Pengaruh Snacking Tinggi Protein dan Tinggi Karbohidrat terhadap Asupan Kalori dan Interval Waktu Makan

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Yenny Saputra, 2010 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM., MKes., AIF

ABSTRAK PENGARUH MAKANAN TINGGI PROTEIN DAN TINGGI KARBOHIDRAT TERHADAP RASA KENYANG. Pembimbing : Dr. Iwan Budiman,dr., MS., MM., MKes.

ABSTRAK PENGARUH ASUPAN CAIRAN TINGGI PROTEIN DAN TINGGI KARBOHIDRAT TERHADAP JUMLAH MAKANAN YANG DIKONSUMSI PADA MAKAN BERIKUTNYA

Kata kunci : bolus makanan, lama mengunyah, kenyang, asupan makanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK GULA PUTIH, ASPARTAM, BROWN SUGAR, GULA AREN, DAN STEVIA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN KALENG TERHADAP WAKTU ISTIRAHAT SETELAH BEROLAHRAGA

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK EFEKTIVITAS TEH HIJAU, TEH HITAM, DAN TEH PUTIH DALAM MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PRIA DEWASA MUDA

ABSTRAK. PENGARUH LENDIR Abelmoschus esculentus (OKRA) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS WISTAR JANTAN MODEL TINGGI LEMAK

ABSTRAK PENGARUH IKLAN MAKANAN DI TELEVISI TERHADAP JUMLAH CAMILAN. Anita Valencia., 2010 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr., MS.,MM.,MKes.

ABSTRAK EFEK SUHU DAN JANGKA WAKTU PEMANASAN TERHADAP KADAR PROTEIN YANG TERKANDUNG DALAM SARANGBURUNG WALET PUTIH (Collocalia fuciphagus)

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

ABSTRAK PENGARUH KONSUMSI PUTIH TELUR, IKAN NILA, DAN PROTEIN KEDELAI OLAHAN TERHADAP KADAR ASAM URAT DALAM DARAH

ABSTRAK. Kata Kunci : karies gigi, nutrisi, dewasa muda. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

ABSTRAK PERBANDINGAN PERUBAHAN KADAR GLUKOSA DARAH SETELAH PUASA DAN DUA JAM SETELAH SARAPAN SELAMA MELAKUKAN TREADMILL PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS

PENULISAN DAN SEMINAR ILMIAH OLEH : JULIANA SARI MOELYONO NRP

SNACK BAR RENDAH FOSFOR DAN PROTEIN BERBASIS PRODUK OLAHAN BERAS

GAMBARAN NILAI GIZI MAKANAN YANG DIKONSUMSI OLEH REMAJA OBESITAS DI SEKOLAH. Ulfa Raudha. Dr. Zahtamal, S.KM, M.Kes. Yanti Ernalia, Dietisen, M.

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGARUH KONSUMSI FRUKTOSA DAN GLUKOSA TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DALAM DARAH

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP PENGHAMBATAN KENAIKAN BERAT BADAN TIKUS GALUR WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003)

ABSTRAK EFEK AKUT HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING (HIIT) TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI

EFEK PEMBERIAN MADU TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA PADA RIA DEWASA THE EFFECT OF HONEY TOWARDS THE SIMPLE REACTION TIME ON ADULT MALES ABSTRAK

ABSTRAK PENGARUH JUS BUAH SIRSAK

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA LAKI-LAKI DEWASA NORMAL

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

ABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL

ABSTRAK. EFEK MANISAN BUAH PALA (Myristica fragrans Houtt ) TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA (WRS) PADA LAKI-LAKI DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

ABSTRAK. Ivanna Susanty, 2011 Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Fen Tih, dr., M.Kes

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

ABSTRAK. Kata kunci: Plak gigi; teh hitam; indeks plak, O Leary

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAlI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

ABSTRAK HUBUNGAN SARAPAN DENGAN TINGKAT KONSENTRASI PADA MAHASISWA ANGKATAN 2011 DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

ABSTRAK PENGARUH SATE KAMBING TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL PADA PRIA DEWASA MUDA

LAMPIRAN 1 Penelitian Pendahuluan

ABSTRAK PENGARUH RASIO PROTEIN DAN KARBOHIDRAT DALAM SARAPAN TERHADAP MEMORI JANGKA PENDEK

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora caulis) TERHADAP GLUKOSA DARAH MENCIT GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI ALOKSAN

