BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah di Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLIKASI KEBERADAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH GEDEBAGE TERHADAP RUTE TRUK PENGANGKUT SAMPAH TUGAS AKHIR. Oleh : ADITYA PASHA PARMA

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, kebutuhan akan adanya sistem informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III PROSUDER PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah

BAB III GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA BANDUNG

BAB IV ANALISIS RUTE PENGANGKUTAN SAMPAH DALAM MENGANTISIPASI PEMINDAHAN LOKASI TPA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kecelakaan lalu lintas. Dalam penelitian ini menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

Bandung). Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB Murdaeni, Dini A. Studi Pemilahan Sampah Berbasis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. banjir. Dibandingkan bencana lain, banjir menempati urutan pertama bencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2003 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii INTISARI... iv ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Mobilitas yang disebabkan oleh siswa yang. membawa kendaraan pribadi terus bertambah. Hal tersebut disebabkan

Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung 2013 Jl. Dr Setiabudhi No 193 Tlp (022) Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

Gambar II.1 bis sekolah gratis kota Bandung (Sumber : Dokumen pribadi 2014)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran K Jarak dan waktu tempuh yang diperlukan berdasarkan jumlah tim menurut Kep-369/WPJ.09/KB.01/2007 tanggal 31 Mei 2007

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas perekonomian terus meningkat begitu pula dengan aktifitas kendaraan guna

STUDI KINERJA OPERASI DAMRI DI KOTA BANDUNG Disusun oleh: Render bakti Diputra Dosen pembimbing: Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc

BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

JURNAL STUDI DESAIN

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

BAB III LANDASAN TEORI

Daftar Pustaka. 3. Aronoff, S Geographic Information System, A Management Perspective. WDL Publications. Ottawa, Canada.

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan

Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari-hari. Angkutan kota atau yang biasa disebut angkot adalah salah satu

ALGORITMA DIJKSTRA UNTUK MENCARI LINTASAN TERPENDEK DAN OPTIMALISASI KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH DI KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

Daftar Kode Pos Kota Bandung

LAMPIRAN A KUISIONER

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

Masalah : Mengatasi Susahnya Masyarakat untuk Naik Angkutan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah Pada bagian ini akan dibahas mengenai syarat-syarat penentuan rute truk pengangkut sampah yang dipakai oleh PD. Kebersihan Kota Bandung. Yang dimaksud syarat adalah pertimbangan-pertimbangan yang menjadi dasar dalam penentuan rute truk pengangkut sampah. Kemudian akan dilihat hal apa saja yang terabaikan, seharusnya menjadi salah satu pertimbangan namun tidak ada, dalam syarat penentuan rute truk sampah di Kota Bandung. Selanjutnya akan tercipta berupa daftar syarat-syarat yang lebih ideal bagi penetuan rute truk sampah di Kota Bandung, sehingga bisa mengurangi terjadinya penumpukan sampah di TPS-TPS yang ada. 4.1.1 Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah di Kota Bandung Sebenarnya PD. Kebersihan Kota Bandung tidak mempunyai daftar tertulis mengenai syarat-syarat penentuan rute truk pengangkut sampah. Namun para kepala bagian di masing-masing wilayah operasional tetap memiliki beberapa pertimbangan mengenai penentuan rute truk pengangkut sampah. Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan PD. Kebersihan Kota Bandung dalam menentukan jadwal dan rute truk pengangkut sampah adalah : a Lokasi TPS Lokasi TPS merupakan hal terpenting dalam menentukan rute truk pengangkut sampah. TPS menjadi titik awal perjalanan truk pengangkut sampah setelah keluar dari pool masing-masing. Oleh sebab itu tidak sembarangan tempat bisa dijadikan lokasi TPS. Pemerintah setempat, yang mengatur pengumpulan sampah di daerahnya, dalam hal ini RW atau lurah, harus meminta ijin terlebih dahulu kepada PD. Kebersihan apabila ingin membuka atau menutup TPS di daerah mereka. Lokasi TPS diusahakan berada pada tempat yang mudah dijangkau oleh truk pengangkut sampah, minimal ukuran jalan dimana TPS tersebut berada bisa dimasuki oleh truk pengangkut sampah. 35

b Lokasi TPA TPA adalah tujuan dari para truk pengangkut sampah setelah mereka mengambil sampah yang telah terkumpul di TPS. Letak TPA menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam penentuan rute truk pengangkut sampah. Rute yang tepat akan memaksimalkan jumlah ritasi (pergerakan TPS-TPA) truk pengangkut sampah dan meminimalkan waktu operasionalnya. Letak TPA Sarimukti, yang sekarang digunakan oleh Kota Bandung, dalam hitungan jarak terbilang cukup jauh. Jumlah ritasi maksimal yang bisa dilakukan dalam jam kerja adalah 2 kali, sedangkan ada beberapa TPS yang memerlukan sampai 4 kali bolak-balik agar sampahnya tidak menumpuk. Sebagai solusinya maka para sopir truk pengangkut sampah harus bekerja lembur, mencapai 20 hingga 24 jam sehari. c Meminimalkan pergerakan dalam kota PD. Kebersihan Kota Bandung mengusahakan untuk mengurangi pergerakan truk pengangkut sampah di jalan-jalan dalam Kota Bandung. Agar maksud ini dapat terwujud, maka para sopir truk pengangkut sampah harus mencari gerbang tol terdekat dari TPS dimana mereka mengambil sampah. Di Kota Bandung terdapat 5 gerbang tol, antara lain Gerbang tol Pasteur, Gerbang tol Pasir Koja, Gerbang tol Kopo, Gerbang tol Mohammad Toha, dan terakhir adalah Gerbang tol Buah Batu. Para sopir truk pengangkut sampah diminta menggunakan pertimbangannya sendiri dalam menentukan gerbang tol terdekat yang akan mereka lalui. Untuk lebih jelasnya mengenai pertimbangan sopir truk akan dijelaskan pada syarat terakhir. d Jalan Fokus pertimbangan yang dilakukan bukanlah mengenai jenis atau hirearki jalan, melainkan pada bisa tidaknya truk pengangkut sampah melalui jalan tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada syarat lokasi TPS, truk pengangkut sampah akan melalui semuanya jalan untuk mencapai TPS selama jalan tersebut bisa dilalui. Begitupula halnya dalam mencari jalan dari TPS menuju TPA, truk pengangkut sampah akan melalui berbagai jalan yang bisa dilaluinya untuk mencapai tujuan akhirnya. Mengenai hirearki jalan sudah tidak diperdulikan lagi, bahkan jalan protokol, seperti Jalan Asia-Afrika pun bisa dilewati oleh truk pengangkut sampah. 36

e Pertimbangan sopir truk pengangkut sampah Pertimbangan sopir menjadi salah satu hal terpenting setelah lokasi TPS dan TPA dalam penentuan rute truk pengangkut sampah di Kota Bandung saat ini. Dengan tidak adanya rute pasti yang ditetapkan oleh PD. Kebersihan Kota Bandung, maka kreativitas sopir dalam bergerak dari TPS ke TPA sangat dibutuhkan. Keputusan sopir untuk memilih jalan hanya berdasarkan perasaan mereka semata, tidak ada data-data atau analisis khusus yang dilakukan. Seharusnya kreativitas para sopir dipergunakan hanya pada saat tertentu saja, misalnya kemacetan akibat ada perayaan sehingga mereka harus memutar mencari jalan lain menuju TPA. 4.1.2 Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah Ideal Belum ada secara pasti syarat-syarat yang ditetapkan untuk menentukan rute truk pengangkut sampah yang ideal. Namun dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dipakai oleh PD. Kebersihan Kota Bandung dan bahan dari literatur maka dapat dihasilkan suatu syarat penentuan rute truk pengangkut sampah yang mendekati ideal. Dengan menambah beberapa hal yang penting dan melakukan perubahan pada beberapa sisi, maka terciptalah syarat-syarat yang harus diperhatikan antara lain : a Lokasi TPS Masih seperti pertimbangan yang digunakan PD. Kebersihan Kota Bandung, lokasi TPS masih menjadi sesuatu yang penting dalam menentukan rute truk pengangkut sampah. TPS menjadi titik awal perjalanan truk pengangkut sampah setelah keluar dari pool masing-masing. b Lokasi TPA Seperti halnya TPS, lokasi TPA juga tetap harus dipertimbangkan, kedua syarat penting ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Dengan dibangunnya PLTS di Desa Mekarmulya, tentu akan merubah pergerakan para truk pengangkut sampah. Semula truk-truk ini menuju ke daerah Barat Kota bandung, dimana TPA Sarimukti berada, namun keberadaan PLTS di Desa Mekarmulya akan merubah tujuan truk pengangkut sampah menjadi ke daerah Timur-Selatan Kota Bandung. c Meminimalkan pergerakan dalam kota PD. Kebersihan Kota Bandung sudah berjanji kepada masyarakat bahwa truk pengangkut sampah akan bergerak seminimal mungkin di jalan-jalan dalam Kota 37

