Siti Khoiriyah 1, Imam Sujadi 2, Pangadi 3

dokumen-dokumen yang mirip
Pola Interaksi Guru dan Siswa Tunanetra. Rany Widyastuti IAIN Raden Intan; Abstract

POLA INTERAKSI GURU DAN SISWA TUNANETRA SMPLB A BINA INSANI BANDAR LAMPUNG

POLA PENERIMAAN SISWA TUNANETRA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPLB. Keywords: reception pattern, blind students, mathematics learning

PENERAPAN STRATEGI THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PEKANBARU

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh SULAIMAN S

Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran Matematika materi

THE PROFILE OF TEACHER QUESTIONS ON MATHEMATICS LESSONS IN IX CLASS STUDENTS WITH VISUAL IMPAIRMENT SMPLB YKAB SURAKARTA. Lampung, Indonesia.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI DALAM PRAKTIKUM STUDI KASUS DI LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

ALUR PIKIR GURU MATEMATIKA DALAM MEMBELAJARKAN SUATU KOMPETENSI DASAR DI KELAS VII SMP (STUDI KASUS PADA GURU MATEMATIKA SMP NEGERI 1 KARANGANYAR)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN MELALUI MODEL CIRC PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI RAHAYU TAHUN AJARAN 2012/2013

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI SMA NEGERI KOTA YOGYAKARTA

PROFIL PERTANYAAN SISWA TUNANETRA KELAS IX SMPLB YKAB SURAKARTA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: REPSA YUNITA NPM

Penerapan Pendekatan Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Pertidaksamaan Di Kelas X-C SMAN 1 Kauman Tulungagung Anisa Fatmawati

Ermei Hijjah Handayani*, Elva Yasmi Amran**, Rini***

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

RIDA BAKTI PRATIWI K

ABSTRACT. Keywords: Cooperative, Two Stay Two Stray, Learning Outcomes.

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

ALUR PIKIR GURU MATEMATIKA DALAM MEMBELAJARKAN SUATU KOMPETENSI DASAR DI KELAS VII SMP (STUDI KASUS PADA GURU MATEMATIKA SMP NEGERI 1 KARANGANYAR)


NILA MEGASARI K

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED TEACHING


Oleh : Destyana Ayu Wulandari A

LINDA ROSETA RISTIYANI K

PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNAGRAHITA PADA POKOK BAHASAN PERKALIAN

PENERAPAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANFERRING (REACT)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN

Samsuar SDN 001 Bintan Kecamatan Dumai Timur

Raihan SD Negeri 007 Bagan Besar

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTENING BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IX.E SMP NEGERI I BAJENG

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

KAJIAN KEBERLANJUTAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN REDOKS KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 5 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2016/2017

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh SRIANANINGSIH NIM.

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN

Kata kunci : Macromedia flash, sains teknologi masyarakat, IPA

KALAM CENDEKIA, Volume 5, Nomor 2.1, hlm

Keywords: bamboo dancing, visual media, persatuan dan kesatuan negeriku

JENIS JENIS PERTANYAAN YANG DIAJUKAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGANYAR TESIS

PENGGUNAAN MEDIA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PEMBERIAN PUJIAN DAN HUKUMAN KEPADA SISWA KELAS I SDN 15 LUBUK ALUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI CARD SORT DI SDN 20 KURAO PAGANG PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION

PENINGKATAN KEAKTIFAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KARANGPANDAN MELALUI STRATEGI TEAM QUIZ DISERTAI MODUL

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL LEARNING CYCLE (PEMBELAJARAN BERSIKLUS) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

STRATEGI MEMBELAJARKAN MATEMATIKA PADA KELAS VII INKLUSI DI SMP PGRI 1 SAMPIT KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Linda Syarif 1, Zulfa Amrina 1, Syafni Gustina Sari 1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

SKRIPSI. Oleh: Khoirul Muna. K

المفتوح العضوية المفتوح العضوية

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED SISWA KELAS X SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAGI SISWA KELAS V SD

PERBEDAAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN MEDIA CHART PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)

PENERAPAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI TEAMS GAMES TOURNAMENTS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE LATIHAN SISWA KELAS IV SD NEGERI 009 AIR EMAS KECAMATAN UKUI

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE TRADING PLACES

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE JEOPARDY REVIEW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 7 KERINCI TAHUN PELAJARAN

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN I MENDAK DELANGGU KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

PENGGUNAAN MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN

PENERAPAN MOTODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

Anggun Triana *), Ahmad Hamid, Tarmizi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Unsyiah

Keywords: Scientific, Concrete Media, Mathematics

PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN PERKALIAN MENGGUNAKAN MEDIA KOTAKMATIKA DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN OLEH MISLAH NIM F

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SDN 09 SUNGAI GERINGGING

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SDN KOTA TEBING TINGGI

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

SKRIPSI. Oleh: SRI KHAJATI K

ARTIKEL PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. pada Program Studi Pendidikan Matematika.

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET

PENGGUNAAN MEDIA PREZI DESKTOP FOREVER UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI DI SMA NEGERI 1 SUNGAI APIT

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI TESIS

Lilik Anton Susilo (1) & Tarto Sentono (2) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBILANG MATEMATIKA DENGAN KARTU BILANGAN TERHADAP SISWA TUNARUNGU KELAS 1 SEMESTER I DI SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013

Mahasiswa Progam Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Skripsi. Oleh: Puput Dwi Maret Tanti K

Penggunan Model Pembelajaran Team Games Tournament Dan Picture And Picture

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

Kata Kunci : Group Investigation, pemahaman konsep kegiatan ekonomi. 1) Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Program Studi PGSD FKIP UNS

ABSTRAK. Kata kunci : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, dan Hasil Belajar

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN EDMODO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PEMASARAN DI SMK NEGERI 1 JEMBER TAHUN AJARAN

Transkripsi:

POLA INTERAKSI URU DAN SISWA TUNANETRA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPLB A YKAB SURAKARTA (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IX SMPLB A YKAB Surakarta Semester anjil Tahun Pelajaran 2012/2013) Siti Khoiriyah 1, Imam Sujadi 2, Pangadi 3 1 Prodi Magister Pendidikan Matematika, PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta 2 Prodi Magister Pendidikan Matematika, PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta 3 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract:The aim of the study is to describe the interaction pattern of the teacher and the students with visual impairment in mathematics teaching learning on a conceptual and procedural knowledge in class IX SMPLB A YKAB Surakarta. This research was a qualitative case study, investigating deeply about the interaction of the teacher and the students in order that the interaction pattern can be described in the mathematics teaching learning. The subjects of this research were a mathematics teacher and all students of class IX SMPLB A YKAB Surakarta. The data in this study were in the form of teacher and students interactions obtained from transcriptions of the teaching learning recordings during twice observations. The transcription results were the teacher and the students conversations that are further reduced in order to obtain certain conversation related to the teaching learning of conceptual and procedural knowledge. Furthermore, labeling speech act and speech interaction was conducted in the conversation of conceptual and procedural teaching learning. Based on the labeling, speech interaction were categorized into three, namely: 1) speech interaction that was begun with speech act of giving information (BIn), 2) speech interaction that was begun with speech act of performing information (UIn), and 3) speech interaction that was begun with speech act of stimulating information (TIn). Each of the categories was analyzed so that the subjects that are interacting can be examined. The result of the analysis became the data of teacher and students interaction. The technique used to validate the data was time triangulation done by matching the data of the teacher and the students interaction taken from the first observation and the data of the teacher and the students interaction taken from the second observation.the results of the matching process were used to describe the interaction pattern. The findings of this research were: 1) the interaction pattern of the teacher and the students with visual impairment in mathematics teaching learning on a conceptual knowledge in class IX SMPLB A YKAB Surakarta was a two-way interaction pattern with inter-students interactions.two-way interactionwith studentteachersis dominatedby theactivities ofthe teacherto giving information (BIN) and the performing information (TIN) to the students. While theinteractionbetween studentsis dominatedbythe activities ofthe studentsto performanceinformation(uin). 2) the interaction pattern of the teacher and the students with visual impairment in mathematics teaching learning on a procedural knowledge in class IX SMPLB A YKAB Surakarta was a multiple-way interaction pattern (optimal result). Teacherinteractionwith studentsis dominatedby theactivities ofthe teacherto giving information(bin), andstimulating information(tin) to the students. Whilestudent interactionwith studentsspreadis dominated bythe performanceof information(uin). Keywords:interactionpattern, conceptual knowledge, procedural knowledge, mathematics teaching learning, students with visual impairment. PENDAHULUAN Matematika merupakan pengetahuan yang terdiri dari pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural, sehingga dalam proses pembelajarannya guru sebagai fasilitator dan motivator memiliki cara atau strategi tersendiri untuk memudahkan tunanetra dalam menerima dan mengolah pengetahuan tersebut. Pembelajaran matematika dalam kelas tunanetra tentunya berbeda jika dibandingkan dengan kelas reguler pada umumnya. Jika pada kelas reguler dapat menggunakan indera penglihatan sebagai saluran utama penerima informasi, sedangkan 250