GAMBARAN POLA MAKAN, TINGKAT STRES DAN KELUHAN GEJALA GASTRITIS (MAAG) PADA SALES PROMOTION GIRL (SPG) DI MATAHARI DEPARTEMEN STORE PLAZA MEDAN FAIR

Pengaturan Menu Makanan dengan Meminimalkan Lemak Menggunakan Pemrograman Linear

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

ABSTRAK. PERBANDINGAN EFEK JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN FUROSEMID TERHADAP DIURESIS PADA LAKI-LAKI DEWASA

EFEKTIVITAS INFUSA DAUN ZODIA (Evodia suaveolens S.) SEBAGAI REPELEN TERHADAP

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

LAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN KOMISI ETIK PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA - RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN PADA DEWASA MUDA DI BANDUNG PADA TAHUN AJARAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. EFEK SARI LEMON (Citrus limon) TERHADAP ONSET TERJADINYA KELELAHAN OTOT

ABSTRAK PENGARUH MAKAN KENYANG TERHADAP TEKANAN DARAH PRIA DEWASA NORMAL

ABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA. Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN EKSTRAK FLAXSEED

ABSTRAK PENGARUH ALKOHOL TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA CAHAYA PADA PRIA DEWASA

PENGARUH PEMBERIAN BUBUR BUAH PISANG

Iswidhani¹, Suhaema¹ ABSTRAK

ABSTRAK. EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAN LOSION MINYAK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C.) SEBAGAI REPELEN TERHADAP Aedes aegypti PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

ABSTRAK. Kata kunci : anak SD, jajanan, sukrosa, ph saliva, indikator ph, karies

ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

ABSTRAK HUBUNGAN ASUPAN KALORI 24 JAM DENGAN KADAR LEMAK ASI PADA IBU MENYUSUI

ABSTRAK PENGARUH JENIS BERAS KADAR AMILOSA RENDAH DAN SEDANG TERHADAP PENINGKATAN KADAR GLUKOSA DARAH

ABSTRAK. Kata kunci: HDL, ekstrak etanol, ekstrak protein, fraksi etil asetat, kedelai.

PERAN LATIHAN FISIK TERHADAP NAFSU MAKAN PADA INDIVIDU OVERWEIGHT ATAU OBESITAS YANG MENDAPATKAN KONSELING GIZI TENTANG LOW CALORIE DIET

ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

ABSTRACT THE EFFECT OF OLIVE OIL ADDITION INTO OATMEAL IN LOWERING BLOOD TOTAL CHOLESTEROL AND LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) IN WISTAR STRAIN RAT

ABSTRAK. PENGARUH KONSUMSI PISANG AMBON (Musa acuminata Colla) TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA DEWASA PADA COLD STRESS TEST

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG. Identitas Responden

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(

Transkripsi:

Pengaruh Snacking Tinggi Protein dan Tinggi Karbohidrat terhadap Asupan Kalori dan Interval Waktu Makan Yenny Saputra 1, Iwan Budiman 2 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 2Bagian Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia Abstrak Saat ini obesitas merupakan masalah global dengan penyebab multifaktorial, salah satunya adalah kebiasaan makan yang buruk yaitu snacking. Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh pemberian makanan tambahan tinggi protein dan tinggi karbohidrat dalam keadaan tidak lapar. Metode penelitian yang digunakan adalah prospektif eksperimental sungguhan, dimana 15 orang laki-laki mengikuti 3 sesi pemberian makan (sesi non-snack, sesi snack tinggi protein, sesi snack tinggi karbohidrat) dan di setiap sesi akan dihitung jumlah asupan kalori pada makan malam serta interval waktu dari makan siang ke makan malam tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah asupan kalori antara makan siang dan makan malam pada semua sesi dan pemberian kedua jenis makanan tambahan ini memperpanjang interval waktu makan berikutnya, dengan makanan tinggi protein lebih panjang daripada karbohidrat (Mean=525.20; p<0.02**). Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa makanan tambahan yang dikonsumsi dalam keadaan tidak lapar tidak berpengaruh terhadap asupan kalori pada makan berikutnya dan terbukti bahwa makanan tinggi protein memberikan rasa kenyang lebih lama daripada karbohidrat. Kata kunci: snacking, asupan kalori, interval waktu makan, makanan tinggi protein, makanan tinggi karbohidrat 18

