PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS ANGGREK. Edisi Kedua

dokumen-dokumen yang mirip
Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS ANGGREK. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

AGRIBISNIS BAWANG MERAH

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PISANG

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS CENGKEH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK. Edisi Kedua

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Rangkuman Kebutuhan Investasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

AGRIBISNIS Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JERUK. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS TEBU. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS SAPI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KARET. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI. Edisi Kedua

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KELAPA SAWIT. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

AGRIBISNIS TANAMAN OBAT

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KELAPA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS UNGGAS. Edisi Kedua

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS UNGGAS. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

V. KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

REVITALISASI PERTANIAN

POTENSI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BUNGA ANGGREK DI KOTA BATU JAWA TIMUR

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TANAMAN OBAT

ROAD MAP PASCA PANEN DAN PEMASARAN ANGGREK,

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CENGKEH

PIDATO KUNCI MENTERI PERTANIAN. Pada PEMBUKAAN SEMINAR NASIONAL DALAM RANGKA DIES NATALIS KE 57 UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

LAPORAN KINERJA (LKJ)

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek I. PENDAHULUAN

Good Agricultural Practices

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan

AGRIBISNIS: Rangkuman

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TEBU

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AGRIBISNIS DUKUNGAN ASPEK TEKNOLOGI PASCAPANEN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI "Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Kedaulatan Pangan Berkelanjutan"

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Revitalisasi Pertanian, Pembangunan Agribisnis dan Pengurangan Kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KARET

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

Transkripsi:

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS ANGGREK Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho Allah subhanahuwata ala, seri buku tentang prospek dan arah kebijakan pengembangan komoditas pertanian edisi kedua dapat diterbitkan. Buku-buku ini disusun sebagai tindak lanjut dan merupakan bagian dari upaya mengisi Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) yang telah dicanangkan Presiden RI Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal Juni 200 di Bendungan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat. Penerbitan buku edisi kedua ini sebagai tindak lanjut atas saran, masukan, dan tanggapan yang positif dari masyarakat/pembaca terhadap edisi sebelumnya yang diterbitkan pada tahun 200. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih. Keseluruhan buku yang disusun ada 2 buah, 7 diantaranya menyajikan prospek dan arah pengembangan komoditas, dan empat lainnya membahas mengenai bidang masalah yaitu tentang investasi, lahan, pasca panen, dan mekanisasi pertanian. Sementara 7 komoditas yang disajikan meliputi: tanaman pangan (padi/beras, jagung, kedelai); hortikultura (pisang, jeruk, bawang merah, anggrek); tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet, tebu/gula, kakao, tanaman obat, kelapa, dan cengkeh); dan peternakan (unggas, kambing/domba, dan sapi). Sesuai dengan rancangan dalam RPPK, pengembangan produk pertanian dapat dikategorikan dan berfungsi dalam: (a) membangun ketahanan pangan, yang terkait dengan aspek pasokan produk, aspek pendapatan dan keterjangkauan, dan aspek kemandirian; (b) sumber perolehan devisa, terutama terkait dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif di pasar internasional; (c) penciptaan lapangan usaha dan pertumbuhan baru, terutama terkait dengan peluang i

pengembangan kegiatan usaha baru dan pemanfaatan pasar domestik; dan (d) pengembangan produk-produk baru, yang terkait dengan berbagai isu global dan kecenderungan perkembangan masa depan. Sebagai suatu arahan umum, kami harapkan seri buku tersebut dapat memberikan informasi mengenai arah dan prospek pengembangan agribisnis komoditas tersebut bagi instansi terkait lingkup pemerintah pusat, instansi pemerintah propinsi dan kabupaten/kota, dan sektor swasta serta masyarakat agribisnis pada umumnya. Perlu kami ingatkan, buku ini adalah suatu dokumen yang menyajikan informasi umum, sehingga dalam menelaahnya perlu disertai dengan ketajaman analisis dan pendalaman lanjutan atas aspek-aspek bisnis yang sifatnya dinamis. Semoga buku-buku tersebut bermanfaat bagi upaya kita mendorong peningkatan investasi pertanian, khususnya dalam pengembangan agribisnis komoditas pertanian. Jakarta, Juli 2007 Menteri Pertanian Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS ii