pada tunanetra indera penglihatan diganti dengan indera taktil (peraba) dan pendengaran sebagai saluran utama penerima informasi. Hal ini menyebabkan komunikasi secara verbal menjadi media utama terjalinnya interaksi dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Brooks dan Brooks(1993) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang menekankan pada keaktifan. Ini berarti bahwa dalam kegiatan pembelajaran terjadi interaksi antara dengan guru, dengan, serta dengan sumber belajar. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberi pengertian pembelajaran secara formal dalam pasal 1 butir 20 yaitu, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.sardiman (2001) berpendapat bahwa interaksi merupakan hubungan atau komunikasi yang terjadi antara guru (komunikator) dengan (komunikan). Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa pembelajaran matematika merupakan proses interaksi guru dan dalam mengkomunikasikan matematika. Sebelumnya dijelaskan bahwa komunikasi secara verbal menjadi media utama bagi tunanetra dalam berinteraksi. Dengan demikian pembelajaran matematika pada tunanetra lebih menekankan kepada komunikasi secara verbal yang di dalamnya memuat percakapan guru dan. Dalam percakapan tersebut memuat ucapan guru dan berupa kalimat atau kata yang oleh Didi Suherdi (2009) disebut sebagai gerak tutur yang dapat berupa kegiatan beri informasi (BIn), unjuk informasi (UIn), tunda informasi (TIn), Reaksi atas informasi (RIn), dan reaksi atas RIn (RRIn). Dalam suatu percakapan, gerak tutur tersebut akan bergabung membentuk struktur tertentu yang selanjutnya disebut sebagai baku tutur. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam suatu interaksi verbal terjadi percakapan antar pelaku komunikasi, percakapan tersebut membentuk struktur tertentu dalam suatu komunikasi. Dalam suatu komunikasi, tentunya ada pesan yang ingin disampaikan. Pesan ini dapat berupa pengetahuan matematika yang terkait dengan pengetahuan konseptual dan prosedural. Anderson dan Krathwohl (2010) mendefinisikan pengetahuan konseptual dan prosedural sebagai berikut: 1) pengetahuan konseptual sebagai teori yang mempresentasikan tentang bagaimana suatu materi kajian disusun atau distrukturkan, bagaimana bagian-bagian informasi saling terkait secara sistematis, dan bagaimana bagian-bagian ini berfungsi bersama. 2) Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu yang biasanya berupa langkah-langkah yang harus diikuti dalam menyelesaikan tugas. Jika dikaitkan dengan matematika maka pengetahuan konseptual dalam matematika diartikan sebagai konsep-konsep matematika serta hubungannya satu sama lain, sedangkan pengetahuan prosedural diartikan sebagai aturan dan pengetahuan yang digunakan dalam memecahkan masalah matematika (Baykul dalam Isleyen dan Isik,2003). Penelitian dengan tema pola interaksi telah banyak dilakukan oleh peneliti, salah satunya oleh Liu (2010) yang menunjukkan bahwa pola interaksi internasional kelas jauh pada saat diskusi online paling banyak berupa kegiatan pemberian pernyataan langsung mengundang respon 251

