POTENSI CAMPURAN KECAMBAH BERAS COKLAT DAN KECAMBAH KEDELAI SEBAGAI MINUMAN FUNGSIONAL TINGGI SERAT DAN PROTEIN

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN POTENSI CAMPURAN TEPUNG KECAMBAH KACANG-KACANGAN DAN TEPUNG KECAMBAH SEREALIA SEBAGAI FORMULA MAKANAN PENDAMPING ASI

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PEMBUATAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) MENGGUNAKAN CAMPURAN TEPUNG KECAMBAH KACANG KEDELAI, KACANG HIJAU, DAN BERAS

KADAR PROTEIN, VITAMIN C, DAN SIFAT ORGANOLEPTIK BUBUR BAYI DARI CAMPURAN TEPUNG KECAMBAH KACANG-KACANGAN DAN JAGUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan

BAB III METODE I II III BKK1 U1 U2 U3 BKH2 U1 U2 U3 BKK3 U1 U2 U3 BKH4 U1 U2 U3 BKK5 U1 U2 U3 BKH6 U1 U2 U3 BKHKK7 U1 U2 U3 BKHKK8 U1 U2 U3

METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

KEDELAI-WHEAT GERM SEllAGAI PRODUK SARAPAN FUNGSIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 01 No. 02 Tahun 2010

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kesumba mempunyai biji yang biasa digunakan anak-anak untuk

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERBEDAAN JENIS LARUTAN DAN WAKTU PERENDAMAN KACANG KORO PEDANG

KARAKTERISTIK KIMIA TEPUNG KECAMBAH SEREALIA DAN KACANG- KACANGAN DENGAN VARIASI BLANCHING

BAB III METODE PENELITIAN

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

ABSTRAK. Kata kunci : ampas padat brem, hidrolisis, H 2 SO 4, gula cair

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

Protein susu kedelai mempunyai susunan asam amino yang mirip susu sapi.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

: Methanol, DPPH, alumunium foil. antioksidan

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PENGARUH TEPUNG KOMPOSIT BIJI-BIJIAN DAN KONSENTRASI PENSTABIL TERHADAP MUTU MAKANAN PENDAMPING ASI-BISKUIT SKRIPSI. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen dibidang Ilmu Teknologi Pangan.

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU TERHADAP KADAR PROTEIN DAN DAYA TERIMA BROWNIES KUKUS

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB I PENDAHULUAN. protein, dan mikronutrien yang penting bagi tubuh. Terdapat beberapa

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Persiapan Bahan Baku

Bab III Bahan dan Metode

METODE. Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai Aplikasi Asap Cair dalam Pembuatan Fillet Belut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

METODE PENELITIAN. A. Alat dan Bahan. B. Metode Penelitian. 1. Persiapan Sampel

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

EKSPERIMEN PEMBUATAN SUGAR PASTRY DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU (Experiments on Making Sugar Pastry Tofu Flour Substitution) Erma Handarsari

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK JELLY DRINK TEH HITAM DARI BERBAGAI WAKTU PENYEDUHAN DAN KONSENTRASI SEDUHAN SKRIPSI