Bandung. Oleh karena alasan tersebut maka syarat ini tidak bisa dihilangkan begitu saja. Dengan mengurangi pergerakan truk pengangkut sampah di jalan-jalan dalam Kota Bandung, masyarakat yang berkegiatan di Kota Bandung memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan pertama, polusi udara akibat bau sampah dan asap sisa pembakaran dari truk pengangkut sampah dapat diminimalkan. Kedua, gangguan pemandangan dapat dikurangi juga, mengingat Kota Bandung terkenal sebagai salah satu kota wisata sehingga citra kota perlu diperhatikan dan dijaga. Ketiga, memperlambat kerusakan kondisi fisik jalan, terlalu sering dilalui kendaraan berat bisa merusak fisik jalan. d Jalan Karena semua jenis atau hirearki jalan bisa dilalui oleh truk pengangkut sampah maka dalam kasus penentuan rute truk pengangkut sampah di Kota Bandung ada beberapa hal lain yang sebaiknya dijadikan pertimbangan. Pertama, jalan yang berada tepat di depan Gedung Sate, merupakan landmark Kota Bandung, tidak dilalui oleh truk sampah atau jumlah truk yang melalui jalan tersebut diminimalkan. Kedua, Jalan Asia- Afrika, jalan protokol dan jalan di pusat Kota Bandung, diperlakukan sama dengan jalan yang berada tepat di depan Gedung Sate. Jalan Asia-Afrika sebaiknya tidak dilalui oleh truk pengangkut sampah atau jumlah truk yang melaluinya diusahakan seminimal mungkin. e Rute sependek mungkin dengan hambatan sekecil mungkin Rute terpendek merupakan faktor yang ditinjau dari segi waktu dan keekonomisan. Rute terpendek ini menyebabkan pengurangan dalam waktu tempuh dan biaya perjalanan, terutama waktu sebab di perkotaan waktu menjadi sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan. Walaupun pada kenyataannya, terkadang, rute terpendek belum tentu merupakan rute dengan waktu yang paling minimal oleh karena itu perlu adanya pertimbangan mengenai hambatan yang minimal. Jalan-jalan di perkotaan Indonesia, seperti di Kota Bandung, pada hari mulai terang mengalami penurunan tingkat pelayanan. Sistem SAUM yang kurang baik menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, pada akhirnya kondisi jalan menjadi ramai dan padat yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Penurunan tingkat pelayanan inilah yang harus diperhatikan dalam menentukan rute, sebab dapat meningkatkan kebutuhan terhadap waktu dan biaya perjalanan. Penurunan tingkat pelayanan 38

biasanya dilihat dari sisi perbandingan antara kapasitas dan volume jalan. Namun ada beberapa hal lain yang bisa menurunkan tingkat pelayanan juga, seperti kondisi fisik dari jalan tersebut, apakah banyak yang berlubang ataupun bergelombang. f Kendaraan angkut dengan kapasitas/daya angkut semaksimal mungkin Syarat ini berarti menekankan kepada suplai dari truk pengangkut sampah yang dimiliki oleh PD. Kebersihan Kota Bandung. Kapasitas truk pengangkut sampah yang mendatangi setiap TPS akan disesuaikan dengan volume sampah yang dihasilkan oleh TPS tersebut. Truk pengangkut sampah yang dimiliki PD. Kebersihan terbagi menjadi 2 jenis volume yaitu, ukuran 6 m 3 dan 10 m 3. Kapasitas yang semaksimal mungkin dimaksudkan agar truk pengangkut sampah bisa meminimalkan aktivitas bolak balik pada satu TPS saja, dengan kata lain diharapkan setiap TPS cukup didatangi truk pengangkut sampah seminimal mungkin dalam seminggu. Dengan begitu kembali bisa terjadi penghematan pada segi waktu dan biaya, namun semua itu juga sangat bergantung pada suplai yang dimiliki oleh PD. Kebersihan. Syarat ini sangat mempengaruhi jadwal pengambilan sampah. g Pemanfaatan waktu kerja semaksimal mungkin Untuk mendapatkan kota yang bersih maka dalam sehari sampah yang tersebar di setiap TPS diharapkan dapat diangkut ke TPA. Hal ini sudah dilakukan oleh Pemkot Bandung, para sopir truk pengangkut sampah bekerja melebihi batas waktu maksimal orang biasa bekerja yaitu, 8 jam sehari. Sopir-sopir itu bekerja hingga 12 jam sehari untuk satu shift, dan akan bekerja lebih lagi apabila harus mengambil sampah di TPS yang volumenya banyak atau TPS yang tidak ada pada jadwal pengambilan shift I. 4.2 Analisis Rute Truk Pengangkut Sampah Saat ini Dalam subbab ini akan dianalisis mengenai rute dan jadwal truk pengangkut sampah yang sedang berlangsung, pergerakan truk pengangkut sampah dari TPS ke TPA Sarimukti. Tujuh buah syarat penentuan rute truk pengangkut sampah yang ideal akan menjadi perhatian dalam menganalisis rute truk pengangkut sampah yang baru. Sementara faktor-faktor seperti jumlah dan kapasitas truk pengangkut sampah serta volume dan lokasi TPS akan menjadi perhatian dalam menganalisis jadwal. Shift I, waktu kerja utama, truk pengangkut sampah yang menuju TPA Sarimukti berada dalam rentang waktu pukul enam pagi sampai dengan pukul enam sore. Di 39

kawasan perkotaan besar seperti Kota Bandung, rentang waktu tersebut merupakan jam dimana masyarakat kota melakukan kegiatan sehari-harinya baik untuk bekerja, bersekolah, maupun lain sebagainya. Mobilitas tinggi masyarakat Kota Bandung didukung dengan kurang diminatinya SAUM menyebabkan jalan-jalan Kota Bandung menjadi ramai dan padat. Masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadinya masing-masing, kendaraan bermotor yang beroda dua maupun yang beroda empat. Kemacetan lalu lintas terjadi akibat tingginya perbandingan antara volume jalan dan kapasitas jalan. Kejadian itu akan menyebabkan jalan tidak lagi bisa melayani pemakainya pada tingkat yang baik. Di Kota Bandung hal itu bisa terjadi karena tingginya angka pemakaian kendaraan pribadi yang menyebabkan jalan menjadi ramai dan padat hingga pada akhirnya lalu lintas menjadi macet. Kemacetan yang terjadi memberikan dampak terhadap pergerakan truk pengangkut sampah adalah penurunan kecepatan pergerakan mereka menuju tempat pembuangan akhir, hingga pada akhirnya rata-rata ritasi yang bisa mereka hasilkan sangat kecil. Rendahnya rata-rata ritasi yang bisa dilakukan oleh truk pengangkut sampah bisa dilihat pada kenyataan yaitu, 4 jam per rit. Dalam dua belas jam truk pengangkut sampah hanya bisa melakukan maksimal 3 ritasi, berarti waktu perjalanan yang mereka tempuh cukup tinggi. Sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi waktu perjalanan maka biaya perjalanan juga akan meningkat. Kinerja mesin kendaraan akan mencapai titik maksimal apabila kendaraan dalam kecepatan yang relatif tinggi dan konstan. Terjadi hubungan sebaliknya antara waktu kerja truk pengangkut sampah pada hari terang terhadap presepsi masyarakat. Truk pengangkut sampah yang harus berhenti untuk memindahkan sampah dari TPS ke bak truk, dianggap masyarakat menjadi salah satu penyebab kemacetan lalu lintas di Kota Bandung. Saat melakukan proses pemindahan tersebut truk pengangkut sampah, terkadang atau bahkan sering, memanfaatkan badan jalan sehingga lebar efektif jalan menjadi berkurang. Selain itu masyarakat yang pada umumnya sensitif terhadap sampah juga menganggap bahwa pergerakan truk pengangkut sampah tersebut telah menyebabkan polusi terutama pemandangan dan udara (bau). 40

