II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Besarnya permintaan terhadap produk perikanan ini disebabkan oleh pergeseran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

I. PENDAHULUAN. sawah sebagai tempat budidaya ikan perlu dicermati lebih lanjut, karena aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyebaran Limbah Percetakan Koran Di Kota Padang (Studi Kasus Percetakan X dan Y)

VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Uji Toksisitas Akut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

I. PENDAHULUAN. lain terjadinya pencemaran di lingkungan perairan yang dapat mengakibatkan kerusakan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Metil metsulfuron merupakan senyawa aktif yang terkandung dalam herbisida.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fitriani Suherman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Disusun oleh: Arif Misrulloh NIM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalmus 2.2. Transportasi Ikan

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. kelompok hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat - sifat aslinya. Cara

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

TOKSISITAS LETAL MOLUSKISIDA NIKLOSAMIDA PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

UJI TOKSISITAS SUB-LETHAL ORGANOFOSFAT PADA IKAN MAS (cyprinus carpio) TOXICITY TEST SUB- Lethal organophosphates COMMON CARP ( Cyprinus carpio )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L.

PENCEMARAN TANAH DAN CARA PENANGGU LANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perairan telah menjadi permasalahan kesehatan lingkungan hampir semua negara

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

TINJAUAN PUSTAKA Pestisida

TOKSISITAS NIKLOSAMIDA TERHADAP PERTUMBUHAN, KONDISI HEMATOLOGI DAN HISTOPATOLOGI JUVENIL IKAN MAS (Cyprinus carpio) YOSMANIAR

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN :

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

Transkripsi:

3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pestisida banyak digunakan oleh petani dengan tujuan untuk mengendalikan atau membasmi organisme pengganggu yang merugikan kegiatan petani. Menurut Lodang (1994), penggunaan pestisida disamping dapat memberikan keuntungan juga padat menimbulkan kerugian. Keuntungan yang didapat antara lain (1) Dapat meningkatkan produksi pertanian dan hasil yang cepat, (2) Aplikasi di lapangan relatif mudah, (3) Dapat digunakan pada areal yang luas dalam waktu yang relatif singkat, (4) Dapat diaplikasikan setiap waktu dengan memperhatikan cuaca, (5) Dapat diperoleh dengan mudah, dan (6) Harga relatif murah dan memberikan keuntungan yang lebih. Sedangkan kerugian yang yang ditimbulkan adalah (1) Mempertinggi resistensi hama, (2) Membunuh makhluk lain yang bukan sasaran, (3) Gangguan toksik pada manusia bertambah sehubungan dengan bertambahnya volume dan intensitas penggunaan, (4) Produk pertanian akan mengandung residu pestisida yang akan mengancam kesehatan para konsumen, terutama petani dan keluarga, (5) Kontaminasi global akibat mobilitas yang tinggi, terutama oleh pestisida persisten, (6) Mengganggu keseimbangan dalam rantai makanan sehingga akan mengganggu ekosistem secara keseluruhan, (7) Bertambahnya risiko efek sinergik interaksi antara bermacam-macam pestisida, dan (8) Kemungkinan akan terjadi efek genetik jangka panjang akibat dosis sublethal pestisida persisten. Pencemaran pestisida terhadap sumberdaya dan lingkungan perairan akan mengakibatkan kematian hewan dan biota akuatik lainnya, penurunan produktifitas ikan budidaya serta penurunan kualitas perairan dan ikannya. Berkaitan dengan bahaya yang ditimbulkan oleh pestisida terhadap ikan, Komisi Pestisida (1983) dan Koesoemadinata (2003) dalam Yosmaniar (2009) mengklarifikasikan pestisida berdasarkan pada nilai LC 50-96 jam seperti pada Tabel 1. 3

4 Tabel 1. Klasifikasi pestisida berdasarkan toksisitasnya terhadap ikan Tingkat A B C D LC 50-96 jam (mg/l) <1 1 10 10 100 > 100 Evaluasi Toksisitas Sangat tinggi Tinggi Sedang rendah 2.2 Niklosamida Bahan aktif niklosamida termasuk moluskisida yang biasa digunakan petani untuk membasmi keong mas karena merupakan hama bagi padi. Niklosamida ini memiliki nama kimia 5-chloro-N-(2-chloro-4-nitrophenyl)-2-hydroxy benzamide (IUPAC), termasuk dalam keluarga kimia halogenated mononitrobenzamide dengan rumus kimia C13H8Cl2N2O4 dengan struktur kimia seperti pada Gambar 1, niklosamida murni (ethanolamine salt) terurai pada suhu 208 0 C, memiliki tekanan uap 9.9 x 10-9 mmhg pada suhu 25 0 C dan densitas terbesar 1,59 g/cm 3 pada suhu 22 C (EPA, 1999). Niklosamida ini pertama kali digunakan di Great Lake (Amerika Serikat) pada tahun 1953 untuk mengontrol ikan lamprey laut (Petromyzon marinus) yang telah merugikan perikanan komerisal di sana (EPA, 1999). Di Indonesia, produk moluskisida yang berbahan aktif niklosamida adalah Snail Down. Berdasarkan Dani (2007) dari Sekretariat Jendral Departemen Pertanian, moluskisida yang berbahan aktif niklosamida ini termasuk racun bagi organ pernafasan. Gambar 1. Struktur kimia niklosamida

