BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB IV METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian Posttest Only Control Design ( Gliner,2000 ) dengan kultur in

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

BAB 4 METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005)

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis)

BAB 4 METODE PENELITIAN. (True experiment-post test only control group design). Dalam penelitian yang

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12-

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. METODE PENELITIAN A.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

1 atm selama 15 menit

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Untuk analisis sitologi

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu : Anestesiologi,

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

ADLN - Perpustakaan Unair

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga sebagai tempat pemeliharaan dan

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Road-map Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

2. Memberikan label pada masing-masing bahan dimana T0 sebagai control, 3. Masing-masing pati ubi kayu dan jagung dibuat dengan konsentrasi 10%

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan Ekstrak Bligo (mengacu Sugito 2010)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6.

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Survei dan Identifikasi Virus yang Menginfeksi Mentimun Pengambilan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap sama untuk

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB IV METODE PENELITIAN. imunologi, farmakologi dan pengobatan tradisional. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi dan Mikrobiologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

3 METODE. Bahan. Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

LAMPIRAN 1. ETHICAL CLEARANCE

BAB 3 METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN EKSPRESI PROTEIN DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi untuk tera protein serta Institute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga untuk pembacaan hasil indirect-elisa. Penelitian ini dilaksanakan pada pada bulan Maret 2013 Januari 2014. 3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah true experimental dengan tujuan untuk mengetahui reaksi antara antigen R. tetragona dan antibodi R. tetragona yang dibandingkan dengan reaksi silang antara antigen R. tetragona dan antibodi A. galli menggunakan uji ELISA. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan post test only control groups design (Zainudin, 2000 yang dikutip oleh Kusnoto, 2008). 3.3 Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel bebas (independent), variabel terikat (dependent) dan variabel kendali. Variabel bebas (independent) yaitu homogenat R. tetragona atau A. galli. Variabel terikat (dependent) adalah antigenisitas R. tetragona yang diekspresikan dalam bentuk 20

21 nilai optical density (OD), antibodi R. tetragona dan A. galli. Variabel kendali yaitu umur mencit, jenis kelamin mencit, kandang dan pakan. 3.4 Materi Penelitian 3.4.1 Hewan percobaan Dalam penelitian ini hewan yang digunakan yaitu : 1) sebagai sumber cacing adalah usus halus ayam (dari beberapa pasar tradisional di Surabaya); 2) sebagai penghasil antibodi poliklonal adalah mencit perlakuan berjumlah 16 ekor dan mencit kontrol berjumlah 8 ekor. 3.4.2 Bahan penelitian Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah antigen WWE cacing R. tetragona dan A. galli serta serum R. tetragona dan A. galli. Bahan kimia yang dibutuhkan yaitu : phospate buffer saline (PBS, Merck), chloroform (Merck), destilate water (Merck), alkohol 70%, 85%, 95% (Merck), alkohol gliserin (Merck), Hung s I, Hung s II (Merck), larutan bibit charmine (Merck), alkohol asam, alkohol basa dan HCl (Gibco cat no. 1640-430-1800). Bahan untuk indirect-elisa antara lain : coating buffer (bufer karbonat, ph 9,6), PBS ph 7,4, PBS-Tween (PBS-T) yaitu PBS yang mengandung 0,05% Tween-20, washing buffer, blocking buffer, substrat p-npp, substrat buffer, konjugat anti-mouse berlabel enzim alkalin fosfatase, serum kontrol positif yang didapat dari hewan yang telah diimunisasi dengan antigen R. tetragona dan A. galli, serum kontrol negatif yang dipanen dari hewan normal tanpa imunisasi dan larutan stopper (NaOH 4 N).

