1. PENDAHULUAN 1.1. BETON
|
|
- Widyawati Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1. PENDAHULUAN Beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya, telah digunakan sebagai bahan bangunan sejak zaman dahulu Penggunaan beton bertulangan dengan lebih intensif baru dimulai pada awal abad ke 19, ini dibuktikan dengan tulisan F. Coignet pada tahun 1801 yang membahas tentang prinsip-prinsip dasar konstruksi beton dan meninjau kelemahan beton terhadap tarik. Pada tahun 1938, teori kekuatan batas mulai dikembangkan di Rusia, dan pada tahun 1956 di Inggris dan Amerika. Metoda perencanaan campuran beton (admixture) juga terus berkembang untuk mendapatkan beton dengan kuat tekan yang lebih tinggi Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi beton, banyak negara menerbitkan peraturan dan standarisasi tentang konstruksi beton, antara lain : German Committee for Reinforced Concrete, American Concrete Institute, British Concrete Institute. Di Indonesia juga terdapat peraturan dan standarisasi yang terus diperbaharui mengikuti perkembangan teknologi beton bertulang, yaitu Peraturan Beton Indonesia 1955, Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI , yang terakhir adalah Standar SK-SNI T Tata Cara Perhitungan Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung dan akan diperbaharui kembali BETON Beton dibentuk dengan mencampur Portlant Cement (PC) + Agregat halus + Agregat kasar + Air dengan atau tanpa bahan tambah, dengan proporsi masing-masing bahan pembentuk tertentu. Masing-masing bahan pembentuk beton berfungsi sebagai berikut : a. Agregat halus/pasir berukuran < 5 mm dan agregat kasar/kerikil dengan ukuran 5 40 mm, baik alami ataupun buatan disebut sebagai bahan susun kasar dan merupakan komponen utama beton (volume ±70%). Kualitas agregat, baik kekuatan, daya tahan, bentuk, kekasaran permukaan, kebersihan dan gradasinya, sangat berpengaruh terhadap kualitas beton yang dihasilkan. b. PC merupakan bahan perekat/pengikat hidraulis yang setelah tercampur air menjadi pasta semen dan mempunyai kekuatan tinggi setelah mengeras. Pasta semen menyelimuti seluruh permukaan butiran agregat dan menjadi perekat antar butiran. Pada umumnya semen yang digunakan untuk bahan bangunan adalah Semen Portland. Semen ini diperoleh dari menghaluskan silikat kalsium yang bersifat hidraulis dan dicampur dengan gips. Terdapat beberapa tipe semen portland, yaitu tipe I, II, III, IV dan tipe V. Semen portland tipe I adalah tipe yang paling banyak digunakan untuk bangunan, sedangkan tipe lainnya dipergunakan untuk keperluan tertentu yang memerlukan persyaratan khusus. c. Air dipergunakan agar terjadi reaksi kimia dengan semen, sehingga terbentuk pasta semen yang membasahi permukaan agregat dan merupakan pelumas campuran agar mudah dikerjakan, dan sebagai perekat antar agregat. Selain itu, air juga berfungsi sebagai pelincir agregat. Air untuk campuran beton harus tidak mengandung minyak dan bahan-bahan lain yang dapat mengurangi kekuatan beton. Jumlah air yang digunakan dinyatakan dalam perbandingan berat air dengan berat semen yang disebut faktor air semen (fas). Beton untuk pekerjaan konstruksi biasanya memilki fas sebesar 0,45 0,65. Karena fas sangat berpengaruh terdapat kekuatan beton yang diperoleh, maka fas harus dikontrol dengan ketat. Air yang berlebihan akan menimbulkan banyaknya gelembung air dan bleding setelah proses hidrasi selesai, sedang air yang kurang menyebabkan proses hidrasi kurang baik. Selain itu, karena selama proses pengeringan beton timbul panas hidrasi yang tinggi yang dapat menimbulkan retak-retak pada beton, maka itu diperlukan air untuk membasahi beton agar panas hidrasi berkurang, jadi air juga diperlukan untuk perawatan beton selama proses pengeringan. d. Bahan tambah (admixtures) adalah bahan yang bukan air, agregat ataupun semen yang ditambahkan ke dalam campuran beton saat atau selama pencampuran. Bahan tambah Struktur Beton I - 1
