VENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Complication of Foley Catheter Is Infection the Greatest Risk. Oleh : dr. M. Gunthar A. Rangkuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada myenteric dan submucosal

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : AHMAD AFIF J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

Tekanan normal hidrosefalus (NPH) - lansia. Trias : gangguan gaya berjalan, penurunan kognitif dan inkontinensia urin.

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN

a) Mengenal Analisis Kualitatif b) Mengetahui komponen Analisis Kualitatif c) Mengenal perbedaan analisis kuantitatif dan kualitatif

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan adhesi (Fang, 2010; Binda,2006; Binda,2009) laparotomi berkisar antara 67% hingga 93%. Adhesi peritonium merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki batu empedu yang memiliki diameter >3cm dan pasien yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan metode

drg. Muhammad Hamka Maha Putra

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

APPENDICITIS (ICD X : K35.0)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

SIMPOSIUM DIALISIS 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OMPHALOMESENTERIKUS REMNANT

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kepentingan telah menjadi prosedur rutin di dunia kedokteran seluruh

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi. Empat juta bayi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang akan diuji adalah berat badan berlebih dan penyembuhan luka

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

BAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari Juni Oleh : LANDONG SIHOMBING

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002)

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. kacamata. Penggunaan lensa kontak makin diminati karena tidak mengubah

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

PYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di. bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

HUBUNGAN TINGKAT KOMPETENSI PADA ASPEK KETRAMPILAN PEMASANGAN INFUS DENGAN ANGKA KEJADIAN PLEBITIS DI RSUD BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

BAB 4 HASIL. Tabel 4.1. Lokasi, Frekuensi dan Persentasi Perforasi Apendiks. Lokasi Perforasi Frekuensi (n=68) Persentasi (%)

BAB I PENDAHULUAN. kecil) atau appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat

1 Kevin G. Pitojo 2 Adrian Tangkilisan 2 Alwin Monoarfa.

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

I. PENDAHULUAN. Apendiks adalah organ tambahan yang berukuran kecil menyerupai jari, (apendektomi) dan terapi antibiotik (Brunicardi, et al, 2010).

Karakteristik Tumor Infratentorial dan Tatalaksana Operasi di Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran UI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun

Transkripsi:

VENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL Dipresentasikan Oleh : Aji Febriakhano Pembimbing : dr. Hanis S,Sp.BS Journal Reading

Abstrak Kesimpulan Tujuan : membandingkan : VPS dengan panduan hasil Ventriculo laparoskopi Hasil: Peritoneal samashunting dengan(vps) OPVS dipandu dalam sebagian Bahan dan laparoskopi besar Metode: aspek, dengan 2003 perlu sdopen studi 2012prospektif Ventriculo 232 pasien Peritoneal untuk mengukur menjalani Shunting nilai pemasangan (OVPS) teknik VPS alternatif pertama di yang Beth cocok Israel pada Deaconess (antara pasien Medical tahun obesitas 1993-2012). Center. dan 155 pasien dengan panduan operasi perut sebelumnya. laparoskopi dan 77 bedah terbuka konvensional dianalisis variabel dependen dan independennya. Variabel Laparoskopi Laparostomi konvensional P Waktu operasi 43,7 menit (18,0-102,0) 63.0 menit (30,0-151,0) P <0,05 Lama rawat inap 5 hari 5 hari P = 0.945 Kegagalan shunt 14,1% 16,9% P = 0,601 Kelangsungan hidup Sama, 85% pd 6 bulan & 78,5% pd 1 thn. P = 0,868

Pendahuluan Pemasangan VPS tetap menjadi terapi andalan bedah untuk hidrosefalus nonobstruktif sejak 1908. Komplikasi meliputi: Infeksi, perdarahan, kesulitan penyembuhan luka & kegagalan komponen keras (Kerusakan Shunt (40% dalam 1 tahun ) (30% Kegagalan distal shunt)) Keseluruhan biaya kesehatan terkait VPS di AS melebihi $ 1,1 miliar (Patwardhan dan Nanda,2005). SEHINGGA perbaikan manajemen strategi dan hasil pada pasien VPS akan memberi manfaat ekonomi yang signifikan.