22 3.4.3 Alat penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Petridis, alat bedah (scalpel, pinset, gunting bedah), object glass, cover glass, microtube 1,5 ml, mikroskop, nampan plastik, spuit disposible, pot obat kecil, hand glove, masker, tissu. Alat untuk ELISA yaitu microplate ELISA, pipet mono 50-200 µl, pipet mono 100-1000 µl, pipet mikro 0,5-10 µl, pipet berbagai ukuran, Erlenmeyer, gelas ukur, becker glass, magnetic stirer, magnetic bar, botol media, inkubator, ph meter, timbangan, yellow tip, blue tip, white tip dan ELISA reader. 3.5 Metode Penelitian 3.5.1 Koleksi cacing dewasa R. tetragona dan A. galli Tahap pertama yang dilakukan yaitu membedah usus halus ayam menggunakan scalpel. Cacing dewasa berbentuk seperti pita dan panjang yang diduga Raillietina sp., sedangkan A. galli berbentuk panjang dan gilik diambil dan dimasukkan larutan NaCl fisiologis pada cawan Petri. Selanjutnya dilakukan proses identifikasi untuk memastikan spesies cacing tersebut. Usus halus dibeli dari beberapa pasar tradisional di Surabaya. 3.5.2 Identifikasi cacing R. tetragona dan A. galli Cacing dewasa A. galli selanjutnya dimasukkan dalam pot obat yang berisi formalin 0,5%. Sedangkan cacing dewasa R. tetragona yang disimpan di NaCl fisiologis diambil satu persatu untuk dipisahkan skolek dan badan kemudian diidentifikasi bagian skolek. Skolek yang sudah dipisahkan di letakkan di object glass dan ditutup dengan cover glass, kemudian direndam dalam larutan alkohol

23 gliserin kurang lebih selama 24 jam. Selanjutnya dimasukkan dalam alkohol 70% selama 5 menit, lalu dimasukkan ke dalam larutan charmine selama kurang lebih 8 jam. Skolek cacing yang telah direndam larutan charmine dilepas dari objek glass dan dimasukkan ke dalam alkohol asam selama 2 menit. Selanjutnya dimasukkan dalam alkohol basa selama 20 menit, kemudian alkohol 70%, 85%, dan 95% masing-masing selama 5 menit serta dilakukan proses mounting ke dalam larutan Hung s I selama 20 menit. Skolek diambil dari larutan Hung s dan diletakkan di atas objek glass untuk ditetesi larutan Hung s II secukupnya kemudian ditutup dengan cover glass. Cacing diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop perbesaran 100x. Pengamatan menggunakan mikroskop terlihat bentuk sucker R. tetragona berbentuk elips dengan dinding sucker tipis yang merupakan ciri khusus cacing pita tersebut. Identifikasi cacing hanya dilakukan sebagai pembelajaran agar dapat membedakan spesies cacing Raillietina spp. 3.5.3 Preparasi homogenat WWE R. tetragona dan A. galli Cara pembuatan homogenat yaitu masing-masing 50 cacing dewasa R. tetragona dan A. galli digerus menggunakan mortar secara terpisah kemudian masing-masing dimasukkan dalam tube 10 ml dan disuspensikan dengan 5 ml PBS, disonikasi frekuensi 35 khz selama 3 x 60 detik dengan jarak istirahat 60 detik. Suspensi dihancurkan lagi dengan 10% detergen garam natrium N- lauroilsarkosin, selanjutnya disentrifugasi pada kecepatan 5.000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang didapat dimasukkan ke dalam tube dan disentrifugasi kembali dengan kecepatan 10.000 rpm selama 25 menit kemudian pelet dan

24 supernatan dipisahkan. Supernatan yang diperoleh dilakukan peneraan protein untuk diketahui kadar protein selanjutnya disuntikkan ke mencit (Kusnoto dkk., 2011). 3.5.4 Pembuatan antibodi poliklonal R. tetragona dan A. galli Pembuatan antibodi poliklonal dengan cara homogenat WWE R. tetragona dan A. galli masing-masing diinjeksikan pada 8 ekor mencit tiap perlakuan. Pada imunisasi awal sebanyak 200 µg/ekor homogenat yang ditambah Complete Freund s Adjuvant (CFA) dengan perbandingan yang sama. Homogenat R. tetragona dengan CFA sebanyak 300 µl : 300 µl dan homogenat A. galli dengan CFA sebanyak 590 µl : 590 µl dan ditambah antibiotik penicillin streptomicin yang diberikan secara subcutan. Booster dilakukan 2 kali menggunakan dosis 200 µg/ekor homogenat WWE R. tetragona dan A. galli ditambah Incomplete Freund s Adjuvant (IFA) dengan perbandingan yang sama. Homogenat R. tetragona dengan IFA sebanyak 300 µl : 300 µl dan homogenat A. galli dengan IFA sebanyak 590 µl : 590 µl dan ditambah antibiotik penicillin streptomicin yang diberikan secara subcutan. Pengambilan serum darah dilakukan pada dua minggu setelah booster ketiga. Darah diambil melalui ekor mencit yang telah digunting kemudian dimasukkan microtube sebanyak 0,5 ml. Selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 5-10 menit. Serum yang terpisah diambil dengan mikrotiter dan dimasukkan pada mikrotube lain kemudian dilakukan uji indirect- ELISA (Kusnoto dkk., 2011).