atau dialog, terbanyak berikutnya berupa kegiatan membangun interaksi, serta menunjukkan bahwa emoticon yang paling banyak digunakan dalam kegiatan interaksi online adalah emoticon sangat senang dan senyum. Arumugam, Mello, dan Muthusamy (2011) juga melakukan penelitian dengan tema sama, menunjukkan bahwa pola interaksi melayu dalam kelas bilingual (dua bahasa) dengan pendekatan Face to Face Promotive Interaction (FFPI) dilakukan dengan cara membantu satu sama lain, bertukar ide dan informasi, serta memberikan umpan balik kepada anggota untuk meningkatkan ide-ide. Kedua penelitian di atas memberikan inspirasi bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan tema yang sama, tetapi pada subjek yang berbeda yaitu guru dan tunanetra. Pola interaksi dalam penelitian ini berupa gambar yang digunakan sebagai model hubungan komunikasi yang terjadi antara guru dengan, dengan dalam kegiatan pembelajaran matematika. Penelitianini bertujuan untukmenggambarkan bagaimana pola interaksi yang terjadi antara guru dan tunanetra dalam pembelajaran matematika tentang suatu pengetahuan konseptual dan proseduralyang selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki proses interaksi edukatif di kelas. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berjenis studi kasus, yaitu mempelajari secara mendalam interaksi guru dan tunanetra sehingga dapatdigambarkan pola interaksinyadalam pembelajaran matematika. Subjek penelitian ini adalah guru matematika dan kelas IX SMPLB A YKAB Surakarta yang terdiri dari 5 buta total dan 2 low vision. Data dalam penelitian ini berupa interaksi guru dan yang diperoleh dari hasil transkripsi rekaman kegiatan pembelajaran pada dua observasi. Rekaman pada dua observasi tersebut dipilih dari tujuh rekaman dengan alasan bahwa setelah dilakukan pengamatan terhadap tujuh rekaman, dua rekaman tersebut memberikan data terbaik untuk selanjutnya dianalisis lebih mendalam. Dua rekaman tersebut adalah rekaman pertama dan kedua.hasil transkripsi rekaman berupa percakapan guru dan yang selanjutnya direduksi untuk diperoleh percakapan terkait dengan pembelajaran pengetahuan konseptual dan prosedural. Selanjutnya, dilakukan pelabelan gerak tutur dan baku tutur pada percakapan pembelajaran konseptual dan prosedural. Berdasarkan pelabelan tersebut, kemudian dikategorikan menjadi 3 yaitu: 1) Baku tutur yang diawali dengan gerak tutur beri informasi (BIn), 2) Baku tutur yang diawali dengan gerak tutur unjuk informasi (UIn), dan 3) Baku tutur yang diawali dengan gerak tutur tunda informasi (TIn). Masing-masing kategori tersebut dianalisis sehingga dapat diketahui interaktor yang saling berinteraksi yang selanjutnya disebut sebagai data interaksi guru dan. Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi waktu, yaitu dengan mencocokkan data interaksi guru dan 252