Metode dan Bahan Jurnal ini menggunakan study kohort retrospektif dengan kumpulan data pasien dewasa, yang menjalani pemasangan VPS pertama di Beth Israel Deaconess Medical Center antara Desember 2003 dan September 2012. VPS Baru : Pemasangan kateter cerebral proksimal dengan katup baru & ujung distal berupa kateter peritoneal. Keputusan menggunakan laparoskopi didasarkan pada (a) riwayat medis pasien (b) habitus tubuh pasien (c) saran ahli bedah saraf Demografi, klinis dan data operasi meninjau dari: catatan medis pasien (a) review grafik panduan (b) catatan semua pemeriksaan & operasi (c) database elektronik rumah sakit

Metode dan Bahan Variabel independen demografi (misalnya, usia, gender), indikasi operasi dan riwayat medis (misalnya, komorbiditas dan operasi perut sebelumnya). Variabel dependen Waktu Operasi, lama tinggal di RS, temuan CT scan kepala pasca operasi, terjadinya kegagalan shunt, penyebab kegagalan shunt dan komplikasi lainnya. Komplikasi pasca-operasi semua komplikasi terkait dengan operasi yang terjadi sebelum waktu pemulangan dan dikategorikan menurut jenis atau lokasi. Komplikasi dikategorikan menjadi komplikasi proksimal, komplikasi pada tingkat katup dan komplikasi distal.

Metode dan Bahan Kegagalan shunt Penyebab kegagalan shunt Infeksi shunt Obstruksi Shunt Malposisi kateter Over-drainase Komplikasi Titik akhir untuk periode tindak lanjut radiografi. Akhir penelitian operasi kembali yang ditujukan untuk pengelolaan masalah terkait shunt over drainase, malposisi shunt proksimal, obstruksi atau infeksi, malposisi shunt distal dan kerusakan katup : kultur cairan cerebro spinal (+), jumlah sel darah putih dari tap shunt atau kultur luka positif pada saat operasi perbaikan menguji hardware sebelum / intra operatif. Kateter intraventrikular diputus di proksimal diperiksa alirannya. Kateter distal diakses dengan jarum Marx dan memerah dengan saline. Jika aliran diragukan dinilai dg manometer. terdiagnosis secara radiologis selanjutnya dikonfirmasi saat operasi. (1) adanya gejala celah ventrikel, (2) adanya cairan kolektif subdural baru yang signifikan yang memerlukan revisi bedah. Gejala bertahan setelah pemasangan kateter dan tetap refrakter terhadap manajemen konservatif. Pertemuan terbaru dengan pasien (kunjungan klinik atau rumah sakit) revisi shunt / pengangkatan shunt / kematian pasien.

Hasil Table 1: Demographic data and etiology of hydrocephalus Demographics All shunts (n=232) Open (n=77) Laparoscopic (n=155) P value Mean age (years) 59.6±16.6 (61.9, 19.2-88.3) 58.3±17.2 (58.9, 19.2-87.4) 60.2±16.2 (62.6, 20.0-88.3) 0.422 Gender (%) Male 121 (52.2) 44 (57.1) 77 (49.6) 0.284 Female 111 (47.8) 33 (42.9) 78 (50.4) Indication for surgery (%) Subarachnoid hemorrhage 74 (31.9) 19 (24.7) 55 (35.5) 0.086 Normal pressure hydrocephalus 67 (28.9) 23 (29.8) 44 (28.3) 0.816 Metastatic disease 40 (17.2) 16 (21.0) 24 (15.5) 0.335 Hydrocephalus sec. CNS tumor 19 (8.2) 9 (11.6) 10 (6.5) 0.211 Other 30 (13.8) 10 (12.9) 22 (14.2) 0.8 0.8 Previous abdominal operation 60 (25.8) 23 (29.8) 37 (23.2) ) 0.289 77 155

Hasil

Hasil (Kegagalan Shunt)

