Pemisahan Delapan Vitamin Larut Air secara Kromatografi Pasangan Ion

dokumen-dokumen yang mirip
PEMISAHAN DELAPAN VITAMIN LARUT AIR SECARA KROMATOGRAFI PASANGAN ION SEPARATION OF EIGHT WATER SOLUBLE VITAMINS BY ION-PAIR CHROMATOGRAPHY

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

1. PENDAHULUAN Vitamin dalam suplemen, diperoleh dalam beberapa bentuk sediaan. Ni Luh Kasih Ariani 1, Ni Made Suaniti 1,2*, James Sibarani 1,2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

LAPORANPRAKTIKUM AnalisaTabletVitaminCdenganHPLC (High PerformanceLiquidChromatography)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

Cara uji kimia-bagian 11: Penentuan residu tetrasiklin dan derivatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

Penetapan Simultan Kadar Fenilpropanolamin Hidroklorida dan Klorfeniramin Maleat dalam Tablet secara Spektrofotometri

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

Penentuan Kadar Tablet Asetosal Menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Tiffany Sabilla Ramadhani

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

BAB III METODE PERCOBAAN

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C

2. Menentukan kadar berbagai tablet Vitamin C menggunakan metoda HPLC. HPLC(HighPerfomance Liquid Cromatografi)

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

OPTIMASI FASE GERAK PADA ANALISIS CAMPURAN CIPROFLOXACIN HCL DAN METRONIDAZOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida

PENGARUH ph PADA PENETAPAN KADAR NATRIUM BENZOAT DALAM SIRUP MELALUI ISOLASI DENGAN PELARUT ETER SECARA KCKT

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

C ADALAH KADAR NITROGENGLISERIN DALAM mg/ml LARUTAN BAKU. Rs DAN Ru BERTURUT-TURUT ADALAH RESPONS PUNCAK LARUTAN UJI DAN LARUTAN BAKU.

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

YANTI TANUWIJAYA PENGEMBANGAN METODE ANALISIS ANTIOKSIDAN BHA, BHT, DAN TBHQ DALAM MIE INSTAN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI

PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR GLIBENKLAMID DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

6 FRAKSINASI DAN ISOLASI PROTEIN WHEY SUSU KUDA SUMBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh CHANDRA SAPUTRA PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR METFORMIN HCl DALAM TABLET FLOATING SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

4 Hasil dan Pembahasan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 Metodologi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Alat dan Bahan

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC (High Performance Liquid Chromatography)

PEMERIKSAAN KADAR PIRAZINAMIDA DALAM PLASMA DARAH PASIEN TB MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI OLEH: KHAIRUSSAADAH NIM

Kata kunci: fasa gerak, asam benzoat, kafein, kopi kemasan, KCKT. Key word: mobile phase, benzoic acid, caffeine, instant coffee package, HPLC

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENETAPAN KADAR BENSORSAK DALAM OKKY JELLY DRINK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) KARYA ILMIAH NOVA LESTARI HARAHAP

VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet

BAB VII Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (KCKT) (High Performance Liquid Chromatography)HPLC

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

Laporan Praktikum Analisa Tablet Vitamin C dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatograph)

Analisis Fisiko Kimia

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR TADALAFIL DALAM PERMEN KARET CINTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Transkripsi:

JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, September 2009, hal. 85-90 Vol. 7, No. 2 Pemisahan Delapan Vitamin Larut Air secara Kromatografi Pasangan Ion NOVI YANTIH * Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jln. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640. Diterima, 24 Juni 2009, Disetujui 21 Juli 2009 Abstract: Ion-pair chromatography is applicable for separating mixtures of acids and bases, either in ionic or nonionic form, such as mixture of ascorbic acid, thiamine hydrochloride, riboflavin, nicotinamide, pyridoxine hydrochloride, folic acid, and cyanocobalamine, and menadion sodium bisulphite. Separation using ion-pair chromatography is highly influenced by the type and concentration of the counter ion and the selected ph of mobile phase. Eight water soluble vitamins were separated in a single analysis with total analysis time never exceeded 12 minutes by using a reversed-phase column (C 8 ) with a mixture of methanol and solution of 5 mm sodium hexanesulphonate at ph 3.50 (49:151) as mobile phase, at a flow rate of 1 ml per minute, and ultraviolet detector at 275 nm. Satisfactory separation was shown by the resolution values of more than 1.5, which were between 3.8 10.6. Keywords: water soluble vitamins, ion-pair chromatography, resolution. PENDAHULUAN KROMATOGRAFI pasangan ion (KPI) saat ini merupakan metode alternatif untuk memisahkan campuran senyawa polar yang bersifat asam ataupun basa, yang ionik maupun yang tidak meng-ion. Penelitian ini mengkaji penggunaan KPI untuk pemisahan delapan komponen vitamin larut air, yaitu asam askorbat, tiamin hidroklorida, riboflavin, nikotinamida, piridoksin hidroklorida, asam folat, sianokobalamin, dan menadion natrium bisulfit. Vitamin larut air memiliki karakteristik beragam, yaitu ada yang bersifat asam, basa, dan netral, sehingga dalam larutan akan terdapat dalam bentuk molekul yang netral atau ionik. Asam askorbat bersifat asam dan dalam larutan basa akan terionisasi, sementara itu tiamin hidroklorida, nikotinamida, sianokobalamin, dan piridoksin hidroklorida terionisasi dalam asam dengan karakteristik yang berbeda. Pada sistem KPI, senyawa ionik akan membentuk pasangan ion dengan pereaksi pasangan ion dan akan terpartisi di antara fase gerak dan fase diam sebagai spesi netral. Bila tidak ada pereaksi pasangan ion, senyawa ionik tidak diretensi oleh kolom fase balik dan akan ter-elusi secara spontan atau kromatogramnya akan membentuk ekor (1,2). * Penulis korespondensi, Hp. 08129624502 e-mail: novi_yantih@yahoo.com Pemisahan dalam KPI sangat dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi pereaksi pasangan ion yang digunakan. Pasangan ion golongan asam alkilsulfonat ( SO 3 (CH 2 ) n CH 3 ) dengan n antara 4 7 dapat membentuk pasangan ion dengan basa kuat dan lemah (3). Larutan natrium heksansulfonat dipilih sebagai pereaksi pasangan ion karena selain dapat membentuk pasangan ion dengan kation kuarterner tiamin, nikotinamida, dan piridoksin dalam larutan asam juga diharapkan memberikan waktu retensi yang tidak terlalu besar (4,5). Tujuh vitamin larut air (asam askorbat, tiamin hidroklorida, riboflavin, nikotinamida, piridoksin hidroklorida, asam folat, dan menadion natrium bisulfit) telah berhasil dipisahkan menggunakan kolom fase balik C 8 dengan fase gerak metanol-air (24,5:75,5) (4). Dalam sistem KPI, selain jenis dan konsentrasi pereaksi pasangan ion, ph fase gerak juga sangat menentukan hasil pemisahan. Keasaman (ph) fase gerak sebaiknya dipilih yang dapat menghasilkan ionisasi analit dalam sampel secara maksimum. Pada sistem kromatografi fase balik, perlu diperhatikan bahwa ph yang dapat digunakan untuk penggunaan kolom dengan silika gel sebagai pengikat fase diam adalah antara 2 sampai 7,4 (3). Dengan demikian, untuk memisahkan campuran yang bersifat asam dan basa, baik yang mengion maupun yang tidak mengion, secara KPI perlu optimasi ph fase gerak dan konsentrasi pasangan ion. 7. yantih 85-90.indd 1 11/4/2009 2:31:36 PM

