BAB IV KETENTUAN LAINNYA

dokumen-dokumen yang mirip
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pemungut PPh Pasal 22

Pertemuan 4 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 & PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pajak merupakan kewajiban rakyat untuk memberikan sebagian harta

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011


BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto

Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pajak Penghasilan Pasal 21

I PPh Pasal 4 ayat ( 2 ) 1 Pejualan saham di Bursa Efek

DAFTAR OBYEK DAN TARIF PAJAK PENGHASILAN TARIF PKP = (PB BP) PTKP. 2. Uang Pensiun Bulanan yang Diterima Pensiunan Pasal 17 UU PPh.

Karakteristik. Tujuan : Kesederhanaan dan Kemudahan pengenaan pajak agar tepat waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H. (Waluyo, 2000 : 2), pajak

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

IBNU KHAYATH FARISANU 1 / 9 STIE

PPh Pasal 22. Bendaharawan Pemerintah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-170/PJ/2002 TANGGAL : 28 Maret 2002

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

2% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 3% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 4% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 6% Jumlah bruto tidak termasuk PPN

PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23. Disampaikan oleh : Amanda Oktariyani,SE.,M.Si,Ak

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para

NO. JENIS PENGHASILAN PERKIRAAN PENGHASILAN NETO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-176/PJ/2000 TANGGAL : 26 JUNI 2000

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 27/PJ.

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SE-13/PJ.43/2001 PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/KMK.03/2001 TANGGAL 30 APRIL 2001 TE

Catatan: - Untuk Point 1, 3, 4 dan 5 dalam hal Wajib Pajak tidak mempunyai NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 20% (Dua puluh persen).

Landasan Hukum: Pasal 22 UU PPh. PMK No. 154/ PMK.03/ 2010 j.o. No. 224/ PMK.011/ PMK No. 253/ PMK.03/ 2008

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KEWAJIBAN PERPAJAKAN ATAS PENGGUNAAN DANA HIBAH PENELITIAN KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA TAHUN 2018

BAB II LANDASAN TEORI

PERBEDAAN ANTARA PEMUNGUTAN DAN PEMOTONGAN

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto

Subjek Pajak PPh Pasal 23

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

LAMPIRAN - I. SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 175/PMK.011/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 175/PMK.011/2013 TENTANG

BAB III KEBIJAKAN PENETAPAN TARIF EFEKTIF DALAM PEMUNGUTAN PPh PASAL 23 ATAS JASA LAIN

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

Regulasi Pemotongan dan Pemungutan PPh Pasal 23. dan Risiko Apabila Lupa Memotong PPh Ps 23. Atas Pembayaran Jasa Yang Anda Gunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Pajak Menurut Para Ahli

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 BAB IV

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB III PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 22

BAB III PEMBAHASAN. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

BAB I PENDAHULUAN. kini (awal tahun 2007) berpengaruh terhadap penerimaan pajak yang

PERTEMUAN 5 By Ely Suhayati SE MSi Ak

TOPIK : PENDAHULUAN. Mekanisme pembayaran utang PPh Manfaat withholdingtax system Kewenangan Kemen-Keu Pengenaan Pembatasan

1 of 5 21/12/ :45

Landasan Hukum: Pasal 23 UU PPh PMK No. 244/ PMK.03/ 2008

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi (2009: 1):

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

WITHHOLDING PPH PASAL 22 & 23. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc

BAB 2 LANDASAN TEORI. perpajakan. Beberapa definisinya antara lain definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Mardiasmo, (2003:1) :

BAB II LANDASAN TEORI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2.1 Definisi Pajak. Landasan Teori. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Perpajakan Bagi Koperasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap pajak penghasilan badan terutang yang dilakukan pada perusahaan

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

J : DPP di dapatkan dari harga kontrak yang telah di setujui oleh kedua pihak akan tetapi DPP tersebut tidak termasuk PPN.

