BAB III LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 1998 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-03/MENLH/1/1998 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 26 TAHUN 2001 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

Menentukan Dimensi Setiap Peralatan yang Diperlukan Sesuai Proses yang Terpilih Menentukan Luas Lahan yang Diperlukan Menentukan Biaya Bangunan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Makalah Baku Mutu Lingkungan

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

LAMPIRAN 1 TABEL PENGAMATAN SWA PANTAU IPAL (diisi oleh operator IPAL) Hari dan tanggal. COD (mg/l)

DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH POLIKLINIK UNIPA SURABAYA

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB 4 ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk

PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB 13 UJI COBA IPAL DOMESTIK INDIVIDUAL BIOFILTER ANAEROB -AEROB DENGAN MEDIA BATU SPLIT

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 157A/KPTS/1998

VII. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN BAKU MUTU LINGKUNGAN

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 61 TAHUN 1999 TENTANG

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI MINYAK GORENG

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 52 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA.

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

A. Regulasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau Sewage Treatment Plant Regulation

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Peraturan Pemerintah Tentang Limbah Berdasarkan peraturan pemerintah No. 58 Tahun 1995 baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit menyebutkan bahwa kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair yang dibuang ke lingkungan dengan menetapkan Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (Bapedal, 1995). Dalam peraturan pemerintah No. 58 Tahun 1995 pasal 7 yaitu setiap penanggung jawab kegiatan atau pengelola rumah sakit wajib: 1. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan; 2. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan limpahan air hujan; 3. Memasang alat ukur debit harian limbah cair; 4. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dalam lampiran keputusan ini kepada laboratorium sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan. 5. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada Gubernur dengan tembusan Menteri, Kepala Bapedal, instansi teknis yang membidangi rumah sakit serta instansi lain yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 13

Pengelolaan air limbah rumah sakit bertujuan untuk menanggulangi dan mencegah pencemaran terhadap lingkungan dan gangguan kesehatan yang bisa terjadi terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan rumah sakit itu sendiri yang diakibatkan oleh limbah rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan air limbah cair yang memenuhi persyaratan teknis agar dapat mengelola limbah yang dihasilakan sehingga memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan. Dalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 7 Tahun 2010, baku mutu limbah cair untuk kegiatan pelayanan kesehatan rumah sakit tipe B dn C seperti yang terdapat pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Baku Mutu Limbah Cair Untuk Kegiatan Pelayanan Kesehatan KADAR & BEBAN PENCEMARAN PARAMETER SATUAN KADAR MAX BEBAN PENCEMAR MAX FISIKA C Suhu 30 Konduktivitas mmhos/cm 1.562,5 TSS 35 17,5 TDS mg/l 1000 500 KIMIA mg/l BOD mg/l 35 17,5 COD mg/l 85 42,5 NH bebas mg/l 0,1 0,05 (PO4) mg/l 2 1 Deterjen mg/l 5 2,5 Minyak dan Lemak Nabati mg/l 5 2,5 Phenol mg/l 0,5 0,25 Ph 6,0-9,0 Debit/Vol maks (it/org/bed/hari) 0 14

MIKROBIOLOGI Sel/100ml Bakteri Coliform 10000 Bakteri Patogen a.salmonella NEGATIF b.shigela NEGATIF c.vibrio Cholera NEGATIF d.streptococus NEGATIF RADIOA AKTIFITAS Bq/L 32 7x10 2 35 2x10 3 45 3x10 2 51 7x10 2 72 1x10 3 85 4x10 3 99 7x10 3 113 3x10 3 126 7x10 131 7x10 192 1x10 201 1x10 Debit/volume limbah maksimum 500 Liter/orang/hari/bed Sumber : Peraturan Gubernur DIY nomor 7 Tahun 2010 3.2 Debit dan Beban Pencemaran Menurut Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010 3.2.1 Debit/ Volume Limbah Cair Maksimum Debit atau volume limbah cair maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan DIY No 7 Tahun 2010 dihitung dengan rumus sebagai berikut : DM=Dm x Pb 15

DM = Debit/Volume limbah cair maksimum yang diperbolehkan bagi setiap jenis industry yang bersangkutan, dinyatakan dalam m 3 /bulan. Dm = Debit/Volume limbah cair maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan lampiran 1 Nomor 1 s/d 51 sesuai dengan jenis industri yang bersangkutan, dinyatakan m 3 limbah cair per satuan produk atau bahan baku. Pb = Produksi atau Bahan Baku sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan produk atau bahan baku yang sesuai dengan yang tercantum dalam lampiran I, II, III Nomor 1 s/d 51 untuk jenis industri yang bersangkutan. 3.2.2 Debit limbah cair Debit atau volume limbah cair sebenarnya berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010 dihitung dengan rumus sebagai berikut: DA = Dp x H DA = Debit limbah cair yang sebenarnya, dinyatakan dalam m 3 per bulan. Dp = Hasil pengukuran debit limbah cair, dinyatakan dalam m 3 per hari. H = Jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan. Catatan : DA tidak boleh lebih besar dari DM 3.2.3 Beban Pencemaran Maksimum Beban pencemaran maksimum yang diperbolehkan menurut Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010 dihitung dengan rumus sebagai berikut: BPM = (CM)j x DM x f 16