GAMBAR 4.1 41

GAMBAR 4.2 42

GAMBAR 4.3 43

GAMBAR 4.4 44

TABEL IV.1 JARAK TPS WILAYAH UTARA DENGAN GERBANG TOL no/tujuan Pasteur Pasir Koja Kopo Moh. Toha Buah Batu 1 9.633 12.940 15.658 16.542 17.028 2 8.096 11.393 14.110 14.994 15.480 3 8.110 11.435 14.153 15.037 15.523 4 8.216 11.475 14.193 15.077 15.563 5 7.859 11.157 13.875 14.759 15.245 6 7.184 10.489 13.207 14.091 14.577 7 6.947 10.234 12.952 13.836 14.322 8 2.948 10.743 13.450 14.281 15.343 9 3.224 10.930 13.638 14.469 15.530 10 2.537 10.228 12.936 13.767 14.829 11 1.763 9.316 12.024 12.855 13.917 12 2.819 10.603 13.310 14.141 15.203 13 8.122 11.425 14.108 13.681 14.462 14 7.648 10.947 13.624 13.197 13.974 15 5.034 8.310 11.015 10.355 11.358 16 4.537 7.931 10.474 10.608 11.609 17 3.418 6.734 9.436 10.334 11.335 18 2.269 7.115 9.800 10.713 11.717 19 7.170 10.800 11.532 11.123 12.214 20 5.050 9.380 10.145 9.724 10.698 21 4.605 8.857 9.721 9.223 10.278 22 5.459 8.080 8.875 8.412 9.510 23 5.320 8.940 9.689 9.263 10.312 24 4.860 8.369 9.119 8.700 9.789 25 5.530 8.190 9.117 8.696 9.440 26 8.354 11.969 12.727 12.299 13.381 27 10.085 2.367 14.448 14.069 15.109 28 7.771 11.394 12.141 11.705 12.787 29 7.241 1.992 11.630 11.167 12.260 30 5.958 9.564 10.391 10.430 9.488 31 6.211 9.880 10.646 10.150 9.273 32 8.131 8.340 9.574 7.894 6.996 33 7.632 10.167 11.348 9.705 8.825 34 7.986 11.391 12.570 10.836 9.973 35 9.157 10.665 11.860 10.194 9.347 36 9.444 11.413 12.645 10.982 10.134 Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan: Jarak Terdekat 45

TABEL IV.2 JARAK TPS WILAYAH UTARA DENGAN TUJUAN 1 *) no/tujuan Pasteur Pasir Koja Kopo Moh. Toha Buah Batu 1 21.063 28.284 35.033 43.191 49.163 2 19.526 26.737 33.485 41.643 47.615 3 19.540 26.779 33.528 41.686 47.658 4 19.646 26.819 33.568 41.726 47.698 5 19.289 26.501 33.250 41.408 47.380 6 18.614 25.833 32.582 40.740 46.712 7 18.377 25.578 32.327 40.485 46.457 8 14.378 26.087 32.825 40.930 47.478 9 14.654 26.274 33.013 41.118 47.665 10 13.967 25.572 32.311 40.416 46.964 11 13.193 24.660 31.399 39.504 46.052 12 14.249 25.947 32.685 40.790 47.338 13 19.552 26.769 33.483 40.330 46.597 14 19.078 26.291 32.999 39.846 46.109 15 16.464 23.654 30.390 37.004 43.493 16 15.967 23.275 29.849 37.257 43.744 17 14.848 22.078 28.811 36.983 43.470 18 13.699 22.459 29.175 37.362 43.852 19 18.600 26.144 30.907 37.772 44.349 20 16.480 24.724 29.520 36.373 42.833 21 16.035 24.201 29.096 35.872 42.413 22 16.889 23.424 28.250 35.061 41.645 23 16.750 24.284 29.064 35.912 42.447 24 16.290 23.713 28.494 35.349 41.924 25 16.960 23.534 28.492 35.345 41.575 26 19.784 27.313 32.102 38.948 45.516 27 21.515 17.711 33.823 40.718 47.244 28 19.201 26.738 31.516 38.354 44.922 29 18.671 17.336 31.005 37.816 44.395 30 17.388 24.908 29.766 37.079 41.623 31 17.641 25.224 30.021 36.799 41.408 32 19.561 23.684 28.949 34.543 39.131 33 19.062 25.511 30.723 36.354 40.960 34 19.416 26.735 31.945 37.485 42.108 35 20.587 26.009 31.235 36.843 41.482 36 20.874 26.757 32.020 37.631 42.269 Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan: Jarak Terdekat *) Tujuan 1, TPA Sarimukti. Jarak menuju tujuan 1 diukur hanya sampai pertemuan antara jalan tol Pasteur dengan jalan tol Padaleunyi. Jarak dari titik pertemuan menuju TPA Sarimukti tidak akan mempengaruhi analisis. 46

TABEL IV.3 JARAK TPS WILAYAH BARAT DENGAN GERBANG TOL no/tujuan Pasteur Pasir Koja Kopo Moh. Toha Buah Batu 1 4.004 5.092 8.870 10.702 13.965 2 3.337 5.804 9.597 11.415 14.642 3 3.181 6.210 10.021 11.804 15.075 4 2.519 6.922 10.707 12.511 15.784 5 1.336 6.919 10.652 10.803 13.691 6 7.109 6.584 10.359 10.471 13.420 7 2.460 6.781 9.276 8.312 11.225 8 3.921 6.313 8.743 7.817 10.715 9 3.592 5.697 8.146 7.214 10.091 10 5.256 4.368 8.152 8.690 11.590 11 5.019 4.948 8.716 8.373 11.330 12 5.389 5.948 8.400 7.479 10.369 13 4.744 5.333 7.775 6.870 9.723 14 6.492 6.216 8.665 7.738 10.632 15 5.508 5.223 7.701 6.759 9.657 16 5.659 5.390 7.827 6.884 9.782 17 4.643 4.723 7.151 6.225 9.125 18 4.982 5.043 7.482 6.593 9.475 19 5.263 4.431 6.865 5.934 8.833 20 6.120 4.980 6.257 5.332 8.194 21 6.446 2.934 5.954 6.850 9.747 22 7.131 2.605 6.388 8.216 11.490 23 9.130 5.006 7.918 9.961 13.217 24 7.688 1.797 5.580 7.412 10.672 25 9.356 2.640 7.989 10.052 13.317 26 8.442 1.414 5.182 7.004 10.273 27 9.581 5.430 6.790 8.820 12.082 28 8.461 0.944 4.725 6.529 9.816 29 7.933 1.426 5.210 5.976 8.876 30 7.959 2.064 5.132 6.009 8.930 31 8.245 2.686 4.167 5.052 7.981 32 6.541 5.157 5.014 4.056 6.966 33 6.980 5.225 5.149 4.467 7.394 34 7.124 3.858 3.734 4.172 7.072 35 7.453 4.084 3.965 3.397 6.302 36 7.912 3.853 3.718 3.981 7.075 37 8.792 3.267 2.253 3.657 6.928 38 9.772 5.421 4.407 1.990 5.622 39 10.815 5.292 4.278 4.776 8.535 40 10.564 4.979 0.171 5.803 9.098 41 9.806 3.211 1.830 5.093 8.355 42 11.579 5.068 3.143 6.885 10.123 43 11.289 4.237 3.451 7.883 11.143 44 10.153 3.574 3.359 5.408 8.684 45 11.274 4.791 4.533 6.541 9.831 46 9.485 1.354 4.808 6.626 9.904 47 8.941 0.835 4.590 6.415 9.679 48 10.513 3.609 5.853 7.905 11.168 49 12.195 5.441 7.648 9.707 12.957 Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan: Jarak Terdekat 47