KATA PENGANTAR Peningkatkan daya saing produk tanaman hias, khususnya anggrek dilakukan melalui reorientasi sistem usahatani tradisional menuju sistem agribisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan dengan mengintegrasikan dan mensinergikan subsistem nasional sesuai program masing-masing dan sistem terkait dari tingkat hulu (penyediaan sarana produksi), proses produksi hingga ke tingkat hilir (penanganan pascapanen dan pemasaran). Penerapan sistem agribisnis akan mendorong partisipasi aktif petani dalam menerapkan teknologi inovatif secara dinamis untuk menghasilkan anggrek yang berdaya saing tinggi. Hal ini akan berdampak positif terhadap kontinuitas produksi dan pemasaran hasil. Pada gilirannya petani akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi saat ini dan masa lalu. Permintaan anggrek terus meningkat dimanapun di dunia untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta untuk ungkapan dukacita. Hongkong, Singapura dan Amerika Serikat merupakan negara yang cukup banyak meminta anggrek asal Indonesia, karena bunga anggrek Indonesia memiliki keunikan warna dan bentuk yang berbeda dengan anggrek manapun di dunia. Kondisi pasar yang cukup cerah menarik minat petani dan pengusaha untuk membudidayakan anggrek secara komersial. Penulisan buku Prospek dan Arah Pengembangan Anggrek bertujuan memberikan informasi mengenai prospek pengembangan agribisnis anggrek, sebagai acuan bagi para petani, peminat dan pengembang agribisnis anggrek, dalam mengembangan industri anggrek di dalam negeri. Selain itu buku ini juga menguraikan arah pengembangan industri anggrek pada masa depan yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi stakeholder untuk berpartisipasi di bidang pengembangan industri anggrek. Edisi pertama buku ini telah diterbitkan pada tahun 2005. Sesuai perkembangan terkini, dilakukan penyempurnaan data dan informasi pada edisi kedua ini. iii

Dalam pengembangan industri anggrek nasional dibutuhkan teknologi yang mampu mentransformasikan sumber daya genetik menjadi produk berdaya saing sesuai preferensi konsumen. Sejauh ini berbagai teknologi anggrek selalu tersedia dan siap didiseminasikan kepada pengguna melalui berbagai metoda dan sarana yang efektif. Dengan demikian adopsi teknologi oleh petani/pengusaha dapat dipercepat untuk peningkatan daya saing dan nilai tambah produk yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan devisa negara melalui kegiatan ekspor. Jakarta, Juli 2007 Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Ir. Achmad Suryana iv

TIM PENYUSUN Penanggung Jawab : Dr.Ir. Achmad Suryana Kepala Badan Litbang Pertanian Ketua : Dr. Ir. Yusdar Hilman, MS Kepala Pusat Litbang Hortikultura Anggota : Dr. Kusumah Effendie, MM Dr. Heny Mayrowani Dra. Dyah Widyastoety, MS Ir. Nurmalinda, MSi Ir. Suskandari Kartikaningrum, MP Nur Qomariah Hayati, SP Badan Litbang Pertanian Jl. Ragunan No. 29 Pasar Minggu Jakarta Selatan Telp. : (021) 7806202 Faks. : (021) 7800644 Em@il : kabadan@litbang.deptan.go.id Pusat Litbang Hortikultura Pertanian Jl. Ragunan No. 29 Pasar Minggu Jakarta Selatan Telp. : (021) 7805768 Faks. : (021) 7805135 Em@il : pushor@rad.net.id v

RINGKASAN EKSEKUTIF Pada tahun 1989 produktivitas anggrek adalah 2,39 tangkai per tanaman dan tahun 2002 meningkat menjadi 3,97 tangkai per tanaman. Dibandingkan dengan produktivitas anggrek dari negara tetangga Thailand yang mencapai rata-rata 10 12 tangkai per tanaman. Ratarata produktivitas nasional hanya dapat mencapai 3 4 tangkai per tanaman, bila potensi genetik anggrek dapat dicapai, maka peningkatan produksi diperhitungan dapat meningakat 2-3 kali lipat produksi saat ini. Proyeksi tahun 2010, produktivitas anggrek nasional diharapkan mencapai 8-10 tangkai per tanaman Anggrek dapat dipasarkan dalam bentuk kompot (Community pot), tanaman individu/tanaman remaja, tanaman dewasa dan bunga potong. Pertanaman anggrek dapat dilakukan melalui tahapan (1) Protocorm like bodies sampai menjadi plantlet siap keluar dari botol dengan waktu yang dibutuhkan 2 tahun, (2) kompot plantlet menjadi seedling dalam bentuk kompot diperlukan waktu 6 bulan, (3) kompot menjadi seedling dalam bentuk individu tqanaman dibutuhkan waktu 6 bulan, (4) seedling individu menjadi tanaman remaja dibutuhkan waktu 6 bulan, serta (5) tanaman remaja menjadi dewasa dan siap berbunga 6 bulan. Dari analisis usahatani yang dilakukan untuk luasan 1.000 m 2, besar biaya yang dibutuhkan untuk usaha kompot setelah ditambahkan dengan bunga modal adalah sebesar Rp.140.396.843,-, untuk usaha tanaman individu/tanaman remaja sebesar Rp 120.566.110,-, dan untuk usaha tanaman dewasa sebesar Rp 208.208.167,-. Bila dilihat dari sisi penerimaan usaha anggrek dalam bentuk tanaman dewasa adalah yang terbesar yaitu sekitar Rp 208.208.167,-, kemudian diikuti oleh usaha`kompot (Rp 194.407.500,-), dan usaha tanaman remaja (Rp 180.075.000). Dari perhitungan R/C ratio, pengusahaan tanaman anggrek dalam bentuk tanaman individu atau remaja lebih menguntungkan dibandingkan produk lainnya, yang ditunjukkan oleh R/C ratio sebesar 1,49. Selera konsumen terhadap mutu bunga potong anggrek dipengaruhi oleh produsen dan trend luar negeri. Pada saat ini anggrek yang selalu disukai masyarakat adalah jenis Dendrobium (34 %), diikuti oleh Oncidium Golden Shower (26 %), Cattleya (20 %) dan Vanda (17 %) vi

