PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135 )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertulang, mulai dari jembatan, gedung - gedung perkantoran, hotel,

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENGUJIAN BAJA-TULANGAN

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

V. UJI TARIK BAJA TULANGAN

MATA KULIAH STRUKTUR BAJA I. Nandan Supriatna JURUSAN PEND. TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB III LANDASAN TEORI

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

Bab II STUDI PUSTAKA

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

KUAT LEKAT TULANGAN PADA BERBAGAI VARIASI MUTU BETON NORMAL

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

Jumadi 1) M. Yusuf 2 : Hj. Vivi Bachtiar, ST. MT 2

ANALISA KUAT TARIK BESI BJTP Ø 16 mm YANG ADA DIPASARAN ROKAN HULU (Study kasus besi BJTP Ø 16 mm besi SS, GS dan HHS) HERMANSYAH (1) NIM:

MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

MATERIAL BETON PRATEGANG BY : RETNO ANGGRAINI, ST. MT

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

TEKNIK PEMBESIAN STRUKTUR BETON BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

ANALISA BESI BETON SERI KS DAN SERI KSJI DENGAN PROSES PENGUJIAN TARIK

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

MEKANIKA BAHAN (TKS 1304) GATI ANNISA HAYU PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I TUGAS AKHIR.

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana

TEGANGAN DAN REGANGAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG

BAJA TULANGAN BETON BERSTANDAR SNI 2052:2014

Teknologi Beton II. B e t o n B e r t u l a n g

STUDI EKSPERIMENTAL MATERIAL BAJA TULANGAN DARI BERBAGAI DISTRIBUTOR DI BANDUNG ABSTRAK

STRUKTUR BETON BERTULANG II

TUGAS AKHIR PENELITIAN KAPASITAS MOMEN LENTUR DAN LEKATAN GESEK DARI PELAT BETON DENGAN SISTEM FLOORDECK

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

PEMBANDINGAN KEKUATAN TARIK TULANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BRINEL DAN MENGGUNAKAN UTM (UNIVERSAL TEST MACHINE)

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

PEMERIKSAAN TEGANGAN LEKAT BETON DENGAN VARIASI LUAS TULANGAN

c. Semen, pasta semen, agregat, kerikil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

tegangan tekan disebelah atas dan tegangan tarik di bagian bawah, yang harus ditahan oleh balok.

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

PENGARUH PANJANG SAMBUNGAN LEWATAN LEBIH DARI SYARAT SNI TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG TULANGAN BAJA ULIR

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL

STRUKTUR BETON BERTULANG II

MATERIAL BETON PRATEGANG

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN

Transkripsi:

PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135) Gatot Setya Budi 1) Abstrak Dalam beton bertulang komponen beton dan tulangan baja menjadi faktor utama, dalam praktek sering dijumpai tulangan baja bengkok atau tidak lurus lagi sehingga secara kekuatan akan mempengaruhi atau dalam bongkaran gedung seringkali didapat tulangan sisa bongkaran yang mungkin masih bisa dimanfaatkan dengan maksud untuk menghemat biaya tetapi persyaratan kekuatan juga harus dipenuhi. Dengan latar belakang hal tersebut diatas dilakukan penelitian tentang pengaruh bengkokan tulangan beton terhadap kuat tarik dan modulus elastisitas baja tulangan, tulangan dibengkok 45, 90 dan 135 kemudian diluruskan kembali serta diuji juga kuat tarik dan modulus elastisitas tulangan sisa bongkaran. Dari hasil penelitian didapat tulangan yang dibengkok dan tulangan sisa bongkaran mempunyai kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan tulangan baru. Dari hasil perhitungan analitis dari data-data yang didapat dari pengujian tarik baja tulangan normal diperoleh P leleh = 2812 kg, P maks = 4321 kg, f y = 3578 kg/cm 2, E = 2100000 kg/cm 2 ; baja tulangan yang telah dibengkokkan dengan sudut bengkok 45 P leleh = 1983 kg, P maks = 3064 kg, f y = 2523,82 kg/cm 2, E = 2092719,74 kg/cm 2 ; baja tulangan yang telah dibengkokkan dengan sudut bengkok 90 memberikan P leleh = 1779 kg, P maks = 2750 kg, f y = 2264,18 kg/cm 2, E = 1931894,20 kg/cm 2 ; baja tulangan yang telah dibengkokkan dengan sudut bengkok 135 P leleh = 1627 kg, P maks = 2514 kg, f y = 2070,72 kg/cm 2, E = 1832495,57 kg/cm 2 ; dan baja tulangan sisa bekas bongkaran P leleh = 1544 kg, P maks = 2279 kg, f y = 1965,09 kg/cm 2 ; E = 2051242,17 kg/cm 2. Kata-kata kunci: tulangan baja, tulangan sisa bongkaran, kuat tarik, modulus elastisitas 1. PENDAHULUAN Meningkatnya pembangunan di Indonesia dewasa ini terus menuntut pembangunan teknologi yang baik pula. Pembangunan fisik berupa prasarana transportasi, fasilitas gedung serta tempat tinggal yang semakin meningkat memacu kita untuk dapat menjawab segala tantangan yang akan timbul pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Dalam penelitian ini tulangan sisa bongkaran yang digunakan dapat diganti dengan menggunakan tulangan baru (belum pernah digunakan) yang masih lurus, kemudian dibengkokkan sebesar 45,9 dan 135 dan diluruskan kembali ke 0. 2. Jumlah benda uji sesuai dengan yang disyaratkan. 1) Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura 65

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011 3. Pengujian kuat tarik baja dilakukan di Laboratorium Mesin Politeknik Negeri Pontianak. Dengan adanya penelitian tentang kajian tulangan sisa untuk beton bertulang akan didapat suatu hubungan antara komponen struktur beton dengan tulangan baru dan balok beton dengan tulangan sisa (dengan sudut bengkok 45,9 dan 135), dan pada akhirnya akan dapat menekan biaya dikarenakan tidak perlu menggunakan tulangan baru. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Baja Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang akan timbul didalam sistem. Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan dengan beton, selain BJTP (batang polos berpenampang bulat) juga digunakan BJTD (batang deformasian) yaitu batang tulangan baja yang permukaannya dikasarkan secara khusus, diberi sirip teratur dengan pola tertentu, atau batang tulangan yang dipilin pada proses produksinya. Pola permukaan yang dikasarkan atau pola sirip sangat beragam tergantung pada mesin giling atau cetak yang dimiliki oleh produsen, asal masih dalam batasbatas spesifikasi teknik yang diperkenankan oleh standar. Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam perhitungan perencanaan beton bertulang ialah f y (tegangan luluh) dan E s (modulus elastisitas). Dari suatu diagram hubungan tegangan-regangan tipikal untuk batang baja tulangan diketahui bahwa tegangan luluh (titik luluh) baja ditentukan melalui prosedur pengujian standar sesuai SII 0136-84 dengan ketentuan bahwa tegangan luluh adalah tegangan baja pada saat mana meningkatnya tegangan tidak disertai lagi dengan peningkatan regangannya. Di dalam perencanaan atau analisis beton bertulang umumnya nilai tegangan luluh baja tulangan diketahui atau ditentukan pada awal analisis. Gambar 1. Tegangan versus regangan batang tulangan baja Modulus elastis baja tulangan ditentukan berdasarkan kemiringan awal kurva tegangan-regangan di daerah elatis dimana antara mutu baja yang satu 66