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit

MATERI DAN METODE. Materi

CHIPS TEMPE SEBAGAI MAKANAN RINGAN ALTERNATIF PENGGANTI JUNKFOOD

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

POTENSI CAMPURAN KECAMBAH BERAS COKLAT DAN KECAMBAH KEDELAI SEBAGAI MINUMAN FUNGSIONAL TINGGI SERAT DAN PROTEIN (Potential for Mixed Brown Rice Sprouts and Soybean Sprouts as Fuctional Beverage High Fiber and Protein) Siti Aminah Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Email: saminah92@yahoo.com ABSTRACT Brown rice sprouts and soybean sprouts potential as a functional beverage ingredients. This study aims to measure the levels of protein and fiber beverage from a mixture of brown rice sprouts and soybean sprouts, and knowing the nature organoletiknya. The materials used are brown rice, local soybean, spices and sugar. The experimental design in this study was completely randomized design with sprouted flour concentration factor with three replicates. The highest protein content in the treatment of mixing flour and sprouted brown rice seedling soybean: 10:90% as much as 35.20 g% is the lowest protein content in the treatment of 50:50% as much as 18.87 g%. The highest fiber content in the treatment of 30:70% as much as 0:35 g%, while the lowest levels in the treatment of 50%: 50% as much as 0.027 g%. Rendement sprouted brown rice flour as much as 80% and 67% soybean sprout flour. Organoletik score highest on treatment E: 50:50%. Statistical analysis showed no treatment effect on protein content, and organoleptic, but did not affect the fiber content. Key words: Brown Rice, Soybean, Sprout, Functional Beverage PENDAHULUAN Proses percambahan dapat menyebabkan perubahan komponen gizi atau kimia bahan pangan. pada umumnya tersedia dari bahan kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang tunggak dan kacang kedelai. Bahan pangan yang tergolong dalam serealia seperti jagung dan beras dapat pula dikecambahkan. Hasil perkecambahan dari bahan serealia khususnya beras mempunyai komponen yang berbeda dengan beras. Beras kecambah diperoleh dengan merendam beras pecah kulit yang berwarna coklat, hasil percambahan dari beras coklat dikenal dengan brown rice germination (BRC). Kandungan asam amino essensial Lysine dari BRC menjadi tiga kali lipat, dan untuk gammaaminobutyric acid (GABA) naik menjadi sepuluh kali lipat. Demikian juga pada kedelai selama perkecambahan, vitamin B meningkat 2.5-3 kali lipat, vitamin E meningkat 24-230 mg/100 g kecambah, sedangkan vitamin C mengalami peningkatan dari jumlah sangat sedikit menjadi 12 mg per 100 g pada kacang kedelai yang dikecambahkan selama 48 jam. (Astawan, 2004), nilai cerna protein meningkat 1,26 persen (Antarlina, dkk, 2000). Mengingat potensi bahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai potensi campuran tepung beras kecambah coklat dengan tepung kecambah kedelai sebagai minuman fungsional tinggi serat dan protein. Permasalahan 27

yang dirumuskan adalah bagaimana proporsi yang paling optimum antara kedua tepung kecambah tersebut berdasar kadar serat dan proteinnya serta karakteristik organoleptiknya. Tujuan penelitian ini adalah mengukur kadar protein, dan serat formula minuman campuran tepung kecambah beras coklat dan kecambah kacang kedelai serta mengetahui sifat organoleptik minuman campuran kecambah beras coklat dan kecambah kedelai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Gizi dan Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. METODOLOGI Bahan yang digunakan adalah beras coklat yang diperoleh dengan menggiling gabah hingga pecah kulit, kedelai lokal, alginat dan bahan rempah (jahe, kayu manis, cengkeh dan pandan). Bahan untuk analisis protein dan serat meliputi H 2 SO 4 pekat, HCl 0.02 N, K 2 SO 4, HgO, H 2 BO 3, NaOH 40 %, ZnSO 4, antifoam agent, NaOH (1,25 g NaOH/100 ml=0.313 N NaOH), H 2 SO 4 (1.25 g H 2 SO 4 pekat/100 ml = 0.255 N H 2 SO 4 ), aquades, indikator PP dan MR, larutan dan tepung kecambah: beras coklat, kecambah kedelai. Alat untuk analisa kadar protein dan kadar serat secara berurutan adalah sebagai berikut: neraca analitik, buret, gelas ukur, pengaduk, labu kjeldhal, desilator, labu destilasi, pipet volum, erlenmeyer, oven, desikator, dan kurs porselin Prosedur penelitian meliputi pembuatan kecambah dan penepungan, formulasi dan pembuatan minuman, analisis protein, serat, kadar air, dan pengukuran rendemen serta uji 28 organoletik. Minuman dibuat dengan menambahkan ekstrak jahe yang telah dikristalkan dengan gula. Analisis kadar protein dilakukan dengan metode Mikro Kjeldhal (Apriyantono, 1992), Kadar Serat Kasar (Apriyantono, 1992), Organoleptik (metode scoring, Rahayu, 1998). Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap, lima perlakuan dengan faktor konsentrasi tepung kecambah. Ulangan dilakukan sebanyak tiga kali, masing-masing ulangan dianalisis secara duplo, perlakuan dalam percobaan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Perlakuan Percobaan Perlakuan Proporsi % Tepung Beras Coklat Tepung Kedelai A 10 90 B 20 80 C 30 70 D 40 60 E 50 50 Data kadar protein dan kadar serat diuji dengan Analisis of Varian (Anova). Apabila diantara perlakuan terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan perlakukan dengan uji beda antar Least Significant Difference (LSD). Data uji organoleptik dianalisis dengan Friedman Test dengan bantuan SPSS 15. Kadar Protein HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar protein tertinggi pada perlakuan pencampuran tepung kecambah beras coklat dan