TABEL IV.4 JARAK TPS WILAYAH BARAT DENGAN TUJUAN 1 no/tujuan Pasteur Pasir Koja Kopo Moh. Toha Buah Batu 1 15.434 20.436 28.245 37.351 46.100 2 14.767 21.148 28.972 38.064 46.777 3 14.611 21.554 29.396 38.453 47.210 4 13.949 22.266 30.082 39.160 47.919 5 12.766 22.263 30.027 37.452 45.826 6 18.539 21.928 29.734 37.120 45.555 7 13.890 22.125 28.651 34.961 43.360 8 15.351 21.657 28.118 34.466 42.850 9 15.022 21.041 27.521 33.863 42.226 10 16.686 19.712 27.527 35.339 43.725 11 16.449 20.292 28.091 35.022 43.465 12 16.819 21.292 27.775 34.128 42.504 13 16.174 20.677 27.150 33.519 41.858 14 17.922 21.560 28.040 34.387 42.767 15 16.938 20.567 27.076 33.408 41.792 16 17.089 20.734 27.202 33.533 41.917 17 16.073 20.067 26.526 32.874 41.260 18 16.412 20.387 26.857 33.242 41.610 19 16.693 19.775 26.240 32.583 40.968 20 17.550 20.324 25.632 31.981 40.329 21 17.876 18.278 25.329 33.499 41.882 22 18.561 17.949 25.763 34.865 43.625 23 20.560 20.350 27.293 36.610 45.352 24 19.118 17.141 24.955 34.061 42.807 25 20.786 17.984 27.364 36.701 45.452 26 19.872 16.758 24.557 33.653 42.408 27 21.011 20.774 26.165 35.469 44.217 28 19.891 16.288 24.100 33.178 41.951 29 19.363 16.770 24.585 32.625 41.011 30 19.389 17.408 24.507 32.658 41.065 31 19.675 18.030 23.542 31.701 40.116 32 17.971 20.501 24.389 30.705 39.101 33 18.410 20.569 24.524 31.116 39.529 34 18.554 19.202 23.109 30.821 39.207 35 18.883 19.428 23.340 30.046 38.437 36 19.342 19.197 23.093 30.630 39.210 37 20.222 18.611 21.628 30.306 39.063 38 21.202 20.765 23.782 28.639 37.757 39 22.245 20.636 23.653 31.425 40.670 40 21.994 20.323 19.546 32.452 41.233 41 21.236 18.555 21.205 31.742 40.490 42 23.009 20.412 22.518 33.534 42.258 43 22.719 19.581 22.826 34.532 43.278 44 21.583 18.918 22.734 32.057 40.819 45 22.704 20.135 23.908 33.190 41.966 46 20.915 16.698 24.183 33.275 42.039 47 20.371 16.179 23.965 33.064 41.814 48 21.943 18.953 25.228 34.554 43.303 49 23.625 20.785 27.023 36.356 45.092 Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan: Jarak Terdekat 48

TABEL IV.5 JARAK TPS WILAYAH SELATAN DENGAN GERBANG TOL no/tujuan Pasteur Pasir Koja Kopo Moh. Toha Buah Batu 1 5.361 6.586 8.123 6.956 8.624 2 5.835 5.994 7.425 6.486 8.052 3 6.794 7.926 9.347 8.410 8.329 4 7.479 7.968 9.246 8.222 7.837 5 8.194 7.928 9.440 8.284 7.493 6 8.776 8.330 9.411 7.751 6.963 7 9.227 8.784 9.897 8.209 7.423 8 10.357 9.909 11.827 9.085 6.958 9 9.997 9.537 10.653 8.972 8.165 10 10.745 10.313 11.073 8.337 6.285 11 11.702 11.203 11.321 8.577 6.396 12 11.880 10.774 10.876 8.114 6.041 13 11.749 10.638 10.741 7.980 5.918 14 11.410 10.283 10.401 7.642 5.615 15 11.278 10.126 10.305 7.539 5.379 16 11.110 9.971 10.060 7.315 5.153 17 10.572 9.454 10.085 7.326 5.217 18 11.273 9.837 8.835 6.056 3.907 19 11.863 9.245 8.234 5.479 3.317 20 12.650 10.561 9.502 6.742 4.623 21 11.344 8.300 7.265 4.542 2.378 22 11.317 7.665 6.665 3.919 2.973 23 12.081 8.755 7.727 5.003 1.400 24 13.347 10.104 9.094 6.362 0.212 25 10.652 7.070 6.024 3.271 3.618 26 11.770 8.156 7.175 4.390 4.964 27 10.074 6.489 5.473 0.422 5.990 28 9.959 6.328 5.277 2.550 4.591 29 9.808 6.248 5.217 2.456 3.976 30 10.907 7.291 6.274 3.507 4.076 31 10.625 7.638 6.618 3.892 3.416 32 9.153 6.133 5.995 4.321 4.776 33 8.481 7.337 8.941 7.281 6.396 34 8.695 7.568 8.442 6.777 5.905 35 7.973 4.953 4.811 3.154 6.040 36 6.450 5.304 6.591 5.687 7.515 37 7.728 6.619 7.863 7.006 7.907 38 8.347 7.296 8.486 7.584 7.312 39 8.855 7.951 9.244 7.851 7.056 40 8.900 8.207 8.651 6.996 6.106 41 9.129 8.041 8.452 6.806 5.927 42 9.841 8.700 9.163 7.476 6.604 43 9.755 8.614 10.328 7.565 5.394 44 10.623 9.470 9.969 7.225 5.052 Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan: Jarak Terdekat 49

TABEL IV.6 JARAK TPS WILAYAH SELATAN DENGAN TUJUAN 1 no/tujuan Pasteur Pasir Koja Kopo Moh. Toha Buah Batu 1 16.791 21.930 27.498 33.605 40.759 2 17.265 21.338 26.800 33.135 40.187 3 18.224 23.270 28.722 35.059 40.464 4 18.909 23.312 28.621 34.871 39.972 5 19.624 23.272 28.815 34.933 39.628 6 20.206 23.674 28.786 34.400 39.098 7 20.657 24.128 29.272 34.858 39.558 8 21.787 25.253 31.202 35.734 39.093 9 21.427 24.881 30.028 35.621 40.300 10 22.175 25.657 30.448 34.986 38.420 11 23.132 26.547 30.696 35.226 38.531 12 23.310 26.118 30.251 34.763 38.176 13 23.179 25.982 30.116 34.629 38.053 14 22.840 25.627 29.776 34.291 37.750 15 22.708 25.470 29.680 34.188 37.514 16 22.540 25.315 29.435 33.964 37.288 17 22.002 24.798 29.460 33.975 37.352 18 22.703 25.181 28.210 32.705 36.042 19 23.293 24.589 27.609 32.128 35.452 20 24.080 25.905 28.877 33.391 36.758 21 22.774 23.644 26.640 31.191 34.513 22 22.747 23.009 26.040 30.568 35.108 23 23.511 24.099 27.102 31.652 33.535 24 24.777 25.448 28.469 33.011 32.347 25 22.082 22.414 25.399 29.920 35.753 26 23.200 23.500 26.550 31.039 37.099 27 21.504 21.833 24.848 27.071 38.125 28 21.389 21.672 24.652 29.199 36.726 29 21.238 21.592 24.592 29.105 36.111 30 22.337 22.635 25.649 30.156 36.211 31 22.055 22.982 25.993 30.541 35.551 32 20.583 21.477 25.370 30.970 36.911 33 19.911 22.681 28.316 33.930 38.531 34 20.125 22.912 27.817 33.426 38.040 35 19.403 20.297 24.186 29.803 38.175 36 17.880 20.648 25.966 32.336 39.650 37 19.158 21.963 27.238 33.655 40.042 38 19.777 22.640 27.861 34.233 39.447 39 20.285 23.295 28.619 34.500 39.191 40 20.330 23.551 28.026 33.645 38.241 41 20.559 23.385 27.827 33.455 38.062 42 21.271 24.044 28.538 34.125 38.739 43 21.185 23.958 29.703 34.214 37.529 44 22.053 24.814 29.344 33.874 37.187 Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan: Jarak Terdekat 50