pada observasi pertama dengan data interaksi guru dan pada observasi kedua. Hasil pencocokan tersebut selanjutnya digunakan untuk menggambarkan pola interaksinya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis diperoleh data interaksi guru dan tunanetra dalam pembelajaran konseptual terdiri dari 71 baku tutur pada observasi pertama dan 39 baku tutur pada observasi kedua. Sedangkan dalam pembelajaran prosedural terdiri dari 357 baku tutur pada observasi pertama dan 124 baku tutur pada observasi kedua. Selanjutnya baku tutur tersebut dikategorikan menjadi 3 yaitu 1) baku tutur yang diawali dengan gerak tutur beri informasi (BIn), 2) baku tutur yang diawali dengan gerak tutur unjuk informasi (UIn), dan 3) baku tutur yang diawali dengan gerak tutur tunda informasi (TIn). Masing-masing baku tutur yang telah dikategorikan berdasarkan gerak tutur yang mengawalinya akan dianalisis untuk mengetahui siapa saja interaktor yang saling berinteraksi. Berdasarkan hasil analisis terhadap baku tutur yang diawali oleh gerak tutur BInpada dua observasi di peroleh data interaktor yang saling berinteraksi dalam pembelajaran konseptualdan prosedural yang disajikan berturut-turut dalam Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Data interaksi guru dan dalam pembelajaran konseptual pada kategori BIn 1. Terjadi interaksi antara guru dengan seluruh 2. Terjadi interaksi antara dengan, dan dengan Terjadi interaksi antara guru dengan seluruh Terjadi interaksi antara dengan Tabel 2. Data interaksi guru dan dalam pembelajaran prosedural pada kategori BIn 1. Terjadi interaksi antara guru dengan seluruh 2. Terjadi interaksi antara dengan, dengan, dengan, dan dengan 3. Terjadi interaksi antara dengan, dan dengan 4. Terjadi interaksi antara dengan, dan dengan Terjadi interaksi antara guru dengan seluruh Terjadi interaksi antara dengan Terjadi interaksi antara dengan Berdasarkan Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa data interaksi yang sama dalam pembelajaran konseptual pada observasi pertama dan kedua adalah interaksi antara guru dengan seluruh, dan interaksi antara dengan. Sedangkan pada pembelajaran prosedural adalah interaksi antara guru dengan seluruh, dan interaksi antara dengan. Dengan demikian dapat digambarkan pola interaksinya pada masing-masing pembelajaran konseptual dan prosedural berturut-turut sebagai berikut. 253

(a) (b) ambar 1. Pola interaksi guru dan dalam pembelajaran konseptual dan prosedural pada kategori BIn Berdasarkan hasil analisis terhadap baku tutur yang diawali oleh gerak tutur UIn pada dua observasi di peroleh data interaktor yang saling berinteraksi dalam pembelajaran konseptual dan prosedural yang disajikan berturut-turut dalam Tabel 3 dan 4. Tabel 3. Data interaksi guru dan dalam pembelajaran konseptual pada kategori UIn 1. Terjadi interaksi antara guru dengan seluruh Terjadi interaksi antara guru dengan sebagian yaitu,, dan 2. Terjadi interaksi antara dengan Terjadi interaksi antara dengan 3. Terjadi interaksi antara dengan, dengan, dan dengan. Terjadi interaksi antara dengan, dan dengan Tabel 4. Data interaksi guru dan dalam pembelajaran prosedural pada kategori UIn 1. Terjadi interaksi antara guru dengan sebagian besar yaitu,,,,, dan Terjadi interaksi antara guru dengan sebagian besar yaitu,,,,, dan Terjadi interaksi antara dengan, 2. Terjadi interaksi antara dengan dan dengan dengan, dengan, dan dengan 3. Terjadi interaksi antara dengan, Terjadi interaksi antara dengan dan dengan, dengan, dengan, dan dengan dengan 4. Terjadi interaksi antara dengan, dan Terjadi interaksi antara dengan dengan 5. Terjadi interaksi antara dengan dan Terjadi interaksi antara dengan dan dengan dengan 6. Terjadi interaksi antara dengan Terjadi interaksi antara dengan Berdasarkan Tabel 3 dan 4 dapat dilihat bahwa data interaksi yang sama dalam pembelajaran konseptual pada observasi pertama dan kedua adalah interaksi antara guru dengan, guru dengan, dan guru dengan, serta interaksi antara dengan dan dengan. Sedangkan pada pembelajaran prosedural adalah interaksi antara guru dengan sebagian besar 254