2 berfungsi mengubah sifat-sifat beton agar sesuai untuk pekerjaan tertentu, atau menjadi ekonomis, atau untuk tujuan lain. Jumlah bahan tambah umumnya diproporsikan terhadap berat semen. Pemberian bahan tambah tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan kekuatan tekan beton berkurang atau dapat menyebabkan korosi pada baja tulangan. Jenis bahan tambah dapat dikelompokkan sbb. : Accelerating admixtures, berfungsi mengurangi waktu pengeringan dan mempercepat tercapainya kekuatan. Air-entraining, berfungsi membentuk gelembung-gelembung udara dengan diameter 1 mm selama pencampuran agar memudahkan pengerjaan dan menambah kekuatan awal beton. Pengurang air dan pengontrol pengeringan, bahan tambah ini berupa cairan. Air yang terkandung dalam bahan tambah merupakan bagian air campuran beton, sehingga kebutuhan air berkurang dan juga kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan air. Penghalus Gradasi, berfungsi untuk memperhalus perbedaan gradasi campuran beton, yaitu dengan memberikan ukuran butiran yang tidak ada atau kurang pada agregat, karena bahan ini berupa mineral, sehingga dapat meningkatkan mutu beton. Polimer, bahan tambah ini termasuk jenis baru yang menghasilkan beton dengan kekuatan tekan tinggi. Bahan tambah ini digunakan sebagai pengganti air campuran dengan faktor polimer-beton 0,30 0,45 untuk mendapatkan beton mutu tinggi. Superplastisizer, termasuk bahan tambah baru yang berfungsi mengurangi air tetapi nilai slump bertambah sehingga meningkatkan sifat mudah dikerjakan. Mutu beton ditentukan berdasarkan kuat tekannya. Sesuai tingkat mutu beton yang hendak dicapai, perbandingan/komposisi campuran bahan susun beton harus ditentukan (terdapat banyak metoda untuk menentukan komposisi bahan susun beton), agar beton yang dihasilkan memberikan : 1. kelecakan dan konsistensi yang memungkinkan beton mudah dikerjakan (penuangan, pemadatan, perataan) di dalam acuan dan sekitar baja-tulangan tanpa menimbulkan segregasi dan bleeding 2. ketahanan terhadap kondisi lingkungan : kedap air, korosif, kebakaran, dll. 3. memenuhi kekuatan yang direncanakan. Nilai kekuatan serta daya tahan beton (durability) merupakan fungsi dari banyak faktor, antara lain komposisi dan mutu bahan susun, pelaksanaan pengecoran, finishing, temperatur dan perawatan beton. Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum f c beton dengan satuan MPa (Mega Pascal) pada umur beton 28 hari. Nilai kuat tekan beton dipengaruhi oleh umur beton seperti gambar 1.1 dan tabel 1.1. Kuat tekan beton diperoleh melalui uji tekan standar umumnya mengikuti tata cara ASTM (American Society for Testing Materials) C39-66, dengan menggunakan mesin uji yang memberikan beban yang terus meningkat secara kontinu, dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji standar. Menurut SK-SNI T benda uji standar berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Nilai f c adalah bukan tegangan saat benda uji silinder hancur, tetapi tegangan maksimum dan umumnya