Pengaruh Snacking Tinggi Protein dan Tinggi Karbohidrat terhadap Asupan Kalori dan Interval Waktu Makan (Yenny Saputra, Iwan Budiman) Influence of High-Protein and High-Carbohydrate Snacking on The Calories Intake and Intermeal Interval Time Abstract Nowadays obesity has become a global-issue with multifactorial etiology, one of the factors is bad habit eating like snacking. In this study, we assessed the influence of a high-protein and high-carbohydrate snacks that were consumed in a nonhungry state on the calories intake and intermeal interval time. We used a prospective true experimental design method requiring 15 young men who attended a 3-day-session (nonsnack session, high-protein snack, high-carbohydrate snack) and in each session we measured the calories intake on the next meal (dinner) and the interval time from lunch until dinner. The results showed that there were no difference of calories intake at dinner for all group sessions but the interval time between two times meal in high-protein snack session is longer than high-carbohydrate session (Mean=525.20; p<0.02**). This study concludes that snack which is consumed in a nonhungry state does not lower the calories intake of the next meal, which proves that snacking plays a role in obesity. Moreover, high-protein food gives longer satiating effect than high-carbohydrate food. Keywords: snacks, calories intake, intermeal interval time, high-protein food, high-carbohydrate food Pendahuluan Obesitas merupakan masalah global yang terjadi di berbagai negara. Banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah snacking yang dapat didefinisikan sebagai asupan makanan tambahan (baik protein maupun karbohidrat) yang dikonsumsi dalam keadaan tidak lapar. 1,2 Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pemanfaatan asupan kalori makanan antara snacking dan proses makan normal. Pada snacking, produk akhir makanan dari proses pencernaan tidak seluruhnya dipakai untuk metabolisme tubuh tetapi akan disimpan sebagai cadangan makanan. 1,2,4 Jika pola snacking ini diterapkan dalam jangka waktu yang lama akan menjadi salah satu faktor etiologi obesitas. Dalam beberapa dekade terakhir ini banyak dikembangkan metode pengontrolan asupan makanan, salah satunya adalah metode diet tinggi protein karena protein dapat memperlambat waktu pengosongan lambung. 3 Pemberian makanan tinggi protein ini memberikan rasa puas dan kenyang yang lebih lama dibandingkan dengan karbohidrat sehingga akan memperpanjang interval waktu onset makan berikutnya. 1,4 Bahan dan Cara Penelitian ini menggunakan desain penelitian prospektif eksperimental sungguhan, dengan Subjek penelitian (SP) 15 orang laki-laki berusia 18-25 tahun, tidak obesitas, tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan yang diberikan selama penelitian, bersedia mengikuti seluruh prosedur penelitian dan menandatangani informed consent. Alat yang digunakan, antara lain timbangan kue, wadah makan, sendok, garpu, dan pencatat waktu. Menu makan siang dan makan malam yang diberikan sama, yaitu nasi, ayam goreng, sayur buncis, tahu goreng, dan telur ayam rebus; sedangkan menu makanan tambahannya adalah nasi dan daging 19