yaitu,,,, dan, serta interaksi antara dengan, dengan, dengan, dengan, dengan, dengan, dengan, dan dengan. Dengan demikian dapat digambarkan pola interaksinya pada masing-masing pembelajaran konseptual dan prosedural berturut-turut sebagai berikut. (a) (b) ambar 2. Pola interaksi guru dan dalam pembelajaran konseptual dan prosedural pada kategori UIn Berdasarkan hasil analisis terhadap baku tutur yang diawali oleh gerak tutur TIn pada dua observasi di peroleh data interaktor yang saling berinteraksi dalam pembelajaran konseptual dan prosedural yang disajikan berturut-turut dalam Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Data interaksi guru dan dalam pembelajaran konseptual pada kategori TIn 1. Terjadi interaksi antara guru dengan seluruh Terjadi interaksi antara guru dengan seluruh Tabel 6. Data interaksi guru dan dalam pembelajaran prosedural pada kategori TIn 1. Terjadi interaksi antara guru dengan sebagian besar yaitu,,,,, dan 2. Terjadi interaksi antara dengan, dengan, dan dengan Terjadi interaksi antara guru dengan seluruh Berdasarkan Tabel 5 dan 6 dapat dilihat bahwa data interaksi yang sama dalam pembelajaran konseptual pada observasi pertama dan keduaadalah interaksi antara guru dengan seluruh. Sedangkan pada pembelajaran prosedural adalahinteraksi antara guru dengan sebagian besar yaitu,,,,, dan. Dengan demikian dapat digambarkan pola interaksinya pada masing-masing pembelajaran konseptual dan prosedural berturut-turut sebagai berikut. 255

(a) ambar 3. Pola interaksi guru dan dalam pembelajaran konseptual dan prosedural pada kategori TIn Dari gambar pola interaksi pada setiap kategori yang telah dipaparkan di atas, dapat digambarkan pola interaksi guru dan dengan cara menggabungkan ketiga pola tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa pola interaksi guru dan tunanetra dalam pembelajaran matematika tentang suatu pengetahuan konseptual dan prosedural berturut-turut sebagai berikut. (b) (a) (b) ambar 4. Pola interaksi guru dan dalam pembelajaran konseptual dan prosedural. Pola interaksi pada ambar 4(a) diperoleh dari penggabungan pola interaksi pada ambar 1(a), 2(a), dan 3(a). ambar 4(a) menunjukkan bahwa interaksi guru dengan seluruh lebih sering dimulai oleh kegiatan guru memberikan informasi, dan pertanyaan menguji kepada. Hal ini ditunjukkan dengan lebih dominannya garis merah dan cokelat yang menghubungkan antara guru dengan. Sedangkan interaksi antara dengan lebih sering dimulai dengan kegiatan bertanya. Hal ini ditunjukkan dengan lebih dominannya garis biru yang menghubungkan antara dengan. ambar 4(a) menunjukkan bahwa interaksi terjadi antara guru dengan seluruh serta interaksi antara dengan yaitu antara dengan dan dengan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola interaksi guru dan tunanetra dalam pembelajaran matematika tentang suatu pengetahuan konseptual adalah pola 256