BPM (CM)j DM = Beban pencemaran maksimum per satuan produk atau bahan baku dinyatakan dalam kg parameter per satuan produk atau bahan baku. = Kadar maksimum unsure pencemar j, dinyatakan dalam mg/l. = Debit/Volume limbah cair maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan Lampiran 1 Nomor 1 s/d 32, sesuai dengan jenis industri yang bersangkutan dinyatakan dalam m 3 limbah cair per satuan produk atau bahan. f = Faktor konversi x 3.2.4 Beban Pencemar Sebenarnya Beban pencemaran maksimum sebenarnya tidak boleh melebihi beban pencemaran maksimum yang diperbolehkan menurut Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010 dihitung dengan rumus sebagai berikut: BPA = (CA)j x DA/Pb x f BPA (CA)j DA Pb f : Beban Perencanaan Sebenarnya dinyatakan dalam kg parameter per satuan produk atau bahan baku. : Kadar sebenarnya unsur j, dinyatakan dalam mg/l : Debit limbah cair sebenarnya dinyatakan dalam m 3 /bulan : Produksi atau Bahan Baku Sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan produk atau bahan baku yang sesuai dengan yang tercantum dalam Lampiran I Nomor 1 s/d 51 untuk jenis industri yang bersangkutan. : Faktor konversi 17

3.3 Proses Perencanaan IPAL 3.3.1 Bak Pengumpul Lemak Bak ini berfungsi menampung air limbah dari berbagai sumber, mengurangi minyak dan lemak yang terdapat pada air limbah agar saat air masuk ke pengolahan selanjutnya kadar minyak dan lemak sudah berkurang. Bak ini juga dilengkapi dengan bar screen atau saringan kasar. Bak ini dirancang berdasarkan debit maksimum air limbah. - Volume bak(v) = Q x t d Dengan: Q : Debit kapasitas rencana t d : Waktu tinggal - Luas bak (A) = V/h Dengan: V : Volume bak H : Kedalaman efektif rencana Hitungan Bar screen (Saringan Kasar) Bar screen ini digunakan sebagai penangkap kotoran-kotoran yang terikut di dalam air limbah seperti kotoran padat yaitu sampah plastik, kayu dan kaleng agar tidak masuk ke pengolahan selanjutnya. Analisa penting yang diperlukan dalam perancangan adalah menentukan tinggi hilang dipengaruhi oleh bentuk kisi, tinggi kecepatan aliran yang melewati kisi, seperti dirumuskan Kircmer sebagai berikut: Tinggi hilang tekanan pada screen (H1) H1 = (w/b) 4/3 hv sin Dengan: w : Lebar sisi b : Jarak antar sisi hv : Tinggi kecepatan sin : Faktor bentuk sisi 18

3.3.2 Reaktor Anaerob Pada bak ini terjadi pengolahan biologi secara anaerob atau pengolahan dengan tidak memerlukan udara, di dalam bak ini terdapat media untuk tumbuh kembangnya mikroorganisme. Media yang digunakan yaitu berbahan plastik berbentuk sarang tawon. Volume media = 70% dari total volume reactor Waktu tinggal reactor anaerob yang dibutuhkan = (V/Q) x 24 jam/hari) V : Volume Reaktor Q : Debit rencana - Luas Reaktor (A) = V/h V : Volume bak H : Kedalaman efektif rencana 3.3.3 Pengolahan Lanjutan A. Bak Equalisasi Fungsi dari bak equalisasi ini adalah untuk menampung air limbah dan menghomogenkan air. Bak dibuat berbentuk empat persegi panjang dengan perbandingan 1:1, dalam perancangan dimensi bak berdasarkan debit maksimum air limbah. Hitungan - Volume bak (V) = Q x t d Q : Debit kapasitas rencana t d : Waktu tinggal - Luas bak (A) = V/h V : Volume bak H : Kedalaman efektif rencana 19

B. Biofilter Aerob Di dalam bak ini dilakukan pemberian sejumlah udara dengan menggunakan blower, pada kondisi ini mikroorganisme akan mengoksidasi air buangan dari bahan organik menjadi karbon dioksida dan air, kemudian mensintesa bagian lain menjadi sel-sel mikroba baru. Air buangan hasil pengolahan aerob selanjutnya akan masuk ke dalam bak pengendap dimana flok-flok organisme mengendap kemudian dibuang. Lumpur yang diaktifkan kembali akan dipompa ke bak equalisasi untuk dicampur lagi dengan air buangan. - Cek waktu tinggal : = Dimana: ct = konsentrasi BOD keluar = 25 mg/l co = konsentrasi BOD masuk = 227,5 mg/l K = konstanta = 0,4343 = waktu tinggal (Reynold,T.D,1982) - Volume media = 50% dari total volume reaktor - Waktu tinggal reactor anaerob yang dibutuhkan = (V/Q x 24 jam/hari) V : Volume reaktor Q : Debit rencana - Luas Reaktor (A) = V/h V Q : Volume bak : Kedalaman efektif rencana 20