TABEL IV.7 JARAK TPS WILAYAH TIMUR DENGAN GERBANG TOL no/tujuan Pasteur Pasir Koja Kopo Moh. Toha Buah Batu 1 11.543 13.446 14.708 12.732 10.589 2 10.857 12.755 13.989 12.013 9.869 3 11.839 13.705 14.947 12.971 10.828 4 11.793 13.691 14.928 12.952 10.809 5 12.577 14.482 15.708 13.732 11.589 6 19.556 14.461 13.453 10.685 8.541 7 12.770 14.682 15.943 13.967 11.824 8 12.545 14.445 15.678 13.703 11.559 9 19.182 14.277 13.268 10.501 8.357 10 13.832 15.756 16.988 15.096 12.953 11 14.675 16.579 17.833 15.857 13.714 12 14.019 15.911 17.138 15.024 12.881 13 14.807 16.723 17.568 14.800 12.657 14 16.822 17.006 15.997 13.229 11.086 15 15.467 17.355 17.039 14.272 12.128 16 15.444 17.349 17.019 14.252 12.108 17 16.702 17.967 16.958 14.191 12.047 18 16.757 12.027 11.019 8.251 6.107 19 17.054 12.329 11.320 8.553 6.409 20 18.029 13.307 12.299 9.531 7.387 21 18.287 13.535 12.527 9.759 7.615 22 19.044 14.274 13.265 10.498 8.354 23 18.838 14.692 13.683 10.915 8.772 24 18.659 14.595 13.586 10.819 8.675 25 18.391 15.622 14.613 11.845 9.701 26 19.403 16.648 15.639 12.871 10.728 27 20.776 18.043 17.035 14.267 12.124 28 21.691 18.970 17.961 15.194 13.050 29 15.931 10.259 9.251 6.483 2.237 Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan: Jarak Terdekat 51

TABEL IV.8 JARAK TPS WILAYAH TIMUR DENGAN TUJUAN 1 no/tujuan Pasteur Pasir Koja Kopo Moh. Toha Buah Batu 1 22.973 28.790 34.083 39.381 42.724 2 22.287 28.099 33.364 38.662 42.004 3 23.269 29.049 34.322 39.620 42.963 4 23.223 29.035 34.303 39.601 42.944 5 24.007 29.826 35.083 40.381 43.724 6 30.986 29.805 32.828 37.334 40.676 7 24.200 30.026 35.318 40.616 43.959 8 23.975 29.789 35.053 40.352 43.694 9 30.612 29.621 32.643 37.150 40.492 10 25.262 31.100 36.363 41.745 45.088 11 26.105 31.923 37.208 42.506 45.849 12 25.449 31.255 36.513 41.673 45.016 13 26.237 32.067 36.943 41.449 44.792 14 28.252 32.350 35.372 39.878 43.221 15 26.897 32.699 36.414 40.921 44.263 16 26.874 32.693 36.394 40.901 44.243 17 28.132 33.311 36.333 40.840 44.182 18 28.187 27.371 30.394 34.900 38.242 19 28.484 27.673 30.695 35.202 38.544 20 29.459 28.651 31.674 36.180 39.522 21 29.717 28.879 31.902 36.408 39.750 22 30.474 29.618 32.640 37.147 40.489 23 30.268 30.036 33.058 37.564 40.907 24 30.089 29.939 32.961 37.468 40.810 25 29.821 30.966 33.988 38.494 41.836 26 30.833 31.992 35.014 39.520 42.863 27 32.206 33.387 36.410 40.916 44.259 28 33.121 34.314 37.336 41.843 45.185 29 27.361 25.603 28.626 33.132 34.372 Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan: Jarak Terdekat 4.2.1 Rute Truk Pengangkut Sampah Saat Ini Analisis pertama kali dilakukan dengan memperhatikan jarak yang harus ditempuh oleh para truk pengangkut sampah. Berdasarkan syarat ideal maka rute terpendek dan pergerakan minimal dalam kota harus diperhatikan. Pada Tabel IV.1 sampai IV.8 di atas bisa dilihat jarak yang harus ditempuh truk pengangkut sampah baik untuk mencapai jarak terdekat maupun meminimalkan pergerakan dalam kota. 52

Pergerakan truk pengangkut sampah sangat dipengaruhi oleh keberadaan TPA yang menjadi tujuan akhir mereka. Kondisi saat ini, Kota Bandung mempergunakan TPA Sarimukti sebagai tempat pembuangan akhir mereka, lokasi TPA Sarimukti berada di sebelah Barat Kota Bandung. Lokasi TPA Sarimukti tersebut telah menyiratkan bahwa gerbang tol yang memiliki jarak relatif dekat dengannya adalah Gerbang tol Pasteur, yang juga berada di sebelah Barat Kota Bandung. hal ini terbukti dengan melihat bahwa truk dari 67 TPS, dari 158 TPS yang tersebar di Kota Bandung, memilh menggunakan Gerbang tol Pasteur. Jika dijadikan persentase maka didapatkan angka sebesar 42%, berarti hampir setengah pergerakan truk pengangkut sampah dari tiap TPS mengarah ke Gerbang tol Pasteur. (Gambar 4.1 sampai 4.4) Dengan menghitung jumlah truk pengangkut sampahnya, maka akan didapatkan kurang lebih ada 42 truk, dari 92 truk pengangkut sampah yang aktif, melewati Gerbang tol Pasteur. Hal tersebut memang tidak dapat dihindari mengingat bahwa letak Gerbang tol Pasteur merupakan satu-satunya gerbang tol yang berada di Barat. Gerbang tol lain seperti, Kopo, Moh. Toha, dan Buah Batu memiliki letak di sebelah Selatan. Begitu pula dengan Gerbang tol Pasir Koja, meskipun letaknya berada paling Barat diantara 3 gerbang tol yang telah disebutkan sebelumnya, namun tetap saja letaknya berada di sebelah Selatan Kota Bandung. Jalan tol Padaleunyi, yang berbentuk setengah lingkaran, seperti mengurung daerah Selatan Kota Bandung. Akibat dari bentuk ini maka jarak yang ditempuh menjadi lebih jauh dibandingkan bergerak melalui jalan-jalan di dalam kota, yang bisa menghasilkan rute melintang memotong Kota Bandung. Sehingga untuk mencapai titik pertemuan antara Jalan tol Pasteur dan Padaleunyi (dengan dominasi pertimbangan sopir), para sopir akan lebih memilih menggunakan jalan dalam kota serta mencapai Gerbang tol Pasteur dibandingkan melalui gerbang tol lainnya. Pada dasarnya truk pengangkut sampah sebagian besar sudah mengikuti kedua syarat tersebut, melewati rute terpendek atau meminimalkan pergerakan dalam kota. Seperti truk dari TPS wilayah Timur sebelah Utara yang memilih Gerbang tol Pasteur untuk mendapatkan rute terpendek. Atau di bagian Barat yang sebagian besar lebih memilih menuju Gerbang tol Pasir Koja untuk meminimalkan pergerakan dalam kota. Keduanya syarat itu sulit dipenuhi secara bersamaan oleh, hampir semua, truk pengangkut sampah, sangat tergantung pada lokasi TPS itu sendiri. Truk dari 35 TPS wilayah Utara, seluruh TPS di Kelurahan Pamoyanan dan Sumur Bandung yang memilih Gerbang tol Pasteur berhasil memenuhi kedua syarat tersebut. 53

