MEMBANGUN KAPASITAS DAERAH SLEMAN UNTUK MITIGASI BENCANA DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI UAV

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANTAUAN PERTAMA PUNCAK MERAPI SETELAH ERUPSI 2010 MENGGUNAKAN PESAWAT NIR AWAK

LAPORAN KEMAJUAN KEGIATAN PKPP

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D

BAB I PENDAHULUAN I - 1

Artikel. Pemanfaatan Pesawat Nir-Awak untuk Pemetaan Garis Pantai. Kerjasama BIG dan LAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. UAV Shadow 200B (Thuvesson, Petersson, 2013)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DAN RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL PENGUNCI SASARAN BERGERAK BERBASIS VISION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGI PEMANFAATAN INFORMASI KEBAKARAN HUTAN/LAHAN PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS)

BADAN GEOLOGI - ESDM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV METODE PENELITIAN

EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (IPKPP) TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II GAMBARAN UMUM. Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung. 2.1 Sejarah Singkat Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi.

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

Penentuan Daerah Potensi Rawan Bencana Letusan Gunung Kelud Menggunakan Citra Satelit

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang


LAPORAN KEMAJUAN INSENTIF RISET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 113 Tahun 2010 memuat aturan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN STATUS POTENSI BENCANA

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

PENELITIAN MODEL PENGELOLAAN BENCANA BANJIR DI BENGAWAN SOLO

EVALUASI PENYULUHAN STUDI KASUS SOSIALISASI BENCANA GUNUNGAPI TALANG, SUMATRA BARAT

LAPORAN KEMAJUAN PKPP 2012 TAHAP PERTAMA REKAYASA TRACKING VIDEO ROKET SAAT UJI TERBANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Selasa, 26 Mei 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemahaman Masyarakat Pada Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Ijen, Jawa Timur (Imam Santosa)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman Tahun

LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

KAJIAN STRATEGI OPTIMALISASI PENGEMBANGAN PENERBANGAN PERINTIS DI INDONESIA

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM)

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

Pemodelan Aliran Lahar Menggunakan Perangkat Lunak LAHARZ Di Gunung Semeru, Jawa Timur

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana

BAB I PENDAHULUAN. harta benda, dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

(LAPAN) LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

LAPORAN HASIL PENELITIAN INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Proof of Concept Platform SPBP Sebagai Layanan Penyajian Data Penginderaan Jauh yang Cepat dan Mudah Untuk Seluruh Pemerintahan Provinsi

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 12/Menhut-II/2009 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. hujan setelah gunungapi meletus atau setelah lama meletus. Aliran dari lahar ini

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

LEMBAR PENGESAHAN REKAYASA TRACKING VIDEO ROKET SAAT UJI TERBANG

Transkripsi:

LAPORAN KEMAJUAN FORM B.2-4 PKPP 2012 MEMBANGUN KAPASITAS DAERAH SLEMAN UNTUK MITIGASI BENCANA DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI UAV Peneliti Utama : Gunawan S. Prabowo.MT (Koridor Jawa-Pendukung) PUSAT TEKNOLOGI PENERBANGAN LEMBAGA PENERBANGAN ANTARIKSA NASIONAL 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu hal terpenting dalam bencana adalah melakukan mitigasi bencana, atau melakukan perkiraan, pengawasan serta tidak preventif dalam menghadapi suatu bencana. Mitigasi ini dapat dilakukan dengan memperhitungkan sejak awal dampak dari akibat meletusnya gunung berapi, perhitungannya bisa berdasar ramalan cuaca, prediksi meletus dengan merekam data-data atau membuat persiapan evakuasi. Mitigasi bencana gunung berapi bisa dilakukan dengan memantau terus aktifitas gunung berapi tersebut, pemantauannya bisa berjangka pendek maupun panjang. Dengan hadirnya teknologi maka pemantauan dengan pemodelan dan berkangka panjang sangat berguna dan cukup antisipatif. Berkembangnya teknologi DEM ( digital Elevation Model ) untuk memprhitungkan jumlah lava serta muntahan gunung berapi sangat berguna untuk memprediksi dampak yang ditimbulkan. Teknologi ini perlu didukung oleh system pemotretan yang bagus dan menemui sasaran yaitu di daerah kubah gunung berapi. Gambar : Gunung Merapi Penggunaan wahana UAV ( helicopter/quadrotor ) yang dilengkapi dengan system gymbal sangat dibutuhkan dalam hal sebagai berikut : 1. Mengharapkan dapat dipakai untuk memantau perubahan topografi di Kawah Gunungapi Merapi yang saat ini sulit dijangkau akibat erupsi 2010;.

