BAB III PERANCANGAN ALAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III METODE PENGUJIAN

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III SET-UP ALAT UJI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III RANCANG BANGUNG MBG

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

BAB III METODE PENELITIAN

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PENGUJIAN ALAT THERMOELECTRIC GENERATOR

IRVAN DARMAWAN X

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

Lampiran A: Gambar Bagian- bagian dari Alat Penukar Kalor Berdasarkan Standar TEMA

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Lampiran 2. Trainer dispenser hot and cool unit

UNIVERSITAS INDONESIA REDESAIN DAN MANUFAKTUR THERMAL PRECIPITATOR SEBAGAI SMOKE COLLECTOR BERBASIS THERMOPHORETIC FORCE SKRIPSI

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bahan dan alat uji yang digunakan untuk pengumpulan data, pengujian, diagram

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODE PENELITIAN

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

Bab III Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

PERANCANGAN TEMPERATURE CONTROL SYSTEM PADA INTERNAL FLOW FLUIDA VISCOUS (STUDI KASUS DI PERUSAHAAN KECAP DAN SAUS PT. LOMBOK GANDARIA) Skripsi

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

DESAIN DAN ANALISA PERFORMA GENERATOR PADA REFRIGERASI ABSORBSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

BAB V PENUTUP. Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

Multiple Droplets. Studi Eksperimental tentang Visualisai Pengaruh Frekuensi terhadap Fenomena Multiple droplets yang Menumbuk Permukaan Padat

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk

BAB III METODE PENELITIAN

PENUKAR PANAS GAS-GAS (HXG)

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang dimiliki oleh suatu negara menandakan majunya

Bab III. Metodelogi Penelitian

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

Pembuatan Prototipe Thermal Mass Flowmeter Tipe Heat Transfer untuk Pengukuran Laju Aliran Massa Udara

FARID NUR SANY DOSEN PEMBIMBING: ARY BACHTIAR KRISHNA PUTRA, ST, MT, Ph.D

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

BAB III PERANCANGAN.

METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Februari Instrumen dan komponen elektronika yang terdiri atas:

ANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS ALIRAN SEARAH TERHADAP KARAKTERISTIK HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE. Nicolas Titahelu * ABSTRACT

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS SARJANA. Disusun oleh:

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

Transkripsi:

BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 METODOLOGI PERANCANGAN Berikut akan dijelaskan bagaimana tahapan-tahapan dalam pembuatan alat uji thermal precipitator, sehingga alat uji ini nanti bisa bekerja sesuai dengan fenomena thermophoresis. Mulai A Menentukan Tema Pembuatan Urutan pengerjaan Identifikasi dan Analisa Kebutuhan Pengadaan Komponen Pembatasan Permasalahan Pembuatan alat Study Literatur Membuat konsep desain awal Trial Alat Perlu penambahan komponen Analisa Desain Awal Alat Bekerja? Tidak Analisa Kegagalan dan Tindakan Perbaikan Bisa Digunakan Ya Tidak Ya Pengambilan data Analisa Kinerja Alat Membuat desain akhir Inventarisasi Komponen Kesimpulan Selesai A Flowchart 3.1 Metodologi Perancangan 22

3.1.1 Menentukan Tema Perancangan Hal yang paling awal harus ditentukan adalah tema dari rancangan yang akan dibuat. Tema ini akan mewakili pikiran utama ke arah mana alat ini akan dibuat. Dalam perancangan kali ini tema yang diambil yaitu pembuatan alat uji thermophoresis. 3.1.2 Identifikasi dan Analisa Kebutuhan Alat yang akan dibuat sebaiknya memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Mudah digunakan 2. Tahan panas sampai 100 o C 3. Simpel, tidak memakan tempat yang besar. 4. Dapat dilihat pergerakan partikelnya (transparan). 5. Tidak ada kebocoran yang bisa mengganggu sistem. 3.1.3 Pembatasan permasalahan Alat yang dibuat dibatasi hanya untuk simulasi fenomena thermophoresis, dengan panjang lintasan 50 mm, jarak antar pelat 5 mm, dan mengunakan media asap rokok yang kecepatannya bisa diatur. 3.1.4 Studi Literatur Studi literatur digunakan untuk memahami dasar-dasar teori yang berhubungan dengan fenomena thermophoresis. Sehingga diharapkan mampu memberikan gambaran dalam pembuatan desain alat uji. 3.1.5 Membuat konsep desain awal Segala pemikiran ataupun ide-ide yang ada dituangkan dalam suatu desain awal yang disebut juga dengan sketsa gambar. 3.1.6 Analisa Desain Awal Dari desain awal yang telah dibuat, dianalisa untuk mengetahui berbagai kemungkinan dalam pengerjaannya, apakah bisa digunakan, apa saja kendalanya, bagaimana cara mengatasinya, kemudian alternatif yang dapat digunakan. 23