Banyaknya udara yang harus disediakan dibandingkan dengan derajat pengontrolan air buangan adalah sebesar 40-80 m 3 per hari udara setiap kg BOD. (Sugiharto,2008) C. Bak Sedimentasi / Pengendap Fungsi dari bak pengendap dalam proses pengolahan air adalah untuk mengendapkan partikel-partikel organik terlarut. Biasanya dibuat lantai dasar dengan bentuk miring sehingga memudahkan dalam pembuangan lumpurnya. Kecepatan aliran pada bak ini sangat lambat, maka digunakan waktu tinggal 2,5 jam agar hasil bahan bangunan organik yang memuaskan. Parameter yang bisa diguaakan dalam perencanaan bak pengendap adalah laju muatan permukaan (beban permukaan) dan laju pelimpahan. - Laju limpahan =Q/keliling bak - Luas penampang bak (A) =Q/BP Q : Debit rencana BP : Beban permukaan 24-48 m 3 /hari/m 2 Banyaknya masa padat yang dihasilkan dari bak pengendap primer maupun sekunder dapat dihitung dengan rumus: - Massa padat dari bak pengendap primer MS = Efisiensi x SS x Q - Massa padat dari bak pengendap sekunder MS = Jkonv x BOD x Q (diket Jkonv = 0,35) 21

Lumpur yang dihasilkan dari bak primer mempunyai kandungan solod 5% dengan spesifik gravity 1,02. Pada bak pengendap sekunder lumpur yang dihasilkan mempunyai kandungan solid 0,75% dengan spesifik gravity1,005 lumpur yang dihasilkan dapat dihitung dengan rumus: - V = MS/(PwxSSxPs)Pw V : Volume Ms : Massa lumpur kering (kg) Pw : Kerapatan air 1000 kg/m 3 Ps : Kandungan bahan pandatan lumpur Ssi : Spesifikasi graffiti (Met Calf and Eddy, 1979) D. Bak Disinfektan/Khlorinasi Berfungsi untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme pathogen yang ada berada dalam air buangan. Mekanisme pembubuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembubuh dan mikroorganisme itu sendiri. Banyaknya zat pembubuh kimia termasuk khlorin dan komponennya mematikan bakteri dengan cara merusak atau mengaktifkan enzim utama, sehingga terjadi kerusakan dinding sel. - Kriteria perancangan : Dosis khlor =5mg/l Waktu kontak =30menit Kadar kaporit =70% Larutan cairan khlor =1,5% (Met Calf and Eddy, 1979) 3.3.4 Bak Pengumpul Sentral Bak pengumpul berfungsi untuk mengumpulkan air buangan dari pengolahan sebelumnya. Waktu tinggal dalam bak ini adalah 10-30 menit. Bak ini berbentuk empt pesegi panjang dengan perbandingan panjang 1:1. Dalam 22

perancangan dimensi bak berdasarkan debit maksimum air buangan. (Anonim,1996) - Volume bak(v)= Q x t d Q : Debit kapasitas rencana T d : waktu tinggal - Luas Bak(A)=V/h V : Volume bak h : Kedalaman efektif rencana 3.3.5 Perhitungan kebutuhan daya pompa Perhitungan daya pompa menggunakan rumus : P = P = tenaga pompa(pk) Q = debit yang dialirkan pompa (m 3 /detik) Hf = kehilangan tekanan (m) = bj air(1000 kg/m 3 ) ᶯ = 75% Pipa hisap Q = V.A Chek kecepatan aliran : V = Q/A A = 1 4. π. D 2 Kehilangan tekanan dari pipa hisap dan pipa tekan Hf = 23

Hf = kehilangan tekanan pada pipa (m) f = koefisien gesekan Darcy-Weisbach L = panjang pipa (m) D = diameter pipa (m) V = kecepatan aliran alam pipa (m/dt) g = percepatan gafitasi (9,81 m/dt 2 ) Kehilangan tekanan akibat assesoris pada pipa hisap Hf = K = koefisien kekasaran assesoris n = jumlah asesoris Pipa tekan Q = V. A Chek kecepatan aliran: V = Q / A 3.3.6 Filter Filter yang digunakan terdiri dari dua filter yaitu sand filter atau saringan pasir dan karbon filter atau saringan karbon berfungsi untuk menyaring sisa-sisa padatan, mengurangi bau, warna, dan polutan-polutan lain yang masih tersisa dari pengolahan sebelumnya. Hour retention time (HRT) = 1jam Volume air limbah Q T d = Q x t d = Debit kapasitas rencana = Waktu tinggal Volume media =1/3 x Volume air limbah Volume total = π x r 2 x t π = koefisien (3.14) r = jari-jari tabung t = tinggi tabung 24