kecambah kedelai adalah 10:90 % sebanyak 35,20 g% sedang kadar protein terendah pada perlakuan campuran tepung kecambah beras coklat dan tepung kecambah kedelai adalah 50:50 % sebanyak 18,87 g%. Semakin tinggi proporsi tepung kecambah kedelai kadar protein semakin tinggi. Tepung kecambah kedelai mempunyai kadar protein yang lebih tinggi dibanding dengan tepung kedelai dan bahan lainnya, protein tepung kecambah kedelai meningkat menjadi 135,79 % dibanding dengan kandungan tepung kedelai. Tepung kecambah beras coklat menunjukkan hal yang sebaliknya, kadar protein tepung kecambah sedikit lebih rendah dibanding kadar protein beras coklat, turun menjadi 95 %, sedangkan kadar protein tepung beras coklat sedikit lebih rendah dibanding dengan tepung beras putih. Kadar protein tepung kecambah kedelai lebih tinggi dari tepung kecambah beras coklat, sehingga semakin tinggi proporsi tepung kecambah kedelai maka kadar protein campuran kedua bahan tersebut juga semakin tinggi sehingga semakin banyak ditambahkan, tepung kedelai maka protein juga akan meningkat. Hasil analisis terhadap kadar protein disajikan pada Gambar 1 Gambar 1. Rerata Kadar Protein Formula Minuman Campuran Tepung Beras Coklat dan Tepung Kedelai Hasil analis statistik menunjukkan ada pengaruh signifikan perlakuan proporsi tepung kecambah beras coklat dan tepung kecambah kedelai terhadap kadar protein dengan p = 0,00 < 0,05. Uji lanjut dengan Mann whitney Test menunjukkan terdapat perbedaan pada setiap perlakuan kecuali perlakuan C-D dan D-E tidak ada perbedaan nyata dengan p masing-masing 0,065>0,05 dan 0.132>0,5. Peningkatan kadar protein kecambah kedelai terjadi selama perkecambahan Selama perkecambahan akan terjadi perubahan komponen kimia (g izi), diantaranya adalah protein. Menurut Astawan (2004) menyatakan, berdasarkan berat kering, protein tauge kacang hijau meningkat menjadi 119 % dibandingkan dengan kandungan awal pada biji. Hal ini 29

disebabkan terjadinya sintesa protein selama germinasi. Tauge kedelai mengandung lebih banyak energi, protein, dan lemak daripada tauge kacang hijau. Selama proses berkecambah, terjadi hidrolisis protein yang menyebabkan kenaikan kadar asam amino di dalam kecambah. Terlihat dengan jelas bahwa tauge merupakan sumber asam amino esensial yang sangat potensial serta dengan komposisi yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai (Astawan, 2004). Proses perkecambahan kacang-kacangan yang menghasilkan kecambah ( sprouts), yang kemudian ditepungkan, ternyata dapat menghilangkan berbagai senyawa anti gizi didalamnya, dapat mempertahankan mutu proteinnya dan menandung vitamin C yang cukup tinggi (Koswara). Hasil penelitian Pangestuti, dkk. (2005) menunjukkan bahwa penambahan tepung kecambah kedelai dapat menyumbang protein 63-73 persen total protein flakes (15.45-18.91 persen), asam folat 98-99 persen total asam folat flakes (60-100 miug/100 g), dan asam lemak tidak jenuh 63-78 persen total asam lemak tidak jenuh flakes (3.12-5.27 persen atau 82.76-84.05 persen total lemak flakes). Penelitian Antarlina, dkk, (2000) juga menunjukkan perkecambahan biji kedelai dapat meningkatkan kadar protein, nilai cerna protein dan vitamin C tepung kedelai. Kadar protein rata-rata meningkat sebesar 0,15 persen, nilai cerna protein meningkat 1,26 persen dan vitamin C meningkat 7,67 mg. Kadar Serat Hasil analisis terhadap serat menujukkan kisaran yang hampir sama dari masing-masing 30 perlakuan, tidak menunjukkan kecenderungan peningkatan atau penurunan. Tabel 5 adalah rerata hasil analisis serat formula minuman campuran tepung kecambah beras coklat dan kecambah kedelai Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada pengaruh perlakuan proporsi tepung kecambah beras coklat dan tepung kecambah kedelai terhadap kadar serat dengan p = 0.775 > 0.05. Hasil analisis tersebut juga tidak berbeda jauh dengan hasil analisis kadar serat pada bahan. Kadar serat bahan baik tepung beras coklat, tepung kecambah beras coklat, tepung kedelai dan tepung kecambah kedelai menunjukkan angka yang hampir sama, kadar serat terendah adalah tepung kecambah beras coklat. Gambar 2. Rerata Kadar Protein Formula Minuman Campuran Tepung Beras Coklat dan Tepung Kedelai Hal tersebut berbeda dengan pernyataan Kayahara bahwa Tim peneliti Jepang menemukan beras pecah kulit yang dikecambahkan dengan