2. Dengan UAV diharapkan dapat membuat foto situasi di dalam kawah G.Merapi sehingga dapat dihasilkan peta digital DIgitel Elevation Model; 3. Dengan DEM dapat disimulasikan skenario arah awan panas yang menjadi ancaman bahaya primer erupsi gunung api, dapat djadikan sarana mitigasi bencana; 4. Secara khusus dengan membuat pemodelan kawah, diharapkan dapat menjadi data base bagi perkiraan dampak jika terjadi letusan; 5. Lebih jauh, UAV dapat dikembangkan dimuati dengan alat2 survei geofisika Dengan demikian penggunaan UAV ini akan menjadi sarana uji secara teknologi dan juga memberi alternative untuk penggunaan yang bermanfaat dalam melakukan mitigasi bencana gunung api merapi, yang hasilnya dapat dipergunakan untuk kegiatan serupa secara nasional. Gambar 1. Pemantauan objek dengan kamera dari UAV Pokok Permasalahan Berdasar pendahuluan di atas, berikut: maka dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai 1. Bagaimana memodifkasi platform yang telah dibuat tahun 2011 ( PKPP 2011) agar mampu menjalankan misi sesuai dengan kebutuhan pemantauan kubah gunung berapi ; 2. Bagaimana melakukan pemotretan kubah dengan berbagai sudut, sehingga hasilnya dapat dipakai untuk melakukan analisas dan pemodelan secara digital ; 3. Bagaimana melakukan pemodelan kubah sehingga dapat dipakai untuk memprediksi dampak jika terjadi erupsi ; 4. Bagaimana mendata base gambar-gambar tersebut untuk digunakan secara general diseluruh Indonesia;.

Metodologi Pelaksanaan Tempat berlangsungnya kegiatan ini adalah : laboratorium avionic Pustekbang dan Gunung Merapi sebagai obyek lapangan, sedangkan focus kegiatan ini adalah melakukan pemetaan gunung merapi ( kubah lava, sungai lava dan aliran lahar ), sedangkan bentuk kegiatan nya merupakan kegiatan pemotretan, analisa dan pengolahan foto secara 3D dan analisis photogametri selanjutnya metode yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Modifikasi dan Pemilihan System UAV sesuai dengan Kebutuhan cocok Uji Coba pemotretan Melakukan Data Base Hasil Pemotretan Melakukan Pemodelan dengan DEM Analisis Data Base dan analisis Mitigasi bencana Gambar 2 : Alur Kerja Penelitian

Tahapan Pelaksanaan Kegiatan terdiri (1) analisa medan pemotretan, penyusunan requirement dan pemilihan system UAV yang tepat untuk misi pemotretan (2) mendata base hasil pemotretan (3) mengolah hasil pemotretan menjadi 3D dan analisis photogametry (4) menyampaikan hasil gambar tersebut kepada pemda sleman/jogyakarta; peneliti Gunung Merapi ( Prof. Kirbani, dkk ) dan Badan Penanggulangan Bencana

BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN II.1. Pengelolaan Administrasi Manajerial (Perencanaan Anggaran, Pengelolaan Anggaran, Rancangan Pengelolaan Aset) Anggaran kegiatan penelitian ini adalah Rp 250.000.000,- dengan rincian anggarannya adalah sebagai berikut : No. Uraian Jumlah 1. Gaji dan Upah Rp. 126.400.000 2. Bahan Habis Pakai Rp. 33.000.000 4. Perjalanan Rp. 16.500.000 5. Lain-lain Rp. 74.100.000 Jumlah Biaya Rp. 250.000.000 Sampai saat ini, anggaran yang sudah kami terima adalah 30% atau tepatnya Rp 75.000.000,- dari Rp 250.000.000,- Anggaran tersebut kami gunakan untuk honor 2 bulan, pembelian bahan-bahan dan mengadakan pra uji terbang tahap I serta beberapa perjalanan dinas ke Jogyakarta untuk koordinasi, belum ada kendala dalam pengelolaan anggaran di lingkungan kami Pustekbang LAPAN dan masih cukup lancar Pengelolaan anggaran dan perencanaan penggunaan, lebih pada operasi uji terbang sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu memperbanyak data base foto untuk digunakan dan diolah menjadi informasi bagi mitigasi bencana. Sedangkan pengelolaan asset tidak ada, karena output dari kegiatan ini berupa metode atau rekomendasi kebijakan mitigasi bencana berdasar analisis gambar atau foto yang dibuat. II.2. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja (Kerangka Metode-Proses Pencapaian, Indikator Keberhasilan Pencapaian, Perkembangan Pencapaian) Kerangka metode dan proses pencapaian dari kegiatan ini telah dijabarkan dalam flowchart di bab I di atas, yaitu dimulai dengan analisis kebutuhan atau mission requirement dari kegiatan pemotretan ditinjau dari kebutuhan untuk mitigasi bencana, kemudian dilakukan analisis kebutuhan peralatan dan teknologi yang diperlukan, Uji coba, pengumpulan data foto, pembuatan dan analisis gambar secara 3D dan akhirnya berupa analisis untuk kepentingan mitigasi bencana. Target pencapaian kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan rancangan awal, yaitu sampai pada tahap analisis kebutuhan peralatan dan teknologi yang diperlukan yaitu berupa persiapan dan setting peralatan serta bahan, dan uji coba awal serta melakukan koordinasi dengan user

dan partner yaitu UGM ( Prof. Kirbani) sebagai nara sumber sekaligus user ilmiah dan user lain seperti Pusat Kebencanaan Merapi ( Prof. Junun - Geografi UGM) sebagai penajaman sasaran, pada kegiatan pemotretan berikutnya. Gambar 1: Kegiatan Uji Coba Pemotretan awal di Pos Glagah sari di Merapi Sampai pada tahap ini, ternyata dari hasil uji coba awal, hasilnya melampui dari yang direncanakan yaitu berupa pemotretan awal kubah merapi dengan UAV, dan setelah diolah dalam 3D, hasilnya cukup bisa dijadikan bahan yang berharga untuk melakukan analisis dan bahan awal mitigasi bencana. Dari sisi publikasi, hasil sementara tersebut telah diberitakan tidak kurang dari 9-11 media massa maupun media on line seperti : Kompas, Tribun Jogya, National Geografi, Vivanews.com, Kompas.com, dll.

Berikut adalah gambar merapi terkini yang dipublikasikan secara nasional : Gambar : Kondisi Kubah Terkini Setelah Erupsi besar 2010, dari informasi ini Mitigasi sudah dapat dilakukan, berupa arah terbaru dari aliran lava, volume lava, dll II.3. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program (Kerangka Sinergi Koordinasi, Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi, Perkembangan Sinergi Koordinasi) Untuk mencapai hasil yang maksimal, yaitu termanfaatkannya data-data tersebut, pada tanggal 26 Mei telah pula dilakukan koordinasi dengan pihak UGM, Pusat kebencanaan Merapi, untuk melakukan pengolahan secara bersama, dari data pemotretan kubah Merapi, sehingga menjadi informasi yang lengkap, dan dapat dilaporkan ke Badan Bencana Nasional maupun Pemda Sleman dan DIY, untuk digunakan sebagai bahan mitigasi bencana

Selain itu, dengan dibantu dari pihak Pusat Teknologi Penerbangan, juga telah dilakukan sosialisasi hasil awal ini, sebagai langkah awal dari sinergi koordinasi. Sosialisasi ini dengan mengundang berbagai instansi yang berkompeten dan berkepentingan baik dari sisi hasil maupun aplikasi teknologi UAV pada umumnya. Gambar : Sosialisasi Hasil Pemotretan Merapi Indikator keberhasilan dalam hal koordinasi adalah dengan adanya titik temu dari berbagai stake holder dalam permintaan pemanfaatan serta ketepatan pemanfatan dari hasil litbangyasa ini, sehingga diperolah hasil yang optimal antara ketersediaan tekologi dan kemanfaatan yang tepat dari berbagai stake holder yang berkepentingan. Pada tanggal 5 Juni, juga akan dilakukan presentasi dari hasil awal ini dihadapan stake holder tentang kebencanaan dalam hubungannya dengan penggunaan data foto atau image gkat processing, di IPB Conventional Center dengan menggundang Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ), sehingga diharapkan akan ada pemanfaatan lebih lanjut data-data serta kemungkinan pengembangan system untuk kepentntingan kebencanaan yang lain. II.3. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa (Kerangka Pemanfaatan, Strategi Pemanfaatan, Indikator Keberhasilan Pemanfaatan, Perkembangan Pemanfaatan) Potensi Pengembangan Ke Depan Penggunaan pesawat nir awak ini dalam system pemantauan gunung berapi memang baru pertama kali ini, dengan pengalaman ini, potensi penggunaan UAV untuk kepentingan pemantauan gunung dapat diidentifikasi baik dalam hal spesifikasi kebutuhan teknisnya maupun kebutuhan penggunaanya. Dari sisi kebutuhan teknis, potensi pengembangan pesawat dapat diarahkan bagaimana mengembangkan pesawat yang sederhana dengan kemampuan pendakian yang bagus, berdaya elektrik yang lebih efisien, serta mampu beroperasi dengan kondisi landing dan take off yang minimal.