Pengujian Kuat Tarik dan Modulus Elastisitas Baja (Kajian Terhadap Baja dengan Sudut Bengkok 45, 90, 135) (Gatot Setya Budi) Tabel 1. Standar batang baja tulangan ASTM Nomor Diameter nominal Luas nominal Berat nominal Batang ( inch ) ( mm ) ( inch 2 ) ( mm 2 ) ( kg/m ) # 3 0,375 9,500 0,110 71,000 0,559 # 4 0,500 12,700 0,200 129,000 0,994 # 5 0,625 15,900 0,310 200,000 1,552 # 6 0,750 19,100 0,440 284,000 2,235 # 7 0,875 22,200 0,600 387,000 3,041 # 8 1,000 25,400 0,790 510,000 3,973 # 9 1,128 28,700 1,000 645,000 5,059 # 10 1,270 32,300 1,270 819,000 6,403 # 11 1,410 35,800 1,560 1006,000 7,906 # 14 1,693 43,000 2,250 1452,000 11,380 # 18 2,257 57,300 4,000 2581,000 20,240 dengan lainnya tidak banyak variasi. Ketentuan SK SNI T-15-1991-03 menetapkan bahwa nilai modulus elastis baja adalah 200.000 MPa. ASTM menggolongkan batang tulangan baja dengan memberikan nomor, dari #3 s.d. #18 sesuai dengan spesifikasi diameter, luas penampang dan berat tiap satuan panjang seperti dalam Tabel 1. Tabel 2. Jenis dan kelas baja tulangan sesuai SII 0136-80 Jenis Kelas Simbol Batas ulur minimum (N/mm 2 ) Polos 1 BJTP24 235 (24) 2 BJTP30 294 (30) Deform 1 BJTD24 235 (24) 2 BJTD30 294 (30) 3 BJTD35 345 (35) 4 BJTD40 392 (40) 5 BJTD50 490 (50) Kuat tarik minimum (N/mm 2 ) 382 (39) 480 (49) 382 (39) 480 (40) 490 (50) 559 (57) 610 (63) 67

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011 Menurut SII 0136-80, dilakukan pengelompokan baja tulangan untuk beton bertulang yang berdasarkan dari jenis dan kelas dari baja tulangan tersebut yang mana dalam Tabel 2 menunjukkan batas ulur minimum dan kuat tarik minimum dari baja tulangan tersebut. 3. PELAKSANAAN PENELITIAN Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 2. Permasalahan Tinjauan Pustaka / Literatur Persiapan Mate Tahap pembengkokan tulangan baja Pembengkokan tulangan diameter 10 mm sudut 45, 9 dan 135 dan diluruskan kembali. Tahap pengujian kuat tarik baja tulangan Tahap analisa data Kesimpulan Gambar 2. Diagram pelaksanaan penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Penelitian Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah UTM (Universal Testing Machine). Bahan yang digunakan adalah baja tulangan yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : Baja tulangan dengan diameter 10 mm. Mempunyai tegangan leleh minimal 240 MPa. 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengujian 3.2.1 Pengujian kuat tarik baja tulangan Bentuk benda uji seperti pada Gambar 3. Kuat tarik baja tulangan didapat dari rumus sebagai berikut : P F (1) A dengan F : kuat tarik (MPa) P : gaya tarik (N) A : luas tampang (mm 2 ). 3.2.2 Pengujian modulus elastisitas baja tulangan Bentuk benda uji seperti pada Gambar 4. Modulus elastisitas baja tulangan didapat dari rumus sebagai berikut : E (2) dengan 68 Mesin Kuat tarik, Tekan dan Lentur

Pengujian Kuat Tarik dan Modulus Elastisitas Baja (Kajian Terhadap Baja dengan Sudut Bengkok 45, 90, 135) (Gatot Setya Budi) 40 mm 40 mm 40 mm Gambar 3. Benda uji kuat tarik dan modulus elastisitas baja tulangan E : Modulus elastisitas (MPa) : Tegangan tarik/kuat tarik (MPa) : regangan. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kuat Tarik Baja Baja tulangan yang dipakai yaitu : a) Baja tulangan normal dengan diameter tulangannya 10 mm. b) Baja tulangan dengan diameter tulangannya 10 mm yang telah dibengkokkan dengan sudut bengkok 45, 90 dan 135. c) Baja tulangan sisa bekas bongkaran dengan diameter tulangannya 10 mm. Dalam pengujian kuat tarik baja tulangan ini yang dicari adalah harga f y dan E. 4.1.1 Analisis baja tulangan normal Dari data hasil pengujian kuat tarik baja tulangan normal dengan diameter 10 mm di atas dan grafik tegangan regangan yang didapat dari pengujian kita akan menganalisis berapa regangan dan tegangan yang terjadi pada baja tulangan tersebut. Dari hasil regangan dan tegangan baja tulangan yang telah didapat maka dapat ditentukan nilai E s dari baja tulangan tersebut. Dari data di atas maka didapat nilai tegangan lelehnya sebesar (lihat Gambar 4): Y p 2812 3578 kg/cm 2 2 2 D 10 4 4 Nilai regangannya yaitu : l l 0,1704 100 0,001704 Setelah didapat nilai tegangan dan regangan dari baja tulangan normal tersebut maka selanjutnya akan dicari nilai E s sbb: E s 3578 0,001704 =2099765,26 MPa 2100000 MPa 69