serta anggrek lainnya (3 %). Pemilihan warna bunga anggrek yang dikonsumsi banyak dipengaruhi oleh maksud penggunaannya. Pada hari Natal warna bunga yang disukai didominasi oleh warna putih; pada hari Imlek disukai warna merah, pink dan ungu; untuk keperluan ulang tahun banyak digunakan warna lembut, seperti putih, pink, ungu, sedangkan untuk menyatakan belasungkawa umumnya digunakan warna kuning dan ungu. Konsumen pasar dalam negeri adalah penggemar dan pecinta anggrek, pedagang keliling, pedagang pada kios di tempat-tempat tertentu di dalam kota, perhotelan, perkantoran, gedung-gedung pertemuan, pengusaha pertamanan, toko bunga/florist dan dekorator. Jenis-jenis anggrek yang banyak diminta pasar adalah Vanda Douglas, Dendrobium, Oncidium dan Golden Shower. Permintaan anggrek dalam negeri, selain dipenuhi oleh produksi dalam negeri juga dipasok dari produk impor untuk jenis-jenis tertentu, seperti Phalaenopsis, Dendrobium dan Cymbidium. Berdasarkan arahan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat ditentukan areal produksi anggrek di Sumatera Utara 20 ha, DKI Jakarta 51,8 ha, Jawa Barat 60 ha, Jawa Timur 100 ha, Kalimantan Timur 51,7 ha, Sulawesi Selatan 3,6 ha, dan Papua 99,4 ha. Anggrek dapat ditanam dalam kondisi lahan apapun, karena anggrek tidak memerlukan media tumbuh tanah. Komponen lingkungan yang perlu diperhatikan adalah kualitas dan ph air. Untuk menunjang keberhasilan pengembangan industri anggrek nasional maka dibutuhkan berbagai tahapan strategi, ataupun penyusunan paket teknologi dan Prosedur Operasional Standar (POS), penerapan Budidaya Tanaman Sehat (BTS), standarisasi standar mutu produk; sosialisasi dan bimbingan POS dan BST; bimbingan manajemen mutu dan pasca panen; pengembangan kawasan sentra; kelembagaan usaha dan kemitraan; peningkatan SDM, regulasi investasi dan promosi. Dalam perdagangan internasional tidak terdapat aturan baku mengenai standar mutu. Standar mutu lebih ditentukan oleh importir dari negara tujuan ekspor. Negara-negara tujuan ekspor memberikan syarat harus bebas dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) baik berupa hama, penyakit, maupun gulma. Importir menghendaki standar mutu/grade tertentu yang lebih dikaitkan dengan harga. vii