86 YANTIH Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimum metode KPI guna pemisahan asam askorbat, tiamin hidroklorida, riboflavin, nikotinamida, piridoksin hidroklorida, asam folat, sianokobalamin, dan menadion natrium bisulfit dalam campuran secara simultan. Dalam optimasi metode KPI ini diteliti penggunaan larutan natrium heksansulfonat dalam dua konsentrasi berbeda, yaitu 5 dan 10 mm dengan variasi ph 2,80; 3,00; dan 3,50. Untuk memperoleh resolusi optimum seluruh komponen juga dicoba laju alir fase gerak pada kecepatan 1,0 dan 1,5 ml per menit. Sistem KPI optimum adalah yang dapat menghasilkan puncak setiap komponennya secara base to base dalam waktu relatif singkat. Penelitian diharapkan dapat menghasilkan sistem KPI optimum untuk memisahkan delapan komponen vitamin dan tahapan analisis yang diperoleh selanjutnya dapat diaplikasikan untuk penentuan secara simultan asam askorbat, tiamin hidroklorida, riboflavin, nikotinamida, piridoksin hidroklorida, asam folat, sianokobalamin, dan menadion natrium bisulfit dalam produk multivitamin. BAHAN DAN METODE BAHAN. Asam askorbat (DSM, Singapura), tiamin hidroklorida (BPFI), riboflavin (Roche Diagnostics GmbH), nikotinamida (Western Drugs Pvt. Ltd.), piridoksin hidroklorida (DSM, Singapura), asam folat (DSM, Singapura), sianokobalamin (DSM, Singapura), menadion natrium bisulfit (DSM, Singapura), natrium heksansulfonat (J.T. Baker), trietilamin (Merck), metanol (HPLC grade, J.T. Baker), asam asetat (Merck), dan air suling ganda (Brataco). Peralatan yang digunakan adalah kromatografi cair (HP 1100 QuatPump), kolom kromatografi C8 (LichroCARTR 250-4, LiChrospherR 100 Rp 8 (5µm), L 64044616, No. 516970), spektrofotometer ultraviolet (Beckman Du 650i), ph-meter (Beckman), dan alat-alat yang biasa digunakan di laboratorium kimia analisis. METODE. Pembuatan larutan baku induk. Larutan baku induk tiamin hidroklorida, piridoksin hidroklorida, nikotinamida, dan menadion natrium bisulfit masing-masing dibuat dengan konsentrasi 5,0; 1,0; 2,5; dan 2,0 mg/ml dalam asam asetat 1,0%. Larutan baku induk sianokobalamin disiapkan pada konsentrasi 5 mg/ml dalam asam asetat 1,0%. Larutan baku induk riboflavin dan asam folat dibuat dengan konsentrasi 1,0 dan 0,25 mg/ml dalam larutan natrium hidroksida 0,01 N. Asam askorbat langsung dilarutkan pada saat pembuatan larutan baku campuran vitamin. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Pembuatan larutan baku campuran. Larutan baku campuran vitamin dibuat dengan mencampur 1,0 ml larutan baku yang mengandung tiamin hidroklorida 5,0 mg/ml, piridoksin hidroklorida 1,0 mg/ml, dan menadion natrium bisulfit 2,0 mg/ ml, ditambah 1,0 ml sianokobalamin 5µg/ml, serta 4,0 ml nikotinamida 2,5 mg/ml. Sebanyak 20,0 mg asam askorbat dilarutkan ke dalam campuran larutan tersebut dan ditambah larutan natrium asetat 2,5 M hingga ph 4 5. Selanjutnya ke dalam larutan dimasukkan 2,0 ml larutan baku induk riboflavin 1,0 mg/ml dan 1,0 ml asam folat 0,25 mg/ml, kemudian ditambah larutan natrium hidroksida 0,01 N hingga volume 10,0 ml. Larutan baku campuran vitamin dicampur homogen dan disaring dengan penyaring berpori 0,45 µm. Pembuatan larutan baku kerja. Sebanyak 200 μl larutan baku campuran dipipet dan diencerkan dengan fase gerak yang tidak mengandung natrium heksansulfonat 5 mm hingga 1,0 ml. Pemilihan panjang gelombang deteksi pada daerah ultraviolet. Kondisi percobaan yang dioptimasi meliputi pemilihan panjang gelombang deteksi dan penentuan kondisi sistem KPI. Sejumlah tertentu larutan baku induk masing-masing vitamin diencerkan dengan fase gerak tanpa larutan natrium heksansulfonat, kemudian spektrum absorbsi masing-masing senyawa dibuat pada rentang panjang gelombang 200 400 nm. Seluruh spektrum absorbsi vitamin ditampilkan secara tumpang tindih (overlay) sehingga dapat ditentukan panjang gelombang yang dapat digunakan untuk mendeteksi semua vitamin yang diuji. Penentuan kondisi sistem KPI. Kolom oktilsilan dengan panjang 250 mm dan diameter 4 mm dikondisikan dengan fase gerak pada laju alir 1 ml per menit, kemudian larutan baku kerja disuntikkan ke dalam gerbang suntik kromatograf. Fase gerak yang digunakan adalah campuran metanol dan larutan natrium heksansulfonat 5 mm dalam asam asetat 1,0% yang telah diatur keasamaannya hingga ph 2,80; 3,00; dan 3,50 dengan penambahan trietilamin. Larutan natrium heksansulfonat disaring dengan penyaring berpori 0,45 µm sebelum dimasukkan ke dalam wadah fase gerak. Perbandingan campuran metanol dan larutan natrium heksansulfonat yang digunakan dicampur secara otomatis di dalam kromatograf dengan sistem isokratik. Fase gerak ph 3,50 telah menunjukkan hasil pemisahan yang baik sehingga dibuat juga fase gerak campuran metanol dan larutan natrium heksansulfonat 10 mm dalam larutan asam asetat 1,0% (ph 3,50) untuk melihat pengaruh konsentrasi larutan natrium heksansulfonat terhadap waktu retensi masing-masing vitamin, yaitu 7. yantih 85-90.indd 2 11/4/2009 2:31:36 PM