BENTUK LAPORAN PENERIMAAN PAJAK (LPP) KODE FORMULIR

2 Pertambahan Nilai, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

Perpajakan 2 PPh. 8 Februari Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

TABEL PERUBAHAN KODE MAP/KJS

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB II BAHAN RUJUKAN

TABEL PERUBAHAN KODE MAP/KJS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

Modul ke: PPh Pasal 22. Fransisca Hanita Rusgowanto S.Kom, M.Ak. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1.Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

Transkripsi:

BAB IV KETENTUAN LAINNYA A. PENYUSUTAN 1. Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun disusutkan mulai pada tahun (sejak tahun 2001 dimulai pada bulan) dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun selesainya pengerjaan harta tersebut. 2. Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas. 3. Dengan persetujuan Dirjen Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan 4. Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 UU PPh, maka dasar penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut 5. Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) huruf d (karena penjualan) atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang Akuntansi Perpajakan 31

diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut 6. Dalam hal hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru diketahui dengan pasti dimasa kemudian, maka dengan persetujuan Dirjen Pajak jumlah kerugian dapat dibukukan sebagai beban masa kemudian 7. Jika terjadi pengalihan atau penarikan harta sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (3) huruf a dan b, (disumbangkan, dihibahkan, diwariskan) maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan 8. Apabila terjadi pengalihan harta perusahaan kepada pegawainya, maka keuntungan berupa selisih antara harga pasar harta tersebut dengan nilai sisa buku merupakan penghasilan bagi perusahaan Tarif Penyusutan Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Garis Lurus ( Harga Perolehan ) Saldo Menurun (Nilai Residu) I. Bukan Bangunan Kelompok 1 4 tahun 50% Kelompok 2 8 tahun Kelompok 3 16 tahun 6. Kelompok 4 20 tahun 5% 10% II. Bangunan Permanen 20 tahun 5% - Tidak Permanen 10 tahun 10% - Akuntansi Perpajakan 32

PENYUSUTAN HARTA EKS GOLONGAN 1,2 DAN 3 Harta Semula Maksimum Masa Sisa Masa Manfaat Kelompok Manfaat Eks Gol 1 4 Tahun 2 s/d 5 tahun 1 Eks Gol 2 8 Tahun 7 s/d 11 tahun 2 Eks Gol 3 16 Tahun 13 tahun atau lebih 3 Cara Penghitungan Beban Penyusutan atas Harta yang Berasal dari Perolehan Tahun 1994 dan Sebelumnya tetapi Masih Dimiliki & Digunakan pada Awal Tahun Pajak 1995 Seterusnya 1. Hitung nilai buku masing-masing harta pada awal tahun 1995 berdasarkan metode saldo menurun dengan menggunakan tarif 50% untuk golongan 1, dan untuk golongan 2, serta 10% untuk golongan 3 2. Kelompokkan masing-masing harta (tanpa memperhatikan jenisnya) berdasarkan Sisa Masa Manfaat Pada Awal Tahun Pajak 1995 yang dihitung dengan cara mengurangkan jumlah masa manfaat maksimum dengan lamanya pemakaian harta bersangkutan, yang dihitung sejak tahun perolehan sampai dengan tahun pajak 1994 3. Dalam hal sisa masa manfaat harta tidak termasuk dalam masa manfaat yang ditentukan dalam Pasal 11 ayat (6) maka harta yang bersangkutan dimasukkan dalam kelompok harta yang masa manfaatnya terdekat dengan sisa masa manfaat, atau boleh memilih untuk menentukan kelompok harta tersebut jika sisa manfaat berada di tengah-tengah antara kelompok harta yang satu dengan yang lain (6 dan 12 tahun) 4. Apabila sisa manfaat harta berakhir dalam tahun pajak 1995 atau telah habis masa manfaatnya secara fiskal maka nilai sisa buku yang masih ada harta tersebut dibebankan seluruhnya sebagai biaya penyusutan dalam tahun pajak 1995 Akuntansi Perpajakan 33

5. Tentukan metode penyusutan yang akan digunakan selanjutnya apakah garis lurus atau saldo menurun dengan syarat untuk harta bukan bangunan tidak diperbolehkan menggunakan dua macam metode B. AMORTISASI Tarif Amortisasi Kelompok Harta Tak Masa Manfaat Garis Lurus Saldo Berwujud ( Harga Menurun Perolehan ) (Nilai Residu) Kelompok 1 4 tahun 50% Kelompok 2 8 tahun Kelompok 3 16 tahun 6. Kelompok 4 20 tahun 5% 10% C. PPh Pasal 22 No Transaksi / Objek Besarnya Pungutan Pemungut / Penyetor Sifat Pungutan 1. Penjualan barang kepada pemerintah yang dibayar dengan APBN / APBD 2. Impor dengan API/ Non API 3. Penjualan kertas di Dalam Negri oleh Industri Kertas 4. Penjualan semen di Dalam Negeri oleh Industri Semen 5. Penjualan baja oleh Industri baja di Dalam Negeri 6. Penjualan Otomotif oleh Industri otomotif termasuk 1.5% x H. Jual Bendaharawan Pem, Ditjen Anggaran, BUMN,BUMD, kecuali Badan NO 12 2.5% / 7.5% x Nilai Bank Devisa / DJ.BC Impor 0.10% x DPP PPN Industri Kertas 0. x DPP PPN Industri Semen/ Distributor 0.30% x DPP PPN Industri Baja 0.45% x DPP PPN Industri Otomotif, termasuk ATPM, APM Akuntansi Perpajakan 34