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011 Gambar 4. Grafik tegangan regangan hasil pengujian tulangan normal 4.1.2 Analisis 4.1.3 Baja tulangan yang dibengkokkan 45 Dari data hasil pengujian kuat tarik baja tulangan yang dibengkokkan dengan sudut bengkok 45 dengan diameter 10 mm maka dianalisis regangan dan tegangan yang terjadi pada baja tulangan tersebut. Dari hasil regangan dan tegangan baja tulangan yang telah didapat maka diperoleh nilai E s dari baja tulangan tersebut. Y p 1983 2523,82kg/cm 2 2 2 d 1 4 4 Nilai regangannya yaitu : l 0,0603 0,001206 l 50 Setelah didapat nilai tegangan dan regangan dari baja tulangan yang dibengkokkan dengan sudut bengkok 45 tersebut maka selanjutnya dicari nilai E s dari baja tulangan tersebut yaitu sebagai berikut (lihat Gambar 5): Dari data hasil pengujian maka didapat nilai tegangan lelehnya sebesar : 70

Pengujian Kuat Tarik dan Modulus Elastisitas Baja (Kajian Terhadap Baja dengan Sudut Bengkok 45, 90, 135) (Gatot Setya Budi) Gambar 5. Grafik tegangan regangan hasil pengujian tulangan yang dibengkokkan 45 E s 2523,82 0,001206 2092719,74 kg/cm 4.1.4 Analisis baja tulangan yang dibengkokkan 90 Dari hasil regangan dan tegangan baja tulangan yang telah didapat maka dapat ditentukan nilai E s dari baja tulangan tersebut. Dari data hasil pengujian maka didapat nilai tegangan lelehnya sebesar : 2 Y p 1779 2264,18 kg/cm 2 2 2 d 1 4 4 Nilai regangannya yaitu : l 0,0586 0,001172 l 50 Setelah didapat nilai tegangan dan regangan dari baja tulangan yang dibengkokkan dengan sudut bengkok 90 tersebut maka selanjutnya dicari nilai E s dari baja tulangan tersebut yaitu sebagai berikut (lihat Gambar 6): 71

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011 σ2 σ1 ε1 ε2 Gambar 6. Grafik tegangan regangan hasil pengujian tulangan yang dibengkokkan 90 E s 1931894,20 2264,18 0,001172 kg/cm 4.1.5 Analisis baja tulangan yang dibengkokkan 135 Dari data hasil pengujian kuat tarik baja tulangan yang dibengkokkan dengan sudut bengkok 135 dan grafik tegangan regangan maka dianalisis regangan dan tegangan yang terjadi pada baja tulangan tersebut. 2 Dari hasil regangan dan tegangan baja tulangan yang telah didapat maka diperoleh nilai E s dari baja tulangan tersebut. Dari data hasil percobaan maka didapat nilai tegangan lelehnya sebesar : Y p 1627 2070,72 kg/cm 2 2 2 D 10 4 4 Nilai regangannya yaitu : l 0,0567 0,00113 l 50 72