Vol 7, 2009 Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 87 dengan membandingkan waktu retensi vitamin pada konsentrasi larutan natrium heksansulfonat 5 dan 10 mm. Pemisahan delapan vitamin pada laju alir fase gerak 1,5 ml per menit juga diamati. Pembuatan kurva baku. Serbuk simulasi multivitamin dibuat dengan mencampur berturutturut 300,0 mg asam askorbat; 60,0 mg tiamin hidroklorida; 24,0 mg riboflavin; 12,0 mg piridoksin hidroklorida; 120,0 mg nikotinamida; 70,0 µg sianokobalamin; 24,0 mg menadion natrium bisulfit dan bahan pengisi hingga bobot 5 g. Sebanyak kurang-lebih 1 g serbuk simulasi tersebut dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi, kemudian didispersikan dalam 4 ml asam asetat 1,0%, dicampur homogen dan disentrifugasi 30 putaran secara manual. Supernatan didekantasi ke dalam labu takar 25 ml. Prosedur tersebut diulang sebanyak tiga kali dan supernatan yang diperoleh ditambah 0,5 ml larutan natrium asetat 2,5 M hingga ph 4-5 (larutan X). Selanjutnya residu dienap-tuang dengan tiga kali 4 ml larutan natrium hidroksida 0,01 N, dicampur homogen dan disentrifugasi 30 putaran secara manual. Supernatan dipindahkan ke dalam labu takar yang mengandung larutan X. Ke dalam larutan X ditambahkan larutan natrium hidroksida 0,01 N hingga 25 ml (ph 5). Larutan disaring dengan penyaring membran berpori 0,45 µm. Filtrat dipipet 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; dan 6,0 ml, kemudian masingmasing diencerkan hingga 10,0 ml dengan fase gerak tanpa larutan natrium heksansulfonat sehingga diperoleh 6 konsentrasi yang berbeda untuk masingmasing vitamin. Masing-masing larutan tersebut disuntikkan sebanyak 20 µl ke dalam gerbang suntik kromatograf. HASIL DAN PEMBAHASAN Larutan analit dari campuran vitamin disiapkan secara enap-tuang menggunakan asam asetat 1,0% dan dilanjutkan dengan larutan natrium hidroksida 0,01 N. Asam asetat digunakan untuk melarutkan asam askorbat, tiamin hidroklorida, nikotinamida, piridoksin hidroklorida, sianokobalamin, dan menadion natrium bisulfit. Untuk melarutkan riboflavin dan asam folat digunakan larutan natrium hidroksida 0,01 N. Larutan natrium asetat 2,5 M yang ditambahkan pada fase asam asetat 1,0% dimaksudkan untuk meningkatkan ph asam asetat dari 2,5 menjadi 5, sekaligus membentuk dapar sehingga dapat menahan perubahan ph ketika ditambahkan larutan natrium hidroksida 0,01 N. Perbandingan jumlah asam dan basa yang optimum untuk melarutkan seluruh vitamin adalah 1:1 (4). Pengenceran larutan sampel sebelum diinjeksi pada sistem kromatografi dilakukan menggunakan fase gerak tanpa natrium heksansulfonat agar waktu retensi tidak bergeser menjadi lebih besar. Spektrum absorbsi masing-masing vitamin dibuat pada rentang panjang gelombang 200 400 nm untuk memilih panjang gelombang yang dapat mendeteksi semua komponen vitamin yang diuji (Gambar 1). Pada panjang gelombang 275 nm, semua vitamin yang diuji memberikan serapan Gambar 1. Spektrum gabungan (overlay) delapan vitamin larut air pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. 7. yantih 85-90.indd 3 11/4/2009 2:31:36 PM