cara merendam beras pecah kulit selama beberapa jam sebelum dimasak, dapat meningkatkan kandungan gizinya. Beras kecambah mengandung serat yang lebih tinggi dibanding beras pecah kulit biasa, selain itu kandungan asam amino essensial Lysine menjadi tiga kali lipat, dan untuk gammaaminobutyric acid (GABA) naik menjadi sepuluh kali lipat (Kahayara). rerata hasil analisis kadar serat.. Rendemen Gambar 2 menunjukkan Rendemen adalah perbandingan berat akhir dengan berat bahan awal. Rendemen dapat digunakan untuk mengetahui adanya penyusutan atau penambahan berat/volume setelah proses pengolahan. Hasil perhitungan terhadap rendemen tepung kecambah beras coklat dengan tepung kecambah kacang hijau disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata Rendemen Tepung Beras Coklat dan Kedelai JENIS TEPUNG Beras Coklat Kedelai RENDEMEN (%) I II III Rerata 80.80 70.60 88.60 80.00 70 63 69 67.33 Tabel 2 menunjukkan bahwa kedua bahan mengalami penyusutan setelah proses pengolahan (perendaman, pengeringan dan penepungan) menjadi tepung kecambah. Perhitungan rendemen tepung kecambah menunjukkan kecenderungan rendemen yang lebih tinggi pada tepung kecambah dari bahan beras dibandingkan kacangkacangan. Hal ini dimungkinkan beras mempunyai total padatan terlarut yang lebih besar dibandingkan kacang.kacangan dan kadar air lebih kecil, sehingga tepung kecambah serealia mempunyai rendemen yang lebih besar dibanding kecambah kacang-kacangan. Selama proses pengolahan pada tepung beras kecambah tidak ada komponen yang di buah, sehingga diperkirakan penyusutan terjadi karena proses pengeringan yang mengakibatkan segian kadar air menguap. Sedangkan pada kecambah kedelai, setelah terjadi pengecambahan sebelum dikeringkan kulit kedelai terkelupas dari bijinya sehingga kulit ini dihilangkan. Pengurangan sebagain bahan ini akan mempengaruhi rendeman dari bahan, Sifat Organoleptik Secara berurutan skor organoleptik tertinggi dari minuman dari campuran tepung kecambah beras coklat dengan tepung kecambah kedelai adalah perlakuan kecambah beras coklat: kecambah kedelai = (E) 50 : 50; (D) 40:60; (A) 10:90, (C) 30:70) dan B (20:80). Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh perlakuan organoleptik menunjukkan ada pengaruh perlakuan terhadap aroma, rasa, warna dan konsistensi minuman. 31 KESIMPULAN Tepung kecambah beras coklat dan kecambah kedelai dapat digunakan sebagai bahan minuman, namun diperlukan perlakukan pendahuluan yang dapat meningkatkan cita rasa dengan mengurangi rasa dan aroma yang kurang enak, diantaranya dengan blanching sebelum

dilakukan pengeringan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan komponenkomponen antioksidan seperti fenolik dan vitamin E dan aktifitas antioksidan serta sejumlah zat gizi yang terkandung dalam kecambah beras coklat dan kedelai, dengan elisitasi karbohidrat pada kedua bahan tersebut sebelum melalui masa perkecambahan. Jurnal Pangan dan Gizi Vol 01 No. 02 Tahun 2010 DAFTAR PUSTAKA Astawan, 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Tiga Serangkai. Solo Antarlina,S.S, Rahmianna,AA, Sudaryono, Sudarsono, Tastra. 2001 Utilization of soybean sprout flour as raw material in weaning food processing. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kangan dan Umbiumbian, Malang (Indonesia). Apriyantono, A., Dedi Fardiaz, Ni Luh Puspitasari, Sedarnawati, Slamet Budiyanto. 1992. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. IPB. Bogor Gasol, 2007. Beras. http:// gasolpertanianorganik.com Kayahara,H. Beras, Shinshu University di Nagano, Japan Koswara, Kacang-Kacangan Sumber Serat yang Sangat Tinggi. E-Book Pangan Pangestuti, Andarwulan, N.; Koswara, S. Potensi kecambah kedelai sebagai sumber protein, asam folat, dan asam lemak tidak jenuh dalam produk sarapan bergizi untuk anak PDII-LIPI (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diakses pada tanggal 20 September 2010 http://garuda.dikti.go.id/jurnal Rahayu, P.W. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi FTP IPB Bogor Sutrisno Koswara www.ebookpangan.com 32