3.1.7 Membuat Desain Akhir Setelah desain awal dianalisa kemudian ditentukan model seperti apa yang akan dibuat, maka dibuatlah desain akhir yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan alat. 3.1.8 Inventarisasi Komponen Inventarisasi komponen dilakukan untuk mendata part-part apa saja yang sudah tersedia. 3.1.9 Pembuatan Urutan Pengerjaan Urutan pengerjaan perlu dibuat untuk mempermudah dalam pembuatan alat, sehingga urutan proses pengerjaannya bisa dilakukan secara sistematis. 3.1.10 Pengadaan Komponen Komponen yang belum ada perlu disediakan sebaik mungkin karena ini menyangkut kesiapan alat. Apabila ada satu komponen yang belum tersedia maka akan mengganggu terselesainya alat tepat pada waktunya. 3.1.11 Pembuatan Alat Setelah semuanya tersedia, termasuk perkakas yang akan dipakai, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan ataupun perakitan alat. Biasanya proses ini memakan waktu yang cukup lama. Apabila menemui kendala biasanya menggunakan jasa bengkel umum untuk menyelesaikan pembuatan alat. Tapi alangkah baiknya kalau pembuatannya dilakukan sendiri. 3.1.12 Trial Alat Usaha ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat uji yang telah dibuat, apakah sudah memenuhi keinginan atau belum. Trial dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang baik. 3.1.13 Analisa Kegagalan dan Tindakan Perbaikan Tidak selamanya trial alat bisa langsung mendapatkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu apabila ditemui hasil yang tidak sesuai perlu dilakukan analisa kegagalan dan tindakan perbaikannya. 24

3.1.14 Analisa Kerja Alat Dalam pengambilan data kita bisa mengetahui apakah alat uji bisa berfungsi dengan baik dengan melihat hasil / data yang diambil. Apakah terjadi penyimpangan yang cukup signifikan diantara data-data yang sama, atau hasil yang diambil merupakan data yang relatif sama. 3.1.15 Kesimpulan Setelah data diambil kemudian dilakukan analisa terhadap hasil pengujian, maka akan didapatkan suatu kesimpulan yang bisa diambil dengan berdasarkan atas data-data yang telah ada. 3.2 DESAIN ALAT Perancangan dan pembuatan alat uji thermophoresis ini diharapkan dapat mewakili fenomena thermophoresis, meskipun sebagai alat simulasi tetapi sifat dan prosesnya dikondisikan seperti fenomena yang terjadi pada umumnya. Gambar 3.1 Desain Thermal Precipitator 25

Gambar 3.2 Thermal Precipitator Untuk mempermudah dalam pengerjaannya, maka dikelompokkan menurut fungsinya, yaitu : Alat Uji Thermophoresis Sistem Input Sistem Proses Collecting Data Box penampung Smoke / partikel Pelat stainless Heater Kaca Thermometer Komputer Kamera Digital 3.2.1 Sistem Input Sistem ini meliputi beberapa bagian antara lain: 1. Box Penampung Box ini berukuran 15 x 15 x 15 cm, dengan menggunakan bahan dari acrylic yang diharapkan dapat terlihat kondisi asap di dalam box ini dan tidak terdapat suatu kebocoran sekecil apapun. 26

Terdapat dua buah lubang pada box ini yaitu lubang inlet dan outlet dimana keduanya telah dilengkapi dengan katup. Gambar 3.3 Desain Box penampung 2. Smoke / partikel Smoke yang diambil adalah asap rokok yang dimasukkan melalui inlet. Asap rokok ini diharapkan bisa terkumpul di box penampung sebelum digunakan untuk percobaan. Setelah terkumpul dan dipastikan tidak ada kebocoran maka selanjutnya box tersebut dihisap oleh exhaust fan sehingga bisa melewati test section dengan kecepatan tertentu. 3.2.2 Sistem Proses 1. Pelat Stainless Pelat ini digunakan untuk kerangka / dinding media uji coba. Dipilih bahan ini karena mampu menghantarkan panas cukup baik dengan harga yang relatif murah dan mudah untuk dibentuk. 2. Heater Heater yang dipilih dalam pembuatan media ini adalah heater pelat, karena distribusi panasnya paling baik dan merata untuk permukaan pelat yang rata. 27