88 YANTIH Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Tabel 1. Serapan vitamin larut air pada panjang gelombang 270, 275, dan 280 nm. No. Vitamin Serapan pada panjang gelombang 270 nm 275 nm 280 nm 1. Asam askorbat 0,3542 0,2624 0,1755 2. Menadion natrium bisulfit 0,3540 0,2335 0,1245 3. Nikotinamida 0,2863 0,1097 0,0207 4. Asam folat 0,2346 0,2466 0,2437 5. Piridoksin hidroklorida 0,2272 0,3413 0,4666 6. Sianokobalamin 0,1191 0,1231 0,1180 7. Riboflavin 0,3376 0,2562 0,1839 8. Tiamin hidroklorida 0,2751 0,2009 0,1253 dengan absorbsivitas cukup kuat, terutama asam folat dan sianokobalamin yang konsentrasinya paling kecil di antara komponen vitamin larut air lainnya (Tabel 1). Pereaksi pasangan ion dipilih golongan sulfonat karena dapat membentuk pasangan ion dengan kation tiamin, piridoksin, sianokobalamin, dan nikotinamida. Asam heksansulfonat digunakan untuk memperpendek waktu analisis, karena semakin panjang rantai karbon sifatnya akan makin lipofil dan kian lama ditahan oleh kolom, sementara penggunaan bentuk garamnya dimaksudkan agar mudah terlarut dalam asam asetat. Waktu pemisahan delapan komponen vitamin yang efesien terjadi pada ph 3,50 dengan konsentrasi pereaksi pasangan ion 5 mm. Pada ph 3,50, puncak tiamin hidroklorida muncul di sekitar menit kesebelas, jauh lebih singkat dibanding waktu retensi tiamin pada ph 2,80 dan 3,00 yang sekitar 50 dan 30 menit. Tiamin hidroklorida akan terionisasi dalam asam, sehingga jika ph semakin asam waktu retensi tiamin akan makin besar karena bentuk pasangan ion tiamin lebih nonpolar dengan semakin banyaknya jumlah natrium heksansulfonat yang dibutuhkan. Konsentrasi pereaksi pasangan ion 5 mm pada ph 3,50 menghasilkan waktu analisis yang relatif singkat (sekitar 12 menit) bila dibandingkan dengan hasil analisis dengan konsentrasi pasangan ion yang lebih besar (10 mm) pada ph yang sama waktu analisisnya lebih dari 20 menit. Hal ini karena puncak tiamin hidroklorida sebagai komponen vitamin yang paling ionik baru muncul di menit ke-22 pada penggunaan konsentrasi pereaksi pasangan ion 10 mm, sementara pada konsentrasi 5 mm puncaknya muncul sekitar akhir menit ke-10 (Gambar 2). Dengan demikian peningkatan konsentrasi pereaksi pasangan ion menyebabkan afinitas analit terhadap kolom menjadi lebih kuat. Gambar 2. Profil kromatogram delapan vitamin larut air pada sistem kromatografi fase balik pasangan ion dengan fase gerak pada laju alir 1 ml/menit (metanol-larutan natrium heksansulfonat 5 mm dalam asam asetat 1% ph 3,50 (49:151) dan menggunakan detektor ultraviolet pada panjang gelombang 275 nm. 7. yantih 85-90.indd 4 11/4/2009 2:31:36 PM