terjadi pada regangan desak beton ε c = ± 0,002 seperti gambar 1.2. Nilai f c akan berkurang dengan bertambahnya regangan setelah regangan yang memberikan tegangan maksimum, sampai benda uji hancur pada regangan ε c = 0,003-0,005. SK-SNI T menetapkan regangan desak hancur beton sebesar ε cu = 0,003. Kuat tekan beton yang umum dipergunakan berkisar MPa, dan saat ini telah dibuat beton dengan kuat tekan > 100 MPa. Untuk pekerjaan struktur beton bertulang, umumnya digunakan beton dengan kuat tekan MPa, untuk struktur beton prategang digunakan beton dengan kuat tekan > 35 MPa. Sedangkan beton dengan kuat tekan 15 MPa digunakan untuk pekerjaan nonstruktural. Di Indonesia masih banyak digunakan benda uji selain silinder sehingga diperlukan faktor konversi seperti pada tabel 1.2. Struktur Beton I - 2
3 Gambar 1.2 : Hubungan Kuat Tekan dengan umur beton Tabel 1.1 : Perbandingan Kuat Beton Umur Beton ( hari ) PC biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35 PC dengan kekuatan awal tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20 Tabel 1.2 : Angka Konversi Benda Uji Beton Benda Uji Faktor Konversi Silinder 150 x 300 mm 1,00 Kubus 150 x 150 mm 0,80 Kubus 200 x 200 mm 0,83 Sesuai dengan perkembangan teknologi beton saat ini, dimana penggunaan beton ringan makin meluas. Maka untuk penetapan nilai Modulus Elastisitas Beton ( E c ), digunakan rumus empiris yang menyertakan kerapatan (density)/berat beton, dan menurut SK-SNI : Struktur Beton I - 3
4 1,50 E c = 0,043w c f' c dimana E c = modulus elastisitas beton tekan (MPa) w c = berat isi beton (kg/m 3 ) - ( kg/m 3 ) f c = kuat tekan beton (MPa) Untuk beton kepadatan normal (berat isi ± 23 kn/m 3 ), nilai modulus elastisitas : E c = 4700 f' c Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, berkisar 9-15 % dari kuat tekannya, nilai kekuatan tekan dan tarik beton tidak berbanding lurus, setiap peningkatan kuat tekan beton hanya memberikan sedikit peningkatan kuat tariknya. Nilai kuat tarik beton sulit ditentukan, suatu pendekatan yang umum dilakukan adalah menggunakan suatu nilai yang disebut modulus of rupture ( f r ), yaitu tegangan tarik lentur beton yang timbul pada pengujian hancur balok beton polos (tanpa tulangan), sebagai kuat tarik beton sesuai teori elastisitas. Untuk beton normal, nilai modulus rupture : f r = 0,70 f' c Kuat tarik beton dapat juga ditentukan melalui pengujian split cilinder (pecah belah silinder). Benda uji silinder diletakkan pada arah memanjang diatas alat penguji, dan ditekan. Kuat tarik beton : f t = 2P π.l.d Dalam penggunaan beton sebagai komponen struktur, beton diperkuat dengan batang bajatulangan sebagai bahan yang dapat bekerja sama dengan beton, serta mampu memperbaiki kelemahan beton terutama dalam menahan gaya tarik. Beton Bertulang merupakan beton yang diperkuat batang baja-tulangan. Kedua komponen ini saling bekerja sama dalam menahan gaya-gaya yang terjadi : beton diperhitungkan (hanya) menahan gaya tekan batang baja-tulangan diperhitungkan menahan gaya tarik, kemudian berkembangan dengan tujuan meningkatkan kemampuan komponen struktur, batang baja-tulangan sering juga dipergunakan bersama-sama beton untuk menahan gaya tekan. Kerjasama antara beton dengan batang baja-tulangan dapat terwujud karena : a. lekatan yang sempurna antara batang baja-tulangan dengan beton yang membungkusnya sehingga tidak terjadi penggelinciran / slip b. beton yang membungkus batang baja-tulangan bersifat