BAHASA NASIONAL YANG BELUM MENASIONAL ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Dr. A. Sobana Hardjasaputra, S.S., M.A.

dokumen-dokumen yang mirip
Bahasa Indonesia Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN

oleh Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Bahasa Indonesia untuk Broadcast Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta 2015

BAB II SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. Peranan bahasa pada sendi-sendi kehidupan manusia mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Ridwan Arifin. Catatan Kesalahan Berbahasa Indonesia Suatu Pendekatan Linguistik. Penerbit Nida Dwi Karya Publishing

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

KEBANGGAAN TERHADAP BAHASA INDONESIA (LANGUAGE PRIDE) DI PURWAKARTA. Siti Chadijah ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAHASA II\D Oi\ESIA DALAM P E RE I\ C AN AAN PE MB Ai\ GIJi\Ai\

BAB I PENDAHULUAN MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH Latar Belakang Masalah

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Memahami Lafal Baku/Tidak Baku

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan di negara kita. Hal ini

Wawancara disampaikan dengan bahasa yang baik, sopan dan santun, tidak bernada keras.

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi ini, kiranya tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. Campur kode adalah percampuran antara dua bahasa atau lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh : EKA ROHMAWATI A

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

Politik Bahasa dan Masalah Kebahasaan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan

Bahasa Indonesia. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke:

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

Sikap Bahasa Masyarakat Urban terhadap Bahasa Indonesia. (Menemukan Tipe Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Wilayah Rural dan Urban)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya. membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STAND UP BERGILIR SEBAGAI SOLUSI MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

Terbuka, 2009), Yusi Rosdiana, Bahasa dan Sastra Indonesia di SD, (Jakarta; Universitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gambar: Pertemuan pemuda Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi

MAKALAH SUMPAH PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

Dampak Media Massa dan Elektronik terhadap Tata Tulis. Bahasa Indonesia

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RAGAM BAHASA DALAM BAHASA INDONESIA

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 66

PEMAHAMAN KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI DASAR JIWA NASIONALISME

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan.

No. Kode: DARI/BAHASA INDONESIA/001

BAB I PENDAHULUAN. C. Rumusan Masalah o Sejarah bahasa Indonesia o Kedudukan bahasa Indonesia o Fungsi bahasa Indonesia

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SMS: Diterbitkan Oleh : Bidang Humas Dan Informatika Purna Paskibraka Indonesa Jakarta Utara

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan

Sekolahku. Belajar Apa di Pelajaran 7?

Buku ini memuat kumpulan tulisan penulis dalam rangka

BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA MALAM RENUNGAN MENYONGSONG PERINGATAN HARI JADI KE 61 KABUPATEN KULONPROGO Wates, 14 Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA. Yanti Trianita S.I.Kom

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

ABSTRAK. Kata kunci : kesalahan kebahasaan, surat dinas, pemerintahan desa grugu.

MENYUSUN KARYA TULIS (MAKALAH)

03Teknik RAGAM BAHASA DALAM BAHASA INDONESIA. Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Baku Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Tidak Baku

RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG SEMESTER GASAL 2013/2014

PRESENTASI ARTIKEL. Oleh : Nida Aniati. Tentang saya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devy Elfayanti Karmana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, dan alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berjalan dengan lancar. Alisjahbana (dalam Pateda dan Pulubuhu,

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. itu, kemudian menjadi media dan mengembang pikiran manusia. Ernest Cassiner

DALAM MELESTARIKAN KEBUDAYAAN


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lain. Pada masyarakat modern dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu. menulis dan membaca merupakan komunikasi tertulis.

AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi dan keotonomiannya sendiri, sedangkan kode-kode lain yang

KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 023/SK/K01-SA/2002 TENTANG HARKAT PENDIDIKAN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

PERKEMBANGAN EKONOMI JEPANG PASCA PERANG DUNIA II KERTAS KARYA. Dikerjakan ROY PUTRA F.L. TOBING NIM : PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gio M. Johan, 2013

Transkripsi:

BAHASA NASIONAL YANG BELUM MENASIONAL ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Dr. A. Sobana Hardjasaputra, S.S., M.A. Masalah bahasa Indonesia yang akan dibicarakan dalam tulisan ini bukan kajian secara ilmiah, tetapi hanya berupa kesan saya atas pemakaian bahasa Indonesia (bahasa nasional) di kalangan masyarakat. Sekalipun saya bukan ahli bahasa, saya mendapat kesan bahwa sampai saat ini bahasa Indonesia yang telah diikrarkan sebagai bahasa persatuan, belum menasional. Pada umumnya masyarakat kita memahami, bahwa tanggal 28 Oktober 1928 adalah momentum pengakuan atas tanah air, bangsa, dan bahasa yang sama. 1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. 2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. 3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Tanggal itu selanjutnya diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Sumpah Pemuda. Dengan momentum tersebut berarti sejak tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa nasional, karena ikrar itu berlangsung 1

dalam masa pergerakan nasional menentang penjajahan, untuk mencapai kemerdekaan. Hal itu berarti sampai sekarang, bangsa Indonesia sudah menggunakan bahasa nasional cukup lama. Setelah Indonesia merdeka, lepas dari belenggu penjajahan bangsa asing. bahasa Indonesia diusahakan agar benar-benar menjadi bahasa nasional, sebagai media pemersatu bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diajarkan secara formal mulai sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta. Pendidikan tinggi yang memiliki Jurusan Bahasa, hampir tiap tahun menghasilkan sejumlah lulusan sarjana bahasa Indonesia. Sejalan dengan peningkatan pendidikan, sarjana bahasa Indonesia dihasilkan pula melalui Program Pascasarjana pada beberapa perguruan tinggi. Menyadari bahwa bahasa tidak statis, melainkan dinamis mengikuti perkembangan budaya manusia, khususnya budaya komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, sejak tahun 1960-an pemerintah membentuk Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Agar bahasa Indonesia makin menjadi bahasa nasional yang baik, lembaga itu telah menyempurnakan ejaannya (1972). Disusun pula buku Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia juga dilakukan melalui berbagai kegiatan. Kongres nasional dan seminar bahasa Indonesia telah berlangsung berulang kali. Hampir tiap tahun diadakan bulan bahasa. Beberapa waktu yang lalu, Lembaga Pembinaan dan Pengambangan Bahasa Indonesia bekerjasama dengan TVRI menyelenggarakan siaran pembinaan bahasa Indonesia secara rutin pada waktu

tertentu. Acara itu dipandu oleh para pakar bahasa Indonesia. Seorang di antaranya adalah Prof. Dr. J.S. Badudu. Akan tetapi sekarang kegiatan yang disebut terakhir sudah berhenti. Selain melalui perkuliahan dan siaran di TVRI, Pak Badudu dengan gigih berupaya terus memasyarakatkan bahasa Indonesia yang baik dan benar, antara lain melalui tulisan berupa artikel, makalah, dan menerbitkan buku. Sementara itu, beberapa orang rekan seprofesi Pak Badudu, termasuk bekas muridnya, ada yang menerbitkan buku pelajaran Bahasa Indonesia. Kiranya usaha-usaha pembinaan bahasa Indonesia sudah cukup gigih dilakukan melalui berbagai cara. Akan tetapi, sampai saat ini bahasa nasional itu ternyata belum menasional, padahal pengakuan sebagai bahasa nasional dan pemakaiannya seperti telah dikemukakan -- sudah berlangsung cukup lama sampai saat ini, yaitu lebih-kurang 74 tahun, usia yang cukup tua bagi umur manusia. Bahwa bahasa Indonesia belum menasional, antara lain ditunjukkan oleh kasus atau hal-hal sebagai berikut. Dalam pembicaraan yang bersifat formal, para pembicara seringkali tidak sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bila hal itu dilakukan oleh orang awam, masih dapat dimaafkan (ditolerir). Akan tetapi justru hal tersebut terjadi di kalangan terpelajar, termasuk para pejabat tinggi. Beberapa pakar bahasa seringkali melontarkan kritik konstruktif terhadap bahasa pejabat melalui tulisan-tulisan pada mass media. Akan tetapi karena sudah salah kaprah, sulit untuk dibenahi, lebih-