ATPM, APM Importir kendaraan umum di DN 7. Penjualan Rokok oleh Industri rokok di DN 8. Penjualan Premium, Solar, Premix, Super TT oleh Pertamina kepada SPBU Swasta/Pertamina 9. Penjualan Minyak Tanah/ Gas LPG, Pelumas 10. Penjualan Gula Pasir kepada : - Penyalur - Grosir - Lainnya 11. Penjualan tepung terigu kepada : - Penyalur - Grosir - Lainnya 12. Penjualan barang kepada Bank Indonesia, BPPN,, PT Telkom, PT PLN, PT Garuda Indonesia, PT INDOSAT, PT Krakatau Steel, Pertamina & Bank BUMN, yang dibayar dengan APBN maupun Non APBN 13. Pembelian bahan-bahan untuk kebutuhan industri / ekspor dari pedagang pengumpul oleh Industri & Exportir yang bergerak dalam sektor Perhutanan Perkebunan, Pertanian dan Perikanan 0.15% x Harga Bandrol 0.30%/0. x Penjualan dan Importir kendaraan umum Industri Rokok Pertamina 0.30% x Penjualan Pertamina Rp 380 / kwintal Rp 270 / kwintal Rp 650 / kwintal Rp 53 / kwintal Rp 38 / kwintal Rp 91 / kwintal 1.5% x Harga Jual Bank Indonesia, BPPN,, PT Telkom, PT PLN, PT Garuda Indonesia, PT INDOSAT, PT Krakatau Steel, Pertamina dan Bank BUMN 1.5% x Harga Beli Industri dan Eksportir yang bergerak dalam sektor Perhutanan, Perkebunan, Pertanian dan Perikanan yang ditunjuk KPP Akuntansi Perpajakan 35

D..PPh Pasal 23 No Objek Besarnya Potongan Sifat Potongan 1. Dividen 15% 2. Bunga Tabungan / Deposito / Diskonto SBI 20% Ps 4 (2) 3. Bunga Lainnya 15% 4. Bunga Simpanan Koperasi 15% Ps 4 (2) 5. Royalti 15% 6. Hadiah & Penghargaan Hadiah Undian 7. Sewa Tanah / Bangunan (WP Badan) 8. Sewa Tanah / Bangunan (WP Orang Pribadi) 15% Ps 4 (2) 10% Ps 4 (2) 10% Ps 4 (2) 9. Sewa Angkutan Darat 15% x 20% 10. Sewa Harta Lainnya 11. Jasa : 1. Profesi, konsultan kecuali konsultan konstruksi, akuntansi & pembukuan, penilai, aktuaris 2. Teknik dan Manajemen 3. Perancang / Desain 4. Instalasi / Pemasangan 5. Perawatan / Pemeliharaan/ Perbaikan 6. Kustodian / Penyimpanan / Penitipan 7. Bidang Perdagangan Surat- Surat Berharga 8. Pemanfaatan Informasi Bidang Teknologi / Internet 9. Jasa Catering 10. Telekomunikasi bukan untuk 15% x 50% 15% x 10% Akuntansi Perpajakan 36

umum 11. Pengolahan / Pembuangan Limbah 12. Penebangan Hutan & Land Clearing 13. Pengeboran & Penunjang Penambangan Migas, Penambangan & Penunjang Penambangang Non Migas 14. Perantara 15. Pengisian Suli Suara / Dubbing / Mixing Film 16. Maklon 17. Rekruitmen / Penyediaan Tenaga Kerja 18. Sehubungan dengan Software Komputer termasuk Perawatan / Pemeliharaan dan Perbaikan 12. Jasa Konstruksi : Perencanaan / Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi Perencanaan / Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi 15% x 26.67% 15% x 13.33% 4% (s.d Rp 1 jt) 2% (s.d Rp 1 jt) Ps 4 (2) Ps 4 (2) 13. Pembasmian Hama 15% x 10% 14. Penunjang Dibidang Penerbangan dan Bandar Udara 15. Jasa lain yang dibayar dengan APBN / APBD 15% x 10% Akuntansi Perpajakan 37