BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

Pendidikan Alternatif dengan Model Pesantren Salafi-Khalafi (Studi Komplek R2 Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam bentuk pendidikan sekolah dan luar sekolah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

BAB I PENDAHULUAN. Metode pembelajaran ialah setiap upaya sistematik yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irma Pujiawati, 2014 Model pendidikan karakter kedisiplinan Di pondok pesantren

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat menyimpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara kelompok-kelompok kerja yang berbeda-beda susunan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan pada dasarnya adalah sebagai upaya mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap kegiatan pendidikan (Umar Tirtarahardja, 2005: 37).

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Membahas Kitab Tafsir

BAB III PENYAJIAN DATA. Angket adalah daftar pertanyaan yang diajukan kepada santri Pondok Pesantren Nurul Iman Al-

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA BANIN SIMBANGKULON PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB VI PENUTUP. implikasi teoritik, dan keterbatasan studi sebagai berikut: 1. Model integrasi Ma had Sunan Ampel Al-Aly ke dalam sistem pendidikan

BAB IV ANALISIS DATA

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

Dengan menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif ini, peneliti akan menghimpun data berkenaan dengan peran orang-orang yang

2015 BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA BERBASIS PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. dan Hadis dan merancang segenap kegiatan pendidikannya. 2. madrasah, yakni pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

2. BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

TUGASAKHIR. Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR

MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN ALIRSYAD DITINJAU DARI ILMU ADMINISTRASI PENDIDIKAN TESIS

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari jawaban responden

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

Bismilahirohmanirohim Assalamu alaikum Wr. Wb

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. didik ke arah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab. Untuk. hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama.

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas ruang, kurikulum, kreatifitas pengajar dan input santri. Pondok pesantren

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

PENGELOLAAN KEUANGAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL AMAL BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB I PENDAHULUAN. Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

mengembangkan sumber daya insani anak didiknya, meliputi melahirkan kemampuan yang dimiliki murid, dan (3) mengembangkan akhlak,

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren mampu menyediakan pendidikan bagi semua kalangan. Kedua, karena pendidikan pesantren berorientasi terhadap pengembangan keilmuan, kecerdasan intelektual serta persemaian akhlak atau budi pekerti yang luhur. Pesantren jika dilihat dari keterbukaan terhadap perubahan yang terjadi, terbagi dalam dua model pesantren salafi dan pesantren khalafi. Pesantren salafi (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Sedangkan pesantren khalafi (modern) adalah pesantren yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkannya. Dalam perkembangannya menjadi pendidikan alternatif, sistem pendidikan pesantren salafi dinilai belum bisa menjawab tantangan perubahan zaman. Sedangkan pesantren khalafi dinilai telah kehilangan identitas pendidikan khas pesantren. Oleh karena itu pesantren perlu membangun model alternatif untuk menjawab kelemahan masing-masing. 75

Salah satu pesantren yang membangun model alternatif adalah Komplek R2 Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Model pesantren salafi-khalafi yang dibangun di Komplek R2 merupakan gabungan dari model salafi dan model khalafi. Model pesantren salafi-khalafi sebagai pendidikan alternatif bisa dilihat dari sistem pendidikan pesantren yang terdiri dari empat aspek: nilai dasar pesantren, pondok (asrama), kurikulum dan metode pembelajaran yang digunakan. Pertama, Nilai dasar pesantren yakni ibadah kepada Allah SWT dengan sistem nilainya yakni ahl-al-sunnah wa-al-jama ah dijadikan landasan pengasuh dalam mendirikan Komplek R2 yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam sesuai tradisi kepesantrenan. Tradisi pesantren ini bisa dilihat dari penggunaan kitab kuning sebagai sumber belajar dan pengadaan asrama sebagai tempat tinggal dan tempat belajar santriwati. Lembaga pendidikan yang diterapkan di komplek R2 juga sesuai dengan tradisi pesantren yang menerima semua santriwati dari berbagai kalangan dan tidak pernah menolak siapapun yang ingin belajar agama Islam. Kedua, sistem pondok atau asrama yang dijalankan Komplek R2 merupakan model pendidikan alternatif yang menciptakan suasana kekeluargaan antar anggota pesantren. Kehidupan di Komplek R2 seperti kehidupan di dalam sebuah keluarga dengan adanya pengasuh yang berperan sebagai orang tua dan santriwati yang berperan sebagai anak. Sistem asrama memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi pengasuh untuk memberikan perhatian dan bimbingan kepada santriwati. Sistem asrama juga memberikan kesempatan kepada santriwati 76