interaksi dua arah disertai interaksi antar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana dan Moh. Uzer Usman (dalam Syaiful Djamarah, 2010: 14) yang mengatakan bahwa pola interaksi dua arah disertai interaksi antar terjadi apabila interaksi tidak hanya antara guru dengan, tetapi juga antara dengan yang lainnya. uru mendapat balikan atau respon dan saling belajar satu sama lain. Pola interaksi pada ambar 4(b) diperoleh dari penggabungan pola interaksi pada ambar 1(b), 2(b), dan 3(b). ambar 4(b) menunjukkan bahwa interaksi guru dengan seluruh lebih sering dimulai oleh kegiatan guru memberikan informasi, dan pertanyaan menguji kepada. Hal ini ditunjukkan dengan lebih dominannya garis merah dan cokelat yang menghubungkan antara guru dengan. Sedangkan interaksi antara dengan lebih sering dimulai dengan kegiatan bertanya sesungguhnya. Hal ini ditunjukkan dengan lebih dominannya garis biru yang menghubungkan antara dengan. ambar 4(b) menunjukkan bahwa interaksi terjadi antara guru dengan seluruh serta interaksi antara dengan yang lebih menyebar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola interaksi guru dan tunanetra dalam pembelajaran matematika tentang suatu pengetahuan prosedural adalah pola interaksi multi arah (optimal). Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana dan Moh. Uzer Usman (dalam Syaiful Djamarah, 2010: 14) yang mengatakan bahwa interaksi berpola optimal apabila interaksi bebas tanpa batas antara guru dengan dan dengan yang lainnya. Berdasarkan ambar 4(b), masih terdapat yang enggan berinteraksi dengan yang lainnya yaitu. Siswa ini hanya berinteraksi dengan guru. Interaksi ini pun hanya dimulai dengan kegiatan pemberian informasi dan pertanyaan menguji, tidak ada interaksi yang dimulai dengan kegiatan pemberian pertanyaan sesungguhnya. Ini berarti bahwa interaksi tersebut terjadi karena guru lebih aktif memberikan informasi dan pertanyaan menguji kepada, sedangkan hanya merespon dan tidak aktif bertanya kepada guru. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) Pola interaksi guru dan tunanetra dalam pembelajaran matematika tentang suatu pengetahuan konseptual di kelas IX SMPLB A YKAB Surakarta adalah pola interaksi dua arah disertai interaksi antar.interaksi dua arah guru dengan didominasi oleh kegiatan guru memberikan informasi (BIn) dan pertanyaan menguji (TIn) kepada. Sedangkan interaksi antar didominasi oleh kegiatan unjuk informasi (UIn). 2) Pola interaksi guru dan tunanetra dalam pembelajaran matematika tentang suatu pengetahuan prosedural di kelas IX SMPLB A YKAB Surakarta adalah pola interaksi multi arah(optimal).interaksi guru dengan didominasi oleh kegiatan guru memberikan informasi (BIn), dan tunda informasi (TIn) kepada. Sedangkan interaksi dengan yang menyebar didominasi oleh kegiatan 257

unjuk informasi (UIn).Kedua pola interaksi tersebut dapat dilihat berturut-turut pada gambar di bawah ini. Berdasarkan simpulan di atas, saran dari penelitian ini adalah: 1) Pada pembelajaran matematika tentang suatu pengetahuan konseptual pola interaksi antar belum menyebar, oleh sebab itu, hendaknya guru menciptakan suasana belajar yang lebih efektif sehingga interaksi antar lebih menyebar. 2) Pada pembelajaran matematika tentang suatu pengetahuan prosedural pola interaksi antar sudah cukup menyebar, namun ada salah satu yang tidak berinteraksi dengan lain. Oleh sebab itu, hendaknya guru memberikan motivasi lebih dan menciptakan suasana belajar yang lebih efektif yang dapat menyebabkan tersebut berinteraksi dengan lain. DAFTAR PUSTAKA Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran Pengajaran dan Asesmen.Penerjemah: Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Arumugam, N., Mello,.D., dan Muthusamy, I. 2011. Patterns of Interaction Among Mono- Cultural English As Second Language Learners. International Journal for Educational Studies. 4(1): 11-26. Brooks,.J.dan Brooks,.M. 1993. The Case of Constructivist Classroom. Alexandria: ASCD. Didi Suherdi. 2009. Mikroskop Pedagogik Alat Analisis Belajar Mengajar. Bandung: CELTICS Press. Isleyen, T dan Isik, A. 2003. Conceptual and Procedural Learning in Mathematics.Journal of the Korea Society of Mathematical Education Series D: Research in Mathematical Education. 2(7): 91-99. Liu, Y. L., et al. 2010. A Study of roup Interaction Patterns and Emoticon Use in a Synchronous Discussion Activity. International Journal on Digital Learning Technology. 1(2): 79-94. Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja rafindo Persada. Syaiful Bahri Djamarah. 2010. uru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. 258

259