Kerangka Pengembangan Ke Depan Dengan keberhasilan ini, pengembangan system ke depan adalah berupa spesifikasi teknis UAV yang dioperasikan dengan medan gunung berapi, sehingga perlu rekayasa lebih lanjut untuk mendapatkan system yang selalu siap digunakan untuk kepentingan pemantauan gunung, mengingat pemantauan dengan menggunakan pesawat berawak cukup beresiko. Strategi Pengembangan Ke Depan Strategi yang diperlukan ke depan adalah tetap menjalin komunikasi dengan user/pengguna, karena dengan persyaratan operasi yang diajukan pengguna, persyaratan operasi tersebut akan menjadi driver yang ampuh dalam melakukan litangyasa system yang lebih special dan unik untuk kepentingan tertentu, termasuk pemantauan gunung berapi. Selain itu, tetap bekerjasama dalam hal penggunaan data nya, sehingga mengetahui spesifikasi khusus dalam output data yang diinginkan pengguna. Hal ini berguna untuk menajamkan system pemantauan yang dibutuhkan.

BAB III RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja Sesuai dengan tujuan kegiatan ini, maka rencana pencapaian target kinerja berikutnya adalah : - Melakukan analisis dari kegiatan yang sudah dilakukan; - Melakukan komunikasi dengan user, apakah data awal tersebut cukup berguna dan perlu ditingkatkan kualitas maupun kuantitas; - Meningkatkan komunikasi dengan user dalam hal pengolahan data; - Melakukan pemotretan kembali dengan penajaman dari hasil komunikasi dengan user atas hasil foto awal tersebut Rencana Koordinasi Kelembagaan Program Sesuai dengan rencana pencapaian kinerja, maka koordinasi dengan instansi sebagai user diperlukan untuk menajamkan misi dan kegiatan selanjutnya, dengan bantuan Pustekbang, maka koordinasi kelembagaan diperlukan yang rencananya adalah sbb : - Melakukan sosialisasi atas hasil yang sudah dicapai dengan menggundang stake holder yang berkepentingan seperti BNPB, Pemda, UGM, Grup riset Merapi, Pusat Kebencanaan Merapi UGM - Merangkum kebutuhan yang lebih luas dari stake holder Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Rencana pemanfaatan nya adalah berupa menyebarkan hasil pengolahan tersebut selengkap mungkin dan sebanyak mungkin dari berbagai aspek dan kelompok pengolah data, serta kemudian disampaikan kepada pemangku kebijakan operasional di lapangan, seperti Pemda, Basarnas dan lain sebagainya. Rencana Pengembangan ke Depan Rencana ke depan adalah mengembangkan system yang lebih spesial untuk kepentingan kebencanaan dengan menggunakan pesawat tanpa awak atau UAV.

BAB IV PENUTUP Menutup laporan ini, maka dapat disimpulkan sementara sebagai berikut : 1. Hasil usaha litbangyasa untuk pemantauan gunung merapi terbukti telah tercipta alternative yang menjanjikan dari penggunaan UAV untuk kepentingan pemantauan dengan resiko yang tinggi; 2. Pemantauan geological sangat terdukung dengan system pesawat tanpa awak; 3. Hasil pemantauan gunung merapi dengan UAV terus akan disosialisasikan guna mendapatkan pemanfaatan yang maksimal; 4. Pengolahan lebih lanjut data - data pemotretan harus dikoordinasikan lebih lanjut dengan user terkait yang kompeten dan berkepentingan; 5. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis atas data yang sudah diolah untuk dapat menysusun system mitigasi bencana yang lebih antisipatif sifatnya.