Hasil

Hasil

Pembahasan Perbedaan waktu operatif rata-rata : 32,2% lebih pendek pada kelompok dengan laparoskopi dibanding kelompok teknik terbuka, (43.7 vs 63.0, P <0,05). Studi seri lain melaporkan waktu operatif rata-rata teknik terbuka (40-130 min) dan untuk teknik laparoskopi (30-115 menit). Waktu operasi tergantung pada pasien dan faktor dokter bedah pasien obesitas, pasien dengan riwayat operasi perut sebelumnya, atau anatomi perut terdistorsi yang memerlukan waktu tambahan bila dibandingkan dengan pasien lainnya Waktu operasi rata-rata juga mengalami penurunan dari waktu ke waktu karena semakin baiknya koordinasi.

Pembahasan Rawat inap rata-rata adalah 5 hari untuk kedua kelompok Naftel et al melaporkan panjang rata-rata rawat inap 11,9 (terbuka) dan 8,5 hari (laparoskopi), tetapi populasi pasien berbeda secara signifikan dalam hal perjalanan klinis dan hasil tujuan pemulangan tingkat persyaratan perawatan sehinnga kita tidak yakin arti perbedaan ini sebab etiologi hidrosefalus memainkan peran utama dalam pemulihan pasien pascaoperasi.

Pembahasan Tingkat kegagalan shunt :15,0% lebih, dalam periode rata-rata pengamatan (32,6 bulan) Tidak ada perbedaan signifikan dalam nilai keseluruhan komplikasi. Hasil kami konsisten dengan penelitian serupa sebelumnya. Beberapa penulis melaporkan tingkat komplikasi lebih rendah dengan teknik laparoskopi, terutama berkenaan dengan kegagalan shunt distal, yang juga sesuai dengan hasil kami.

Pembahasan Kasus kegagalan shunt : (48,5%) proksimal 9 (25,8%) katup 8 (22.8%) distal 1 : over drainase Lazareff et al. dan Kast et al. [37,38] : penyebab paling sering dari kegagalan shunt adalah kerusakan kateter proksimal Menurut literatur, frekuensi kerusakan kateter distal :5% sd 47% dg penyebab paling umum : Obstruksi putus atau hilangnya kateter perforasi perut oklusi usus perforasi usus ascites cairan secebro spinal pseudokista hernia inguinalis infeksi dan peritonitis. Kerusakan kateter distal yang mengakibatkan kegagalan shunt hanya terjadi di 8 kasus (3,5%). Turner et al. [22] Infeksi saluran kateter penyebab terumum kegagalan shunt (3 bln pertama)

Pembahasan Keuntungan laparoskopi : Kemampuan ahli bedah untuk memeriksa seluruh rongga perut Dapat melakukan adhesiolisis sesuai kebutuhan sehingga menghindari pemasangan kateter distal dalam saku adhesi atau dalam posisi tertekuk Laparoskopi juga mengurangi trauma dinding perut dan morbiditas pascaoperasi

Pembahasan Keterbatasan penelitian: Penelitian ini adalah penelitian retrospektif Kriteria pemilihan nonterpadu dipergunakan untuk pemanfaatan teknik laparoskopi dan dapat mengubah hasil pada pasien dengan risiko yang lebih tinggi yang justru sering dipilih untuk teknik ini Indeks massa tubuh pasien (BMI) tidak selalu dilaporkan dan karenanya kita tidak bisa menghubungkan pemilihan pasien atau temuan hasil parameter dengan obesitas.

Kesimpulan Pemasangan VPS dengan teknik laparoskopi adalah pendekatan yang aman, yang memiliki banyak keuntungan dibandingkan mini laparotomy tradisional, yaitu: mempersingkat waktu operasi memungkinkan ahli bedah untuk mengeksplorasi rongga perut, melisiskan adhesi jika diperlukan memungkinkan untuk menilai keadaan patologi abdomen insidental memastikan posisi optimal kateter distal.

Kesimpulan Kami sangat menyarankan teknik laparoskopi sebagai teknik alternatif pada pasien obesitas dan pasien dengan riwayat operasi perut sebelumnya..terimakasih..