25 3.5.5 Langkah indirect-elisa Coating antigen, microplate ELISA disiapkan kemudian larutan dibuat yang mengandung antigen R. tetragona dengan kadar 5µl/ml dalam pelarut bufer karbonat (coating buffer) sebanyak 10 ml. Larutan dimasukkan ke dalam well masing-masing 100 µl/well. Permukaan microplate ditutup dan diinkubasi pada suhu 4 C selama kurang lebih 18 jam. Masing-masing well dicuci dengan washing buffer, tiap well sebanyak 200 µl dan dilakukan 3 kali. Blocking, tiap well diisi dengan 200 µl blocking buffer. Permukaan microplate ditutup, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 C selama 1 jam. Masingmasing well dicuci dengan washing buffer sebanyak 200 µl/well sebanyak 3 kali.. Inkubasi serum, larutan dibuat yang mengandung antibodi R. tetragona, A. galli dan serum kontrol (30 µl Antibodi + 2970 µl PBS). Larutan antibodi standard dimasukkan masing-masing sebanyak 100 µl/well pada kolom 1 4 dari well A - B (untuk antibodi R. tetragona) dan well B - C (untuk antibodi A. galli). Kontrol negatif dimasukkan pada well G - H. Sampel serum yang akan diperiksa diencerkan pada pengenceran 1:100 dengan PBS. Masing-masing sampel serum sebanyak 100 µl /well pada kolom 1 sampai 8. Permukaan microplate ditutup selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 C selama 1 jam. Well dicuci dengan washing buffer sebanyak 3 kali masing-masing 200 µl /well. Larutan konjugat yang berlabel enzim alkalin fosfatase dan telah diencerkan dengan PBS pengenceran 1/1500 dimasukkan pada semua well sebanyak 100 µl/well. Permukaan microplate ditutup kemudian diinkubasi pada

26 37 C selama 1 jam. Masing-masing well dicuci dengan buffer washing sebanyak 3 kali masing-masing 200 µl /well. Buffer substrat yang ditambahkan substrat p-npp dimasukkan pada semua well sebanyak 100 µl /well dan diinkubasi di ruang gelap pada suhu kamar selama 15 30 menit. Larutan penghenti (larutan stopper) 4N NaOH ditambahkan pada semua well masing-masing 50 µl /well. Selanjutnya microplate dibaca pada ELISA reader dengan panjang gelombang 405 nm dan dihitung nilai OD (Suwarno dkk., 2010). 3.6 Analisis Data Data diperoleh berupa optical density (OD) dianalisis menggunakan uji F (one way ANOVA) yang dilanjutkan dengan Duncan s multiple range test 1%.

27 Bedah usus halus ayam Koleksi dan identifikasi cacing R. tetragona Koleksi dan identifikasi cacing A. galli Penggerusan cacing dan sentrifugasi Sonikasi Homogenat R. tetragona Homogenat A. galli Crude protein (Ag)R. tetragona Crude protein (Ag) A.galli Inisiasi imunisasi ke mencit + CFA Inisiasi imunisasi ke mencit + CFA Booster 1 IFA Booster 2 IFA Pengambilan darah mencit Sentrifugasi 2000 rpm (10 menit) Serum diambil Ab R. tetragona Ab A. galli indirect-elisa optical density (OD) Analisis data Gambar 3.1 Diagram alir penelitian.