lebih tidak disertai kesadaran dan kemauan untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, muncul sebutan gaya bahasa pejabat. Dalam membuat karya tulis ilmiah, siswa dan mahasiswa cenderung menujukkan kesulitan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal itu antara lain terlihat dari pemakaian kata dalam penulisan kalimat. Misalnya, kata-kata : tetapi, karena, yang, juga, dan lain-lain, ditempatkan di awal kalimat. Kata disebabkan digabungkan dengan kata karena. Contoh: "Tabrakan anata bus dan truk itu disebabkan karena supir bus menjalankan kendaraannya ugal-ugalan". Kekeliruan lainnya adalah pemakaian kata-kata yang tidak tepat, sehingga mengaburkan makna atau maksud suatu kalimat. Dalam karya ilmiah juga seringkali terjadi pemakaian kata-kata yang sama secara berulang-ulang (monoton). Kata-kata dimaksud antara lain kata penunjuk ini dan itu. Dalam hal ini, saya selalu ingat salah satu penjelasan Pak Badudu, bahwa dalam menulis karya ilmiah pun, kata-kata yang digunakan selain harus tepat juga bervariasi, karena menulis adalah juga suatu seni. Penjelasan itu disampaikan langsung kepada saya, ketika saya menempuh ujian Sarjana Sejarah (awal tahun 1980). Pak Badudu menghadiri ujian saya, karena pada waktu itu beliau adalah Dekan Fakultas Sastra Unpad yang bertindak sebagai ketua panitian ujian. Ada pendapat, bahwa kelemahan karya tulis orang Indonesia antara lain menyangkut bahasa. Pendapat itu ada benarnya, karena saya sendiri menyadari akan hal tersebut.

Salah kaprah yang paling memasyarakat antara lain pemakaian kata daripada dan merubah. Kata daripada digunakan bukan pada tempatnya. Misal: "Kehidupan daripada rakyat sekarang ini..". Hal ini adalah salah satu bagian dari gaya bahasa pejabat yang justru ditiru oleh masyarakat umum. Salah kaprah lain yang umum terjadi adalah pemakaian kata merubah. Seharusnya mengubah, karena kata dasarnya ubah, bukan rubah. Kedua kata itu sangat umum digunakan di setiap lapisan masyarakat. Ketika siaran pembinaan Bahasa Indonesia di TVRI masih biasa ditayangkan, saya hampir selalu mengikutinya. Baru saja acara itu selesai, penyiar yang melanjutkan acara tidak berbicara dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal acara pembinaan bahasa yang baru lalu itu membahas kekeliruan kata-kata atau kalimat yang justru digunakan oleh penyiar tadi. Kasus itu terjadi berulangkali. Oleh karena itu muncul pelesetan, pembinaan bahasa menjadi pembinasaan bahasa. Salah kaprah yang lain adalah kesalahan yang disebut hiperkorek dan pleonasme. Contoh kesalahan antara lain pemakaian kata turun ke bawah (hiperkorek) dan para hadirin atau hadirin sekalian (pleonasme). Kesalahkaprahan dengan contoh tersebut, tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat awam, tetapi seringkali terjadi pula di kalangan orang terpelajar, termasuk di kalangan guru, bahkan di kalangan dosen. Beberapa tahun yang lalu, ketika Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia sedang gencar-gencarnya berkiprah, muncul himbauan agar bahasa Indonesia/istilah dalam bahasa Indonesia digunakan untuk