Pengujian Kuat Tarik dan Modulus Elastisitas Baja (Kajian Terhadap Baja dengan Sudut Bengkok 45, 90, 135) (Gatot Setya Budi) Gambar 7. Grafik tegangan regangan hasil pengujian tulangan yang dibengkokkan 135 Setelah didapat nilai tegangan dan regangan dari baja tulangan yang dibengkokkan dengan sudut bengkok 135 tersebut maka selanjutnya dicari nilai E s dari baja tulangan tersebut yaitu sebagai berikut : E s 1832495,57 2070,72 0,00113 kg/cm 2 4.1.6 Analisis baja tulangan sisa bongkaran Dari data hasil pengujian kuat tarik baja tulangan sisa bekas bongkaran dengan diameter 10 mm di atas maka dianalisis berapa regangan dan tegangan yang terjadi pada baja tulangan tersebut. Dari hasil regangan dan tegangan baja tulangan yang telah didapat maka didapat 73

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011 Gambar 8. Grafik tegangan regangan hasil pengujian tulangan bekas nilai E s dari baja tulangan tersebut. Dari data hasil percobaan maka didapat nilai tegangan lelehnya sebesar : Y p 1544 1965,09 kg/cm 2 2 2 D 10 4 4 Nilai regangannya yaitu : l l 0,0958 100 0,000958 Setelah didapat nilai tegangan dan regangan dari baja tulangan normal tersebut maka selanjutnya dicari nilai E s dari baja tulangan tersebut yaitu sebagai berikut : E s 2051242,17 1965,09 0,000958 kg/cm 4.2 Hasil Kuat Uji Tarik dan Modulus Elastisitas Baja Dari hasil perhitungan analitis dari datadata yang didapat dari pengujian tarik baja tulangan normal, baja tulangan yang telah dibengkokkan dengan sudut bengkok 45, 90 dan 135 dan baja 2 74

Tabel 3. Pengujian Kuat Tarik dan Modulus Elastisitas Baja (Kajian Terhadap Baja dengan Sudut Bengkok 45, 90, 135) (Gatot Setya Budi) Hasil kuat uji tarik baja tulangan Normal Sudut Bengkok 45 0 Sudut Bengkok 90 0 Sudut Bengkok 135 0 Bekas P leleh ( kg ) 2812 1983 1779 1627 1544 P max ( kg ) 4321 3064 2750 2514 2279 Tegangan leleh (f y ) (kg/cm 2 ) Modulus Elastisitas (E s ) kg/cm 2 ) 3578,00 2523,82 2264,18 2070,72 1965,09 2100000 2092719,74 1931894,20 1832495,57 2051242,17 tulangan sisa bekas bongkaran maka didapat nilai-nilai sebagai berikut: 5. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: a) baja yang dibengkokan kemudian diluruskan kembali dan tulangan baja sisa bongkaran menghasilkan kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan pemakaian tulangan baru. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa tulangan yang telah mengalami proses pembengkokan akan mengalami penurunan kekuatan tegangan lelehnya. b) Dari hasil perhitungan analitis dari data-data yang didapat dari pengujian tarik baja tulangan normal diperoleh P leleh = 2812 kg, P maks = 4321 kg, f y = 3578 kg/cm 2, E = 2100000 kg/cm 2, baja tulangan yang telah dibengkokkan dengan sudut bengkok 45 P leleh = 1983 kg, P maks = 3064 kg, f y = 2523,82 kg/cm 2, E = 2092719,74 kg/cm 2, baja tulangan yang telah dibengkokkan dengan sudut bengkok 90 P leleh = 1779 kg, P maks = 2750 kg, f y = 2264,18 kg/cm 2, E = 1931894,20 kg/cm 2 dan baja tulangan yang telah dibengkokkan dengan sudut bengkok 135 P leleh = 1627 kg, P maks = 2514 kg, f y = 2070,72 kg/cm 2, E = 1832495,57 kg/cm 2 dan baja tulangan sisa bekas bongkaran P leleh = 1544 kg, P maks = 2279 kg, f y = 1965,09 kg/cm 2, E = 2051242,17 kg/cm 2. Daftar Pustaka Yayasan Dana Normalisasi Indonesia. 1983. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983. Bandung: DPMB Departemen Pekerjaan Umum RI. Yayasan LPMB. 1991. SK SNI T-15-1991-03 : Tata Cara Perhitungan 75

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011 Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Bandung: LPMB Departemen Pekerjaan Umum RI. 76