untuk merasakan suasana kekeluargaan yang didapatkan dari perhatian pengasuh dan interaksinya dengan sesama santriwati lain. Ketiga, kurikulum yang diterapkan di komplek R2 adalah kurikulum berbasis integrasi keilmuan yang memadukan antara materi-materi keagamaan dengan materi non-keagamaan yang didasarkan pada karakteristik santriwati. Kurikulum Komplek R2 memberikan penghargaan terhadap keberagaman karakteristik santriwati karena disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan santriwati. Kurikulum berbasis integrasi keilmuan merupakan implementasi dari pandangan pengasuh mengenai hakikat keilmuan, bahwa semua ilmu adalah milik Allah. Sehingga tidak ada dikotomi antara ilmu agama dengan ilmu non agama. Ada tiga dimensi integrasi keilmuan yang ada dalam kurikulum berbasis integrasi keilmuan yang diterapkan di Komplek R2. Pertama, kurikulum Komplek R2 tidak hanya mengkaji keilmuan agama saja tetapi juga mengkaji keilmuan umum. Kedua, kurikulum Komplek R2 tidak hanya mempertahankan tradisi keilmuan pesantren salafi tetapi juga memasukkan keilmuan yang terdapat di pesantren khalafi. Ketiga, kurikulum Komplek R2 tidak hanya memuat materi keilmuan yang menambah wawasan intelektual santriwati saja tetapi juga memuat materi keilmuan yang bersifat membina akhlak, moral dan karakter santriwati. Kurikulum berbasis keilmuan yang diterapkan di Komplek R2 berpengaruh terhadap sumber belajar yang digunakan. Sumber belajar yang digunakan di Komplek R2 merupakan perpaduan antara sumber belajar yang ada di pesantren salafi dan khalafi. Sumber belajar yang berciri salafi adalah kitab 77

kuning yang digunakan untuk bidang studi nahwu, fiqih, tauhid, ush-al-fiqih, tafsir, ulum-al-quran, ulum-al-hadis, akhlak. Sedangkan buku kontemporer untuk bidang studi bahasa Inggris dan bahasa Arab serta modul dan artikel yang disusun ustadz untuk keperluan kuliah umum merupakan sumber belajar yang berciri khalafi. Untuk sumber belajar yang berciri salafi-khalafi yang digunakan di Komplek R2 adalah kitab yang disusun oleh pengasuh dan ustadz yang digunakan untuk bidang studi teologi, Hadis, akhlak, fiqih perbedaan dan sharaf. Keempat, metode pembelajaran yang diterapkan di komplek R2 adalah metode gabungan pesantren salafi dan pesantren khalafi yang saling melengkapi kekurangan masing-masing. Sorogan merupakan metode pembelajaran tradisi pesantren salafi dengan pendekatan bersifat individual yang memberikan kesempatan lebih besar kepada ustadz untuk memantau perkembangan setiap santriwati. Sedangkan sistem klasikal dan ceramah merupakan metode pembelajaran tradisi pesantren khalafi. Sistem klasikal membagi jenjang pendidikan berdasarkan kemampuan santriwati dalam menguasai materi pelajaran sehingga memberikan kesempatan kepada santriwati untuk belajar sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan metode ceramah menjadikan penyampaian materi pelajaran lebih efektif dan efisien serta tepat sasaran. Pendidikan yang dibangun di Komplek R2 menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat yang ingin mendapatkan pendidikan dengan tradisi pesantren salafi sekaligus tradisi pesantren khalafi. Komplek R2 menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat yang mendambakan pendidikan yang tidak membeda-bedakan kemampuan individu pendidikan yang menyediakan kesempatan yang sama 78

bagi setiap orang untuk mencari ilmu. Komplek R2 juga menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat tidak hanya haus akan pendidikan yang menambah wawasan intelektual saja tetapi juga pendidikan yang mengembangkan akhlak, karakter dan budi pekerti luhur. 2. Refleksi Kritis Model pesantren salafi-khalafi yang dibangun Komplek R2 merupakan model pesantren yang cocok dikembangkan dalam lingkungan pendidikan seperti di Yogyakarta. Hal ini mengingat Yogyakarta merupakan kota pelajar yang telah menyediakan lembaga pendidikan di berbagai jenjang dan bebagai pilihan disiplin keilmuan. Banyaknya pilihan bidang studi dan jurusan yang ditawarkan oleh berbagai lembaga pendidikan di Yogyakarta memberikan kesempatan santriwati untuk mengeksplorasi berbagai ilmu di luar pesantren. Ilmu-ilmu yang telah didapatkan santriwati di luar pesantren kemudian diintegrasikan ke dalam kurikulum pesantren di Komplek R2. Model pesantren salafi-khalafi Komplek R2 memberikan wacana kepada santriwati dengan adanya integrasi antara ilmu yang diperoleh di pesantren dan di luar pesantren. Jika model pesantren ini diterapkan di pesantren yang lingkungannya kurang menyediakan lembaga pendidikan yang mendukung, perlu adanya penyesuaian sistem pendidikan pesantren baik dari segi kurikulum yang digunakan maupun model pembelajaran yang diterapkan. Dalam melakukan penelitian ini, banyak kekurangan dan keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam mengumpulkan data-data maupun sumber referensi 79

yang relevan terhadap tema penelitian ini, khususnya sumber referensi mengenai pesantren sebagai pendidikan alternatif. Kedepannya, diharapkan penelitian untuk makalah, jurnal, skripsi, tesis maupun disertasi bisa menggali lebih dalam mengenai permasalahan di Komplek R2 khususnya dan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta pada umumnya baik dari sistem pendidikan pesantren, kitab-kitab kuning yang digunakan, model kepemimpinan pengasuh, hubungan antara pengasuh dengan santri maupun karakteristik santriwati. 80