menyebut jenis-jenis usaha atau kegiatan perusahaan, toko, dan lain-lain pada papan nama yang mereka buat. Himbauan tersebut hampir tidak mendapat perhatian dari masyarakat. Misalnya, sampai sekarang, penjahit pakaian lebih senang menamakan dirinya taylor, tempat pangkas rambut banyak yang menggunakan istilah barbershop. Ironisnya, tempat mereka berada adalah daerah yang tidak biasa dikunjungi oleh orang asing. Memang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memahami bahasa asing. Akan tetapi kita tetap wajib dan harus memelihara bahasa nasional, sesuai dengan ikrar dalam Sumpah Pemuda 1928. Pemakaian bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari, jangan sampai menyebabkan bahasa nasional menjadi tersisihkan. Ungkapan dalam bahasa Sunda menyatakan basa cicirén bangsa ( bahasa adalah ciri bangsa ). Di kalangan masyarakat bawah, bahasa Indonesia baku seolah-olah tidak dikenal. Mereka tidak peduli akan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kondisi lain yang menunjukkan bahwa bahasa Indonesia belum menasional, sampai saat ini di daerah-daerah tertentu, umumnya di daerah pedalaman, masih ada kelompok-kelompok masyarakat yang belum dapat berbicara bahasa Indonesia. Mereka hanya dapat berbicara dalam bahasa daerah setempat. Hal itu secara tidak langsung mencerminkan bahwa pendidikan di kalangan masyarakat bawah belum merata. Kasus ini memang terjadi pula di beberapa negara lain. Kasus-kasus sederhana tersebut, menunjukkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, hanya pengakuan secara konsensus. Akan tetapi,

pemahaman dan penggunaannya secara baik dan benar, baru terbatas di kalangan ahli bahasa dan sejumlah kecil golongan terpelajar lainnya. Kondisi tersebut terjadi karena berbagai faktor. Menurut pendapat saya, secara garis besar ada lima faktor penyebabnya. 1) Kurangnya kesadaran dan kemauan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan masyarakat. 2) Minat baca di kalangan masyarakat masih rendah. 3) Orang-orang yang seharusnya menjadi contoh dalam berbahasa, ternyata tidak mau menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 4) Pengaruh bahasa mass media dan bahasa gaul bagi kalangan remaja. Oleh karena terbiasa menggunakan bahasa gaul, dalam pembicaraan formal pun para remaja lupa untuk berbicara dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. 5) Pengaruh budaya Barat yang sulit dibendung atau disaring, akibat perkembangan teknologi. Faktor-faktor tersebut menunjukkan, bahwa faktor dasar penyebab bahasa Indonesia belum benar-benar menasional adalah faktor individu dan faktor lingkungan yang tidak menunjang. Terlepas dari semua itu, ragam bahasa Indonesia saat ini merupakan salah satu dinamika kehidupan. Akankah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional kita benar-benar menasional? Akankah bahasa Indonesia yang baik dan benar sungguh-sungguh

digunakan di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat terpelajar? Hal itu terpulang kepada kesadaran dan kemauan tiap individu. Semoga pula kegigihan Pak Badudu dalam usaha memasyarakatkan bahasa Indonesia yang baik dan benar, diteladani oleh para pakar bahasa Indonesia lainnya, terutama oleh para muridnya.

KATA PENGANTAR Dalam rangka memperingati usianya yang ke 70 tahun, Prof. Dr. J.S. Badudu, pakar Bahasa Indonesia pensiunan dari Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, akan membuat buku berisi kumpulan tulisan tentang berbagai permasalahan Bahasa Indonesia. Untuk kepentingan itu, beliau meminta kepada sejumlah muridnya untuk menyumbangkan tulisan. Meskipun bukan ahli bahasa, penulis yang pernah menjadi mahasiswa beliau, diminta untuk menyumbangkan tulisan. Atas perhatian sekaligus kehormatan itu, penulis ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat. Bandung, 23 Januari 2003