Tetapi tidak semua truk berhasil mengikuti kedua syarat tersebut, ada juga sebagian kecil yang bahkan tidak memenuhi salah satu dari keduanya sehingga pergerakan di jalan-jalan dalam Kota Bandung tidak minimal serta rute terpendek tidak terlalui. Kasus ini terjadi di wilayah Barat pada truk dari TPS Kecamatan Sukaraja, Cempaka, dan Pasir Kaliki yang memiliki akses yang relatif lebih dekat jika melalui Gerbang tol Pasteur. Truk dari TPS-TPS itu lebih memilih melalui Gerbang tol Pasir Koja, padahal secara hitungan jarak, bukan merupakan pilihan tepat baik untuk meminimalkan pergerakan dalam kota maupun untuk mendapatkan rute terpendek. Sementara kasus serupa yang terjadi di wilayah Selatan pada TPS Kelurahan Ciateul, Burangrang, Samoja, dan Kacapiring yang memiliki akses terdekat dengan Gerbang tol Moh. Toha dan Buah Batu. Analisis tidak berhenti pada faktor jarak saja, diperlukan juga analisis megenai LOS jalan yang pada umumnya dilalui oleh truk pengangkut sampah. Disinilah masalah lain mulai terlihat, pada hari terang tingkat pelayanan jalan biasanya mengalami penurunan. Untuk para truk pengangkut sampah yang melewati Gerbang tol Pasteur pada umumnya harus melewati jalan-jalan sebagai berikut, Jl. Pasteur, Jl. Dr. Junjunan, dan Jl. Surapati. Pada pukul enam pagi sampai dengan enam sore jalan-jalan tersebut mengalami penurunan LOS hingga mencapai tingkat, masing-masing, D, E, dan F (bisa dilihat pada Tabel IV.9). Akibat dari penurunan LOS ini maka akan terjadi juga peningkatan waktu tempuh (dalam Tabel IV.9 berada pada kolom t) yang akan dialami oleh truk pengangkut sampah apabila melewati jalan-jalan itu. Dalam pencapaian Gerbang tol Pasteur maka para truk pengangkut sampah akan mengalami peningkatan waktu tempuh yang merupakan penjumlahan t Jl. Pastuer, t Jl. Dr. Junjunan, dan t Jl. Surapati. Setelah dijumlahkan maka para truk pengangkut sampah akan mengalami peningkatan waktu sebesar 9,55 menit dalam satu kali perjalanan. Jika dihitung dalam 1 rit (dua kali perjalanan, bolakbalik), maka akan didapatkan bahwa peningkatan waktu tempuh yang harus dirasakan adalah 19,1 menit, atau jika dibulatkan agar mudah maka akan mencapai 20 menit. Peningkatan waktu tempuh ini belum ditambahkan lagi dengan T pada jalan-jalan lain seperti, Jl. Setiabudhi, Jl. Dago, Jl. Sukajadi, dan yang sebagainya. Jika telah ditambahkan diperkirakan peningkatan yang terjadi mencapai 30 sampai 40 menit. 54

TABEL IV.9 LOS (06 00 18 00 ), KECEPATAN, PANJANG JALAN, DAN WAKTU TEMPUH BEBERAPA JALAN DI KOTA BANDUNG Average Speed (km/jam) Speed Design (km/jam) Panjang Jalan (km) T (1rit, menit) Nama Jalan LOS t (LOS, t (desain, t menit) menit) (menit) Pasteur D 29.5 60 1.55 3.15 1.55 1.60 3.21 Dr. Junjunan E 29.5 60 2 4.07 2.00 2.07 4.14 Pasirkaliki F 12 40 2.12 10.60 3.18 7.42 14.84 Surapati F 12 60 1.47 7.35 1.47 5.88 11.76 Cihampelas F 12 20 2.55 12.75 7.65 5.10 10.20 Kebon Jati F 12 30 1.29 6.45 2.58 3.87 7.74 Dago C 36 40 5.79 9.65 8.69 0.97 1.93 Buah Batu F 12 40 3.5 17.50 5.25 12.25 24.50 Soekarno-Hatta C 36 60 5.95 9.92 5.95 3.97 7.93 Kopo F 12 20 4.42 22.10 13.26 8.84 17.68 Moch. Toha F 12 20 3.96 19.80 11.88 7.92 15.84 Lgkr.Sel Laswi-PP F 12 30 2.73 13.65 5.46 8.19 16.38 BKR F 12 30 2.19 10.95 4.38 6.57 13.14 Peta F 12 30 3.67 18.35 7.34 11.01 22.02 Pasir Koja A 50 / sesuai desain 40 2.65 3.98 3.98 0.00 0.00 Astana Anyar F 12 20 1.84 9.20 5.52 3.68 7.36 Sumber : Hasil Perhitungan Sementara untuk perhitungan peningkatan waktu tempuh 4 buah gerbang tol lainnya perlu dilakukan dengan dua tahap, sebab sebelum mencapai jalan yang langsung berhubungan dengan gerbang tol, truk pengangkut sampah harus melewati salah satu dari Jl. Soekarno-Hatta dan Jl. Lingkar Selatan (Laswi, BKR, dan Peta). Yang perlu menjadi catatan penting adalah waktu yang dihitung pada setiap jalan tersebut adalah waktu jika kendaraan melewati seluruh ruas jalan, berarti hasil T merupakan peningkatan waktu tempuh terburuk yang harus dialami truk pengangkut sampah. Dimulai dari gerbang tol yang terletak di bagian Barat terlebih dahulu yaitu, Gerbang tol Pasir Koja. LOS di Jl. Pasir Koja sendiri telah mencapai tingkat A, berarti tidak ada peningkatan waktu tempuh bagi truk yang melewatinya. Tahap selanjutnya adalah dengan melihat penambahan waktu tempuh pada Jl. Soekarno-Hatta dan Jl. Lingkar Selatan. Dengan menambahkan T 1 rit masing-masing jalan dengan Jl. Pasir Koja maka didapatkan bahwa, jika melewati Jl. Soekarno-Hatta maka akan terjadi peningkatan waktu sekitar 8 menit dan 51 menit jika melalui Jl. Lingkar Selatan. Jika ditambahkan penambahan waktu tempuh yang terjadi di beberapa jalan lainnya seperti, Jl. Holis, Jl. Sudirman, Jl. Jamika, dan lain-lain, maka diperkirakan terjadi peningkatan 55

masing-masing 10 sampai 20 menit jika melewati Jl. Soekarno-Hatta serta 55 sampai 65 menit jika melewati Jl. Lingkar Selatan. Meski peningkatan waktunya cukup besar namun itu bagi yang berasal dari TPS yang terletak di wilayah Timur atau Selatan. Untuk wilayah Barat truk akan lebih dominan melewati Jl. Soekarno-Hatta, yang peningkatan waktunya hanya 10 sampai 20 menit saja. Oleh sebab itu tidak aneh apabila Pasir Koja dilewati oleh truk dari 40 TPS di wilayah Barat. Sementara truk dari 16 TPS di wilayah Selatan mencoba melewati gerbang tol ini walau dengan resiko penambahan waktu yang mencapai 60 menit. Gerbang tol Pasir Koja menjadi gerbang tol kedua yang menjadi pilihan truk pengangkut sampah setelah Gerbang tol Pasteur. Dengan cara yang sama dilakukan juga perhitungan T jika melalui Gerbang tol Kopo. Didapatkan peningkatan waktu tempuh mencapai 25 menit (Jl. Soekarno-Hatta), 22 menit (Jl. Peta), dan 46 menit (Jl. BKR dan Jl. Laswi-PP). Ditambahkan dengan peningkatan pada jalan lain diperkirakan mencapai peningkatan waktu tempuh antara 30 sampai 60 menit. Peningkatan waktu yang hampir sama besarnya dengan yang terjadi di Pasir Koja, namun sangat disayangkan peningkatan yang besar ini terjadi pada setiap jalan untuk mencapai Gerbang tol Kopo. Tidak mengherankan apabila gerbang tol ini hanya dilewati oleh truk dari 5 buah TPS saja, TPS di wilayah Barat dan memang berada di sekitar Jl. Kopo (daerah Kecamatan Bojongloa Kidul). Peningkatan waktu tempuh jika melalui Gerbang tol Moh. Toha adalah 24 menit (Jl. Soekarno-Hatta), 44 menit (Jl. Peta dan sebagian Jl. BKR), serta 29 menit (Jl. Laswi- PP dan sebagian Jl. BKR). Total peningkatan waktu dengan ditambahkan pada penurunan LOS jalan lain diperkirakan mencapai 30 sampai 40 menit untuk truk yang melalui Jl. Sokarno-Hatta dan Jl. Peta BKR. Sedangkan untuk yang melalui Jl. Laswi-PP BKR diperkirakan terjadi peningkatan antara 50 sampai 60 menit. Gerbang tol ini hanya dilalui oleh truk dari 8 TPS yang berada di sekitar Kecamatan Bandung Kidul. Beberapa TPS di wilayah Selatan (seperti yang berada di Kelurahan Ciateul dan Burangrang) seharusnya lebih memilih melewati Gerbang tol Moh. Toha dibandingkan dengan Gerbang tol Pasir Koja, sebab peningkatan waktu yang terjadi relatif lebih kecil. Gerbang tol terakhir, Buah Batu, terjadi peningkatan waktu tempuh sebesar 32 menit (Jl. Soekarno-Hatta), 40 menit (Jl. Laswi-PP), dan 59 menit (Jl. Peta dan Jl. BKR). Total peningkatan waktu dengan ditambahkan pada penurunan LOS jalan lain diperkirakan mencapai 40 sampai 50 menit jika melalui Jl. Soekarno-Hatta dan Jl. Laswi- 56