kedap, sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat pada baja-tulangan c. angka muai beton : 0, , dan angka muai baja : 0, Kedua bahan ini mempunyai angka muai relatif sama besar, sehingga tegangan yang terjadi karena perbedaan suhu dapat diabaikan. Konsekuensi dari lekatan yang sempurna antara beton dengan batang baja-tulangan, maka pada beton didaerah tarik akan mengalami retak-retak halus/rambut dekat batang bajatulangan, ini disebabkan tegangan tarik pada titik tersebut sudah melampaui tegangan tarik beton. Retak halus yang demikian dapat diabaikan. Struktur Beton I - 4
5 1.2. BAJA-TULANGAN Sifat fisik baja-tulangan yang penting diketahui untuk perhitungan struktur beton-bertulang adalah tegangan luluh/leleh ( f y ) dan modulus elastisitas ( E s ) Tegangan luluh ditentukan dari pengujian tarik baja, yaitu titik dimana penambahan regangan tidak disebabkan peningkatan tegangan. Dalam perencanaan atau analisis struktur beton bertulangan, nilai f y ditentukan terlebih dahulu berdasarkan hasil pengujian atau spesifikasi pabrik. Gambar 1.4 : Tegangan dan Regangan Uji Tarik Baja Modulus Elastisitas baja ditentukan berdasar kemiringan awal kurva tegangan-regangan didaerah elastis, dimana untuk berbagai mutu baja, perbedaan kemiringan ini tidak begitu berarti, dan SK-SNI menetapkan nilai E s = MPa. Untuk memenuhi persyaratan agar lekatan antara baja-tulangan dengan beton dapat berlangsung dengan baik, selain batang polos berpenampang bulat (BJTP), digunakan juga batang deformasian (BJTD), yaitu batang tulangan yang permukaannya dikasarkan secara khusus / diberi sirip teratur dengan pola tertentu. BJTP digunakan untuk diameter tulangan 12 mm, umumnya sebagai tulangan pengikat, sengkang atau spiral. Gambar 1.5 : Baja-Tulangan Deformasian/Ulir (BJTD) Simbol Tabel 1.3 : Sifat Mekanik Baja-Tulangan Tegangan Leleh Tegangan Tarik Perpanjangan minimum minimum minimum N/mm2 N/mm2 ( % ) BJTP BJTP BJTD BJTD BJTD BJTD BJTD Struktur Beton I - 5
6 Tabel 1.4 : Baja-Tulangan ( SII ) Diameter Luas Penampang Berat Baja-Tulangan nominal nominal nominal Polos Deform (mm) (mm2) (kg/m') , PERSYARATAN KEKUATAN Tujuan perencanaan struktur adalah untuk mendapatkan struktur yang aman terhadap bebanbeban atau efek beban-beban yang bekerja selama masa penggunaan bangunan. Karena itu diperlukan pengetahuan tentang beban-beban yang bekerja, yaitu beban mati, beban hidup, angin, gempa, dll. Bila intensitas dan efek beban yang bekerja dapat diketahui dengan pasti, maka struktur dapat dibuat aman, dengan cara memberikan kapasitas kekuatan yang sedikit lebih besar. Akan tetapi, sering dirasakan adanya ketidak-pastian, baik ketika menentukan beban-beban yang akan bekerja, maupun kekuatan struktur dalam menahan beban tersebut. Ketidakpastian karena variabilitas penampilan struktur dapat disebabkan oleh tidak seragamnya kekuatan dan kekakuan beton yang diakibatkan mutu material yang tidak seragam, kualitas pelaksanaan, variasi dimensi elemen struktur, geometri struktur, penempatan tulangan, dan efek-efek lain yang merugikan. Untuk mengatasi hal tersebut, digunakan faktor keamanan atau angka keamanan, yang menjamin bahwa kapasitas struktur sedikit lebih besar dari beban-beban yang bekerja. Angka keamanan dapat didefinisikan sebagai rasio beban yang dapat menimbulkan keruntuhan terhadap beban kerja. Penerapan faktor/angka keamanan disatu pihak bertujuan untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya keruntuhan bangunan yang membahayakan, di lain