Vol 7, 2009 Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 89 Tabel 2. Waktu retensi vitamin larut air. No. Vitamin Waktu retensi (menit) Hasil percobaan Sumber: Yantih 2007 1. Asam askorbat 2,273 2,268 2. Menadion natrium bisulfit 3,316 3,376 3. Nikotinamida 3,920 3,834 4. Asam folat 4,552 4,492 5. Piridoksin hidroklorida 5,600 5,568 6. Sianokobalamin 7,623-7. Riboflavin 8,396 8,325 8. Tiamin hidroklorida 10,858 11,062 Laju alir fase gerak 1,0 ml/menit menunjukkan kualitas pemisahan yang baik untuk seluruh komponen. Pada peningkatan laju alir menjadi 1,5 ml/menit, puncak sianokobalamin dan riboflavin tidak terpisah base to base, sehingga laju alir optimum yang dipilih adalah 1,0 ml/menit. Sistem KPI fase balik untuk pemisahan serbuk campuran asam askorbat, tiamin hidroklorida, riboflavin, nikotinamida, piridoksin hidroklorida, asam folat, sianokobalamin, dan menadion natrium bisulfit yang optimum diperoleh pada penggunaan kolom oktilsilan dengan panjang 250 mm dan diameter 4 mm, fase gerak pada laju alir 1 ml per menit terdiri dari campuran metanol dan larutan natrium heksansulfonat 5 mm dalam asam asetat 1% yang telah diatur keasamannya hingga ph 3,50 dengan penambahan trietilamin (49:151), volume injeksi 20 µl, dan detektor ultraviolet pada panjang gelombang 275 nm. Metode KPI pada kondisi tersebut mampu menentukan masing-masing komponen vitamin dalam campuran secara selektif. Pada kondisi tersebut, seluruh analit yang diuji dapat terpisah dengan baik dengan faktor resolusi lebih besar 1,5, yaitu antara 3,8 10,6 dalam waktu sekitar 12 menit (Gambar 2) dengan waktu retensi masing-masing vitamin yang tidak berbeda antara bentuk tunggal dan dalam bentuk campuran. Dari Tabel 2 terlihat bahwa waktu retensi asam askorbat, tiamin hidroklorida, riboflavin, nikotinamida, piridoksin hidroklorida, asam folat, dan menadion natrium bisulfit tidak berbeda jauh dengan hasil yang diperoleh pada pemisahan tujuh vitamin larut air (4), dan puncak sianokobalamin muncul diantara puncak piridoksin hidroklorida dan riboflavin dengan waktu retensi sekitar 7,6 menit. Dengan demikian, sistem kromatografi yang lebih sederhana pada penelitian ini dapat menghasilkan kualitas pemisahan yang lebih efisien bila dibandingkan dengan pemisahan sembilan vitamin larut air oleh Olivier Heudi yang membutuhkan waktu 17 menit menggunakan fase gerak campuran asetonitril dan asam trifluoro asetat 0,025% ph 2,6 dengan sistem elusi gradien yang dideteksi pada dua panjang gelombang (210 dan 275 nm) (6). Penggunaan pereaksi pasangan ion heksansulfonat pada penelitian ini memberikan hasil yang juga lebih efisien daripada oktansulfonat. Penggunaan oktansulfonat sebagai pereaksi pasangan ion telah dilakukan oleh Albala-Hurtado (1997) untuk memisahkan nikotinamid, tiamin, riboflavin, piridoksin, piridoksal, piridoksamin, sianokobalamin, dan asam folat dalam waktu 55 menit dengan menggunakan kolom fase balik (C 18 ) dan fase gerak metanol-air (15:85) yang mengandung 5 mm asam oktansulfonat dan 0,5% trietilamin pada ph 3,6 dengan laju alir 1,0 ml/menit (7). Persamaan kurva baku delapan vitamin dalam serbuk simulasi multivitamin disajikan pada Tabel 3 dengan koefisien korelasi (r) masing-masing vitamin menunjukkan nilai mendekati 1. Nilai r yang diperoleh tersebut tidak terlalu berbeda dengan hasil yang telah dilakukan oleh Olivier Heudi (r lebih besar dari 0,995). Dengan metode yang digunakan, konsentrasi sianokobalamin lebih kecil dari 111,3 ng/ml) tidak terdeteksi, sehingga dihasilkan nilai koefisien korelasi yang lebih kecil dari 0,999. Hal ini menunjukkan, metode yang dikembangkan kurang sensitif untuk mendeteksi sianokobalamin karena panjang gelombang serapan maksimumnya (λ maks = 360 nm) jauh dari 275 nm. Pada penelitian selanjutnya perlu dikembangkan penggunaan detektor photo diode array untuk meningkatkan sensitivitas metode. Untuk vitamin lainnya, limit deteksi dan kuantitasinya cukup baik 7. yantih 85-90.indd 1 11/4/2009 2:31:37 PM