PP. Sedangkan jika melalui Jl. Peta dan lurus terus menuju Jl. BKR mencapai 60 sampai 70 menit. Setelah memperhitungkan peningkatan waktu tempuh yang terjadi pada setiap gerbang tol, ternyata di Buah Batu telah terjadi keterlambatan yang bisa dikatakan paling besar mencapai 70 menit. Maka wajar saja apabila truk dari beberapa TPS yang memiliki akses terdekat ke Gerbang tol Buah Batu (terutama TPS di wilayah Timur) pada akhirnya lebih memilih Gerbang tol Pasteur. Selain dihasilkan rute terpendek, peningkatan waktu yang dialami juga relatif lebih rendah. Meskipun peningkatan waktu tempuh yang tinggi, Gerbang tol Buah Batu dilalui oleh truk dari 22 TPS, terutama yang berada di Kecamatan Kiaracondong dan Margacinta. 4.2.2 Jadwal Truk Pengangkut Sampah Saat Ini Berikut ini adalah analisis singkat mengenai jadwal rute truk pengangkut sampah menuju TPA Sarimukti. Yang dimaksudkan dengan jadwal disini adalah penentuan TPS mana yang harus dikunjungi terlebih dahulu oleh sebuah truk pengangkut sampah. Kota Bandung tidak memiliki jadwal tertulis yang jelas mengenai TPS yang menjadi prioritas dan harus didahulukan pengambilan sampahnya. Pemilihan lokasi TPS yang terlebih dahulu dikunjungi, lagi-lagi, dilakukan melalui pertimbangan para sopir truk pengangkut sampah. Pada umumnya TPS yang dikunjungi pertama kali adalah yang berada dekat pool atau terjauh dari gerbang tol. Sehingga pergerakan bolak-balik TPS dan gerbang tol yang dilakukan oleh truk pengangkut sampah semakin lama akan semakin mengecil. Contohnya, sebuah truk pengangkut sampah harus melayani TPS di Sadang Serang (dekat pool wilayah operasional Utara) dan TPS di Cihampelas. Maka pergerakan truk itu pertama kali akan mendatangi TPS di Sadang Serang, setelah sampah terangkut ke TPA barulah truk mengunjungi TPS di Cihampelas. Tidak terlalu diperhatikan bagaimana kondisi guna lahan di sekitar TPS, tetapi untuk pasar tradisional umumnya didahulukan mengingat volume sampah yang dihasilkan biasanya besar dan jenis sampah yang bersifat mudah membusuk. Telah dipertimbangkan juga mengenai volume sampah yang dihasilkan oleh setiap TPS. TPS yang produksi sampahnya besar akan didahulukan, selain itu juga diberikan sebuah truk khusus yang melayani TPS itu saja. Hal tersebut dilakukan agar sampah bisa terangkut ke TPA, karena apabila tidak didahulukan dan diberi truk khusus dikhawatirkan sampah tidak terangkut dan truk pengangkut sampah yang melayani TPS tersebut harus 57

melakukan pengangkutan hingga shift II yang berarti juga akan ada penambahan biaya perjalanan. Sampai saat ini meskipun terjadi ketimpangan jumlah truk, hanya 92 yang bisa digunakan, dengan jumlah TPS, 158 buah, PD. Kebersihan Kota Bandung masih mampu mengangkut sampah-sampah tersebut. Walalupun perlu ada penambahan waktu kerja dari truk pengangkut sampah sendiri. 4.3 Analisis Alternatif Rute Truk Pengangkut Sampah Dalam subbab berikut ini akan dijelaskan bagaimana penentuan rute dan jadwal truk pengangkut sampah yang baru, menuju PLTS di Gedebage. Untuk menentukan rute dan jadwal yang baru, rute dan jadwal saat ini (menuju TPA Sarimukti) serta yang dahulu (TPA Leuwigajah) dijadikan pertimbangan yang sangat berharga. Dimana, tujuh buah syarat penentuan rute truk pengangkut sampah yang ideal akan menjadi perhatian dalam menentukan rute truk pengangkut sampah yang baru. Sementara faktor-faktor seperti jumlah dan kapasitas truk pengangkut sampah serta volume dan lokasi TPS akan menjadi perhatian dalam penentuan jadwal. Jika ditinjau ulang mengenai rute dan jadwal truk pengangkut sampah yang menuju TPA Sarimukti serta TPA Leuwigajah, maka akan didapatkan kesimpulan berupa rata-rata ritasi dari keduanya, masing-masing, adalah 4 jam per rit dan 3 jam per rit. Sekarang saatnya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi rata-rata ritasi antara kedua rute dan jadwal tersebut dengan PLTS Gedebage. Faktor jarak tempat pembuangan, yang pertama. Dengan melihat bahwa TPA Leuwigajah dan PLTS Gedebage memiliki jarak yang relatif dekat dibandingkan dengan TPA Sarimukti, maka disini bisa terjadi kemungkinan rata-rata ritasi antara TPA Leuwigajah dan PLTS Gedebage sama yaitu, 3 jam per rit. TPA Leuwigajah, meskipun bukan berada di Kota Bandung namun masih terbilang dekat, yaitu di Kota Cimahi. Sedangkan PLTS Gedebage sendiri masih berada di Kota Bandung, meskipun letaknya berada di sebelah Selatan Bandung Timur. Faktor kedua adalah proses antrian, telah disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa faktor ini bisa dikatakan sebagai faktor yang tetap. Proses antrian di setiap TPA umumnya sama, truk pengangkut sampah mengantri (seperti layaknya memasuki gerbang tol) untuk membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan. Faktor ini hanya bisa berubah apabila dalam rencana desain PLTS Gedebage telah memiliki sistem pengaturan antrian yang berbeda. Misalnya saja dengan membagi tempat pembuangan sampah menjadi 4 bagian, sehingga truk dari setiap wilayah operasional akan menuju tempat pembuangannya 58

masing-masing. Jika hal ini benar adanya dan ditambah faktor pertama maka kemungkinan peningkatan rata-rata ritasi bisa terjadi. Namun untuk penentuan rute dan jadwal dalam studi ini diasumsikan bahwa proses antrian di PLTS Gedebage memiliki proses antrian yang sama dengan di TPA Leuwigajah dan TPA Sarimukti. Dan faktor yang terakhir yaitu waktu kerja truk pengangkut sampah. Dalam pergerakannya menuju TPA Leuwigajah dan TPA Sarimukti, truk pengangkut sampah bergerak pada hari terang, kira-kira pada pukul enam pagi sampai dengan enam sore. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rentang waktu tersebut merupakan jam dimana masyarakat kota melakukan kegiatan sehari-harinya baik untuk bekerja, bersekolah, maupun lain sebagainya. Mobilitas tinggi masyarakat Kota Bandung didukung dengan kurang diminatinya SAUM menyebabkan jalan-jalan Kota Bandung menjadi ramai dan padat. Peningkatan waktu tempuh yang terjadi pada rentang jam tersebut dimulai dari 30 menit sampai dengan 70 menit, rata-ratanya sekitar 50 menit. Keterlambatan 50 menit karena hambatan lalu lintas bukanlah waktu yang sedikit apalagi jika berbicara pada peningkatan biaya perjalanan. Selain itu terdapat pula presepsi kurang baik dari masyarakat mengenai pergerakan truk pengangkut sampah pada siang hari. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka tidak ada salahnya jika dalam studi ini dilakukan pemindahan waktu kerja truk pengangkut sampah. Yang semula waktu shift I adalah dari pukul enam pagi sampai dengan pukul enam sore, menjadi dari pukul tujuh malam sampai dengan pukul lima pagi. Dengan menambahkan faktor pertama dan faktor ketiga ini, diasumsikan bahwa rata-rata ritasi truk pengangkut sampah adalah 2,5 jam per rit. Pukul tujuh malam sampai dengan pukul lima pagi dipilih menjadi waktu kerja utama truk pengangkut sampah sebab pada rentang waktu tersebut mobilitas masyarakat Kota Bandung sangat jarang. Truk pengangkut sampah bisa bergerak dengan lebih leluasa, hambatan akibat ramai dan padatnya lalu lintas di Kota Bandung bisa dihindari. Setiap jalan yang dilewati akan memberikan pelayanan pada tingkat maksimal. Rata-rata ritasi tidak dijadikan murni 2 atau 2 1 / 6 jam per rit dengan pertimbangan bahwa meskipun jalan sudah sepi pasti tetap masih ada hambatan, sehingga waktu 30 sampai 20 menit disimpan sebagai waktu untuk merintasi hambatan yang ada walau kecil. Rata-rata ritasi 2,5 jam per rit serta rentang waktu kurang lebih 10 jam, berarti dalam shift I yang baru ini truk pengangkut sampah dapat menghasilkan 4 rit. Dengan kata lain cukup diperlukan 1 shift untuk mengangkut TPS yang memiliki volume banyak (hingga membutuhkan empat kali bolak-balik) serta TPS yang mendapatkan giliran rit 59