pihak juga harus memperhitungkan faktor biaya. Kekuatan yang dibutuhkan suatu komponen struktur untuk menahan beban berfaktor yang bekerja dengan berbagai kombinasi efek beban disebut Kuat Perlu. Kuat perlu U suatu struktur harus dihitung dengan beberapa kombinasi beban yang mungkin bekerja pada struktur tersebut. Beban berfaktor atau beban rencana didapat dengan mengalikan beban kerja dengan faktor beban yang sesuai. Suatu struktur dapat dijamin keamanannya dengan cara memberikan kapasitas kekuatan atau kuat rencana yang sedikit lebih besar dari berbagai kombinasi efek beban yang bekerja. Kuat rencana diperoleh dari mengalikan kuat nominal dengan faktor reduksi kekuatan (φ) yang nilainya lebih kecil dari satu. Kuat nominal diperoleh dengan meninjau kekuatan teoritis. Faktor Keamanan yang disyaratkan oleh SK SNI T dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yang faktor beban dan faktor reduksi kekuatan. Faktor Beban adalah suatu faktor yang nilainya lebih besar dari satu guna menaikkan beban kerja untuk menjaga terjadinya beban yang sedikit lebih besar dari beban yang direncanakan, penerapannya sebagai berikut : Struktur Beton I - 6
7 1. kombinasi beban mati + beban hidup Kuat perlu U = 1,2 D + 1,6 L... (1) 2. kombinasi dengan beban angin U = 0,75 ( 1,2 D + 1,6 L + 1,6 W )... (2) atau U = 0,9 D + 1,3 W... (3) Kuat perlu U dari (2) atau (3) tidak boleh kurang dari (1) 3. kombinasi dengan beban gempa U = 1,05 ( D + LR ± E )... (4) atau U = 0,90 ( D ± E )... (5) 4. kombinasi dengan tekanan tanah U = 1,2 D + 1,6 L + 1,6 H... (6) 5. kombinasi dengan beban khusus U = 0,75 ( 1,2 D + 1,2 T + 1,6 L )... (7) tetapi tidak lebih besar dari U = 1,2 ( D + T )... (8) dengan : D = beban mati L = beban hidup W = beban angin E = beban gempa LR = beban hidup direduksi H = beban akibat tekanan tanah T = beban khusus, yaitu : - perbedaan penurunan - rangkak - perubahan suhu - susut - dll Contoh, beban rencana terbagi-rata untuk kombinasi beban hidup dan beban mati, adalah : w u = 1,2 w D + 1,6 w L sedang momen perlu atau momen rencana untuk kombinasi beban tersebut adalah : M u = 1,2 M D + 1,6 M L Faktor reduksi kekuatan ( φ ), dimaksudkan untuk memperhitungkan pengaruh kekuatan bahan, pengerjaan, ketidaktepatan ukuran, pengendalian dan pengawasan pelaksanaan, yang tergantung pada mekanisme / sifat beban, sbb. : lentur murni... φ = 0,80 beban aksial & beban aksial dengan lentur aksial tarik tanpa atau dengan lentur... φ = 0,80 aksial tekan tanpa atau dengan lentur sengkang... φ = 0,65 spiral... φ = 0,70 geser dan torsi... φ = 0,60 tumpuan pada beton... φ = 0,70 Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa Kuat Momen yang digunakan M R (kapasitas momen) sama dengan Kuat Momen Ideal/Nominal M n dikalikan dengan faktor φ M R = φ M n Struktur Beton I - 7
BAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan
Lebih terperinciBAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG
BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG Capaian Pembelajaran: Setelah mempelajari sub bab 1 Pengenalan Beton bertulang diharapkan mahasiswa dapat memahami definisi beton bertulang, sifat bahan, keuntungan dan
Lebih terperinciSifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas
Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan (Workability/Kelecakan) Sifat ini merupakan ukuran tingkat kemudahan beton segar untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan serta tidak terjadi pemisahan /segregasi.
