membentuk linier bersifat massif[10]. Elemen pembentuk linkage secara struktural berupa elemen tambahan pada semua blok. Elemen tambahan yang memberikan pola lanjutan pada suatu kawasan. Bentuk massa ruang bias berbeda dengan yang sudah ada tetapi pola yang terbentuk mengikuti pola kawasan yang sudah ada[11]. Semua blok juga memiliki karakteristik elemen pembentuk linkage secara kolektif yang sama berupa bentuk komposisi. Blok 1 2 3 4 5 6 Tabel 1. Karakteristik Indikator Lingkungan Fisk sarana kebakaran Indikator Lingkungan Bangunan Indikator Fisik Bangunan Indikator Sarana Kebakaran Hirarki Jalan jalan 6 jalan 8 jalan 8 Sumber PAM aliran sungai kecil aliran sungai kecil Jaringan listrik tiang listrik berdekatan dengan IV. KESIMPULAN Jarak antar 1 Ketinggian 2 3 lantai Berdasarkan hasil analisis pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa hamper seluruh karakteristik, lingkungan sarana kebakaran di kelurahan Nyamplungan meningkatkan resiko kebakaran. Namun, terdapat beberapa karakteristik pembentuk Fungsi Peremukiman pergudnagan Sumber: Survei Primer, 2016 Jenis materia Batu bata Ruang terbuka Ada namun terbatas Jalur darurat APAR Tidak ada Jalur evakuasi solid, void linkage yang dapat mengurangi resiko kebakaran yaitu elemen pembentuk linkage secara visual berupa koridor definisi sisi, elemen pembentuk void berupa sistem linier terbuka, elemen pembentuk solid berupa blok me

C202 DAFTAR PUSTAKA [1] Dinas Kebakaran Kota Surabaya.2015. Data Kebakaran Kota Surabaya. Surabaya [2]-[6] Menteri Pekerjaan Umum, 2000. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentanng Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung Lingkungan, Jakarta [7] PLN.2010. Standar kontruksi PLN. Jakarta [8]-[11] Zahnd, M. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu, Yogyakarta: Kanisius