5 2.3 Pengaruh Racun terhadap Tingkah Laku Ikan Perubahan atau ketidakstabilan dari faktor lingkungan seperti dengan adanya pencemaran pestisida dapat menyebabkan abnormalitas respon fisiologis dan stres pada ikan. General Adaptive Syndrome (GAS) merupakan rangkaian perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi pada ikan akibat stres (Effendi, 2004). Tiga gejala GAS yang dapat teridentifikasi yaitu : 1. Reaksi akan adanya bahaya seperti mencoba menghindari stres 2. Menahan (resistance), ikan mencoba bertahan dari stress dengan cara adaptasi fisiologi tubuhnya 3. Kelelahan (exhausted), ikan kelelahan karena tidak dapat beradaptasi Tingkah laku ikan yang tidak normal dapat mengindikasikan media atau air tempat ikan berada mengandung racun. Menurut Ramesh dan Muniswamy (2009), tingkah laku ikan yang mengindikasikan media mengandung racun adalah sekresi lendir yang berlebih dimana lendir ini berfungsi untuk mengurangi kontak langsung antara kulit dengan racun, ikan yang awalnya sering berenang secara bebas lalu tiba-tiba menyendiri dengan menyandar di pinggir akuarium, kehilangan keseimbangan dan terlihat lemas saat berenang yang disebabkan terhambatnya kegiatan system saraf dan otot oleh racun, dan ikan yang selalu ingin berada di permukaan sambil mengambil nafas yang kemungkinan disebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen ikan atau terganggunya organ pernafasan ikan. Ikan yang berenang menuju ke dasar yang disebabkan media beracun dan tidak lama kemudian mati, dianggap ikan tersebut gagal atau tidak sanggup bertahan hidup dalam media yang beracun. Bagi ikan yang bertahan hidup, disebabkan tubuh ikan sudah terbiasa dengan media yang beracun atau konsentrasi racunnya terlalu rendah buat ikan tersebut. Untuk menambahkan, menurut Ram et., al (2009) ikan yang ke permukaan untuk bernafas adalah upaya ikan untuk menghindari bernafas di dalam air yang beracun. Penurunan gerakan operkulum ikan yang lingkungannya terkena racun mungkin merupakan respon ikan untuk mengurangi penyerapan racun melalui insang. Hal ini menyebabkan pengurangan konsumsi rata-rata oksigen ikan. Pengurangan konsumsi oksigen ikan mas (Cyprinus carpio) juga dilaporkan oleh Boeck et., al (1995) setelah paparan subletal tembaga dan oleh Chen dan Yang

6 (2007) setelah paparan antimony klorida di dalam penelitian Ram et., al (2009). Sedangkan gerakan ikan yang aneh atau abnormal disebabkan oleh kurangnya koordinasi system syaraf dan otot yang mungkin disebabkan terakumulasinya acetylcholine di dalam synaptic dan neuromuscular junctions. Perubahan warna tubuh ikan dari putih keperakan menjadi putih pucat disebabkan oleh gangguan fungsi pituitary tercermin oleh penurunan jumlah dan ukuran dari chromatophore dan kandungan pigmennya (Ram, N. R, et., al, 2001 dalam Ram et., al, 2009). Perubahan warna tubuh juga telah diamati dalam Cyprinus carpio setelah terkena HgCl (Masud, et., al, 2005 dalam Ram et., al, 2009) 2.4 Pengaruh Kualitas Air terhadap Racun Suhu sangat penting karena tidak hanya mempengaruhi aktivitas metabolik, tingkah laku, dan pemaparan polutan (bahan pencemar), tetapi juga dapat mengubah keadaan fisika dan kimia dari polutan (Mason, 1981). Sehingga suhu mempunyai efek yang besar terhadap toksisitas racun ke ikan. Secara umum, toksisitas dari polutan meningkat sejalan dengan peningkatan suhu (Mason, 1981). Suhu berpengaruh secara langsung terhadap faktor-faktor seperti aktivitas enzim, tingkat metabolisme maupun kadar oksigen. Tingkat penyerapan racun dapat lebih tinggi dengan adanya kenaikan suhu (Macek, 1969 dalam Arianti, 2002). Sejumlah polutan menjadi lebih toksik pada konsentrasi oksigen yang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan tingkat respirasi sehingga racun yang terekspos terhadap tubuh hewan juga semakin besar (Mason, 1981). Penurunan konsentrasi oksigen dan meningkatnya konsentrasi karbondioksida dapat menyebabkan stres pada ikan. Hal tersebut akan menyebabkan system kekebalan tubuh ikan menjadi turun, dengan demikian akan mempengaruhi toksisitas racun terhadap ikan. Bahan polutan cenderung lebih beracun pada air dengan kesadahan rendah pada nilai ph yang stabil. Sedangkan kesadahan yang tinggi cenderung menurunkan toksisitas dari racun dalam tiap nilai ph (Mason, 1981). Boyd (1990) menyatakan bahwa keberadaan amoniak akan dapat mereduksi masukan oksigen ke dalam tubuh ikan. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya

7 insang. Rendahnya oksigen di dalam tubuh ikan akan meningkatkan toksisitas racun terhadap ikan (Arianti, 2002).