Lebih terperinciPENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135 )
PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135) Gatot Setya Budi 1) Abstrak Dalam beton bertulang komponen beton dan tulangan
Lebih terperinciBAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI
BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI 2.1. PENGERTIAN BETON BERTULANG Beton bertulang (reinforced concrete) tersusun dari bahan beton dan baja, yang antara keduanya mempunyai ikatan/lekatan (bond) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum
Lebih terperinciGanter Bridge, 1980, Swiss. Perencanaan Struktur Beton Bertulang
Ganter Bridge, 1980, Swiss Perencanaan Struktur Beton Bertulang Beton dan Beton Bertulang Beton adalah campuran pasir, kerikil atau batu pecah, semen, dan air. Bahan lain (admixtures)( ) dapat ditambahkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m 2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Beton Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat kasar, agregat halus, dan air, dengan atau tanpa campuran tambahan yang membentuk massa
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima
Lebih terperinciBAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR
BAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR 2.1. BETON Beton merupakan campuan bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan semen dan air sebagai
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Beton
BAB III LANDASAN TEORI A. Beton Beton merupakan bahan yang tersusun dari semen (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air,dan bahan tambah (admixture atau additive). Pada umumnya, beton mengandung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fiber Glass Fiber glass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Menurut Tjokrodimuljo (1996), beton merupakan hasil pencampuran portland cement, air, dan agregat. Terkadang ditambah menggunakan bahan tambah dengan perbandingan tertentu,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013).
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013). Seiring dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang konstruksi mengalami perubahan yang sangat pesat dari zaman ke zaman. Pada zaman dahulu bahan yang digunakan dalam bidang konstruksi hanya
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN JUDUL ENGLISH... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR ISTILAH... xi DAFTAR NOTASI...
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pelat Pelat beton (concrete slabs) merupakan elemen struktural yang menerima beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke balok dan kolom sampai
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembebanan Struktur bangunan yang aman adalah struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan struktur harus memperhitungkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuat Geser Balok Bentang geser pada balok beton tanpa tulangan geser terjadi di daerah sepanjang kurang lebih tiga kali tinggi efektif balok. Retak akibat tarik diagonal
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Agregat kasar ringan dari limbah
Lebih terperinciGambarkan dan jelaskan grafik hubungan tegangan regangan untuk material beton dan baja!
Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan tegangan regangan untuk material beton dan baja! Lokasi Tulangan Jarak Tulangan desain balok persegi Tinggi Minimum Balok Selimut Beton Terdapat tiga jenis balok
Lebih terperinciStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang Beton dan Beton Bertulang Beton adalah campuran pasir, kerikil atau batu pecah, semen, dan air. Bahan lain (admixtures) dapat ditambahkan pada campuran beton untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Arusmalem Ginting 1 Rio Masriyanto 2 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta 2 Alumni Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR
PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR Million Tandiono H. Manalip, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Email : tan.million8@gmail.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Material Beton II.1.1 Definisi Material Beton Beton adalah suatu campuran antara semen, air, agregat halus seperti pasir dan agregat kasar seperti batu pecah dan kerikil.
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR
PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR Regina Deisi Grasye Porajow M. D. J. Sumajouw, R. Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia konstruksi teknik sipil, antara lain kayu, baja, dan beton. Hampir 60% material yang digunakan
Lebih terperinciMATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM
PENGUJIAN BETON 4.1. Umum Beton adalah material struktur bangunan yang mempunyai kelebihan kuat menahan gaya desak, tetapi mempunyai kelebahan, yaitu kuat tariknya rendah hanya 9 15% dari kuat desaknya.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan alternatif untuk beton, maka penelitian yang bertujuan untuk membuka wawasan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan, terutama penggunaan
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3
STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3 Martha Rebekka Lubis NRP : 0221106 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA
TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Lebih terperinciPENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Yohanes Trian Dady M. D. J. Sumajouw, R. S. Windah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email : yohanesdady@yahoo.co.id
Lebih terperinciBeton sebagai bahan bangunan teknik sipil telah lama dikenal di Indonesia, lokal, sehingga beton sangat populer dipakai untuk struktur-struktur besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beton sebagai bahan bangunan teknik sipil telah lama dikenal di Indonesia, karena memiliki kelebihan dalam mendukung tegangan desak, mudah dibentuk sesuai kebutuhan,
Lebih terperinciJURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN
JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton Berdasarkan SNI 03 1974 1990 kuat tekan beton merupakan besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Pembuatan beton pada umumnya didapatkan dari pencampuran semen Portland atau semen hidraulik, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
Lebih terperinciOleh : A.A.M PERTEMUAN XIII
Oleh : A.A.M PERTEMUAN XIII Fungsi atap: Atap bangunan gedung berfungsi untuk melindungi bangunan dan isinya dari pengaruh luar (panas, hujan, angin etc.). Bentuk atap hendaknya memberikan sentuhan estetika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beton dan bahan dasar butiran halus (cementitious) telah digunakan sejak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Beton dan bahan dasar butiran halus (cementitious) telah digunakan sejak zaman Yunani atau bahkan peradaban kuno terdahulu. Tahun 1801, F. Ciognet menandai
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kolom Pendek Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural Steel Design LRFD Method yang berdasarkan dari AISC Manual, persamaan kekuatan kolom pendek didasarkan
Lebih terperinci1 A. Penyusun Beton MATERIAL PENYUSUN BETON BERTULANG Beton merupakan campuran antara bahan agregat halus dan kasar dengan pasta semen (kadang-kadang juga ditambahkan admixtures), campuran tersebut apabila
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Irmawati Indahriani Manangin Marthin D. J. Sumajouw, Mielke Mondoringin Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciPerencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS
Perencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS Acuan SNI 03-1750-1990, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton SNI 15-2049-1994, Semen Portland American Concrete Institute (ACI) Development of the Enviroment
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertulang, mulai dari jembatan, gedung - gedung perkantoran, hotel,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini pemakaian struktur beton bertulang pada kehidupan manusia semakin meluas, terutama pada beberapa dekade terakhir. Sebagian besar dari prasarana infrastruktur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Beton Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
Lebih terperinciTEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Seiring kemajuan infrastruktur bangunan. Beton mempunyai andil yang besar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Seiring dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau bahan yang dapat
Lebih terperincic. Semen, pasta semen, agregat, kerikil
Hal: 1 dari 17 1. Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya sudah dimulai sejak zaman Yunani maupun Romawi atau bahkan sebelumnya, namun penggunaan beton tersebut baru dapat berkembang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi
Lebih terperinciPERBANDINGAN UJI TARIK LANGSUNG DAN UJI TARIK BELAH BETON
PERBANDINGAN UJI TARIK LANGSUNG DAN UJI TARIK BELAH BETON Ronny E. Pandaleke, Reky S.Windah Fakultas T eknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: ronny_pandaleke@yahoo.com ABSTRAK Meskipun
Lebih terperinciNaskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D
TINJAUAN KUAT GESER BALOK BETON SEDERHANA DENGAN SENGKANG KOMBINASI ANTARA SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG MODEL U ATAU n YANG DIPASANGAN SECARA MIRING SUDUT TIGA PULUH DERAJAT Naskah Publikasi untuk
Lebih terperinciPENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT
PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT Febrianti Kumaseh S. Wallah, R. Pandaleke Fakultas Teknik, Jurusan Sipil Universitas Sam
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen struktural maupun non-struktural.