90 YANTIH Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Analit Tabel 3. Persamaan kurva baku dan koefisien korelasi analit. Konsentrasi (mg/ml) Y = bx + a R Deteksi (mg/ml) Limit Kuantitasi (mg/ml) Asam askorbat 244,4 1466,7 Y = 11,08x + 241,7 0,9996 32,96 99,87 Tiamin hidroklorida 48,3 290,1 Y = 14,72x 18,78 0,9999 3,06 9,28 Riboflavin 20,4 122,3 Y = 31,82x 24,47 0,9999 1,28 3,87 Nikotinamida 97,4 584,4 Y = 5,60x + 58,33 0,9996 13,36 40,50 Piridoksin hidroklorida 9,4 56,2 Y = 12,06x 3,46 0,9997 1,04 3,15 Asam folat 2,6 15,7 Y = 13,77x 7,12 0,9998 0,27 0,82 Sianokobalamin 0,0556 0,3339 Y= 83,79x + 4,90 0,8900 0,1346 0,4079 Menadion natrium bisulfit 19,9 119,4 Y = 13,08x + 3,72 0,9999 1,014 3,07 sehingga metode ini dapat dikembangkan untuk penetapan secara simultan asam askorbat, tiamin hidroklorida, riboflavin, nikotinamida, piridoksin hidroklorida, asam folat, dan menadion natrium bisulfit dalam campuran multivitamin. SIMPULAN Campuran vitamin asam askorbat, tiamin hidroklorida, riboflavin, nikotinamida, piridoksin hidroklorida, asam folat, sianokobalamin, dan menadion natrium bisulfit dapat dipisahkan secara selektif pada sistem KPI fase balik dengan kolom oktilsilan dengan panjang 250 mm dan diameter 4 mm, fase gerak pada laju alir 1,0 ml per menit yang terdiri dari campuran metanol dan larutan natrium heksansulfonat 5 mm dalam asam asetat 1% dan telah diatur keasamannya hingga ph 3,50 dengan penambahan trietilamin (49:151), volume injeksi 20 µl, dan detektor ultraviolet pada panjang gelombang 275 nm. Pada kondisi tersebut seluruh analit yang diuji dapat terpisah dengan baik dengan nilai resolusi lebih besar dari 1,5, yaitu antara 3,8 10,6 dalam waktu sekitar 12 menit. Sensitivitas metode yang dikembangkan cukup baik untuk seluruh komponen vitamin yang diuji, kecuali sianokobalamin yang memerlukan pengembangan metode baru atau penggunaan detektor yang lebih peka. UCAPAN TERIMAKASIH Kepada PT Artois Pharmaceutical Tbk atas bantuan bahan baku dan pereaksi kimia, serta untuk Nurhayati di Laboratorium Analisis Fisiko Kimia Sekolah Farmasi ITB, Bandung, atas dukungan moril dan bantuannya. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. DAFTAR PUSTAKA Ibrahim S. Pengembangan metode analisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Seminar on HPLC Application for Analysis of Drugs, Food, and Environment. Bandung: Penerbit ITB; 1998. hal. 2-8. Willard H, Merritt HLL Jr, Dean JA, and Settle FA Jr. Instrumental methods of analysis. 7 th ed. Belmont: Wadsworth Publ. Co.; 1988. p. 580-8, 615-33. Meyer RV. Practical high performance liquid chromatography. Guildford: John Wiley & Sons Ltd.; 1978. p. 1, 15-41, 169-174. Yantih N, Amir MM, Slamet I, Rahmana E. Determination of seven water soluble vitamins in tablet simultaneously by reversed-phase high performance liquid chromatography. International Seminar on Pharmaceutics: up date on pharmaceutical innovation and new drug delivery systems, School of Pharmacy ITB, Bandung 31 Oktober 1 November 2007. Amidzic R, Brboric J, Cudina O, and Vladimirov S. RP-HPLC Determination of vitamin B1, B3, B6, folic acid, and B12 in multivitamin tablets. J. Serb. Chem. Soc. 2005.70(10):1229-135. Heudi O, Tamara K, and Patric F. Separation of watersoluble vitamins by reversed-phase high performance liquid chromatography with ultra-violet detection: application to polyvitaminated premixes. J. Chrom. 2005. 1070(1-2):49-56. Albala HS, Veciana NMT, Izquierdo PM, Marine FA. Determination of water-soluble vitamins in infant milk by high-performance liquid chromatography. Scientific Meeting of the Group of Chromatography and Related Techniques of the Spanish Royal Society of Chemistry No. 25, Barcelona. 778(1-2): 247-53. 7. yantih 85-90.indd 2 11/4/2009 2:31:37 PM