Sasaran periode tahun 2005 2010 adalah (1) tersedianya produk anggrek sebanyak 75.192.000 tangkai dan 16.166.628 pot pada tahun 2005 menjadi 89.692.000 tangkai dan 19.284.219 pot tahun 2010 sesuai standar mutu pasar domestik dan internasional (2) tersedianya sentra anggrek 187.98 ha pada tahun 2005 menjadi 224.23 ha pada tahun 2010. Program pengembangan tanaman anggrek adalah (1) penyediaan varietas unggulan spesifik lokasi dibarengi dengan perbanyakan benih secara mericlonal untuk mendapatkan tanaman seragam, (2) penerapan POS berbasis BTS, (3) pengembangan kawasan sentra produksi berbasis pasar dan potensi daerah, (4) peningkatan kualitas SDM, (5) pengembangan kelembagaan on farm dan off farm dalam pola koperasi, korporasi manajemen dan konsorsium, (6) pengembangan jejaring dan jaringan kerja di dalam dan luar negeri, (7) pengembangan sistem usaha agribisnis anggrek, (8) kompilasi database profil anggrek, dan (9) peluang promosi anggrek. Industri hulu perbenihan dilakukan hanya di pusat agribisnis anggrek DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatra Utara dan Sulawasi Selatan. Produk industri anggrek adalah bunga segar, sementara itu industri hilir kurang berkembang. Packing untuk ekspor hingga saat ini masih dilakukan oleh eksportir. Industri yang dikembangkan adalah anggrek bunga potong dan tanaman pot berbunga. Industri anggrek di Indonesia mempunyai berbagai skala usaha yaitu (1) UKM anggrek potong dengan luas lahan 1.000 2.500 m 2 diperkirakan dapat menghasilkan 10.000 25.000 tangkai bunga; (2) usaha anggrek potong skala besar, dengan luas lahan 3.000 m 2 hingga lebih dari 1 ha, dapat menghasilkan bunga antara 30.000 sampai 100.000 tangkai; (3) usaha tanaman pot berbunga kecil menengah, dengan luas lahan 1.000 2.500 m 2. Dalam pengembangan industri anggrek dibutuhkan investasi pemerintah dan swasta. Investasi pemerintah dibutuhkan untuk mengembangkan infrastruktur, pembinaan, serta penelitian dan pengembangan. Untuk kurun waktu 5 tahun (2005 2010) diperkirakan kebutuhan dana sebesar Rp. 30 miliar untuk infrastruktur, Rp. 60 miliar untuk pembinaan dan Rp. 60 miliar untuk R & D. Sedangkan investasi yang dibutuhkan untuk industri swasta besar adalah Rp. 397,233 miliar. viii

Laboratorium perbenihan membutuhkan investasi Rp. 7,56 miliar, usaha ini dilakukan oleh pemerintah atau usaha swasta besar. Sasaran pengembangan ditujukan untuk peningkatan ekspor, sehingga diperlukan investasi besar dari swasta. Pengembangan di tingkat petani/komunitas dibutuhkan investasi sebesar Rp. 1,487 miliar untuk bunga potong dan Rp. 12,456 miliar untuk bunga pot. Bunga pot lebih banyak dikembangkan di tingkat petani/komunitas dengan skala UKM. Dengan pengembangan tersebut, diperkirakan terdapat pertambahan nilai sebesar Rp. 960 juta per ha yang diperoleh dari pertambahan nilai ekspor anggrek. Dalam upaya menarik investasi untuk pengembangan anggrek, dibutuhkan berbagai dukungan kebijakan, antara lain: rangkaian modal investasi, proteksi bea masuk, insentif ekspor, peniadaan pungutan, kemudahan perijinan termasuk CITES, keringanan pajak, kemudahan cargo dan transportasi udara, penyediaan pendingin di bandara, kemudahan ekspor, pembebasan bea masuk untuk alat dan bahanbahan kimia yang digunakan untuk pengembangan agribisnis anggrek serta membangun sistem kemitraan. ix

DAFTAR ISI Halaman Sambutan Menteri Pertanian... i Kata Pengantar... iii Tim Penyusun... v Ringkasan Eksekutif... vi Daftar Isi... xi I. PENDAHULUAN... 1 II. KONDISI AGRIBISNIS ANGGREK SAAT INI... 3 A. Usahatani Pertanian Primer... 3 B. Usaha Agribisnis Hulu... 7 C. Pasar dan Harga... 8 D. Ekspor dan Impor... 10 E. Infrastruktur... 16 F. Kebijakan Harga, Perdagangan, dan Investasi... 18 III. PROSPEK, POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN... 19 A. Prospek Pasar... 19 B. Pohon Industri dan Bidang Usaha... 20 C. Potensi Pengembangan... 23 D. Arah Pengembangan... 25 IV. TUJUAN DAN SASARAN... 29 V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM... 30 VI. KEBUTUHAN INVESTASI... 36 VII. DUKUNGAN KEBIJAKAN... 39 A. Dukungan Kebijakan Perdagangan dan Transportasi... 39 B. Dukungan Pembiayaan dan Investasi... 39 LAMPIRAN... 41 xi