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 213 (479-485) ISSN: 2337-6732 PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD Maria M. M. Pade E. J. Kumaat,
Lebih terperinciDAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI JUDUL i PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii ABSTRAK iv ABSTRACT v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xvii BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik ( portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko
Lebih terperinciANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF
bidang REKAYASA ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mencari kuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum perkembangan teknologi semakin maju disegala bidang, termasuk dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan paling
Lebih terperinci4. Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI
. Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI 0-8-000 Pemilihan proporsi campuran beton harus ditentukan berdasarkan hubungan antara Kuat Tekan Beton dan Faktor Air Semen (fas) Perhitungan perencanaan campuran
Lebih terperinciSTUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG
Konferensi Nasional Teknik Sipil 2 (KoNTekS 2) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 6 7 Juni 2008 STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG Maria Asunta Hana
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima
Lebih terperinciKUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA
KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA Reza Adeputra Polii Marthin D. J. Sumajouw, Reky S. Windah Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan
Lebih terperinciBAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE)
BAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE) 1.1 PENGERTIAN BETON MUTU TINGGI Beton adalah elemen yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil yang dapat dimanfaatkan untuk banyak
Lebih terperinciBAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar
Lebih terperinciPENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON
PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON Niko S 1, Robert D 2, Handoko Sugiharto 3 ABSTRAK: Dalam dunia konstruksi, beton adalah barang yang sering
Lebih terperincibersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Dengan demikian
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah komposit yang terbentuk dari beberapa bahan batuan dan direkalkan oleh bahanjkat. Beton dibentuk dari pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar), dan ditambah
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Kuat tekan beton adalah besarnya kemampuan beton untuk menerima gaya
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beton adalah besarnya kemampuan beton untuk menerima gaya tekan (aksial) persatuan luas. Kuat tekan beton dapat diuji dengan cara memberi beban tekan
Lebih terperinciPERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)
PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S) Johanes Januar Sudjati 1, Hastu Nugroho 2 dan Paska Garien Mahendra 3 1 Program Studi Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. Campuran bahan-bahan
Lebih terperinciPERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR
PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik
Lebih terperinciPERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )
PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) [C]2010 : M. Noer Ilham A. DATA BAHAN STRUKTUR PLAT LENTUR DUA ARAH (TWO WAY SLAB ) Kuat tekan beton, f c ' = 20 MPa Tegangan leleh baja untuk tulangan lentur, f y = 240
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN
PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN Laris Parningotan Situmorang, H. Manalip, Banu Dwi Handono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciKata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban yang mampu diterima serta pola kegagalan pengangkuran pada balok dengan beton menggunakan dan tanpa menggunakan bahan perekat Sikadur -31 CF Normal
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON Helmy Hermawan Tjahjanto 1, Johannes Adhijoso
Lebih terperinciTEKNOLOGI BAHAN I 1 Wed, March 13th 2011
TEKNOLOGI BAHAN I Wed, March 13 th 2011 1 1. Pendahuluan 2. Material Penyusun Beton (Semen, Agregat, Air, dan Aspek ekonomi (murah) & teknik Perkembangan bidang konstruksi Kebutuhan material Penggunaan
Lebih terperinciPENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL
PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL Muhammad Igbal M.D.J. Sumajouw, Reky S. Windah, Sesty E.J. Imbar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON
BAB IV BALOK BETON 4.1. TEORI DASAR Balok beton adalah bagian dari struktur rumah yang berfungsi untuk menompang lantai diatasnya balok juga berfungsi sebagai penyalur momen menuju kolom-kolom. Balok dikenal
Lebih terperinciPERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER
PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik
Lebih terperincid b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek
DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton
Lebih terperinciPEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Basuki 1, Aris Widanarko 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan, sehingga membentuk suatu jenis
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii LEMBAR MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR NOTASI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xv DAFTAR
Lebih terperinciPENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG
PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG Denny 1,Jonathan 2 dan Handoko 3 ABSTRAK : Dalam dunia konstruksi, balok beton bertulang adalah barang
Lebih terperinciKayu mempunyai kuat tarik dan tekan relatif tinggi dan berat yang relatif
-:.~~:_-.:..., ~- -------.-- BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kayu Kayu mempunyai kuat tarik dan tekan relatif tinggi dan berat yang relatif rendah, mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di
26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Karakteristik dari beton harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan kualitas yang dituntut untuk suatu tujuan konstruksi tertentu. Salah satu tujuan konstruksi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Bertulang Beton terdiri atas agregat, semen dan air yang dicampur bersama-sama dalam keadaan plastis dan mudah untuk dikerjakan. Sesaat setelah pencampuran, pada adukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi tarik: kuat tariknya bervariasi dari 8 sampai 14 % dari kuat tekannya. Karena rendahnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi berdasarkan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian
11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan
Lebih terperinciBAB 3 LANDASAN TEORI
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi
Lebih terperinci