JKM. Vol.10 No.1 Juli 2010:18-23 dada ayam goreng (jumlah kalori dari semua jenis makanan dihitung). 5 Makanan yang diberikan untuk SP ini disesuaikan dengan kebutuhan harian masing-masing SP yang diukur pada saat prosedur pra penelitian. Prosedur pra penelitian ditujukan untuk mengetahui jumlah asupan kalori makanan harian SP dengan cara mengukur jumlah asupan harian selama 5 hari sehingga dengan demikian diketahui jumlah asupan kalori rata-rata yang dibutuhkan masing-masing SP. Setelah itu dilanjutkan dengan prosedur penelitian yang terdiri atas 3 sesi dan dilakukan pada 3 hari yang berbeda, yaitu sesi tanpa makanan tambahan, sesi makanan tambahan tinggi protein (MTTP), dan sesi makanan tambahan tinggi karbohidrat (MTTK). 1,2 Pada sesi pertama yaitu sesi tanpa makanan tambahan, diberikan makan siang yang kalorinya telah diperhitungkan untuk masing-masing SP, kemudian ditunggu sampai SP merasa lapar kembali dan meminta makan malam secara spontan kepada peneliti. Setelah itu dicatat interval waktu antara makan siang dan makan malam, serta pada akhir sesi dicatat pula jumlah asupan kalori makan malamnya. Pada sesi MTTP (sesi kedua), prosedur yang dikerjakan sama seperti pada sesi pertama, tetapi pada sore hari yaitu sekitar tiga jam setelah makan siang, SP diberikan makan tambahan yang tinggi protein (komposisi protein sebesar 65% dan karbohidrat 35% dari total kalori). Setelah itu ditunggu sampai SP meminta makan malam secara spontan dan dicatat jumlah asupan kalori makan malam serta interval waktunya. Sesi ketiga atau sesi MTTK sama seperti sesi kedua hanya berbeda dalam komposisi makanan tambahan yang diberikan yaitu makanan tambahan yang tinggi karbohidrat (karbohidrat sebesar 65% dan protein 35%). Pada akhir penelitian, hasil ketiga sesi untuk setiap SP dibandingkan jumlah asupan kalori dan interval waktu antara sesi tanpa makanan tambahan, sesi MTTP, dan sesi MTTK. Untuk setiap sesi, SP harus berada dalam kondisi yang sama, yaitu telah makan pagi sebelumnya, aktivitas fisik dibatasi seminimal mungkin, dan diisolasi dari waktu. Penelitian ini dilakukan di tempat tinggal SP yang bersangkutan. Hasil dan Pembahasan Tabel 1 menunjukkan jumlah asupan kalori pada makan malam 15 orang SP untuk sesi 1 (sesi tanpa makanan tambahan), sesi 2 (sesi MTTP), dan sesi 3 (sesi MTTK). Pada ketiga sesi didapatkan untuk masing-masing SP jumlah asupan kalori makan malam yang sama, sehingga hal ini menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan baik yang tinggi protein maupun tinggi karbohidrat tidak mengurangi jumlah asupan makanan pada makan berikutnya. Makanan tambahan yang dikonsumsi dalam keadaan tidak lapar (snacking) akan diproses secara berbeda oleh tubuh dibandingkan proses makan normal. Snacking merupakan suatu episode makan yang tidak dicetuskan oleh rasa lapar tapi karena hal lain; berbeda halnya dengan proses makan yang normal (tidak peduli seberapa banyak porsi atau kapan waktunya) yang tercetus atau dimotivasi oleh rasa lapar yang kemudian akan diikuti oleh serangkaian pola metabolisme dari tubuh. Karena adanya perbedaan antara proses makan normal dengan snacking ini terutama karena perbedaan status metabolik sebelum makan, pemanfaatan energi yang dihasilkan oleh zat-zat makanan tersebut (baik proses makan normal maupun snacking) akan berbeda 20

Pengaruh Snacking Tinggi Protein dan Tinggi Karbohidrat terhadap Asupan Kalori dan Interval Waktu Makan (Yenny Saputra, Iwan Budiman) juga. Pada proses makan normal, energi yang dihasilkan akan langsung dipakai untuk metabolisme tubuh, sedangkan pada snacking sekitar 50% kalori yang dihasilkan dari proses pencernaan akan langsung disimpan sebagai cadangan makanan. 1,2,4 Jika pola snacking ini diterapkan dalam jangka waktu yang lama dan menjadi suatu kebiasaan dapat menyebabkan status gizi overweight atau obesitas. Tabel 1. Asupan Kalori pada Makan Malam No Makan siang Makan malam (kkal) (kkal) Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Keterangan 1 1200 1200 1200 1200 SAMA 2 1200 1200 1200 1200 SAMA 3 1200 1200 1200 1200 SAMA 4 1200 1200 1200 1200 SAMA 5 1200 1200 1200 1200 SAMA 6 1200 1200 1200 1200 SAMA 7 1000 1000 1000 1000 SAMA 8 1200 1200 1200 1200 SAMA 9 1200 1200 1200 1200 SAMA 10 1000 1000 1000 1000 SAMA 11 1200 1200 1200 1200 SAMA 12 1500 1500 1500 1500 SAMA 13 1200 1200 1200 1200 SAMA 14 1200 1200 1200 1200 SAMA 15 1500 1500 1500 1500 SAMA Tabel 2. Interval Waktu Dianalisis Menggunakan Uji One Way ANOVA Sesi N Mean (menit) Std Deviasi Tanpa MT 15 407.53 46.753 MTTP 15 525.20 75.287 MTTK 15 457.33 35.379 Total 45 463.36 72.635 Uji ANOVA Sig. 0.000 ** 21