3. Kaca Kaca dipasang pada dinding agar fenomena thermophoresis bisa diamati dari luar, karena kaca sangat transparan dan kuat pada suhu tinggi. 4. Thermometer Thermometer digunakan untuk mengetahui suhu yang terdapat pada heater, pelat panas dan pelat dingin. 3.2.3 Collecting Data 1. Komputer Komputer digunakan untuk mengolah data yang telah didapatkan, sehingga mempermudah dalam proses analisa. 2. Kamera Digital Kamera digital ini digunakan untuk mengambil gambar dan video secara real time dari fenomena thermophoresis yang terjadi selama uji coba. 3. Stop Watch Stop watch digunakan untuk mengetahui waktu aktual selama proses terjadi, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi bisa diketahui dalam setiap waktu. 3.3 SPESIFIKASI ALAT Untuk lebih memperjelas bagaimana pembuatan alat uji ini dan peralatan apa saja yang digunakan dalam penelitian, berikut peralatan yang dipakai : 3.3.1 Acrylic Box o Dimension = 150 x 150 x 150 mm (outside dim.) o Volume = 2535 cm³ o Thickness = 10 mm o Specification = 1 outlet + 1 inlet. 3.3.2 Voltage Regulator o Merk = OKI o Model = TDGC-2000 o Input = 220VAC 50/60 Hz o Output = 0~250 V o Capacity = 2000VA 28

3.3.3 Temperature Controller o Merk = NUX HANYOUNG o Model = KX4-KMC4 o Size = 48 x 48 x 112.5 mm o Weight = 166 g o Input = Thermocouple type K, range -50~1300 C o Output = Relay o Power = 100-240 VAC 50/60Hz 3.3.4 Heater o Type = Plate Heater o Size = 60 x 60 x 15 mm o Input = 24 VAC 2000A o Temperature = max ±300 C 3.3.5 Fan o Merk = TENSION o Size = 50 x 10 x 5 mm o Input = 12 VDC 0.18A 3.3.6 Test Section o Overall Dimension = 1000 x 130 x 90 mm o Material = Stainless Steel Plate 1.2mm thickness o Gap between plate = 5 mm o Volume test section = 250 cm³ 3.3.7 Hot Wire Anemometer o Dimension = 180 x 72 x 32 mm o Probe Diameter 12mm round. o Measurement Range 0.1 ~ 20 m/s, Accuracy ±5% 3.3.8 Multi Tester o Merk = DT830B o Range DCV 200mV~1000V o Accuracy ±1% 3.3.9 Camera o Merk : Sony CyberShot DSC-T100, 8.1 MegaPixels o Programme Setting ISO Speed 400 Multi Shot Mode Effect Tungsten Mode Flash off Spot Centre Picture Size 1600 x 1200 Macro mode + Manual Focus 3.3.10 Non-contact Thermometer o Merk = Raytek MiniTemp o Model = MT4 o Measurement Method = Infrared o Temp. Range = -18~275 C 29

3.4 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi aliran yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien temperatur dengan kecepatan yang sangat rendah, yaitu 0,01 m/s, 0,05 m/s, dan 0,1 m/s. Plat panas arah aliran partikel Plat dingin Gambar 3.4 Simulasi pergerakan thermophoresis Beberapa kondisi aliran yang terdapat pada penelitian ini antara lain : 1. Steady (tunak), yaitu tidak ada perubahan kecepatan pada saat perubahan δu waktu = 0 δt 2. Aliran laminar, partikel-partikel fluida bergerak dalam kondisi seragam. 3. Aliran inkompressibel, volume fluida sama di sembarang titik. Hal tersebut berarti tidak terjadi perubahan massa jenis fluida. 4. Fasa aliran adalah fasa tunggal (single phase), pada aliran fluida tidak terjadi perubahan fasa baik dari liquid ke gas ataupun gas ke liquid. 5. Aliran fluida homogen, fluida hanya terdiri dari satu jenis yaitu smoke. Setelah jenis aliran yang akan digunakan selesai didefinisikan, maka selanjutnya menentukan sifat fisik dari fluida udara. Pada tabel 3.1 dijelaskan mengenai sifat fisik udara sebagai fluida, maksudnya adalah udara pada suhu 27 O C (300 K) dan ketinggian di atas permukaan laut. 30