keempat sebuah truk pengangkut sampah. Namun, penambahan waktu tetap diperlukan untuk TPS yang membutuhkan lima kali bolak-balik serta TPS yang mendapatkan giliran rit kelima sebuah truk pengangkut sampah. Pengurangan waktu perjalanan truk pengangkut sampah akan berdampak pada pengurangan biaya perjalanannya, PD. Kebersihan bisa melakukan penghematan. Pertimbangan lain dengan memilih waktu dimana mobilitas masyarakat Kota Bandung sangat jarang adalah kenyamanan para masyarakat Kota Bandung sendiri. Jika selama ini kenyamanan mereka terganggu akibat truk pengangkut sampah yang selama proses pemindahan sampah dari TPS ke bak truk menyebabkan kemacetan lalu lintas, bisa dihilangkan. Truk pengangkut sampah tidak lagi dianggap menjadi salah satu penyebab kemacetan di jalan-jalan Kota Bandung. Selain itu polusi pemandangan dan udara (bau) dari sampah-sampah yang diangkut oleh truk pengangkut sampah juga bisa dihilangkan. Kenyamanan selama berkendara masyarakat meningkat, diharapkan peningkatan ini pada akhirnya bisa meningkatkan produktifitas mereka. 4.3.1 Alternatif Rute Truk Pengangkut Sampah Dalam penentuan rute truk pengangkut sampah menuju PLTS Gedebage ini digunakan syarat penentuan rute truk pengangkut sampah ideal. Dengan memperhatikan tujuh syarat penentuan rute truk pengangkut sampah tampak ada sedikit pertentangan antara syarat meminimalkan pergerakan dalam kota dengan syarat pencarian rute terpendek. Mengurangi pergerakan dalam kota belum tentu berarti juga truk pengangkut sampah akan mencapai rute terpendek. Namun, syarat rute terpendek harus kalah bersaing dalam kasus ini. Terdapat beberapa pertimbangan penting mengapa syarat meminimalkan pergerakan dalam kota didahulukan. Hal pertama adalah janji PD. Kebersihan terhadap masyarakat. Lalu yang kedua adalah syarat ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan syarat rute terpendek, antara lain : - Mengurangi polusi udara dari asap truk pengangkut sampah di Kota Bandung - Mengurangi penyebaran bau tidak sedap dari tumpukan sampah yang dibawa - Mengurangi kemungkinan sampah dan lychet berceceran di jalan-jalan dalam kota Bandung - Penyebaran truk pengangkut sampah ke setiap gerbang tol cukup merata 60

Keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh rute baru dengan menekankan pada syarat meminimalkan pergerakan dalam kota ini akan memberikan efek berganda pada kehidupan sosial-ekonomi di dalam Kota Bandung. Efek pertama yaitu peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Kota Bandung. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang paling sering diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan karena polusi udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor. Sementara penyakit seperti, diare, adalah penyakit yang diderita oleh banyak masyarakat di negara berkembang (termasuk Indonesia) akibat kurang bersihnya lingkungan tempat mereka hidup. Dengan berkurangnya polusi udara dan bercecerannya sampah/lychet di dalam kota, maka penyebaran penyakit-penyakit yang disebabkan oleh polusi udara dan sampah/lychet tersebut bisa dikurangi juga. Mengingat bahwa kota merupakan tempat dimana terkonsentrasinya penduduk, berarti seiring meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat di Kota Bandung maka akan banyak pula masyarakat yang terselamatkan dari kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit seperti ISPA maupun diare. Penumpukan truk pengangkut sampah bisa dihindari akibat meratanya penyebaran truk pengangkut sampah ke setiap gerbang tol. Meskipun waktu kerja utama truk pengangkut sampah telah digeser ke waktu dimana mobilitas masyarakat Kota Bandung sangat jarang, namun penumpukan 92 buah truk pada satu gerbang tol tetap akan mengurangi waktu tempuh menuju PLTS Gedebage. Jika syarat rute terpendek lebih ditekankan pada pemilihan rute, maka 92 buah truk pengangkut sampah akan melewati Gerbang tol Buah Batu. Selain hambatan lalu lintas, jika semua truk melalui Gerbang tol Buah Batu maka akan terjadi pula konsentrasi polusi udara (baik dari knalpot truk maupun dari sampah yang diangkut) pada daerah sekitar Gerbang tol Buah Batu. Untuk mencapai Gerbang tol Buah Batu ini truk-truk pengangkut sampah harus melalui Jl. Soekarno-Hatta, Jl. Buah Batu, Jl. BKR, Jl. Pelajar Pejuang, dan Jl. Kiaracondong, sebelum akhirnya ke Jl. Terusan Buah Batu. Dengan melihat jalan-jalan yang harus dilalui maka konsentrasi polusi udara dapat diperkirakan terjadi pada tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Lengkong, Regol dan Bandung Kidul. Jika melihat pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Bandung tahun 2013 di ketiga kecamatan tersebut guna lahannya didominasi oleh permukiman. Konsentrasi polusi udara pada kawasan permukiman sangat membahayakan bagi kesehatan penduduknya, karena partikel-partikel berbahaya dapat masuk ke dalam tubuh yang akan menyebabkan penyakit bahkan kematian. 61

Oleh karena beberapa pertimbangan dan alasan diatas itulah, maka syarat meminimalkan pergerakan dalam kota bisa mengalahkan syarat rute terpendek. Mengenai syarat meminimalkan hambatan tidak perlu dirisaukan lagi sebab waktu kerja utama truk pengangkut sampah telah dipindahkan ke malam hari dimana mobilitas masyarakat sangat jarang. Pergerakan pada saat hari gelap memungkinkan tingkat pelayanan setiap jalan yang ada di Kota Bandung berada pada tingkat maksimal, sehingga pemilihan jalan fokus terhadap pencarian jarak minimal menuju gerbang tol terdekat dari setiap TPS. Tapi pencarian jarak minimal ini tentu saja tidak berarti semua jalan bisa dilewati begitu saja, truk-truk pengangkut sampah akan diarahkan langsung menuju jalan-jalan berhirearki arteri dan kolektor (daftar hirearki jalan bisa dilihat pada Lampiran Tabel A.1). Truk-truk akan diusahakan bergerak seminimal mungkin pada jalan-jalan berhirearki lokal, sebab pada umumnya jalan berhirearki lokal memiliki lebar yang terlalu pas untuk truk pengangkut sampah sehingga kecepatan truk akan berkurang. Dalam penentuan rute ini akan dilihat lagi Tabel IV.2, IV.4, IV.6, dan IV. 8 untuk memperhatikan jarak terdekat menuju gerbang tol. Dari data tersebut akhirnya dihasilkan suatu rute truk pengangkut sampah yang baru, dapat dilihat pada Gambar 4.5, 4.6, 4.7, dan 4.8. Rute yang dihasilkan merupakan pergerakan truk pengangkut sampah pada shift I, dari pukul tujuh malam sampai dengan pukukl lima pagi. Mengenai pergerakan truk pengangkut sampah pada shift II akan dilihat berdasarkan hasil penjadwalan. Jika berdasarkan penjadwalan ada TPS yang memerlukan tambahan waktu, ritasi kelima, maka akan diberikan rutenya. 62