JKM. Vol.10 No.1 Juli 2010:18-23 Tabel 3. Signifikansi Analisis Multiple Comparison (LSD) Tanpa MT MTTK MTTP Tanpa MT - - - MTTK 0.017 * - - MTTP 0.000 ** 0.002 ** - Interval waktu pada sesi MTTP dengan rerata 525.20 menit lebih panjang daripada sesi tanpa makanan tambahan dengan rerata 407.53 menit, dengan p = 0.000 ** (berbeda sangat nyata). Interval waktu pada sesi MTTP dengan rerata 525.20 menit lebih panjang daripada sesi MTTK dengan rerata 457.33 menit, dengan p = 0.002 ** (berbeda sangat nyata). Interval waktu pada sesi MTTK dengan rerata 457.33 menit lebih panjang daripada sesi tanpa makanan tambahan dengan rerata 407.53 menit, dengan p = 0.017 * (berbeda nyata). Hasil akhir dari proses pencernaan protein adalah asam amino. Bila kadar asam amino dalam plasma meningkat akan menyebabkan sekresi hormon pencernaan cholecystokinin dan GLP-1, yang dapat memperlambat proses pengosongan lambung dan merangsang pusat kenyang di hipotalamus, sehingga memperpanjang interval waktu untuk makan berikutnya dibandingkan dengan karbohidrat. 1,4,6 Simpulan Pemberian makanan tambahan tinggi protein dan tinggi karbohidrat di antara dua waktu makan, dalam keadaan tidak lapar, tidak mengurangi asupan kalori makan berikutnya, sehingga jika hal ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor risiko terjadinya obesitas. Interval waktu makan berikutnya pada pemberian makanan tambahan tinggi protein lebih panjang daripada makanan tambahan tinggi karbohidrat yang menunjukkan bahwa makanan tinggi protein memberikan rasa kenyang lebih lama daripada karbohidrat. Saran 1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan tambahan pemeriksaan laboratorium seperti pengukuran kadar glukosa dalam darah sehingga penelitian dapat menjadi lebih baik lagi. 2. Makanan tinggi protein dapat disarankan sebagai asupan diet untuk penderita obesitas karena efeknya yang dapat memperpanjang rasa kenyang. 3. Sebaiknya pola kebiasaan snacking dikurangi sehingga dapat mencegah obesitas. Daftar Pustaka 1. Marmonier C, Chapelot D, Fantino M, Louis-Sylvestre J. Snacks consumed in a nonhungry state have poor satiating efficiency: influence of snack composition on substrate utilization and hunger. Am J Clin Nutr. 2002;76:518-28. 2. Marmonier C, Chapelot D, Louis- Sylvestre J. Metabolic and behavioral consequences of a snack consumed in a 22

satiety state. Am J Clin Nutr. 1999;70:854-66. 3. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11 th ed. Philadephia: Elsevier Saunders, 2006. 4. Marmonier C, Chapelot D, Louis- Sylvestre J. Effect of macronutrient content and energy density of snacks consumed in a satiety state on the onset of the next meal. Appetite 2000; 34:161-8. 5. Sastrapradja DS. Daftar komposisi bahan makanan dan tabel kalori. Bandung: Pusat Pengembangan Teknologi Pangan, 2005. 6. Gardner DG, Shoback D. Greenspan s Basic & Clinical Endocrinology. 8 th ed. United States of America : The McGraw- Hill Companies; 2007. 23