Tabel 3.1 Sifat fisik udara untuk simulasi No Parameter Simbol Nilai Satuan 1 Massa jenis ρ 1.183 Kg/m 3 2 Suhu udara T 300 K 3 Viskositas μ 1.853e-05 N.s/m 2 4 Konduktivitas Thermal k 0.02614 W/m.K 5 Koefisien Tekanan Cp 1003 J/kg.K Sumber : Essential Eng Information & Data, Mc Graw-Hill, 1991 3.4.1 Partikel Smoke Penentuan partikel dilihat dari kehidupan sehari-hari yang paling mendekati dan mudah untuk didapatkan. Dalam penelitian ini menggunakan partikel smoke (tobacco smoke), karena partikel jenis aerosol ini cukup banyak dan mudah untuk didapatkan. Adapun spesifikasi dari partikel uji sebagai berikut : No Parameter Nilai Satuan 1 Jenis Aerosol Smoke 2 Nama Aerosol Tobacco Smoke 3 Diameter partikel 0,01 ~ 1 Μm 4 Density 1,1 g/cm 3 5 Molecular mass 162,23 g/mol 6 Boiling point 247 o C 3.4.2 Kecepatan (velocity) Kecepatan yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 tingkatan, antara lain 0,01 m/s, 0,05 m/s dan 0,1 m/s. Ketiga kecepatan itu relatif cukup rendah, hal ini dimaksudkan disesuaikan dengan kondisi udara pada umumnya, disamping untuk mendapatkan data berupa gambar yang cukup jelas. Untuk menentukan batasan-batasan kondisi pada penelitian ini, maka ditentukan beberapa hal yang dianggap penting dan berpengaruh, antara lain : 31

1. Perhitungan panjang inlet test section Renault Number : ρ υ d Re = untuk bentuk penampang d... (3.1) μ Re = ρ υ 2 a b μ ( a + b) a b untuk bentuk penampang... (3.2) ρ = Densitas udara [kg/m³] υ = Kecepatan udara [m/s] a = Lebar Plat [m] b = Tinggi Plat [m] μ = Viskositas dinamik [kg/m.s] Data tersedia : ρ =1.177 kg/m³ υ = 0.1 m/s a = 20 mm = 0.02 m b = 5 mm = 0.005 m μ = 1.85 x 10-5 kg/m.s 1.177 0.1 2 0.02 0.005 Re = 5 1.85 10 (0.002 + 0.005) Re = 50.89 (Laminer) Panjang Inlet untuk Test Section untuk mencapai daerah berkembang penuh (fully develop region) : X D lam = 0.05 Re X = Panjang inlet 32

D = Luasan bidang inlet 2 a b D = 2 ( a + b) D = 2 0.02 0.005 2 ( 0.02 + 0.005) D = 0. 004m X 0.004 lam = 0.05 50.89 X 0.004 lam = 2.545 X = 0.010m = 10mm Jadi, panjang inlet minimum yang dibutuhkan adalah 10mm Tabel di bawah menunjukkan variasi perbedaan panjang inlet dengan variasi kecepatan udara. Tabel 3.2 Tabel variasi panjang inlet ρ (kg/m³) υ (m/s) μ (kg/m.s) a (m) b (m) Re D (m) x (m) x (mm) 1.177 0.01 0.0000185 0.02 0.005 5.090 0.004 0.001 1.0 1.177 0.05 0.0000185 0.02 0.005 25.449 0.004 0.005 5.1 1.177 0.1 0.0000185 0.02 0.005 50.897 0.004 0.010 10.2 1.177 0.5 0.0000185 0.02 0.005 254.486 0.004 0.051 50.9 1.177 1 0.0000185 0.02 0.005 508.973 0.004 0.102 101.8 33

Kecepatan udara yang akan digunakan adalah 0.01, 0.05 dan 0.1 m/s, berdasarkan tabel perhitungan diatas maka ditetapkan panjang inlet agar mencapai aliran laminer adalah 150mm. 2. Penentuan kecepatan udara di dalam test section. V 1 A 1 Outlet A 2 V 2 Test Section Outlet fan Gambar 3.5 Skema posisi fan V 1 = Kecepatan udara sebelum fan (m/s) A 1 = Luas area outlet (m 2 ) V 2 = Kecepatan udara di dalam Test Section (m/s) A 2 = Luas area test section (m 2 ) Kecepatan udara sebelum fan ditentukan dengan menggunakan Hot Wire Anemometer, kecepatan putaran fan diatur dengan menggunakan adaptor (mengubah arus listrik AC menjadi DC) yang memiliki variasi tegangan mulai dari 2.58 sampai 27.7 Volt. Berikut tabel pengukuran kecepatan udara dengan menggunakan Hot Wire Anemometer. Tabel 3.3 Tabel Pengukuran Kecepatan Udara Voltage V 1 (m/s) 2.58-3.08 0.1 3.09-3.80 0.2 3.81-5.40 0.3 5.41-7.04 0.4 7.05-9.08 0.5 9.09-12.13 0.6 12.14-16.55 0.7 16.56-18.37 0.8 18.38-27.7 0.9 34

Maka dengan menggunakan rumus perbandingan : A 1 x V 1 = A 2 x V 2 Didapat kecepatan test section yang diinginkan dengan data sebagai berikut : Tabel 3.4 Tabel Kecepatan yang digunakan Voltage V 1 (m/s) V 2 (m/s) (Fan) (Test Section) 9.1 0.0025 0.01231 9.4 0.01 0.04924 9.8 0.02 0.09848 35